Anda di halaman 1dari 8

8.

Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang diteiti. Dengan
demikian, ilmiah instrument yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah
variable yang diteliti. Jika variabelnya lima maka instrumennya juga lima. Karena insrumen
penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data
kuantitatif yang akurat, maka setiap instrument harus memiliki skala (Sugiyono, 2012:92).
8.1 Macam-Macam Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila
digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Pengelompokan skala memakai
system bilangan nyata.
Terdapat empat amacam skala pengukuran yaitu
a. Skala Nominal. Skala ini merupakan skala skala yang paling lemah dibandingkan dengan
skala lain. Pada skala ini tidak ada hubungan jarak, dan tidak ada asal mula hitunagan
b. Skala Ordinal. Skala ordinal tidak hanya mengkatagorikan variabel untuk menunjukkan
perbedaan antara berbagai teori. Referensikan peringkat dan nomor 1,2, dan seterusnya.
Misalnya, responden mungkin akan diminta untuk menunujukkan preferensi mereka
dengan peringkat (Uma Sekaran and Rouger Bougie, 2009:142).
c. Skala Interval. Skala ini memiliki ciri-ciri skala nominal dan ordina, dan ditambah satu
lagi, yaitu skala ini mencakuup konsep kesamaan interval (jarak antara 1 dan 2 sama
dengan jarak 3 dan 4)
d. Skala Rasio. Skala ini menccakup semua keampuhan darri skala-skala lain sebelumnya
ditambah dengan adanya titik nol yang absolute.
Ada berbagai skala yang dapat digunakan untuk mengukur gejala/fenomena sosial yaitu:
1. Skala Likert.
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, atau persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala ini maka variable yang akan diukur
dijabarkan ke dalam indikator variable sebagai dasar dalam menyusun butir-butir instrumen
penelitian. Jawaban setiap butir yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negatif, misalnya dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju, dari sangat
baik sampai sangat tidak baik, dari selalu sampai tidak pernah.
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun
pilihan ganda.
a. Contoh Bentuk Checklist
Berikan jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi
tanda ( ) pada kolom yang telah tersedia.
No Pertanyaan Jawaban
SS ST RG TS STS
1 Metode kerja yang baru dapat
meningkatkan produktivitas
kerja karyawan
2 Dan seterusnya..
Keterangan:
SS = sangat setuju diberi skor 5
ST = setuju diberi skor 4
RG = ragu-ragu/netral diberi skor 3
TS = tidak setuju diberi skor 2
STS = sangat tidak setuju diberi skor 1
2. Skala Guttman.
Bila menggunakan skala Guttman maka jawaban yang tegas akan diperoleh yaitu ya atau
tidak, benar atau salah, pernah atau tidak pernah, positif atau negatif, dan lain-lain. Data yang
diperoleh dapat berupa data interval dan rasio dikhotomi (dua alternatif). Penelitian yang dilakukan
oleh peneliti yang menggunakan skala ini apabila ingin mendapat jawaban tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan.
Contoh:
1) Bagaimanakah pendapat anda terhadap kebijakan yang dibut oleh pimpinan baru?
a. setuju
b. tidak setuju
Skala ini selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda juga dapat dibuat dalam bentuk
checklist. Jawaban dapat dibuat dengan skor tertinggi satu dan terendah nol.
3. Semantic Defferential
Skala ini dapat digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda
maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban sangat positif terletak
di bagian kanan garis dan jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis atau sebaliknya.
Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. Responden dapat memberikan jawaban
pada rentang jawaban yang positif sampai negative, seperti apabila responden memberi penilaian
dengan angka 5 maka persepsi responden terhadap apa yang ditanyakan positif, sedangkan apabila
memberi jawaban pada angka 3 maka netral, dan apabila memberi jawaban pada angka 1 maka
negatif.
4. Rating Scale
Dari ke tiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh adalah
data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan, tetapi dengan menggunakan rating scale maka data
mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden
menjawab senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah atau tidak pernah adalah
merupakan data kualitatif. Dalam skala ini responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban
kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah
disediakan.
5. Skala Thurnstone
Skala dengan metode ini disusun sehingga interval antar urutan dalam skala mendekati
interval yang sama besarnya. Sehingga skala ini sering disebut equal interval scale (skala interval
sama). Ukuran yang dihasilkan oleh skala ini hampir-hampir mendekati ukuran interval sehingga
dapat digunakan analisis statistik. Yang merupakan ciri dari metode ini adalah penggunaan panel
yang terdiri dari 50-100 ahli untuk menilai sejumlah pernyataan guna mengukur variable tertentu.
Jenjang skala kemudian ditentukan atas dasar pendapat para ahli ini. Adapun tahap-tahap untuk
menyusun skala ini, yaitu:
1. Peneliti mengumpulkan sejumlah pernyataan yang bersifat positif dan negatif (40-50) yang
relevan untuk variabel yang hendak diukur.
2. Suatu panel ahli diminta untuk menilai relevansi pernyataan-pernyataan tersebut terhadap
variabel yang hendal diukur dan memberikan skor 1-13, yang dimana skor 1 untuk
pernyataan yang paling tidak relevan dan skor 13 untuk yang paling relevan.
3. Setelah nilai skala tiap pernyataan ditentukan, maka dipilih sejumlah pernyataan (10-20)
yang memiliki nilai yang merata untuk skala yang ditentukan.
4. Untuk mencegah systematic bias maka pernyataan-pernyataan sebaiknya disusun secara
acak, tidak mengikuti urutan skala.
5. Skor responden pada skala ini adalah nilai rata-rata (mean atau median) dari nilai
pernyataan-pernyataan yang dipilihnya.
Sumber-sumber Perbedaan Pengukuran
Perbedaan suatu pengukuran dapat berbeda yang disebabkan oleh beberapa sumber
kesalahan yang dilakukan, terdapat sumber-sumber kesalahan tersebut, yaitu:
1. Responden sebagai sumber kesalahan. Perbedaan-perbedaan dalam pendapat akan
muncul dari ciri-ciri responden yang relatif stabil yang berpengaruh terhadap skor.
2. Faktor-faktor situasi. Setiap kondisi yang memberikan beban kepada wawancara bisa
memberikan dampak serius terhadap respon antara pewawancara dengan responden.
3. Instrumen penelitian. Suatu instrumen yang baik dapat mengganggu seperti halnya,
kemungkinan instrumen tersebut membingungkan dan tidak jelas, pemakaian kata-kata
yang rumit sehingga responden tidak dapat memahami, kekurangan-kekurangan teknis,
dan lain sebagainya.
8.2 Desain Instrumen
Suatu alat yang digunakan utuk mengukur fenomena alam atau seosial yang diamat disebut
instrument penelitian. Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur variable dalam ilmu
alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya serta mudah didapat
kecuali yang rusak dan palsu.
Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variable penelitian yang telah
ditetapkan untuk diteliti. Titik tolak dalam menyusun instrumen penelitian adalah variable-
variabel penelitian. Dari variable-variabel yang diteliti dibuatlah definisi operasionalnya. Definisi
operasional tersebut menjadi dasar dalam membuat instrumen penelitian. Instrumen penelitian
dapat dibuat dalam bentuk pernyataan maupun pertanyaan. Pada dasarnya terdapat dua macam
instrumen yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen
yang berbentuk non test untuk mengukur sikap. Instrumen yang berupa test jawabannya adalah
salah atau benar sedangkan instrumen sikap jawabannya positif atau negatif. Terdapat dua
hal utama yang perlu diperhatikan dalam desain instrumern yaitu:
1. Urutan skala dan layout. Dalam hal ini urutan skala dan penyajian alat pengukuran
perlu semenarik mungin dan mudah dimengerti. Seperti halnya dalam kuisioner
sebaiknya dimulai dengan pertanyaan yang sederhana dan menarik, tulisan petunjuk-
petunjuk mengisi dengan jelas dan mudah dibaca, informasi yang sifatnya sensitif dan
klasifikatif sebaiknya ditanyakan belakangan, serta susunlah tata letak (layout)
sedemikian rupa sehingga mudah dibaca dan mengikuti alur proses wawancara.
2. Pratest dan perbaikan. Setelah instrumen disusun dalam bentuk draft, maka pratest
(uji coba sebelum penelitian yang sebenarnya dilakukan), sebaiknya dilakukan pada
sejumlah responden yang sama dengan responden penelitian yang sebenarnya.
8.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas instrumen
Mudrajad Kuncoro (2009:172) Validitas adalah suatu skala pengukuran disebut valid bila
melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila skala
pengukuran tidak valid maka tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau
melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
Rahyuda (2004:65), suatu instrument dikatakan memiliki validitas, apabila instrument
tersebut mampu menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur.
Validitas ada berbagai macam yaitu:
1. Validitas Konstruk
Menurut Rahyuda (2004:66). Validitas Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep.
Misalnya, seorang peneliti ingin mengukur konsep religiusitas. Pertama-tama yang harus
dilakukan oleh peneliti ialah mencari apa saja yang merupakan kerangka dari konsep tersebut.
Untuk mencari kerangka konsep tersebut dapat ditempuh berbagai cara. Yakni, mencari definisi
konsep yang dikemukakan para ahli yang ada pada literature, bila dalam literature tidak diperoleh
definisi konsep yang ingin diukur peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut, dan
menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden,atau orang-orang yang
memiliki karakteristik yang sama dengan responden.
2. Validitas Isi
Mudrajad Kuncoro (2009:173) mengakui bahwa validitas isi memastikan bahwa ukuran
telah cukup memasukan sejumlah item yang representatif dalam menyusun sebuah konsep.
Rahyuda (2004:67), validitas isi alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat
pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep.
3. Validitas Eksternal
Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengkolerasikan alat pengukur
baru dengan tolok ukur eksternal (yang berupa alat ukur yang sudah valid).
4. Validitas Prediktif
Validitas prediktif adalah kesahihan yang didasarkan pada hubungan yang teratur antara
tingkah laku apa yang diramalkan oleh sebuah tes dan tingkah laku sebenarnya yang ditampilkan
oleh individu atau kelompok.
5. Validitas Budaya
Validitas ini penting bagi penelitian di negara yang suku bangsanya sangat bervariasi.
Suatu alat pengukur yang sudah valid untuk penelitian di suatu negara belum tentu akan valid bila
digunakan di negara lain yang budayanya berbeda.
6. Validitas Rupa
Validitas rupa adalah jenis validitas yang berbeda dengan validitas lainnya. Validitas rupa
tidak menunjukkan apakah alat pengukur mengukur apa yang ingin diukur, tetapi hanya
menunjukkan bahwa dari segi rupanya suatu alat ukur tampaknya mengukur apa yang ingin
diukur. Validitas rupa amat penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengertian
kecerdasan,bakat dan keterampilan.
7. Validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity)
Validitas berdasarkan kriteria terpenuhi jika pengukuran membedakan individu menurut suatu
kriteria yang diharapkan prediksi. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menghasilkan validitas
konkuren atau validity prediktif. Jadi , validitas bisa dihasilkan dengan berbagai cara.
Reliabilitas Instrumen
Menurut Mudrajad Kuncoro (2009:175), relibilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas
dari suatu skor (skala pengukuran). Reliabilitas berbeda dengan validitas karena yang pertama
memusatkan perhatian pada masalah konsistensi,sedang yang kedua lebih memperhatikan masalah
ketepatan. Dengan demikian,reliabilitas mencakup dua hal utama, yaitu:
1. Stabilitas Ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap stabil atau tidak rentan
terhadap perubahan situasi apa pun. Terdapat dua jenis uji stbilitas, yaitu test-retest reliability dan
reliabilitas bentuk paralel (parallel-form reliability).
2. Konsistensi Internal Ukuran merupakan indikasi homogenitas item-item yang ada dalam ukuran
yang menyususn konstruk. Dengan kata lain, item-item yang ada harus sama dan harus mampu
mengukur konsep yang sama secara independen,sedemikian rupa sehingga responden seragam
dalam mengartikan setiap item.
8.4 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Cara Menguji Validitas Instrumen
Terdapat berbagai jenis validitas, maka yang dibicarakan di sini adalah pengujian validitas
konstrak. Dengan memahami cara penyusunan validitas konstrak,maka penyusun validitas lainnya
akan lebih mudah karena pada dasarnya prinsip perhitungannya adalah sama. Untuk menguji
validitas konstrak dapat digunakan pendapat dari para ahli. Dalam hal ini, setelah instrument
dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berdasarkan teori tertentu, maka
selanjutnya dikonstruksikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapat tentang instrument yang akan
disusun itu. Jumlah ahli yang digunakan minimal tiga orang.
Cara Menguji Reliabilitas Instrumen
Menurut Anastasi (Masri,1989) ada beberapa teknik yang digunakan untuk menghitung reliabilitas
instrument suatu penelitian, yaitu:
1. Teknik pengukuran ulang
Untuk mengetahui reliabilitas suatu alat pengukur dengan pengukuran ulang dapat
dilakukan dengan meminta kepada responden yang sama untuk menjawab semua pertanyaan pada
alat pengukur sebanyak dua kali dalam selang waktu tidak terlalu dekat dan tidak terlalu lama,
misalnya 15-30 hari. Hasil pengukuran pertama dikorelasikan dengan hasil pengukuran ke dua.
Bila angka korelasi melebihi angka krisis maka korelasi tersebut signifikan.
2. Teknik belah dua
Teknik ini dapat digunakan bila alat pengukur yang disusun memiliki cukup banyak item
(pertanyaan-pertanyaan) yang dibuat untuk mengukur aspek yang sama misalnya 50-60 item.
Semakin banyak item maka reliabilitas alat pengukur akan semakin baik.
3. Teknik bentuk parallel
Perhitungan reliable dengan menggunakan teknik ini dilakukan dengan membuat dua jenis
alat pengukur untuk mengukur aspek yang sama. Kedua alat pengukur tersebut diberikan pada
responden yang sama, kemudian dicari validitas untuk masing-masing jenis. Untuk menghitung
reliabilitas perlu mengkorelasikan skor total dari kedua alat pengukur tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2013. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan
Manajemen. Yogyakarta : BPFE

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung
: Alfabeta

Rahyuda, Ketut. 2016. Metodologi Penelitian Bisnis. Denpasar : Udayana Unversity Press

Anda mungkin juga menyukai

  • Perilaku Organisasi Kelompok 4
    Perilaku Organisasi Kelompok 4
    Dokumen11 halaman
    Perilaku Organisasi Kelompok 4
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Kas Dan Rekonsiliasi KLP 5
    Kas Dan Rekonsiliasi KLP 5
    Dokumen13 halaman
    Kas Dan Rekonsiliasi KLP 5
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Kop Sap 11.1
    Kop Sap 11.1
    Dokumen2 halaman
    Kop Sap 11.1
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Kepemimpinan Sap 8
    Kepemimpinan Sap 8
    Dokumen9 halaman
    Kepemimpinan Sap 8
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Sap 4
    Sap 4
    Dokumen14 halaman
    Sap 4
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Ak Hotel Sap 7
    Ak Hotel Sap 7
    Dokumen10 halaman
    Ak Hotel Sap 7
    Aprilia Widiantini
    Belum ada peringkat
  • Sap 5
    Sap 5
    Dokumen1 halaman
    Sap 5
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Audit Bab 19
    Audit Bab 19
    Dokumen3 halaman
    Audit Bab 19
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Sap 11
    Sap 11
    Dokumen6 halaman
    Sap 11
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • RMK Hak Merek
    RMK Hak Merek
    Dokumen9 halaman
    RMK Hak Merek
    Cok Istri Pradnya Ningrat
    Belum ada peringkat
  • Sap 8 Bagian 1
    Sap 8 Bagian 1
    Dokumen3 halaman
    Sap 8 Bagian 1
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • LPD 13
    LPD 13
    Dokumen10 halaman
    LPD 13
    Vazria Ulfa Liandini
    Belum ada peringkat
  • Sap 8 Bagian 1
    Sap 8 Bagian 1
    Dokumen3 halaman
    Sap 8 Bagian 1
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Kajian Literatur
    Kajian Literatur
    Dokumen10 halaman
    Kajian Literatur
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Ak LPD 12
    Ak LPD 12
    Dokumen8 halaman
    Ak LPD 12
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Audit
    Audit
    Dokumen8 halaman
    Audit
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Audit Bab 21
    Audit Bab 21
    Dokumen13 halaman
    Audit Bab 21
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Sap 3 Audit
    Sap 3 Audit
    Dokumen7 halaman
    Sap 3 Audit
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Ak LPD 12
    Ak LPD 12
    Dokumen8 halaman
    Ak LPD 12
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Metod
    Metod
    Dokumen3 halaman
    Metod
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • COSO
    COSO
    Dokumen9 halaman
    COSO
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Sap 3
    Sap 3
    Dokumen8 halaman
    Sap 3
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • RMK Sap 9 Fix
    RMK Sap 9 Fix
    Dokumen12 halaman
    RMK Sap 9 Fix
    Cok Istri Pradnya Ningrat
    Belum ada peringkat
  • Sap 3
    Sap 3
    Dokumen5 halaman
    Sap 3
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Sap 3 Audit
    Sap 3 Audit
    Dokumen7 halaman
    Sap 3 Audit
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan
    Ringkasan
    Dokumen6 halaman
    Ringkasan
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat
  • BINTER
    BINTER
    Dokumen18 halaman
    BINTER
    YOGA DARMA
    Belum ada peringkat
  • Proses Dan Kronologis Penetapan Sfas
    Proses Dan Kronologis Penetapan Sfas
    Dokumen5 halaman
    Proses Dan Kronologis Penetapan Sfas
    Azizi Ahmad
    Belum ada peringkat
  • Sap 5
    Sap 5
    Dokumen7 halaman
    Sap 5
    Tania Magetsu Putri
    Belum ada peringkat