Anda di halaman 1dari 11

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.

1, 2014

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX


AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA TAHUN 2013

FENNY WINATA
fen2.winata@yahoo.com
Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh corporate governance terhadap
aktivitas tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013. Sampel
Penelitian ini adalah perusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013 sebanyak
234 perusahaan. Penelitian ini menggunakan analisis data dan analisis regresi dari elemen-elemen corporate
governance dan tax avoidance.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proksi corporate governance yaitu prosentase dewan
komisaris independen dan jumlah komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas tax avoidance
yang diproksikan dengan book tax gap. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa aktivitas tax avoidance
tidak dipengaruhi secara signifikan oleh kepemilikan institusional, dan kualitas audit. Keterbatasan penelitian ini
adalah menggunakan perusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara keseluruhan
sebagai objek penelitian, sehingga hasil penelitian tidak dapat ditarik kesimpulannya untuk setiap sektor industri
karena tiap sektor industri memiliki kekhasan yang berbeda-beda.

Kata kunci : corporate governance, tax avoidance, book tax gap

ABSTRACT
This study aimed to find out how the influence of the corporate governance of tax avoidance activity on
companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2013. The samples were 234 publicly traded companies listed
in the Indonesia Stock Exchange in 2013. This study used data analysis and regression analysis of the elements
of corporate governance and tax avoidance.
The results of this study showed that the elements of corporate governance of board of commissioners
and the amount of audit committee significantly influenced the activity of tax avoidance as measured using
proxy book tax gap. Another result showed that the tax avoidance activity as measured with proxy book tax gap
was not affected significantly by institusional ownership and audit quality. The limitation of this study used the
companies that the whole shares were listed in the Indonesia Stock Exchange, so the results cannot be deduced
for each industry sector for each industrial sector that have different peculiarities.

Keywords : corporate governance, tax avoidance, book tax gap

1
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014

PENDAHULUAN dalam pengambilan keputusan, termasuk dalam


keputusan dalam hal memenuhi kewajiban pajaknya,

Latar Belakang akan tetapi disisi lain perencanaan pajak bergantung


pada dinamika corporate governance dalam suatu
Pada era globalisasi ini, banyak perusahaan
perusahaan (Friese, Link dan Mayer , 2006).
yang menerapkan praktik corporate governance
Secara umum terdapat lima prinsip dasar
untuk meminimalisasi risiko bisnis yang mungkin
dari corporate governance yaitu yang pertama
terjadi. Corporate governance merupakan tata kelola
fairness (kesetaraan dan kewajaran) yaitu perlakuan
perusahaan yang menjelaskan hubungan antara
yang adil dan setara dalam memenuhi hak
berbagai partisipan dalam perusahaan yang
stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta
menentukan arah kinerja perusahaan (Haruman,
peraturan perundangan yang berlaku. Kedua adalah
2008). Masalah corporate governance ini mulai
transparency (keterbukaan informasi) yaitu
timbul di Indonesia setelah krisis keuangan pada
keterbukaan dalam melaksanakan proses
tahun 1998. Menurut (Irawan & Farahmita, 2012),
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
terdapat survei yang menunjukkan bahwa Indonesia
mengemukakan informasi materiil dan relevan
di tahun 2002 pernah menduduki posisi terbawah
mengenai perusahaan. Ketiga adalah accountability
dalam hal audit dan kepatuhan, akuntabilitas
(akuntabilitas) yaitu kejelasan fungsi, struktur,
terhadap pemegang saham, standar pengungkapan
sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan
dan transparansi serta peranan direksi. Maka dari itu,
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
di Indonesia sendiri telah dibentuk Komite Nasional
efektif. Keempat adalah responsibility
Kebijakan Governance yang menghasilkan suatu
(pertanggungjawaban) yaitu kesesuaian (kepatuhan)
pedoman Good Corporate Governance. Di
di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip
Indonesia, para investor maupun pemerintah
korporasi yang sehat serta peraturan perundangan
memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam
yang berlaku. Dan yang kelima adalah independency
praktek corporate governance (Ujiyantho dan
(kemandirian) yaitu suatu keadaan dimana
Pramuka, 2007) dikarenakan sejak tahun 1998
perusahaan dikelola secara profesional tanpa
ketika Indonesia mengalami krisis yang
benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan
berkepanjangan, proses perbaikan di Indonesia
dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan
dirasakan sangatlah lama karena lemahnya
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
corporate governance yang diterapkan perusahaan
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
di Indonesia.
Ketika prinsip corporate governance yaitu
Corporate governance merupakan sistem
fairness, transparency, accountability, responsibility
atau mekanisme yang mengatur dan mengendalikan
dan independency dijalankan dengan pengawasan
perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value
yang dilakukan sedemikian rupa baik dalam sebuah
added) untuk semua stockholders. Perusahaan
perusahaan maka, perusahaan tersebut bisa
merupakan salah satu wajib pajak sedangkan
dikatakan memiliki tata kelola perusahaan yang baik
corporate governance menjelaskan hubungan antar
termasuk salah satunya dalam hal memenuhi
berbagai partisipan dalam perusahaan yang
kewajiban pajaknya. Namun ketika dinamika
menentukan arah kinerja perusahaan, sehingga
corporate governance dilakukan dengan tidak sesuai
dengan adanya corporate governance memiliki andil
yaitu tata kelola dan prinsip yang seharusnya
2
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014

diterapkan tidak dijalankan serta tidak adanya Persoalan penghindaran pajak ini menjadi
pengawasan yang memadai, maka perusahaan cukup rumit karena disisi lain diperbolehkan karena
tersebut dapat saja meminimalkan beban pajak yang tidak melanggar hukum, tapi disisi lain penerimaan
harus dibayar, sehingga dapat terjadi praktik negara akan menjadi lebih sedikit dari yang
penghindaran pajak (Annisa, 2012). seharusnya. Para otoritas pajak tampaknya telah
Dalam menjalankan corporate governance berusaha dengan semaksimal mungkin agar bisa
yang baik pajak merupakan suatu kewajiban sesuai menegakkan batas yang jelas antara penghindaran
dengan definisi dari pajak itu sendiri, sedangkan pajak dan penggelapan pajak dalam upaya
perusahaan menganggap sebagai beban sehingga perencanaan pajak, tidak hanya itu para otoritas
perusahaan akan berusaha melakukan perencanaan pajak juga semaksimal mungkin mencegah agar
pajak yang merujuk kepada satu tujuan yaitu wajib pajak tidak masuk kedalam celah ambiguitas
mengupayakan penghematan dalam membayar pajak yang ditimbulkan oleh peraturan perpajakan (Bovi,
agar utang pajaknya berada dalam jumlah serendah 2005). Resiko yang ditimbulkan dapat merugikan
mungkin tetapi masih dalam bingkai peraturan dari segi financial karena besarnya denda bisa lebih
perpajakan sehingga tidak melanggar peraturan besar dari besarnya beban pajak yang seharusnya
perpajakan yang ada. Penelitian yang dilakukan oleh dibayarkan dan membuat citra buruk perusahaan di
Sartori (2010) menjelaskan bahwa apabila suatu mata khalayak apabila di publikasikan (Anissa,
perusahaan memiliki suatu mekanisme corporate 2012).
governance yang terstruktur dengan baik maka akan Tax avoidance ini juga terkadang sering
berbanding lurus dengan kepatuhan dalam kali menimbulkan bias, yang mengakibatkan sebuah
memenuhi kewajiban perpajakannya. pemikiran apakah tax avoidance perlu dilakukan
Dalam prakteknya banyak wajib pajak yang atau tidak. Menurut (Desai & Dharpala, 2005),
masih melakukan perlawanan pajak secara agresif. pertanyaan terkait tax avoidance apakah kegiatan ini
Perlawanan pajak secara agresif terbagi dalam menarik minat pemegang saham atau tidak, jika
beberapa tipe, beberapa contoh yang terkenal dalam aktivitas tax avoidance dalam pelaksanaannya justru
perlawanan pajak secara agresif antara lain tax meningkatkan biaya yang lain, maka di samping itu
evasion dan tax avoidance. Tax evasion adalah timbul juga pertanyaan, apakah ada transfer nilai
tindakan penghindaran pajak yang melanggar dari perusahaan ke pemegang saham jika tidak maka
hukum, tax evasion merupakan tindakan yang tidak perlu dilakukan praktik tax avoidance. Jadi
dengan sengaja tidak melaporkan kewajiban atau jika dilihat dari penelitian (Desai & Dharpala, 2005)
menghilangkan bagian transaksi agar membuat tarif yang menyebutkan tentang pengambilan keputusan,
pajak menjadi rendah. Tax evasion ini sendiri biasa maka dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan
dikenal sebagai penggelapan pajak. Sedangkan tax antara corporate governance dengan penghindaran
avoidance adalah tindakan penghindaran atau pajak.
peminimalan pajak yang masih tidak keluar dari Berkembangnya praktik penghindaran
rana hukum yang berlaku. Hal ini dikarenakan pajak atau tax avoidance ini didukung dengan
adanya ketidaksempurnaan peraturan undang- perkembangan teknologi informasi dan semakin
undang perpajakan yang kemudian bisa terbukanya perekonomian suatu negara akan
dimanfaatkan oleh wajib pajak. memberi peluang bagi perusahaan untuk
mengembangkan usahanya. Perusahaan akan
3
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014

semakin mudah untuk mengembangkan usahanya dengan undang-undang yang telah ada, karena tidak
hingga ke luar negeri di tengah persaingan dunia bisa dipungkiri bahwa dalam undang-undang
usaha yang semakin ketat, pengusaha akan berusaha terdapat zona abu-abu yang memungkinkan
untuk mendapat keuntungan sebesar mungkin dan perusahaan bermain dalam hal meminimalkan pajak
berupaya untuk melakukan efisiensi pajak. Dalam yang akan dibayarkan. Adanya celah dalam hukum
melakukan praktik penghindaran pajak, perusahaan pajak yang dianggap ambigu oleh wajib pajak
dipengaruhi oleh corporate governance (Annisa, membuat wajib pajak secara tidak langsung
2012). Namun dari sisi pemerintah dalam upaya memanfaatkan situasi dari celah tersebut, terlepas
untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari dari paham atau tidaknya wajib pajak terhadap
sektor pajak tidak lepas dari sebuah kendala. peraturan perpajakan.
Penerimaan pajak yang seharusnya diterima oleh Dalam penelitian ini diharapkan corporate
negara tidak sebesar pembayaran yang dilakukan governance bisa menjembatani kembali pemikiran
oleh wajib pajak. Hal ini dikarenakan wajib pajak wajib pajak bahwa pajak adalah sebagai kewajiban
berusaha untuk seminimal mungkin memenuhi bukan menjadi beban sehingga dapat menekan
kewajiban pajak yang harus dibayarkannya dengan praktik tax avoidance. Berdasarkan masalah diatas
melakukan praktik penghindaran pajak (tax maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
avoidance) tersebut. corporate governance yang di proksikan dengan
Terdapat beberapa penelitian yang telah kepemilikan institusional, prosentase dewan
dilakukan yang meneliti pengaruh corporate komisaris independen, kualitas audit, dan jumlah
governance terhadap penghindaran pajak atau tax komite audit terhadap praktik tax avoidance.
avoidance. Menurut beberapa peneliti seperti Daniri
(2005), Pohan (2008), yang kemudian diangkat lagi Rumusan Masalah
oleh Annisa dan Kurniasih (2012). Dalam penelitian Berdasarkan dari latar belakang masalah
tersebut, pengukuran corporate governance dapat yang sudah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik
dilakukan dengan berbagi proksi seperti kepemilikan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
institusional, struktur dewan komisaris, komite sebagai berikut:
audit, dan kualitas audit. Dengan menggunakan 1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh
pengukuran tersebut dapat mencerminkan prinsip terhadap praktik tax avoidance ?
corporate governance yaitu fairness, transparency, 2. Apakah prosentase dewan komisaris
accountability, responsibility dan independency. independen berpengaruh terhadap praktik tax
Sedangkan proksi yang digunakan untuk mengukur avoidance ?
tax avoidance adalah book tax gap. 3. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa praktik tax avoidance ?
corporate governance memiliki andil dalam 4. Apakah jumlah komite audit berpengaruh
pengambilan keputusan, termasuk dalam hal terhadap praktik tax avoidance ?
mengambil keputusan untuk memenuhi kewajiban
pajaknya. Corporate governance yang diterapkan
dengan baik seharusnya sejalan dengan definisi
pajak yaitu pajak adalah sebagai kewajiban. Namun
dalam praktiknya, banyak wajib pajak yang bermain
4
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014

Tujuan Penelitian sehingga masalah keagenan menjadi berkurang dan


Tujuan dalam penelitian ini sesuai dengan mengurangi peluang terjadinya penghindaran pajak.
perumusan masalah yang sudah dijabarkan
diatas, yaitu: Hubungan Prosentase Dewan Komisaris

1. Untuk mengetahui apakah kepemilikan Independen dengan Tax Avoidance


Komisaris independen didefinisikan
institusional berpengaruh terhadap praktik tax
sebagai seorang yang tidak terafiliasi dalam segala
avoidance
hal dalam pemegang saham pengendali. Tidak
2. Untuk mengetahui apakah prosentase dewan
memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau
komisaris independen berpengaruh terhadap
dewan komisaris, serta tidak menjabat sebagai
praktik tax avoidance
direktur pada suatu perusahaan yang terkait.
3. Untuk mengetahui apakah kualitas audit
berpengaruh terhadap praktik tax avoidance Pada Bursa Efek Indonesia terdapat aturan
4. Untuk mengetahui apakah komite audit yaitu bahwa sebuah perusahaan minimal harus
berpengaruh terhadap praktik tax avoidance memiliki 30% dewan komisaris independen, dengan
demikian pengawasan dapat dilakukan sedemikian
Hubungan Kepemilikan Institusional dengan Tax
rupa (Pohan, 2008; dalam Annisa, 2012). Semakin
Avoidance
tinggi prosentase dewan komisaris independen
Dalam setiap perusahaan masing-masing
berarti semakin banyak juga suatu perusahaan
pihak mempunyai kepentingan sendiri oleh karena
memiliki dewan komisaris independen, oleh karena
itu perusahaan harus bisa mencegah terjadinya
itu independensi juga akan makin tinggi karena
konflik antara pihak-pihak tersebut yang dapat
semakin banyak yang tidak ada kaitan secara
menurunkan nilai perusahaan. Oleh karena itu
langsung dengan pemegang saham pengendali,
perusahaan perlu adanya monitor dari pihak luar
sehingga kebijakan tax avoidance dapat semakin
untuk memantau masing-masing pihak yang
rendah. Dan begitu pula sebaliknya, semakin rendah
memiliki kepentingan yang berbeda. Pihak luar yang
prosentase dewan komisaris independen berarti
dimaksud adalah kepemilikan institusional.
semakin sedikit suatu perusahaan memiliki dewan
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham
komisaris independen, oleh karena itu independensi
perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga
juga rendah, sehingga kebijakan tax avoidance
seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan
semakin tinggi.
investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo,2008
dalam Wien Ika, 2010).
Hubungan Kualitas Audit dengan Tax Avoidance
Kepemilikan institusional memiliki arti
Audit merupakan elemen penting dalam
penting dalam memonitor manajemen karena adanya
corporate governance yang erat kaitannya dengan
kepemilikan institusional akan meningkatkan
salah satu prinsip corporate governance yaitu
pengawasan yang lebih optimal karena dianggap
transparansi. Perusahaan publik semakin menuntut
mampu memonitor setiap keputusan yang diambil
adanya transparansi pada laporan keuangan.
oleh para manajer secara efektif. Dengan tingginya
Pengukuran kualitas audit dapat menggunakan
tingkat kepemilikan institusional, maka semakin
proksi yaitu ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP).
besar tingkat pengawasan ke manajer dan dapat
mengurangi konflik kepentingan antara manajemen
5
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014

Laporan keuangan yang diaudit oleh KAP Semakin banyak jumlah komite audit maka
The Big Four (Price Water Cooper, Deloitte Touche kebijakan tax avoidance akan semakin rendah, tetapi
Tohmatsu, KPMG, Ernst & Young) memiliki tingkat jika jumlah komite audit semakin sedikit maka
kecurangan yang lebih rendah dibanding dengan kebijakan tax avoidance akan semakin tinggi.
perusahaan yang diaudit oleh KAP non The Big
Four (Annisa, 2012). METODE PENELITIAN

Hubungan Komite Audit dengan Tax Avoidance Model penelitian yang digunakan dalam
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh penelitian ini memiliki satu variabel dependen dan
dewan komisaris perusahaan, yang anggotanya empat variabel independen. Variabel dependen
diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris, adalah tax avoidance, dan variabel independen
yang bertugas untuk membantu melakukan adalah kepemilikan institusional, prosentase dewan
pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu komisaris independen, kualitas audit, dan jumlah
terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam komite audit. Model analisis digambarkan dalam
pengelolaan perusahaan. bentuk sebagai berikut :
Komite audit merupakan komponen
penting yang harus ada pada perusahaan yang Variabel Bebas
(Corporate
terdaftar Bursa Efek Indonesia, oleh karena itu Governance)
Bursa Efek Indonesia mengharuskan membentuk Kepemilikan H1
dan memiliki komite audit yang diketuai oleh Institusional (X1) Variabel
Terikat
komisaris independen. Keberadaan komite audit H2
diharapkan dapat meningkatkan kualitas Prosentase dewan Tax
komisaris Avoidance
pengawasan internal yang pada akhirnya ditujukan Independen (X2) H3 (Y)
untuk memberikan perlindungan kepada para
pemegang saham dan stakeholder lainnya. Kualitas Audit
(X3)
Tugas dari komite audit adalah membantu H4
dewan komisaris dalam melakukan pengawasan Jumlah Komite
terhadap kinerja perusahaan. Dengan kata lain Audit (X4)
komite audit berfungsi sebagai jembatan
penghubung antara perusahaan dengan eksternal Gambar 1 Model Analisis 1
auditor. Komite audit juga erat kaitannya dengan
penelaahan terhadap resiko yang dihadapi Jenis data yang digunakan adalah data
perusahaan, dan juga ketaatan terhadap peraturan. kuantitatif dan sumber data yang digunakan adalah
Dengan adanya hal tersebut maka, komite audit data sekunder berupa laporan keuangan yang
dapat mengurangi pengukuran dan pengungkapan diperoleh dari website BEI (www.idx.co.id).
akuntansi yang tidak tepat sehingga akan Populasi penelitian adalah perusahaan yang
mengurangi juga tindakan kecurangan oleh sahamnya terdaftar di BEI. Jumlah sampel yang
manajemen dan tindakan melanggar hukum lainnya digunakan adalah 258 perusahaan. Teknik sampling
(Siallagan dan Machfoez, 2006; dalam Anissa, yang di gunakan adalah purposive sampling.
2012).
6
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014

Metode statistik yang digunakan adalah Tabel 1


analisis regresi linier berganda yang menggunakan Uji Model
program SPSS versi 21 untuk melakukan uji statistik
deskriptif, uji asumsi klasik (normalitas, Model Summaryb
multikolinearitas, Autokorelasi dan
Std.
heterokendatisitas) dan uji hipotesis (koefisisen Adjusted Error of
determinasi, uji statistik F dan uji statistik T). R R the Durbin-
Persamaan regresi berganda digambarkan dalam Model R Square Square Estimate Watson
bentuk sebagai berikut yaitu : 1 ,298a ,089 ,075 1, 48307 1,940
TA = + 1 (KI) + 2 (PDK) + 3 (KUA) + 4 Tabel 2
(JKA) + ....................(1) Uji t
Keterangan: Coefficientsa

TA : Tax Avoidance Model Unstandardize Standar t Sig.


d Coefficients dized
KI : Kepemilikan Institusional Coeffici
ents
PDK : Prosentase Dewan Komisaris
B Std. Beta
Independen
Error

KUA : Kualitas Audit 1 (Con 0,205 0,047 -1,976 0,05


stant)
JKA : Jumlah Komite Audit KI 0,202 0,201 0,061 1,004 0,32
- 0,343 -0,11 -1,806 0,07
: Konstanta persamaan regresi
PDK 0,619

1,2,...,13 : Koefisien pada setiap variabel KUA 0,135 0,192 -0,265 0,705 0,48
- 0,554 0,043 -4,247 0
: Perkiraan kemungkinan error JKA 2,351
a. Dependent Variable: TA
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berikut ini akan dijelaskan tentang Dari tabel 1 Koefisien determinasi dapat
gambaran umum pengumpulan data penelitian, dilihat dari nilai R Square yakni sebesar 8,9%, yang
pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji menunjukkan bahwa sebesar 8,9% dari adanya
normalitas, uji multikolinieritas, uji praktek tax avoidance dapat dijelaskan oleh variabel
heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi, pengolahan corporate governance (kepemilikan institusional,
data dan pengujian hipotesis yang meliputi uji prosentase dewan komisaris independen, kualitas
signifikasi parsial (uji statistik t) dan uji signifikasi audit, jumlah komite audit), sedangkan sisanya
simultan (uji statistik F). sebesar 91,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
Analisis Data Dari tabel 2 dapat diperoleh persamaan regresi linier
Dari pengolahan data dengan bantuan berganda sebagai berikut:
SPSS diperoleh hasil pada tabel 1 dan tabel 2. TA = 0,205 + 0,202KI 0,619PDK + 0,135KUA
2,351JKA

7
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014

Pembahasan digunakan untuk melakukan pengawasan dan

1. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap tax pengendalian dalam sebuah perusahaan oleh direksi

avoidance. dan manajemen, sehingga keberadaan mereka tidak

Dalam penelitian ini kepemilikan hanya formalitas belaka (Annisa, 2012). Dewan

institusional tidak memiliki pengaruh signifikan komisaris independen adalah pihak yang tidak

terhadap tax avoidance. Hal ini sejalan dengan terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang saham

penelitian yang dilakukan oleh Anissa (2012). pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan

Kepemilikan institusional yang tidak direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat

berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance sebagai direktur pada suatu perusahaan yang terkait

memiliki arti bahwa besar kecilnya kepemilikan dengan perusahaan pemilik. Dewan komisaris

institusional tidak membuat praktik tax independen harus memahami undang-undang dan

avoidance yang dilakukan oleh perusahaan peraturan tentang pasar modal serta diusulkan oleh

tersebut dapat dihindari. Kepemilikan pemegang saham yang bukan merupakan pemegang

institusional harusnya mampu memainkan saham pengendali dalam Rapat Umum Pemegang

peranan penting untuk mengawasi, Saham (RUPS) (Pohan, 2008; dalam Annisa 2012).

mendisiplinkan dan mempengaruhi manajer 3. Pengaruh kualitas audit terhadap tax avoidance.

sehingga, dapat memaksa manajemen untuk Dalam penelitian ini kualitas audit tidak

menghindari perilaku mementingkan memiliki pengaruh signifikan terhadap tax

kepentingannya sendiri. Akan tetapi, avoidance. Hal ini tidak sejalan dengan

terkonsentrasinya struktur kepemilikan belum penelitian yang dilakukan oleh Anissa (2012).

mampu memberikan kontrol yang baik terhadap Kualitas audit yang tidak berpengaruh signifikan

tindakan manajemen atas sikap memenuhi terhadap tax avoidance menunjukkan bahwa

kepentingannya sendiri (Isnanta, 2008). Menurut tidak ada perbedaan yang signifikan antara

Jasen dan Meckling (1976) dalam Sujoko (2006) perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big Four

memaparkan bahwa hasil temuan penelitian ini maupun KAP non The Big Four terhadap

tidak mendukung agency theory, karena penanggulangan praktek tax avoidance, hal ini

berdasarkan agency theory terdapat pemisahan dikarenakan ketika KAP mengaudit suatu

antara pemilik dengan pengelola, akan tetapi laporan keuangan berpedoman pada standart

hasil penelitian menunjukkan peranan pendiri pengendalian mutu kualitas audit telah

perusahaan sangat dominan dalam menentukan ditetapkan oleh Dewan Standar Profesional

kebijakan perusahaan. Akuntan Publik Institut Akuntan Publik

2. Pengaruh prosentase dewan komisaris Indonesia (DSPAP IAPI) dan aturan etika

independen terhadap tax avoidance. akuntan publik yang ditetapkan oleh IAPI

Dalam penelitian ini prosentase dewan sehingga dalam pelaksanaannya sudah

komisaris independen memiliki pengaruh dengan didasarkan pada aturan yang ada.

tingkat signifikan 10% terhadap tax avoidance. Hal 4. Pengaruh jumlah komite audit terhadap tax

ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan avoidance.

oleh Anissa (2012). Temuan ini memiliki arti bahwa Dalam penelitian ini jumlah komite audit

semakin besar prosentase variabel PDK dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap tax
avoidance. Hal ini sejalan dengan penelitian
8
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014

yang dilakukan oleh Anissa (2012). Jumlah pengaruh variabel terkait pada setiap industri
komite audit yang berpengaruh signifikan terhadap praktek tax avoidance.
terhadap tax avoidance menunjukkan semakin b. Diharapkan dapat menggunakan variabel lain
banyaknya jumlah komite audit yang ada pada yang berpengaruh terhadap tax avoidance, misal
sebuah perusahaan dapat membuat praktek tax karakteristik perusahaan.
avoidance yang dilakukan pada perusahaan c. Diharapkan dapat menambah rentang waktu
tersebut dapat diminimalisir. Selain itu Bursa penelitian dengan mengambil periode
Efek Indonesia (BEI) mensyaratkan paling pengamatan yang lebih panjang agar lebih
sedikit komite audit harus tiga orang menangkap fenomena tax avoidance yang
(Pohan,2008), jika jumlah komite audit kurang dilakukan perusahaan.
dari tiga orang maka tidak sesuai dengan
perturan BEI maka akan meningkatkan tindakan Keterbatasan
manajemen dalam melakukan minimalisasi laba Penelitian ini memiliki beberapa
untuk kepentingan pajak (Pohan,2008). Komite keterbatasan yaitu:
audit yang berfungsi untuk memberikan a. Penelitian ini menggunakan perusahaan yang
pandangan mengenai masalah-masalah yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia
berhubungan dengan kebijakan keuangan, (BEI) secara keseluruhan sebagai objek
akuntansi, dan pengendalian internal perusahaan penelitian, sehingga hasil penelitian tidak dapat
harus memiliki kompetensi yang cukup akan hal ditarik kesimpulannya untuk setiap sektor
yang menjadi tanggung jawabnya (Mayangsari, industri karena tiap sektor industri memiliki
2003; dalam Annisa, 2012). kekhasan yang berbeda-beda.
b. Koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai R
KESIMPULAN, SARAN, DAN Square yakni sebesar 8,9%, yang menunjukkan
KETERBATASAN bahwa hanya sebesar 8,9% dari adanya praktek
tax avoidance dapat dijelaskan oleh variabel
Kesimpulan corporate governance (kepemilikan institusional,
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan prosentase dewan komisaris independen, kualitas
bahwa corporate governance yang terdiri dari audit, jumlah komite audit), sedangkan sisanya
kepemilikan institusional, dan kualitas audit tidak sebesar 91,1% dijelaskan oleh variabel-variabel
berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance, lain.
sedangkan prosentase dewan komisaris independen, c. Tidak dapat menangkap fenomena variabel
dan jumlah komite audit berpengaruh signifikan kepemilikan institusional dengan baik, karena
terhadap tax avoidance. informasi pada laporan keuangan terdapat badan
usaha dengan kepemilikan yang sangat kecil
Saran sehingga digabungkan dengan kepemilikan oleh
Berdasarkan kesimpulan yang ada, maka masyarakat.
saran yang dapat diberikan kepada peneliti
selanjutnya adalah sebagai berikut:
a. Dapat menggunakan sampel yang dikhususkan
pada satu sektor industri, agar dapat melihat
9
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014

REFERENSI Dewi, Kristiana. 2014. Pengaruh Karakter Eksekutif,


Karakteristik Perusahaan, Dan Dimensi Tata
Annisa, N. A. dan Kurniasih, L., (2012), Pengaruh Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Tax
Corporate Governance terhadap Tax Avoidance Di Bursa Efek Indonesia .
Avoidance, Jurnal Akuntansi dan Auditing, Universitas Udayana. Bali.
Vol. 8, No. 2, Mei: 123-132. Forum for Corporate Governance Indonesia, Tata
Armstrong, Christopher S., Blouin, J.L., Jagolinzer, Kelola Perusahaan (Corporate Governance),
Alan D., dan Larcker, David F. (2012). dalam Good Corporate Governance Konsep
Corporate Governance, Incentives, and Tax dan Implementasi Perusahaan Publik dan
Avoidance. Inggris : Stanford University. Korporasi Indonesia (Jakarta, Forum for
Budiman, J. Dan Setiyono. (2012). Pengaruh Corporate Governance in Indonesia, 2002).
Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran Forum for Corporate Governance Indonesia.
Pajak (Tax Avoidance). Simposium Nasional Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit
Akuntansi XV. Banjarmasin. dalam Pelaksanaan Corporate Governance
Bovi, Maurizio. 2005. Book-Tax Gap, An Income (Tata Kelola Perusahaan). Edisi ke-2. Jakarta
Horse Race. Working Paper No. 61, Friese, A, S. Link, dan S. Mayer. 2006. Taxation
Desember 2005. and Corporate Governance. Working Paper.
Daniri, M. A., 2005, Good Corporate Governance Gedajlovic, E., D. Shapiro & B. Buduru. (2003) .
dalam Konsep dan Penerapannya dalam Financial Ownership, Diversification and
konteks di Indonesia (1st ed.). Jakarta: Ray Firm Profitability in Japan. Journal of
Indonesia. Management and Governance, 7:315-335.
Darmawanti, Deni. 2006. Pengaruh Karakteristik Ghozali, Imam. 2011, Aplikasi Analisis Multivariate
Perusahaan Dan Faktor Regulasi Terhadap dengan program IBM SPSS, Semarang:
Kualitas Implementasi Corporate Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Governance. Simposium Nasional Akuntansi Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis
IX. Padang Multivariate dengan Program SPSS (4th ed.).
Darussalam, dan D. Septriadi, 2009, Tax Avoidance, Semarang : Badan Penerbit Universitas
Tax Planning, Tax Evasion, dan Anti Diponegoro.
Avoidance Rule, (htpp://www.ortax.org.com, Haruman, tendi. 2008. Pengaruh Struktur
diunduh 17 Agustus 2013). Kepemilikan Terhadap Keputusan Keuangan
De Angelo, L. E., 1981, Auditor Size and Audit dan Nilai Perusahaan Survey Pada
Quality, Journal of Accounting and Perusahaan Manufaktur di PT. Bursa Efek
Economics. Vol. 3, No. 3, Juli:183-199. Indonesia. SNA XI : Ikatan Akuntan
Desai, M. A. dan Dharmapala, Dhammika. (2007). Indonesia.
Corporate Tax Avoidance and Firm Value. Institute For Economic and Financial Research,
Journal of Financial economics. (2013), Indonesian Capital Market Directory
Desai, M. A. dan Dharmapala, Dhammika. (2007). 2013, Jakarta
Corporate Tax Avoidance and High-Powered Irawan, H. P. & Farahmita, A., 2012. Pengaruh
Incentives. Journal of Financial economics, Kompensasi Manajemen dan Corporate
79, 145-179.
10
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014

Governance Terhadap Manajemen Pajak Sartori, Nicola. 2010. Effect of Strategic Tax
Perusahaan. Behaviors on Corporate Governance.
Jensen, M. C., W. H. Meckling. 1976. Theory of The www.ssrn.com
Firm : Manajerial Behaviour, Agency Cost, Scott, William R. 2000. Financial Accounting
and Ownership Structure. Journal of Theory : 6th Edition. New Jersey: Prentice
Financial and Economics, 3, 305-360. Hall.
Kurniasih, T. dan Sari, M. M. R. (2013). Pengaruh Siallagan, Hamongan dan Machfoedz, Masud.
Return on Assets, Leverage, Corporate (2006). Mekanisme Corporate Governance,
Governance, Ukuran Perusahaan, dan Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.
Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
Avoidance. Buletin Studi Ekonomi, 18 (1), Suandy, Erly. (2008). Perencanaan Pajak (4th ed.).
58-66. Jakarta: Salemba Empat.
Luayyi, S., 2010. Teori Keagenan dan Manajemen Sujoko, 2009. Good Corporate Governace dan
Laba dari Sudut Pandang Etika Manajer. EL- Kebijakan Keuangan Perusahaan. Surabaya :
MUHASABA Vol 1 No.2. Untag Press
Masdupi, Erni. (2005). Analisis Dampak Struktur Sunarto, 2009. Teori Keagenan dan Manajemen
Kepemilikan pada Kebijakan Hutang dalam Laba. Kajian Akuntansi, pp.13-28.
Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal Surya, Indra dan Yustiavandana, Ivan. (2006).
Ekonomi dan Bisnis Indonesia. 7(1), 15-24. Penerapan Good Corporate Governance
Meilinda, M., 2013, Pengaruh Corporate Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi
Governance terhadap Manajemen Pajak, Kelangsungan Usaha. Jakarta : Kencana.
Skripsi Dipublikasikan, Semarang: Fakultas The Indonesian Institute for Corporate Governance.
Ekonomika dan Bisnis Universitas 2006. www.iicg.org
Diponegoro. Ujiyantho dan Pramuka. (2007). Mekanisme
Organization for Economic Co-operation and Corporate Governance, Manajemen Laba
Development, 2004, OECD Principles of dan Kinerja Keuangan (Studi Pada
Corporate Governance, Perusahaan go public Sektor Manufaktur).
(http://www.oecd.org, diunduh 18 September Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.
2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Permanasari, Wien Ika. (2010). Pengaruh Tahun 2007
Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Uppal J.S. 2005. Kasus Penghindaran Pajak Di
Institusional, dan Corporate Social Indonesia. Economic Review Journal, 201.
Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan. Zarkasyi, Wahyudin. 2008. Good Corporate
Semarang : Universitas Diponegoro. Governance Pada Badan Usaha Manufaktur,
Pohan, H. T. 2008. Pengaruh Good Corporate Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya (1st
Governance, Rasio Tobins q, Perata Laba ed.). Bandung. Alfabeta.
terhadap Penghindaran Pajak pada
Perusahaan Publik. Retrieved July 18, 2013,
from http://hotmanpohan.blogspot.com

11

Anda mungkin juga menyukai