Anda di halaman 1dari 17

ATELEKTASIS

A. Definisi Atelektasis

Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan

berkembang secara sempurna sehingga aerasi berkurang atau sama sekali tidak berisi udara.

Hilangnya volume paru secara parsial ataupun komplit dapat diartikan sebagai kolaps atau

atelektasis. Akhir-akhir ini kolaps atau atelektasis telah menjadi sinonim dan kedua hal

tersebut diartikan sebagai berkurangnya volume udara di dalam paru dan berkaitan dengan

menurunnya volume paru. Hal ini bertolak belakang dengan konsolidasi yang berarti

berkurangnya udara di paru namun volume paru tetap norma. Atelektasis adalah penyakit

restriktif akut yang umum terjadi, mencakup kolaps jaringan paru atau unit fungsional paru.

Atelektasis merupakan masalah umum klien pascaoperasi. Ateletaksis adalah ekspansi yang tidak

sempurna paru saat lahir (ateletaksis neokatorum) atau kolaps sebelum alveoli berkembang

sempurna, yang biasanya terdapat pada dewasa yaitu ateletaksis didapat (acovired

aeletacsis).Atelektasis (Atelectasis)adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat

dangkal. Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan

berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkembang atau sama sekali tidak terisi udara.

Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelektasis adalah pengurangan volume bagian paru baik

lobaris, segmental atau seluruh paru, dengan akibat kurangnya aerasi sehingga memberi bayangan

lebih suram (densitas tinggi) dengan penarikan mediastinum kearah atelektasis, sedangkan diafragma

tertarik ke atas dan sela iga menyempit. Dengan adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya

mengalami suatu enfisema kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi

herniasi hemithorak yang sehat kearah hemethorak yang atelektasis.


B. ETIOLOGI

Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Penyumbatan juga

bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh

adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau

bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran

kelenjar getah bening.

Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran darah

sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya

terisi dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami infeksi. Atelektasis

merupakan suatu akibat dari kelainan paru yang dapat disebabkan:

a. Bronkus tersumbat

penyumbatan bisa berasal didalam bronkus (tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang

massif) dan penyumbatan bronkus akibat penengkanan dari luar bronkus akibat penengkanan

dari luar bronkus (tumor sekitar bronkus, kelenjar membesar).

b. Tekanan ekstrapulmoner

Biasanya disebabkan oleh pneumothoraks, cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi alat

perut kedalam rongga thoraks, dan tumor intra thoraks tepe ekstrapulmuner (tumor

mediastinum).

c. Paralisis atau paresis gerak pernapasan,

akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalnya pada kasus

poliomiolitis dan kelainan neurologic lainya. Gerak nafas yang tergangu akan mempengaruhi

kelancangan pengeluaran secret bronkus dan ini menyebabkan penyumbatan bronkus yang

berakhir dengan memperberat keadaan atelektasis.


d. Hambatan gerak pernapsan

kelainan pleura atau trauma toraks yang menahan rasa sakit. Keadaan ini juga akan

menghambat pengeluaran secret bronkus yang dapat memperhebat terjadinya atelektasis.

Atelektasis seharusnya dapat dibedakan dengan pneumothoraks. Walaupun kolaps

alveolar terdapat pada kedua keadaan tersebut, penyebab kolapsnya dapat dibedakan dengan

jelas. Atelektasis timbul karna alveoli menjadi kurang berkembang atau tidak berkembang,

sedangkan pneumothoraks timbul karena udara masuk kedalam rongga pleura. Pada

kebanyakan pasien, pneumothoraks tidak dapat dicegah dengan perawatan yang tepat .

Penyebab internal yang utama adalah adanya sumbatan didalam bronkus atau bronkiolus,

antara lain dapat terjadi oleh mukus, jaringan neoplasma jaringan granulomatous, absesparu,

bronchitis menaun dan lain-lain

C. MENIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya atelektasis.

Pada umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma,

neoplasma,asma dan penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis,

bronkopmeumonia, dan lain-lain jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali

jika ada obstruksi pada bronkus utama Gejala klinis sangat berfariasi, tergantung pada

sebab dan luas atelectasis. Pada umumnya atelectasis yang terjadi pada penyakit
tuberkolosis, limfoma, neoplasma, asma dan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

misalnya bronchitis, bronkopneumonia dan lain-lain jarang menimbulkan gejala klinis

yang jelas, kecuali bila terjadi obstuksi pada bronkus utama. Jika daerah atelectasis itu

luas dan terjadi dengan cepat, akan terjadi dispnu dengan pola pernafasan yang cepat dan

dangkal , takikardi dan sering terjadi sianosis. Pada perkusi redup dan mungkin pula

normal bila terjadi emfisema kompensasi. Pada atelectasis yang luas atau atelectasis yang

melibatkan lebih dari 1 lobus , bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak

terdengar. Kalau diteliti lebih lanjut biasanya akan diketahui adanya perbedaan gerak

dinding toraks, gerak sela iga dan diafragma. Pada perkusi mungkin batas jantung dan

mediastinum akan bergeser, letak diafragma mungkin meninggi. Pada anak yang sehat

tapi tiba-tiba menderita sesak nafas disertai sianosis, kita harus waspada terhadap

terjadinya atelectasis yang luas atau massif yang disebabkan oleh penyumbatan salah

satu bronkus utama oleh benda asing.

Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang ringan.

Gejalanya bisa berupa :

1. Gangguan Pernafasan

2. Nyeri Dada

3. Batuk

Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang

sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).


D. PATAFISIOLO

Pada atelektasis absorpsi, obstruksi saluran napas menghambat masuknya udara ke dalam

alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan. Udara yang sudah terdapat dalam alveolus

tersebut diabsorpsi sedikit demi sedikit ke dalam aliran darah dan alveolus kolaps. Untuk

mengembangkan alveolus yang kolaps total diperlukan tekanan udara yang lebih besar,

seperti halnya seseorang harus meniup balon lebih keras pada waktu mulai mengembangkan

balon. Atelektasis absorpsi dapat disebabkan oleh obstruksi bronkus intrinsik atau ekstrinsik.

Obstruksi bronkus intrinsik paling sering disebabkan oleh secret atau eksudat yang tertahan.

Tekanan ekstrinsik pada bronkus biasanya disebabkan oleh neoplasma, pembesaran kelenjar

getah benih, aneurisma atau jaringan parut.

Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak sirkulasi darah perifer akan diserap

oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan terjadinya kegagalan pernapasan dan penarikan

kembali paru-paru dalam beberapa menit, hal ini tanpa desebabkan adanya infeksi. Paru-paru akan

menyusut secara komplek. Dalam tingkat awal, perfusi darah paru-paru akan kekurangan udara yang

menyebabkan hipoksemi arterial. Jika kapiler dan jaringan hipoksia mengakibatkan timbulnya

transudat berupa gas dan cairan serta udem paru. Pengeluaran transudat dari alveoli dan sel

merupakan pencegahan komplit kolaps dari atelektasis paru. Daerah sekitar paru-paru yang

mengalami udem kompensata sebagian akan kehilangan volume. Bagaimanapun juga pada kasus

kolaps yang luas diafragma mengalami paninggian, dinding dada nyeri dan hal ini akan

mempengaruhi perubahan letak hati dan mediastinum.

Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat respirasi dan kortek serebral.

Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana terdapat daerah atelektasis yang luas yang

menyebabkan tekanan O2 kurang atau berasal dari paru-paru dan otot pernapasan, dimana paru-paru

kekurangan oksigen tidak terpenuhi dan penambahan kerja pernapasan. Kiranya aliran darah pada

daerah yang mengalami atelektasis berkurang. Tekanan CO 2 biasanya normal atau seharusnya turun

sedikit dari sisa hiperventilasi parenkim paru-paru yang normal.


E. PENATALAKSANAN / PENGOBATAN

Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali


mengembangkan jaringan paru yang terkena.
Tindakan yang biasa dilakukan :
Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali
bisa mengembang
Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )
Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
Postural drainase
Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau
menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin
perlu diangkat.Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru
yang mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan
jaringan parut ataupun kerusakan lainnya.
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:
1. Medis
Pemeriksaan bronkoskopi
Pemberian oksigenasi
Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid)
Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)
Pemeriksaan bakteriologis
2. Keperawatan
Teknik batuk efektif
Pegaturan posisi secara teratur
Melakukan postural drainase dan perkusi dada
Melakukan pengawasan pemberian medikasi secara teratur
F. PENYIMPANAN KDM
G. PENGKAJIAN

1. Indentitas
Nama,
Umur, terjadi pada bayi yang baru lahir, anak-anak atau pada usia tua
Jenis kelamin bisa terjadi pada pria dan wanita
Pekerjaan, biasanya terjadi pada orang yang bekerja pada daerah dengan polusi tinggi
2. Keluhan utama
pada atelektasis keluhan utama yang dirasakan adalah
- Sesak nafas
- Nyeri dada
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan sesak nafas, setelah beraktivitas dan merasakan nyeri dada pada
bagian yang terkena atelektasis
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien tidak mempunyai penyakit menurun
5. Riwayat penyakit dahulu
Pada saat lahir pasien pernah mengalami kelainan yaitu setelah lahir belum sempat
terjadi tangis yang pertama
6. Riwayat psiko social
- Pasien merasakan cemas karena mengalami nyeri
- Pasien jarang berkomunikasi dengan lingkungan sekitar
7. Pola aktivitas sehari-hari
- Mobilisasi berkurang karena pasien sesak nafas jika pasien banyak
melakukan aktivitas
- Pola istirahat, tidur pasien menjadi berkurang atau tidak teratur
- Pemasukan nutrisi dan cairan berkurang
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan thoraks yang cermat, yang mencakup inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi, seringkali menunjukkan diagnosis kelainan paru yang terjadi. Hasil pemeriksaan
fisik pada atelektasis (obstruksi lobaris) yang sering ditemukan adalah :
Tanda-tanda vital
TD : hipertensi
S : hipertermi >39C
RR : dipsnea 30x/mnt
N : takikardi 130x/mnt
Inspeksi berkurangnya gerakan pada sisi yang sakit,
adanya sianosis pada bibir dan ujung jari
pasien terlihat pucat
Palpasi fremitus berkurang, trakea dan jantung bergeser
Perkusi batas jantung dan mediastinumm akan bergeser
letak diagfragma meninggi
Auskultasi suara nafas melemah,dan terdengar ronki

Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen dada
Menunjukan adanya daerah bebas udara di paru-paru
2. CT scan
Menentukan penyebab terjadinya penyumbatan
3. GDA
Untuk menunjukan derajat hipoksemia dan keadekuatan ventilasi alveolar

Analisa Data
No Dx Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 Ds : keluarga px mengatakan px Gangguan pertukaran
Gangguan
sesak saat bernafas. pengembangan gas
paru/kolaps alveoli
Do : - Px terlihat lemah.
Bunyi nafas ronki
Ventilasi & pervusi
Bunyi nafas pasien melemah tdk seimbang
Frekwensi nafas px >16x/m
Gangguan pertukaran
gas
2 Ds: -Dispnea Terjadi dengan cepat Ketidakefektifan pola
dan luas dispenu
-Sakit kepala pada saat bangun nafas
-Gangguan penglihatan
Pola nafas cpt dan
Do:-Gas darah arteri yang tidak dangkal
normal
-Ketidaknormalan frekuensi, irama, ketidakefektifan pola
dan kedalaman pernafasan nafas
-Sianosis
-Takikardia
3 Ds: keluargaa px mengatkan bahwa Ketidakafektifan
Sumbatan bronkus
px saat bernafas terdapat bunyi bersihan jalan nafas
Do: -bunyi nafas ronki
Gangguan
-bunyi nafas px melemah pengeluaran mukus
-Frekwensi nafas px >16x/m
Akumulasi mukus pd
bronkus

Ketidakafektifan
bersihan jalan nafas
4 Ds: -Nyeri dada Terjadi dengan cepat Gangguan perfusi
dan luas
-Dispnea jaringan
-Rasa seperti akan mati Asupan oksigen
jaringan menurun
Do:-Aritmia
-Retraksi dada
Oksigen jaringan
-Pengisian kembali kapiler lebih menurun
dari tiga detik
-Pengembangan cuping hidung Sianosis

Gangguan perfusi
jaringan

2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi dan perfusi tidak seimbang
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d pola nafas cepat dan dangkal
3. Ketidakafektifan bersihan jalan nafas b.d akumulasi mukus pada bronkus
4. Gangguan perfusi jaringan b.d oksigen jaringan menurun;sianosis
I. INTERVENSI DAN RASIONAL

No Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi dan rasional


keperawatan
1 Gangguan pertukaran tujuan: setelah mandiri
gas b.d ventilasi dan dilakukan tindakan kaji frekuensi kedalaman
perfusi tidak keperawatan selama pernafasan .
seimbang 124 jam pasien Rasional : untuk mengevaluasi
menunjukan perbaikan derajat distres pernafasan
ventilasi dan oksigenasi pernafasan atau proses penyakit
jaringan .
kriteria hasil: tinggikan kepala tempat
pertukaran gas dapat tidur bantu pasien memilih posisi
dipertahankan yang mudah untuk
bernafas.dorong pasien untuk
penafasan dalam atau nafas bibir.
Rasional : pengiriman oksigen
dapat di perbaiki dengan posisi
duduk tinggi dan latihan nafas
untuk menurunkan kolaps jalan
nafas.

Auskultasi bunyi nafas,cacat


area penurunan aliran udara
/bunyi tambahan
,(ronki,mengi,redup).
Rasional : bunyi nafas mungkin
redup karena penurunan aliran
udara,adanya mengi
mengindikasikan spasme
bronkus.

Palpasi fremitus (getaran


vibrasi pada saat palpasi)
Rasional: penurunan getaran
fibrasi diduga ada pengumpulan
cairan.

Evaluasi tingkat toleransi


aktivitas.
Rasional : selama distres
pernafasan berat/akut ,pasien
secara total tidak mampu
melakukan aktivitas sehari hari

Awasi tanda tanda vital


dan irama jantung.
Rasional : takikardia dan
perubahan tekanan darah yang
dapat menunjukan adanya
hipoksemia sistemik pada fungsi
jantung.

Kolaborasi
Awasi /gambaran seri GDA
dan nadi
Rasional : PaCO2 biasanya
meningkat
(bronchitis,emfisema)dan PaCO2
secara umum menurun ,sehingga
terjadi hipoksia .

Berika oksigen tambahan


sesuai degan indikasi hasil GDA
dan toleransi pasien.
Rasional : memperbaiki atau
mencegah memburuknya
hipoksia
Bantu intubasi ,berikan
/pertahankan ventilasi mekanik
Rasional : terjadinya kegagalan
nafas yang akan datang
memerlukan upaya penyelamatan
hidup.
2 Ketidakefektifan pola Pola nafas kembali Berikan HE pada pasien
nafas efektif setelah tentang penyakitnya
dilakukan tindakan Rasional : Informasi yang
keperawatan selama 3 adekuat dapat membawa pasien
24 jam, dengan kriteria lebih kooperatif dalam
hasil: memberikan terapi
- Tidak terjadi hipoksia
atau hipoksemia Atur posisi semi fowler
- Tidak sesak Rasional : Jalan nafas yang
- RR normal (16-20 / longgar dan tidak ada sumbatan
menit) proses respirasi dapat berjalan
- Tidak terdapat dengan lancar.
kontraksi otot bantu
nafas Observasi tanda dan
Tidak terdapat sianosis gejala sianosis
Rasional : Sianosis merupakan
salah satu tanda manifestasi
ketidakadekuatan suply O2 pada
jaringan tubuh perifer

Berikan terapi oksigenasi


Rasional : Pemberian oksigen
secara adequat dapat mensuplai
dan memberikan cadangan
oksigen, sehingga mencegah
terjadinya hipoksia.
Observasi tanda-tanda
vital
Rasional : Dyspneu, sianosis
merupakan tanda terjadinya
gangguan nafas disertai dengan
kerja jantung yang menurun
timbul takikardia dan capilary
refill time yang
memanjang/lama.

Observasi timbulnya
gagal nafas.
Rasional : Ketidakmampuan
tubuh dalam proses respirasi
diperlukan intervensi yang kritis
dengan menggunakan alat bantu
pernafasan (mekanical
ventilation).

Kolaborasi dengan tim


medis dalam memberikan
pengobatan
Rasional : Pengobatan yang
diberikan berdasar indikasi
sangat membantu dalam proses
terapi keperawatan
3 Ketidakafektifan Tujuan : Mandiri
bersihan jalan nafas setelah dilakukan auskultasi bunyi nafas.catat
b.d akumulasi mukus tindakan keperawatan adanya bunyi nafas ,misal: mengi
pada bronkus selama 124 jam pasien ,ronki.
menunjukan perilaku Rasional : beberapa derajat
mencapai bersihan jalan spasme bronkus terjadi dengan
nafas. obtruksi jalan nafas dan terdapat
kriteria hasil: nafas adventisius.
Klien dapat kaji frekwensi kedalaman
mempertahankan jalan pernafasan dan gerakan dada
nafas secara efektif Rasional : pernafasan dangkal
dan gerakan dada tidak simetris
sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan
dinding dada/cairan paru.

berikan cairan sedikitnya


2500 ml/hari ,kecuali kontra
indikasi,tawarkan air hangat.
Rasional : cairan (khususnya air
hangat)memobilisasi

observasi warna
kulit,membran mukosa,dan kuku
Rasional : sianosis kuku
menunjukan adanya
vasokontruksi,sianosis membram
mukosa dan kulit sekitar mulut
menunjukan hipoksemia sistemik

Kolaborasi
Berikan obat sesuai
indikasi
bronkodilator,mis :egonis
:epinefrin (adrenalin ,vaponefrin
) Xantin ,mis:aminofilin
,oxtrifilin.
Rasional : merilekskan otot
halus dan menurunkan kongesti
lokal
berikan humidikasi
tambahan,mis:nebulizer
ultranik,humidifier aerosol
ruangan
Rasional : kelembaban
menurunkan kekentalan sekret
dan mempermudah
pengeluaran secret.

berikan pengobatan
pernafasan ,mis ;fisioterapi dada
Rasional : drainase postural dan
perkusi bagian penting untuk
mengencerkan secret.dan
memperbaiki ventilasi pada
segmen

4 Gangguan perfusi Tujuan: selama Kaji adanya perubahan


jaringan dilakukan tindakan kesadaran.
keperawatan tidak 2. Rasional : Inspeksi adanya
terjadi penurunan pucat, cyanosis, kulit yang dingin
perfusi jaringan. dan penurunan kualitas nadi
perifer.
Kaji adanya tanda
Hopmans (pain in calf on
dorsoflextion), erythema,
edema.
Kaji respirasi (irama,
kedalam dan usaha
pernafasan).
Kaji fungsi gastrointestinal
(bising usus, abdominal
distensi, constipasi)..
Kolaborasi dalam:
Pemeriksaan AGD (Analisa
Gas Darah), BUN (Blad
Urea Nitrogen), Serum
ceratinin dan elektrolit.

Anda mungkin juga menyukai

  • Osteo
    Osteo
    Dokumen25 halaman
    Osteo
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • LP ISPA
    LP ISPA
    Dokumen14 halaman
    LP ISPA
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Ispa 1
    Laporan Pendahuluan Ispa 1
    Dokumen9 halaman
    Laporan Pendahuluan Ispa 1
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • BPH Hany
    BPH Hany
    Dokumen26 halaman
    BPH Hany
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • LP Mening
    LP Mening
    Dokumen19 halaman
    LP Mening
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan BPH
    Laporan Pendahuluan BPH
    Dokumen36 halaman
    Laporan Pendahuluan BPH
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • LP Infeksi Saluran Kemih (Isk)
    LP Infeksi Saluran Kemih (Isk)
    Dokumen10 halaman
    LP Infeksi Saluran Kemih (Isk)
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • LP Febris
    LP Febris
    Dokumen11 halaman
    LP Febris
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • TB Paru
    TB Paru
    Dokumen10 halaman
    TB Paru
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • LP Asma
    LP Asma
    Dokumen10 halaman
    LP Asma
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Resume KB
    Resume KB
    Dokumen4 halaman
    Resume KB
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Trauma Kepala Penyimpangan KDM
    Trauma Kepala Penyimpangan KDM
    Dokumen1 halaman
    Trauma Kepala Penyimpangan KDM
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Itta
    Itta
    Dokumen29 halaman
    Itta
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Askep Gagal Ginjal Akut
    Askep Gagal Ginjal Akut
    Dokumen11 halaman
    Askep Gagal Ginjal Akut
    Salwa Aurelia Firdaus
    Belum ada peringkat
  • Itta
    Itta
    Dokumen29 halaman
    Itta
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • TBC Penyimpangan KDM
    TBC Penyimpangan KDM
    Dokumen1 halaman
    TBC Penyimpangan KDM
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • LP ISPA
    LP ISPA
    Dokumen14 halaman
    LP ISPA
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Decubitus
    Decubitus
    Dokumen19 halaman
    Decubitus
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Sap KB
    Sap KB
    Dokumen3 halaman
    Sap KB
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • LP TB Paru
    LP TB Paru
    Dokumen11 halaman
    LP TB Paru
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Cimmi
    Cimmi
    Dokumen13 halaman
    Cimmi
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan DBD
    Laporan Pendahuluan DBD
    Dokumen17 halaman
    Laporan Pendahuluan DBD
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • LP Trauma Capitis
    LP Trauma Capitis
    Dokumen12 halaman
    LP Trauma Capitis
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • I NFUS
    I NFUS
    Dokumen6 halaman
    I NFUS
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Askeb Suntik
    Askeb Suntik
    Dokumen13 halaman
    Askeb Suntik
    Okky Wanda Abipradani
    Belum ada peringkat
  • Decubitus
    Decubitus
    Dokumen19 halaman
    Decubitus
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Diagnosa Keperawatan Nanda
    Diagnosa Keperawatan Nanda
    Dokumen29 halaman
    Diagnosa Keperawatan Nanda
    mieftha
    Belum ada peringkat
  • Askep Keluarga
    Askep Keluarga
    Dokumen29 halaman
    Askep Keluarga
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Tugas Atelektasis
    Tugas Atelektasis
    Dokumen17 halaman
    Tugas Atelektasis
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat