Anda di halaman 1dari 9

3.1 PENENTUAN RISIKO DETEKSI.

Risiko Deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan dapat mendeteksi salah saji material
yang ada dalam suatu asersi. Suatu rencana tingkat risiko deteksi yang bisa diterima harus
ditetapkan untuk setiap asersi laporan keuangan yang signifikan. Risiko deteksi ditentukan
berdasarkan hubungan yang dinyatakan dengan model seperti di bawah ini :

Di mana, Risiko Deteksi (RD) berhubungan terbalik dengan Risiko Bawaan (RB) dan
Risiko Pengendalian (RP) yang ditentukan. Risiko deteksi merupakan dasar untuk menetapkan
Rencana Tingkat Pengujian Substantif. Hubungan antara Strategi Audit Awal, Rencana Risiko
Deteksi dan Rencana Tingkat Pengujian Substantif adalah seperti di bawah ini :

Rencana Tingkat
Strategi Audit Awal Rencana Risiko Deteksi
Pengujian Substantif
Pendekatan tingkat risiko
Rendah atau sangat rendah Tingkat lebih tinggi
pengendalian maksimum
Pendekatan tingkat risiko
pengendalian lebih Moderat atau tinggi Tingkat lebih rendah
rendah

3.2 MERANCANG UJI SUBSTANTIF

Untuk mendapatkan dasar yang masuk akal dalam memberi pendapat atas laporan
keuangan kliennya, auditor harus memperoleh bukti kompeten yang cukup. Pengujian substantif
di satu sisi bisa menghasilkan bukti tentang kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang
signifikan dan di sisi lain pengujian substantif juga bisa menghasilkan bukti yang menunjukkan
adanya kekeliruan jumlah rupiah atau salah saji dalam pencatatan atau pelaporan transaksi dan
saldo-saldo. Perancangan pengujian substantif meliputi penentuan sifat, saat dan luas pengujian
yang diperlukan untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi.

1
3.3 PROSEDUR AWAL

Setiap pengujian audit selalu diawali dengan langkah-langkah untuk mendapatkan


pemahaman mengenai bisnis dan bidang usaha klien. Oleh karena itu, auditor perlu memahami
kebijakan pengakuan pendapatan, serta pemicu-pemicu ekonomi pada perusahaan yang
mendorong terjadinya pendapatan dan laba kotor. Selain itu, auditor juga perlu memahami
standar termin perdagangan, pengalaman klien dalam pengumpulan piutang, aspek musiman
pada bidang usaha yang bersangkutan dan luasnya konsentrasi bisnis dengan pelanggan tertentu.
Salah satu prosedur awal yang penting dalam memeriksa piutang usaha dan rekening cadangan
kerugian piutang yang bersangkutan adalah melakukan penelusuran saldo awal tahun yang
diperiksa ke saldo akhir per audit dalam kertas kerja tahun lalu (jika laporan keuangan tahun lalu
diaudit).

3.4 PROSEDUR ANALISIS

Prosedur analisis digunakan dalam perencanaan audit untuk mengidentifikasi daerah-


daerah atau tempat-tempat yang memiliki risiko salah saji lebih tinggi. Prosedur analisis bisa
juga digunakan pada tahap pengujian sebagai pengujian substantif untuk mendapatkan bukti
tentang asersi tertentu. Dalam hal tertentu, prosedur analisis hanya digunakan sebagai pelengkap
atas pengujian detil, tetapi dalan situasi yang lain prosedur ini justru bisa menjadi pengujian
substantif yang utama. Sasaran yang ingin dicapai auditor dengan melakukan prosedur analitis
adalah untuk memperkirakan besarnya saldo piutang usaha, perbandingan antara piutang dengan
penjualan dan laba kotor perusahaan.

3.5 PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI

Dalam pengujian ini, auditor memeriksa sebagian atau seluruh pendebetan dan
pengkreditan atas suatu rekening. Hasil pengujian tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan
tentang saldo rekening yang bersangkutan. Efektivitas pengujian tergatung pada prosedur dan
dokumen yang digunakan. Pengujian pengujian detail tertentu bisa dilaksanakan pada periode
interim yang dilakukan sambil auditor melakukan pengujian bertujuan ganda. Adapun hal hal
yang perlu diperhatikan adalah bahwa pengujian pisah batas selalu dilakukan sebagai bagian dari

2
pekerjaan akhir tahun. Dan pengujian saldo juga merupakan pengujian transaksi, dan bahwa
transaksi transaksi pendapatan yang tidak tertagih (yang jumlahnya termasuk dalam puitang
dagang) memiliki risiko salah saji yang lebih tinggi dari pada transaksi yang dapat ditagih.

Pencocokan Piutang di Pembukuan ke Dokumen Pendukungnya.


File rekening rekening pelanggan yang diselenggarakan klien seharusnya berisi
dokumen dokumen seperti order dari pembeli, order penjual, dokumen pengiriman,
faktur penjualan, memo kredit, dan korespondensi. Dalam melakukan pengujian ini, suatu
sampel pendebetan ke rekening piutang (pelanggan) dicocokkan ke faktur penjualan dan
ke dokumen dokumen pendukung lainnya untuk mendapatkan bukti yang berkaitan
dengan asersi keberadaan atau keterjadian, hak dan kewajiban, dan penilaian atau
pengalokasian.
Pengujian Pisah Batas Penjualan dan Retur Penjualan.
Pengujian pisah batas penjualan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
bukti yang layak bahwa :
1. Penjualan dan piutang usaha dicatat pada periode akuntansi yang sesuai dengan
periode terjadinya transaksi
2. Ayat ayat jurnal untuk persediaan dan harga pokok penjualan yang bersangkutan
dibuat pada periode yang sama.
Pengujian Pisah Batas Penerimaan Kas.
Pengujian pisah batas penerimaan kas dirancang dengan maksud untuk
mendapatkan jaminan yang layak bahwa penerimaan kas telah dicatat pada periode
akuntansi terjadinya penerimaan. Pisah batas yang tepat pada tanggal neraca penting
artinya baik bagi kas maupun piutang usaha.
3.6 PENGUJIAN RINCIAN SALDO

Pengujian detil atas saldo saldo dilakukan untuk mendapatkan bukti secara langsung
tentang sebuah saldo rekening, dan bukan pada masing masing pendebetan atau pengkreditan
yang telah menghasilkan saldo tersebut. Efektivitas pengujian ini juga tergantung pada prosedur
yang digunakan dan tipe bukti yang diperoleh. Berikut adalah contoh bagaimana efektivitas

3
pengujian atas saldo saldo dapat direncanakan untuk memenuhi berbagai tingkat risiko deteksi
untuk asersi penilaian atau pengalokasian rekening kas di bank. Pengujian substantive untuk
piutang usaha yang termasuk dalam kategori pengujian detil saldo terbagi menjadi dua hal, yaitu:
(1) Konfirmasi piutang usaha dan prosedur prosedur tindak lanjutnya. (2) Prosedur prosedur
untuk menilai kecukupan rekening cadangan kerugian piutang

a) KONFIRMASI PIUTANG.

Konfirmasi piutang usaha adalah kominikasi tertulis secara langsung antara masing
masing debitur (pelanggan) dengan auditor. Seperti telah disinggung di atas, pengujian
substantive ini merupakan prosedur yang lazim digunakan auditor.

Prosedur Audit yang Berlaku Umum.


Konfirmasi atas piutang usaha merupakan prosedur audit yang berlaku umum. SA
330.04 (PSA No. 07) menyatakan bahwa pada umumnya dianggap bahwa bukti yang
diperoleh dari pihak ketiga akan memberikan bukti audit yang bermutu lebih tinggi
kepada auditor dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari dalam satuan usaha yang
diaudit. Oleh karena itu terdapat anggapan bahwa auditor akan meminta konfirmasi
piutang usaha dalam suatu audit, kecuali jika terdapat salah satu dari keadaan berikut ini:
(1) Piutang usaha merupakan jumlah yang tidak material dalam laporan keuangan, (2)
Penggunaan konfirmasi tidak akan efektif, (3) Gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko
pengendalian yang ditetapkan auditor sedemikian rendah, dan tingkat yang ditetapkan,
bersamaan dengan bukti yang diharapkan untuk diperoleh dari prosedur analitis atau
pengujian substantif rinci, adalah cukup untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang
cukup rendah untuk asersi laporan keuangan yang bersangkutan.
Bentuk Konfirmasi.

Bentuk konfirmasi ada dua yakni :

1. Konfirmasi positif, yaitu konfirmasi yang meminta debitur untuk memberi


jawaban, baik jika jumlah yang tercantum dalam konfirmasi itu disetujui atau
tidak disetujui oleh debitur.

4
2. Konfirmasi negatif, yaitu konfirmasi yang meminta debitur untuk memberi
jawaban, hanya apabila jumlah yang tercantum dalam konfirmasi tidak disetujui.
Saat dan Banyaknya Permintaan Konfirmasi.
Apabila tingkat risiko deteksi rendah, auditor biasanya mengirimkan permintaan
konfirmasi piutang pada tanggal neraca. Pada tingkat risiko deteksi tinggi, tanggal
pengiriman konfirmasi bisa dipilih satu atau dua bulan lebih awal. Dalam hal demikian,
auditor seringkali harus melakukan pemeriksaan berupa pencocokan ke dokumen atas
perubahan material antara tanggal konfirmasi dengan tanggal neraca dan mungkin
memilih untuk mengkonfirmasi ulang rekening piutang yang menunjukkan perubaham
tidak biasa. Banyaknya permintaan konfirmasi, atau ukuran sampel, berbanding terbalik
dengan salah satu dari faktor faktor berikut : (1) tingkat risiko deteksi bisa diterima
(untuk penguji detil) untuk asersi asersi yang diperiksa, (2) banyaknya pengujian
substantive lain yang digunakan untuk mencapai tingkat risiko deteksi tersebut dan, (3)
salah saji bisa ditoleransi untuk piutang usaha.
Pengawasan atas Permintaan Konfirmasi

Auditor harus mengawasi semua tahapan dalam proses konfirmasi. Hal ini berarti :

Menentukan bahwa jumlah, nama, dan alamat pada konfirmasi cocok dengan data
mengenai hal yang sama dengan rekening pelanggan.
Menjaga penyimpanan konfirmasi sampai konfirmasi tersebut diposkan.
Menggunakan amplop jawaban konfirmasi yang sudah disediakan dengan alamat
yang sudah dicetak tertuju pada kantor akuntan public yang bersangkutan.
Menangani sendiri pemasukan surat konfirmasi ke dalam amplop dan
mengirimkannya melalui pos.
Mewajiban pengiriman jawaban langsung kepada auditor.
Penyelesaian Perbedaan.
Saldo dalam jawaban konfirmasi mungkin berbeda dengan jawaban menurut
pembukuan klien. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan karena barang yang dikirim
klien ke pelanggan masih dalam perjalanan, ada barang yang dikembalikan (retur),

5
pembayaran dari pelanggan masih dalam perjalanan, ketidak cocokan perhitungan antara
klien dengan pelanggannya, kesalahan, dan ketidak beresan. Semua perbedaan harus
diselidiki oleh auditor dan penyelesaiannya harus ditunjukkan dalam kertas kerja.
Prosedur Alternatif untuk Konfirmasi yang Tidak Dijawab.

Apabila konfirmasi yang dikirim ke debitur masih juga tidak memperoleh jawaban,
walaupun sudah diulang dua tiga kali, auditor biasanya akan menerapkan prosedur
alternative. SA 330.31 menyatakan bahwa prosedur ini bisa ditiadakan apabila terdapat
dua kondisi berikut : (1) Jika auditor tidak mengidentifikasi adanya factor factor
kualitatif yang tidak biasa atau adanya karakteristik sistematik yang bersangkutan dengan
informasi yang diperoleh jawabannya, misalnya semua jawaban tidak diterima
bersangkutan dengan transaksi akhir tahun. (2) Jika pengujian terhadap jumlah lebih saji
(overstatement), jawaban yang tidak diterima secara keseluruhan, bila diproyeksikan
sebagai 100% salah saji ke populasi dan ditambah dengan jumlah semua perbedaan lain
yang disesuaikan, tidak akan berdampak terhadap keputusan auditor mengenai apakah
laporan keuangan salah saji secara material.

Memeriksa Penerimaan Kas pada Periode Berikutnya.


Bukti terbaik tentang keberadaa dan kolektabilitas adalah penerimaan pembayaran
dari debitur. Adanya bukti bahwa debitur klien telah melakukan pembayaran atas
kewajiban yang ada pada tanggal neraca menguatkan keberadaan dan kolektibilitas
rekening piutang. Dalam melaksanakan pengujian ini auditor harus menyadari
kemungkinan adanya implikasi sebaliknya dari penerimaan yang tidak bisa dihubungkan
dengan transaksi atau saldo tertentu.
Melakukan Pencocokan ke Dokumen Pendukung untuk Saldo Akhir Piutang.

Prosedur ini hanya dilakukan atas saldo saldo rekening yang membentuk saldo
akhir piutang per tanggal konfirmasi yang tidak memberi jawaban atas permintaan
konfirmasi.

Meringkas dan Mengevaluasi Hasil.

6
Kertas kerja auditor harus berisi ringkasan hasil jawaban konfirmasi. Ringkasan
tersebut sebaiknya menunjukkan data berikut :
Jumlah dan nilai rupiah konfirmasi yang dikirimkan.
Bagian dari total populasi yang dicakup oleh sampel.
Hubungan antara nilai per audit dengan nilai per buku yang dicakup oleh sampel.
Penerapan Bukti Konfirmasi Pada Asersi - Asersi
Konfirmasi piutang usaha merupakan sumber bukti utama untuk asersi keberadaan
atas keterjadian. Jawaban debitur atas konfirmasi pada hakekatnya juga merupakan
pengakuan utang oleh debitur. Oleh karena itu pengujian ini juga menghasilkan bukti
tentang asersi hak dan kewajiban. Konfirmasi piutang bukan surat tagihan atau permintaan
untuk membayar. Oleh karena itu, konfirmasi tidak menghasilkan bukti tentang
kolektibilitas pada tanggal jatuh tempo.
b) MENGEVALUASI KECUKUPAN CADANGAN KERUGIAN PIUTANG.

Pengujian saldo ini meliputi ;

Penggunaan perangkat lunak audit digeneralisasi untuk menjumlah vertikal dan


menjumlah horizontal daftar umur piutang dan mencocokan jumlah totalnya
dengan saldo buku besar.
Pengujian umur atas jumlah jumlah yang tercantum pada kelompok umur dalam
daftar umur piutang.
Pertimbangan bukti yang berkaitan dengan kolektibilitas untuk rekening
rekening yang telah lewat waktu, misalnya dengan membaca korespondensi
dengan pelanggan.
Menetapkan kewajaran presentase yang digunakan untuk menghitung komponen
cadangan yang diperlukan untuk setiap kelompok umur dan kecukupan cadangan
sebagai keseluruhan.
Penilaian atas estimasi kerugian pada waktu yang lalu dengan pengalaman
kemudian dan manfaat dan pengalaman di masa lalu.

7
3.7 PERBANDINGAN PENYAJIAN LAPORAN DENGAN GAAP

Generally accepted accounting principles (GAAP) merupakan kerangka kerja standar


pedoman akuntansi keuangan yang digunakan dalam setiap yurisdiksi tertentu, umumnya dikenal
sebagai standar akuntansi atau praktek akuntansi standar. GAAP termasuk standar, konvensi, dan
aturan yang diikuti oleh akuntan untuk pencatatan dan meringkas dan dalam penyusunan laporan
keuangan. Tujuan dari GAAP adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang
transparan dan konsistensi dari satu organisasi ke yang lain.

Perbedaan GAAP dengan IFRS terletak pada :


1. Dalam metode penilaian persediaan, GAAP mengenal metode FIFO, LIFO dan avarege,
sedangkan IFRS hanya mengenal metode FIFO dan avarage saja.
2. Dalam Laporan Keuangan versi GAAP terdapat pos luar biasa, sedangkan Laporan
Keuangan IFRS tidak terdapat pos luar biasa, tetapi diganti dengan pendapatan
komprehensif lainnya.
3. GAAP berbasis aturan, sedangkan IFRS berbasis prinsip saja.
4. Dalam mengukur nilai aset, GAAP menilai menggunakan nilai historis, sedangkan IFRS
menilai menggunakan nilai wajar.
5. Fokus Laporan keuangan pada GAAP adalah Laporan Laba Rugi, sedangkan IFRS
berfokus pada Laporan Posisi Keuangan (neraca) dan Laporan Laba Rugi.

3.8 JASA BERNILAI TAMBAH.

Standar audit yang berlaku umum tidak mensyaratkan auditor untuk melakukan jasa
bernilai tambah. Meskipun demikian apabila ada auditor telah menyelesaikan suatu audit, maka
mereka biasanya sangat mengetahui tentang bisnis dan praktik bisnis klien, hasil operasi dan arus
kasnya,serta pengendalian internal perusahaan. Jasa penting yang ditawarkan akuntan public
adalah membantu klien mengantisipasi jenis peluang dan membantunya mengembangkan visi
bagaimana membuat jenis kas positif menjadi arus nyata. Akan tetapi, banyak auditor
mengembangkan spesalisasi industri sehingga mereka dapat memahami kecenderungan industri
dan mengidentifikasi dengan lebih baik risiko yang berkaitan dengan laporan keuangan yang
tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil operasi, atau arus kas.
8
DAFTAR PUSTAKA

Jusup Haryono, Al. 2011. Auditing. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Anda mungkin juga menyukai