Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis
masing-masing atom/molekulnya tidak nol, tetapi resultan medan magnet atomis
total seluruh atom/molekul dalam bahan nol. Hal ini disebabkan karena gerakan
atom/molekul acak, sehingga resultan medan magnet atomis masing-masing atom
saling meniadakan. Bahan ini jika diberi medan magnet luar, maka elektron-
elektronnya akan berusaha sedemikian rupa sehingga resultan medan magnet
atomisnya searah dengan medan magnet luar. Sifat paramagnetik ditimbulkan
oleh momen magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet luar. Pada
bahan ini, efek diamagnetik (efek timbulnya medan magnet yang melawan medan
magnet penyebabnya) dapat timbul, tetapi pengaruhnya sangat kecil.
Permeabilitas bahan paramagnetik adalah 0>, dan suseptibilitas
magnetik bahannya .0>m contoh bahan paramagnetik: alumunium, magnesium,
wolfram dan sebagainya. Bahan diamagnetik dan paramagnetik mempunyai sifat
kemagnetan yang lemah. Perubahan medan magnet dengan adanya bahan tersebut
tidaklah besar apabila digunakan sebagai pengisi kumparan toroida.
Bahan paramagnetik ada yang positif, kerentanan kecil untuk medan
magnet.. Bahan-bahan ini sedikit tertarik oleh medan magnet dan materi yang
tidak mempertahankan sifat magnetik ketika bidang eksternal dihapus. sifat
paramagnetik adalah karena adanya beberapa elektron tidak berpasangan, dan dari
penataan kembali elektron orbit disebabkan oleh medan magnet eksternal. bahan
paramagnetik termasuk Magnesium, molybdenum, lithium, dan tantalum
Paramagnetisme adalah suatu bentuk magnetisme yang hanya terjadi
karena adanya medan magnet eksternal. Material paramagnetik tertarik oleh
medan magnet, dan karenanya memiliki permeabilitas magnetis relatif lebih besar
dari satu (atau, dengan kata lain, suseptibilitas magnetik positif). Meskipun
demikian, tidak seperti ferromagnet yang juga tertarik oleh medan magnet,
paramagnet tidak mempertahankan magnetismenya sewaktu medan magnet
eksternal tak lagi diterapkan.

1
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang dimaksud dengan paramagnetic?
2. Bagaimana system paramagnetic?
2.1.Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan paramagnetic.
2. Untuk mengetahui bagaimana system paramagnetic.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Paramagnetik
Paramagnetik memiliki jumlah elektron ganjil (spin total tidak sama dengan
nol), misalnya dalam gas NO, organik radikal bebas, atom-atom atau ion-ion
elemen transisi (Mn2+, Gd3+, U4+, dan lain-lain). Dalam ketidak hadiran medan
aplikasi momen-momen atom ini terletak secara random saling meniadakan
sehingga momen magnetik total sama dengan nol. Dalam kehadiran medan
aplikasi ada kecenderungan setiap momen atom berputar ke arah medan aplikasi,
(dan jika tidak ada gaya yang beraksi secara berlawanan) maka akan
menghasilkan penyearahan momen atom yang sempurna dan momen yang sangat
besar dalam arah medan.
Namun gangguan thermal atom-atom akan menghambat kecenderungan
penyearahan ini dan cenderung mempertahankan momen atom tadi dalam keadaan
random, sehingga hanya ada sedikit penyearahan momen dalam arah medan. Efek
keadaan random ini bertambah terhadap temperatur sehingga mengurangi
suseptibilitas. Saturasi terjadi jika / sangat besar, artinya H yang besar dan
atau T yang rendah akan cenderung terjadinya proses penyearahan momen atau
mengatasi efek ketidakteraturan gangguan thermal, dan jika / kecil,
magnetisasi M linier terhadap H. Teori paramagnetik ini secara alami menjadi
dasar teori ferromagnetik dan ferrimagnetik. Susceptibilitas = / (emu/g Oe),
dimana C = konstanta Curie = 2 /3, T = temperature Curie.
Ciri-ciri dari bahan paramagnetic adalah:
1. Bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing atom/molekulnya
adalah tidak nol.
2. Jika solenoida dimasuki bahan ini akan dihasilkan induksi magnetik yang
lebih besar.
3. Permeabilitas bahan: u > u o. Contoh: aluminium, magnesium, wolfram,
platina, kayu

3
2.2. Sistem Paramagnetik
Pada bagian ini, kita akan membahas tentang sistem paramagnetic yang
terdiri dari molekul-molekul dengan dipol magnet m dipengaruhi oleh medan
magnet B. Karena ada dipol magnet molekul dan medan magnet, energi potensial
dipol adalah Jika kita menggunakan asumsi tidak ada interaksi antara dipol
molekul yang satu dengan yang lainnya, maka maka energi total sistem magnetik
adalah

di sini E0 adalah energi total sistem pada saat B = 0


Bentuk energi total ini hampir sama dengan energi untuk sistem dielektrik
dengan polarizabilitas nol yang sudah dijelaskan sebelumnya yaitu

Hasil yang kita peroleh untuk sistem dielektrik dapat digunakan dengan
melakukan penggantian variabel,
EB
p m
Magnetisasi total sistem atau rata-rata total momen magnet denganmenganggap
bahwa variabel m merupakan varibel kontinyu (atau merupakan sistem klasik)
adalah

di mana L(x) adalah fungsi Langenvin. Untuk nilai x yang kecil atau mB << 1,
kita dapat menggunakan aproksimasi L(x) x/3 sehingga kita memperoleh

Kita perhatikan bahwa magnetisasi total berbanding lurus dengan B atau B/T
(Hukum Curie). Jadi

di mana C adalah proportional konstan atau yang disebut konstanta Curie yang
bernilai (dari teori klasik),

4
Jika kita tinjau dengan kuantum teori, energi sistem paramagnetic tidaklah
kontinyu, melainkan diskrit. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa komponen m
sepanjang arah B hanya bisa bernilai tertentu dan diskrit atau terkuantisasi dan
harus merupakan kelipatan magneton Bohr. Energi potensial menjadi

di mana B = eh/(4me) dan M merupakan bilangan bulat yang bernilai antara J


dan J.\
mB = 2
Untukmempelajari sistemparamagnetik ini kitamenggunakan sistem kanonik
dengan jumlan molekul N dan molekul dapat dibedakan, sehingga
kitamemperoleh fungsi partisi sistem adalah perkalian fungsi partisi untuk energi
kinetik dan potensial selain energi dipol magnet (Z0(T, V )) dan fungsi-fungsi
partisi untuk masing-masing dipol molekul,

Kita telah menggunakan fakta bahwa fungsi partisi masing-masing dipol adalah
sama sehingga perkalian menjadi pangkat. Sekarang kita akan menghitung deret
fungsi partisi untuk masingmasing dipol. Untuk mempermudah perhitungan kita
gunakan x = 2BB, Fungsi partisi untuk satu dipol dalah

Agar lebih sederhana, kita substitusi ex = a, persamaan di atas menjadi

Dengan menggunakan rumus jumlah deret geometri yaitu

Substitusi kembali nilai a, fungsi partisi

5
Sehingga fungsi partisi keseluruhan menjadi

Logaritma fungsi partisi,

x = 2BB
Magnetisasi total M dapat diperoleh dari fungsi partisi denganmenggunakan
persamaan,

Dalam melakukan penurunan persamaan untuk M kita menggunakan aturan rantai


turunan yaitu,

interpretasi di sini.
Untuk kasus medan magnet B yang rendah atau pada suhu T yang tinggi sehingga
x = 2BB/kT << 1, maka kita dapat menggunakan aproksimasi,

6
Magnetisasi total menjadi,

Bentuk hukum Curie menjadi :

7
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Paramagnetisme adalah suatu bentuk magnetisme yang hanya terjadi
karena adanya medan magnet eksternal. Material paramagnetik tertarik oleh
medan magnet, dan karenanya memiliki permeabilitas magnetis relatif lebih besar
dari satu (atau, dengan kata lain, suseptibilitas magnetik positif). Meskipun
demikian, tidak seperti ferromagnet yang juga tertarik oleh medan magnet,
paramagnet tidak mempertahankan magnetismenya sewaktu medan magnet
eksternal tak lagi diterapkan.
Sistem paramagnetic yang terdiri dari molekul-molekul dengan dipol
magnet m dipengaruhi oleh medan magnet B.
Magnetisasi total adalah

dan bentuk hukum Curie adalah:

8
DAFTAR PUSTAKA
F. W. Sears, Thermodynamics, the Kinetic Theory of Gases andStatistical
Mechanics, Addi-son Wesley, 1963.
Halliday, David dan Robert Resnick. 1989.F isika Edisi Ke 3 Jilid 1.
Jakarta:Erlangga
L. E. Reichl, A Modern Course in Statistical Physics, John Wiley & Sons,
1998.K. Huang, Statistical Mechanics, 2nd Ed., John Wiley & Sons, 1987.
R. K. Puri dan V. K. Babbar, Solid State Physics, S. Chand & Company Ltd.,
Ram Nagar, New Delhi, 1997.
T. Surungan, Diktak Kuliah: Fisika Statistik, Jurusan Fisika FMIPA, Universitas
Hasanud-din, 2009.
Tipler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan teknik Edisi Ketiga Jilid. Jakarta:
Erlangga
W. Greiner, L. Neise, H. Stocker, Thermodynamics and Statistical Mechanics,
Springer,Berlin, 1995.

Anda mungkin juga menyukai