Anda di halaman 1dari 8

Perancangan Sistem Pengendalian Level

Sistem pengendalian level Direct Synthesis Tuning PID adalah metode yang
didasarkan atas penyusunan suatu formula pembangkit untuk respon sistem, lalu
menemukan sebuah parameter kontroller yang kemudian diberikan ke respon sistem
tersebut. Rancang bangun ini terdiri dari hardware dan software, proses dimulai dengan
pengukuran dari potensiometer model pelampung sebagai sensor level tangki untuk harga
proses variabel. Hasil pengukuran oleh potensiometer mendapatkan harga tegangan
dalam output range 0.1-4.9 volt. Tegangan tersebut digunakan sebagai input
pengkondisian sinyal untuk mengkondisikan sifat besaran listrik dengan menggunakan
rangkaian pengubah tegangan ke tegangan (V/V signal conditioning). Output V/V signal
conditioning berupa tegangan yang telah dikondisikan menjadi 0-5 volt. Pengolahan
akuisisi data dapat dikondisikan oleh signal conditioning menggunakan ADC, selanjutnya
keluaran (output) dari ADC dapat dimasukkan kedalam multiplekser untuk disalurkan
melalui port LPT1 dan diolah dalam PC.
Berikut ini adalah gambar diagram blok dari pengendalian level .

Gambar 3.1 Skema variabel proses pengendalian level

3.2 Perancangan Perangkat Keras (Hardware)


Perancangan untuk hardware ini dimulai dari control valve, perancangan suplai
daya, perancangan sensor level, sistem akuisisi data, pengkondisi sinyal (signal
conditioning), dan Multiplekser. Berikut gambar rancang bangun pengendali level.
Gambar 3.2 Rancang Bangun direct Synthesis Tuning PID

3.2.1 Perancangan sensor level


Pada tugas akhir ini menggunakan potensio yang dihubungkan dengan pelampung
sebagai sensor level. Sensor ini akan mengalami perubahan hambatan jika terjadi
perubahan level, sehingga dapat merubah tegangan input.
Pengambaran dari sensor level tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 3.3 Sensor level

Sedangkan potensio yang digunakan untuk sensor level itu adalah sebagai
berikut :

Gambar 3. 4 Potensio untuk pelampung


3.2.2 Control valve
Control valve terdiri dari dua bagian dasar yaitu Aktuator dan katup. Aktuator
merupakan bagian yang menggerakkan valve buka atau tutup, sedangkan katup adalah
bagian komponen mekanis yang menentukan laju aliran air. Dalam rancang bangun
pengendalian level ini aktuator adalah sistem ulir penggerak katup (motor) dengan
ukuran 12 volt arus 0.5 Ampere, sedangkan katup adalah katup kran dengan ukuran
dim (inch).

Gambar 3.5 Rancang Bangun Control Valve

3.2.3 Perancangan suplai daya


Suplai daya adalah sumber tenaga yang dibutuhkan suatu rangkaian elektronik
untuk bekerja. Besar suplai daya ini tergantung oleh spesifikasi dari alat masing-masing.
Pada plant pengendalian ini suplai daya yang digunakan untuk mengaktifkan rangkaian
ADC, driver, dan V/V.
Rangkaian ADC, driver, dan V/V membutuhkan suplai daya masing-masing
sebesar +5, -5, +15, dan 15. Rangkaian dibawah ini adalah rangkaian suplai daya yang
dapat menyediakan keperluan dari rangkaian diatas, masukan rangkaian ini adalah
tegangan 220 volt dan menggunakan transistor 7806, 7915, dan 7815. Rangkaian ini
menghasilkan keluaran +5 V, -5 V, +15 V, dan 15 V.
Gambar 3.6 Gambar rangkaian suplai daya

3.2.4 Akuisisi data


Pengubah analog menjadi digital atau sering disebut ADC (Analog to Digital
Converter) adalah alat yang berfungsi untuk mengubah sinyal analog menjadi digital.
Prinsip kerjanya adalah jika masukan mulai konversi dari unit kendali diberi logika 0,
maka register SAR (Succesive Aproximation Register) akan mereset sehingga keluaran
Vout unit DAC menjadi 0. Proses konversi diawali dengan pengesetan bit paling berarti
(MSB) register SAR oleh unit kendali. Selanjutnya data digital dalam register SAR
dikonversikan ke analog oleh unit pembanding. Bila Vout>Vin, maka unit pembanding
akan mengirim sinyal negatif ke unit kendali. Dengan sinyal negatif ini, unit kendali akan
mereset bit paling berarti (MSB) register SAR. Sebaliknya bila V out<Vin, unit pembanding
akan mengirim sinyal positif ke unit kendali. Dengan sinyal positif ini, unit kendali akan
tetap mengeset bit paling berarti (MSB). Pada pulsa clock berikutnya unit kendali akan
mengeset bit yang lebih rendah yaitu bit ke 7 register SAR. Kemudian data dikonversikan
oleh unit DAC, dan hasil konversi Vout dibandingkan dengan sinyal masukan Vin. Sinyal
hasil perbandingan akan menentukan unit kendali untuk mengeset atau mereset register
SAR. Demikian seterusnya proses ini berlangsung sampai nilai Vin sama dengan Vout.
Apabila konversi telah selesai, unit kendali mengirim sinyal selesai konversi yang
berlogika rendah. Tetapi penurunan sinyal ini akan mengisikan data digital yang
ekuivalen dengan nilai Vin kedalam register penahan.
Gambar 2.8 ADC Metode pendekatan berturut-turut[3]
Gambar dibawah ini merupakan skema pengalamatan pin-pin yang digunakan kaki-kaki
IC ADC 0804:

Gambar 2.9 Pin-pin ADC 0804[3]

Dalam perancangan tugas akhir ini dibutuhkan akuisisi data berupa pengkonversi
ADC (Analog to Digital), agar sinyal sensor dapat dibaca oleh komputer.
Pengubah analog ke digital atau ADC (Analog to Digital Converter) adalah
rangkaian elektronika yang berfungsi untuk mengubah sinyal analog ke digital.
Perancangan alat tugas akhir ini memakai ADC 0804. ADC tipe ini memakai metode
pendekatan berturut-turut (Succesive Aproximation) untuk mengkonversi masukan analog
(0-5.02 volt DC) menjadi data digital 8-bit. Pada gambar (3.7) dapat dilihat hubungan
pin-pin IC ADC 0804. Pada ADC 0804 ini memiliki input V CC sebesar 5 volt DC, resolusi
8-bit dan total error 1/4 LSB, 1/2 LSB, dan 1 LSB.
Gambar 3.7 Rangkaian ADC 0804

Pada rangkaian ini ADC diset dalam mode free-running, artinya dalm
pengoperasiannya tidak diperlukan sinyal kontrol seperti star converting (SC) dan end of
converting (EOC). Hal ini disebabkan kaki V ref dibiarkan terbuka sehingga nilai Vref sama
dengan tegangan sumber yaitu 5.02 volt maka perubahan sebesar 8 x 5.02 volt =
19.53125 mV menyebabkan perubahan 1 bit pada keluaran ADC. Dikarenakan keluaran
dari ADC adalah 8-bit dengan desimal 0-255, maka konversi dari keluaran ADC ke
tegangan adalah:

3.1

3.2.5 Pengkondisi sinyal (Signal Conditioning)


Pada perancangan tugas akhir ini tegangan keluaran dari elemen sensor kecil (0-
2.5 volt), sedangkan ADC membutuhkan tegangan masukan 0-5 volt. Maka dari itu
dibutuhkan pengkondisi sinyal V/V agar terjadi penguatan tegangan.
Tegangan keluaran (Vout) dari elemen sensor berkisar antara 02.5 volt DC. Sesuai
dengan spesifikasinya, ADC 0804 membutuhkan tegangan input sebesar 05 volt,
sehingga Vout dari elemen sensor harus dikuatkan terlebih dahulu agar mencapai range 0-5
volt. Pada rangkaian V/V ini terjadi penguatan tegangan agar sinyal keluaran dari
transmitter dapat dibaca oleh ADC 0804. Rangkaian V/V converter ini ditunjukan pada
gambar 3.8.
Gambar 3.8 Rangkaian V/V Converter

Pada dasarnya rangkaian V/V Signal Conditioning ini menggunakan prinsip kerja
dari Op-Amp (Operational Amplifier). Zero disini berfungsi untuk mencari batas bawah
dari range yang diinginkan, sedangkan span berfungsi untuk mencari batas atas dari
range yang diinginkan, sehingga dengan adanya rangkaian ini maka besarnya tegangan
yang masuk ke rangkaian ADC dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, yaitu 05 volt
LAMPIRAN

Keterangan Gambar :
1 = Tangki yang dikendalikan
2 = Tangki keluaran air
3 = Tangki penampungan
4 = Control Valve

Anda mungkin juga menyukai