Anda di halaman 1dari 6

POPULASI DAN SAMPEL

6.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2007; 389), dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai
wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakn
social situation atau situasi social yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku
(actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.

6.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2007; 389), dalam penelitian kuantitatif, sampel itu merupakan
sebagaian dari populasi itu. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Apa yang dipelajari dari sampel yang kesimpulannya diberlakukan untuk
popuilasi, maka sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili).
Pengambilan sampel berarti mengambil sebagian saja dari populasi untuk menggambarkan sifat
populasi yang bersangkutan.

6.3 Penelitian menggunakan sampel dan populasi

Penelitian yang bekerja dengan sampel, berarti hanya mengambil sebagian saja dari
anggota populasi untuk dijadikan sebagai sampel dan selanjutnya berdasarkan analisis sampel
dibuat generalisasi. Faktor penting disini adalah generalisasi, artinya seberapa jauh simpulan dari
analisis sampel dapat digeneralisasikan. Salah satu kaidah penelitian ilmiah, seperti yang telah
disebutkan pada bab I adalah generalizability yang artinya hasil penelitian tersebut memiliki
kemampuan generalisasi. Kemampuan generalisasi ini sangat tergantung dari besarnya sampel.
Sampel yang representatif (mewakili) memiliki kemampuan generalisasi.

Penelitian yang bekerja dengan populasi tidak perlu menghadapi persoalan generalisasi.
Peneliti terhindar dari sampling karena jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah
anggota populasi. Pada penelitian populasi peneliti biasanya berhadapan dengan kendala biaya,
waktu dan tenaga.

6.4 Kriteria sampel yang baik

Suatu mengambilan sampel yang ideal mempunyei sifat-sifat sebagai berikut.

1) Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti

2) Dapat menentukan presisi dengan cara menentuka simpangan baku dari taksiran yang
diperoleh
3) Sederhana hingga mudah dilaksanakan

4) Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah rendahnya


(Mantra, 2003)

Dalam menentukan metode pengambilan sampel dalam penelitian, peneliti harus benar-benar
mempertimbangkanbesarnya waktu, biaya, dan tenaga yang diperlukan dalam penelitian dengan
presisi yang diharapkan dari hasil penelitian. Apabila jumlah biaya, tenaga, dan waktu telah
dibatasi seja semula, peneliti harus berupaya mendapatkan metode pengambilan sampel yang
dapat menghasilkan presisi yang tertinggi.

6.5 Pertimbangan penentuan ukuran sampel

ada 3 (tiga) faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel
dalam suatu penelitian.

1) Derajat keseragaman (degree of homogenity)

Makin seragam populasi itu, makin kecil sampel yang dapat diambil. Apabila populasi
seragam sempurna (completely homogeneous), maka satu elementer saja dari seluruh populasi
itu sudah cukup representatif untuk diteliti. Berbeda kalau populasi adalah completely
heterogeneous, maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan gambaran yang
representatif.

2) Presisi yang dikehendaki dalam penelitian

Tingkat ketepatan ditentukan oleh perbedaan hasil yang diperoleh dari sampel
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari pencacahan lengkap, dengan asumsi instrumen,
teknik wawancara, kualitas pewawancara dan lainnya yang digunakan sama. Secara kuantitatif
presisi diukur dari standar error. Makin kecil kesalahan baku, makin besar tingkat presisinya.

3) Rencana Analisis

Recana analisis data dengan teknik analisis tertentu sangfat menentukan besarnya sampel
yang harus diambil. Teknik analisis dengan tabel silang dan analisis lanjutan dengan Chi-Square
misalnya mensyaratkan pentingnya sampel minimal yang tersedia dalam setiap sel dalam tabel
silang. Untuk tabel ukuran 2x2 diperlukan sampel minimal sebanyak 20. Itupun apabila
frekuensi sampel menyebar secara merata pada masing-masing sel. Untuk keperluan analisis
yang lebih baik, diperlukan sampel yang lebih banyak. Teknik analisis regresi, misalnya
mengasumsikan sampel berdistribusi normal. Asumsi normalitas umumnya dapat dicapai pada
sampel ukuran besar yaitu minimal 30.
6.6 Ukuran sampel

Berdasarkan atas pertimbangan penentuan ukuran sampel tersebut di atas, peneliti dapat
menentukan ukuran sampel yang dapat dipandang representatif mewakili populasi. Makin besar
jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan
sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan
generalisasi. Selanjutnya berapakah jumlah sampel yang dipandang represntatif mewakili
populasi? Jawabannya tergantung pada tingkat presisi yang dikehendaki. Presisi yang
dikehendaki dapat direpresentasikan dari derajat kesalahan secara statistik apakah 1 %, 5%, atau
10%. Semakin tinggi presisi yang dikehendaki, semakin kecil tingkat kesalahan yang harus
ditentukan. Derajat kesalahan 1 % memiliki presisi lebih tinggi daripada derajat kesalahan 5%
atau 10%.

Peneliti dapat menentukan tingkat presisi yang dikehendaki, yang selanjutnya


berdasarkan presisi tersebut dapat menentukan besarnya jumlah sampel. Berikut rumus
yang dikembangkan Isaac dan Michael (Sugiyono, 2000; Mantra, 2003) untuk menentukan
besarnya sampel berdasar tingkat kesalahan yang ditoleransi 1%, 5 %, dan 10 %

2 NP (1-P)

s = --------------------------------

d2 (N-1) + 2 P (1-P)

Dalam hal ini

s = Jumlah anggota sampel

N = Jumlah anggota populasi

P = Proporsi populasi (0, 5)

d = Derajat ketelitian (misal 0,05)

2 = Nilai tabel 2 (3,48)

Atau dapat pula dengan rumus Slovin (1990) sebagai berikut.

n = N/ (1 + Ne2 )

Dalam hal ini:

N = Jumlah anggota sampel

N = Jumlah anggota populasi


e = Nilai kritis (batas ketelitian, misalnya 0,05)

6.7 Sumber Kesalahan Sampel

Kesalahan dalam sampel dapat berasal dari beberapa sumber berikut.

1) Sampling frame error, yaitu kesalahan yang terjadi bila elemen sampel tertentu tidak
diperhitungkan, atau bila seluruh populasi tidak diwakili secara tepat oleh kerangka sampel

Misal: Populasi didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki rekening tabungan.
Kesalahan terjadi karena sampel ditarik berdasar daftar rekening tabungan dimana satu orang
mungkin memiliki lebih dari satu rekening

2) Random sampling error (sampling error), yaitu kesalahan akibat adanya perbedaan antara
hasil sampel dan hasil sensus yang dilakukan dengan prosedur yang sama. Kesalahan seperti ini
juga dapat terjadi karena fluktuasi statistik yang terjadi karena variasi peluang dalam elemen
sampel yang dipilih. Kesalahan semacam ini merupakan fungsi dari jumlah sampel. Cara
memperkecilnya adalah dengan meningkatkan jumlah sampel. Semakin banyak sampel yang
diambil, maka kesalahan sampel menurun.

3) Nonresponse error yaitu kesalahan akibat perbedaan statistik antara survei yang hanya
memasukkan mereka yang merespon dan tidak mereka yang gagal (tidak) merespon.

Penyimpangan juga dapat terjadi yang bukan disebabkan pemakaian sampel (Non Sampling
Error). Penyimpangan ini ditimbulkan oleh beberapa hal diantaranya:

1) Penyimpangan karena kesalahan perencanaan, seperti tidak tepatnya pemakaian definisi,


kriteria, satuan-satuan ukuran dan lainnya

2) Penyimpangan karena penggantian sampel

3) Penyimpangan karena salah tafsir petugas maupun responden

4) Penyimpangan karena salah tafsir responden

5) Penyimpangan karena responden sengaja salah menjawabnya

6) Penyimpangan karena kesalahan dalam pengolahan data dan penerbitannya

Penyimpangan yang terjadi karena kesalahan sampel dan kesalahan non sampel disebut
kesalahan total. Peneliti harus berupaya mengeliminir kedua kesalahan tersebut. Kesalahan
sampel dapat diperkecil dengan pemakaian metode pengam,bilan sampel yang tepat, sedangkan
kesalahan yang bukan karena pemakaian sampel dapat diperkecil dengan perencanaan dan
pelaksanaan yang teliti dari penelitian yang bersangkutan.
6.8 Tahap pemilihan sampel

Setelah jumlah sampel yang representatif dapat ditentukan, langkah selanjutnya adalah
pemilihan sampel. Sebelum dilakukan pemilihan sampel dengan terlebih dahulu perlu
dipahami mengenai unsur sampling dan kerangka sampling. Dalam suatu populasi unsur-unsur
atau elemen yang diambil sebagai sampel disebut unsur sampling. Unsur sampling diambil
dengan menggunakan kerangka sampling. Kerangka Sampel (Sampling Frame) adalah
refresentasi fisik dari obyek, individu, kelompok yang sangat penting dalam penentuan sampel.
Kerangka sampling merupakan daftar semua unsur sampling dalam populasi sampling

Sebuah kerangka sampling yang baik harus memenuhi syarat-syarat berikut.

1) Harus meliputi seluruh unsur sampel (tidak satu unsur pun yang tertinggal)

2) Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali

3) Harus up to date

4) Batas-batasnya harus jelas (siapa-siapa yang menjadi anggota rumah tangga)

5) Harus dapat dilacak di lapangan

6.9 Metode Pengambilan sampel/teknik sampling

Ada dua cara pengambilan sampel. Cara pertama Probability Sampling dan kedua Non
probability Sampling. Probability Sampling atau sampel probabilitas adalah cara pengambilan
sampel yang memberikan kemungkinan yang sama kepada setiap satuan dari pupolasi untuk
dipilih sebagai sampel, sedangkan Nonprobability Sampling setiap anggota sampel tidak
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Pilihan terhadap teknik sampling
apakah menggunakan teknil sampling probabilitas atau non probabilitas sangat tergantung pada
kelengkapan sampling frame. Apabila sampling frame telah tersedia, maka dimungkinkan untuk
melakukan pilihan teknik sampling probabilitas.
Daftar Pustaka

http://henrich27.blogspot.co.id/2013/11/populasi-dan-sampel.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai