PEMBAHASAN
4. Penatalaksanaan
Studi yang begitu lama membuktikan bahwa kombinasi antara
obat-obatan dan psikoterapi (behavioral therapy) dan manajemen
medikasi yang tepat, terapi yang intensif dan komunitas treatment yang
rutin telah menolong anak-anak dengan gangguan ADHD menjadi lebih
baik. Menurunnya intensitas kecemasan, membaiknya penampilan di
sekolah, meningkatnya kualitas hubungan antara orangtua-anak,
meningkatkan kemampuan sosial merupakan keuntungan pemberian
treatment secara dini, tentunya dengan medikasi yang rendah dosis.
Kadang beberapa anak menunjukkan efek buruk dari medikasi,
oleh karenanya perlunya pengawasan ketat dalam pemberian obat-obatan,
apalgi bila anak tersebut disertai dengan gangguan kecemasan dan depresi.
Haruslah berhati-hati dalam memberi obat-obatan medis.
a. Medikasi
Jenis obat simultan berguna menurunkan gejala hiperaktif dan
kompulsif, beberapa anak juga dilaporkan meningkatnya konsentrasi,
pekerjaan dan belajar. Selain itu obat jenis simultan juga
meningkatkan koordinasi tubuh sehingga anak tidak menemui
kesulitan dalam melakukan pekerjaan tangan atau berolahraga.
Jenis simultan dianggap paling baik, dalam dosis yang rendah tidak
akan membuat anak seperti fly. Selama pemberian obat dalam dosis
rendah dan terkontrol jenis simultan ini dianggap tidak menimbulkan
adiktif. Dalam treatmen juga diusahakan manajemen pemberian obat-
obatan, misalnya seminggu sekali atau pada waktu siang hari.
Jika dalam seminggu tidak memberi pengaruh meningkatkan
performance, dokter akan meningkatkan dosis, jika tidak juga
memberi pengaruh maka dokter akan mengganti dengan obat jenis
lainnya.
Obat yang digunakan untuk gangguan ADHD pada anak-anak
5. Manifestasi Klinik
Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat
ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :
a. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-
geliat.
b. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
c. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
d. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan
atau keadaan di dalam suatu kelompok
e. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkanterhadap
pertanyaan pertanyaan yang belum selesai disampaikan
f. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
g. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau
aktivitas-aktivitas bermain
h. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan
lainnya
i. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
j. Sering berbicara secara berlebihan.
k. Sering menyela atau mengganggu orang lain
l. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan
kepadanya
m. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya
tanpa melihat-lihat).
6. Pemeriksaan Penunjang
c. Masa Toddler
2. Diagnosa Keperawatan
1. Dx 1
3. setelah dilakukan
iteraksi selama .X,
klien mengenal
wahamnya dengan
indicator/criteria hasil :
a. klien mampu mengenal
terjadinya waham.
b. klien mampu
mengungkapkan isi
waham.
c. klien mengungkapkan
frekuensi waham
d. mampu
memngungkapkan
perasaannya terkait
dengan waham.
4. setelah dilakukan
interaksi selama.X,
kesadaran klien terhadap
identitas personal, waktu,
dan tempat
meningkat/baik, dengan
indicator/criteria hasil :
a. klien mampu mengenal
identitas dirinya dengan
baik.
b. klien mengenal identitas
orang didekitrnya dengan
tepat/baik.
c. klien mampu
mengidentifikasi tempat
dengan benar.
d. klien mampu
mengidentifikasi waktu
(jam, hari, bulan, tahu)
dengan benar.
3. Dx 3
Internal
Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., Greene, Beverly .2005. Psikologi Abnormal jilid 2. Jakarta
: Penerbit Erlangga.
Ormrod, Jeanne E.2004. Human Learning. New Jersey: Pearson education, Inc
Sayed Muhammad. (2009). ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), [online]. Tersedia
: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi59adhd.php. [15 April 2010]