Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Terkait

1. Definisi Anak Usia Prasekolah

Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai lima

tahun. Pada masa ini, terjadi pertumbuhan biologis, psikososial,

kognitif, dan spiritual yang begitu signifikan. Kemampuan mereka

dalam mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain, dan

penggunaan bahasa dalam berinteraksi merupakan modal awal

anak dalam mempersiapkan tahap perkembangan berikutnya, yaitu

tahap sekolah (Whaley dan Wong, 1995).

Masa prasekolah (usia 3 5 tahun) merupakan fase ketika

anak mulai terlepas dari orang tuanya, dan mulai berinteraksi

dengan lingkungannya (Sayogo, 2007). Tugas perkembangan pada

anak prasekolah adalah mencapai otonomi yang cukup, memenuhi

dan menangani diri sendiri tanpa campur tangan orang tua secara

penuh. Pada tahap ini, anak dapat dilibatkan dalam kegiatan atau

pekerjaan rumah tangga untuk membantu orang tua (Whaley dan

Wong,1999).

Keberhasilan pada tahap prasekolah akan berpengaruh

sangat besar dalam kesuksesan anak dalam menghadapi tahap

perkembangan berikutnya.
Pada masa ini, anak sudah mulai berkenalan dengan

lingkungan diluar rumah. Ia mulai senang bermain di luar rumah

dan memiliki teman. Lingkungan tersebut harus dapat menciptakan

suasana bermain yang bersahabat bagi anak (Child Friendly

Enviroment). Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah,

maka seluruh panca indera dan menerima rangsangan serta

proses memori anak harus sudah siap, sehingga anak mampu

belajar dengan baik, orang-orang di lingkunganya adalah orang

nomer satu yang harus memberi dukungan pada anak.

Anak yang dalam masa tumbuh kembang setidaknya

membutuhkan tiga kebutuhan pokok, yaitu: kebutuhan fisik-

biomedis (asuh). Maksudnya adalah, bahwa sejak dalam

kandungan anak ibu membutuhkan pengasuhan dari kedua orang

tuanya berupa pemenuhan nutrisi untuk bayi yang ada dalam

kandungan, keamanan janin dalam kandungan, perawatan

kesehatan, serta terpenuhinya tingal yang layak adalah merupakan

kebutuhan fisik-biomedis yang harus dipenuhi oleh orang tua.

Kedua, kebutuhan emosi atau kasih sayang (asih). Pada

tahun pertama kelahirannya, hubungan kemesraan antara orang

tua dan anak harus sudah tercipta, terutama ketika anak masih

dalam kandungan. Bahwa anak yang dikandung merupakan anak

yang diinginkan. Beda dengan anak yang tidak diinginkan, maka

biasanya orang tua akan merasa bahwa itu bukan anaknya, dan
rasa kasih sayang yang tercipta akan kurang bahkan mungkin tidak

ada. Maka dari itu pemenuhan kasih sayang adalah syarat mutlak

untuk menjadi proses tumbuh kembang anak menjadi selaras baik

fisik, mental maupun psikologis.

Ketiga kebutuhan stimulasi mental (asah) sejak dini

merupakan cikal bakal proses belajar. Stimulasi pada anak harus

dimulai sejak dini, yaitu saat pola pemberian ASI bagi anak. Pada

ASI pertama mengandung klustrum yang sangat berguna bagi anak

terutama bagi kesehatan dan otak bayi. ASI juga dapat

mengoptimalkan perkembangan sensorik dan kognitif serta

memberikan perlindungan terhadap infeksi. (Nirwana, 2011)

2. Pola Makan Anak Usia Prasekolah

Anak usia prasekolah membutuhkan lebih kurang 6800 kkal

per hari. Kebutuhan cairan tergantung kepada aktivitas anak,

biasanya meningkat dari kebutuhan cairan dan pada anak usia

Todler mempunyai karakteristik yang khas, yaitu bergerak terus,

tidak bisa diam, dan sulit untuk diajak duduk dalam waktu relatife

lama. Pada usia 12 sampai 18 bulan pertumbuhan sedikit lambat

sehingga kebutuhan nutrisi dan kalori menurun yaitu 100 kkal per

kg berat badan (BB). Kebutuhan protein sekitar 2,4 g per hari

(Whaley dan Wong, dalam Supartini, 2004).


Pola makan anak terbentuk pada usia satu atau dua tahun

dan akan mempengaruhi kebiasaan makan tahun-tahun berikutnya

(Arvin dan Kliesma, 2000). Ketika anak memasuki usia4 tahun,

mereka memasuki periode finicky eating, yaitu anak yang lebih

rewel dan lebih memberontak dalam hal makan. Mereka menjadi

lebih pemilih dalam hal makanan dan tidak berkeinginan untuk

mencoba makanan yang baru. Usia lima tahun, anak sudah bisa

mencoba makanan yang baru, tetapi orang tua sangat berperan

dalam hal ini, yaitu membiarkan anak untuk ikut mempersiapkan

makanan di dapur (Whaley dan Wong, 1999).

Anak usia prasekolah yang sedang dalam fase meniru,

seringkali meniru pola makan orang tua sebagai role model. Oleh

karena itu, jika orang tua memiliki pola makan yang baik, maka

anak akan memiliki pola makan yang sama pula (Widyaningsih

dalam poeirah, 2002).

Pola makan anak prasekolah sangat dipengaruhi juga oleh

perkenalan makanan padat. Orang tuayang terlambat

memperkenalkan makanan padat pada usia 6 bulan, atau

sebaliknya orang tua terlalu cepat memperkenalkan makanan

padat (Supriyadi, 2008).

3. Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Usia Prasekolah

Supartini (2004) mengemukakan sama halnya dengan anak

usiatoddler, anak prasekolah mengalami pertumbuhan sedikit


lambat. Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan

kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada anak prasekolah

adalah sebagai berikut.

a. Nafsu makan berkurang

b. Anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman atau

lingkungannya daripada makan

c. Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru

d. Waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak

untuk belajar dan bersosialisasi dengan keluarga.

Anjuran untuk orang tua dalam kaitannya dengan

karakteristik tersebut :

a. Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara

mengajarkan anak mengenal nutrisi, misalnya dengan

menggambar atau melakukan aktivitas bermain yang lain.

b. Apabila makanan yang dikonsumsi cenderung sedikit, berikan

dengan frekuensi lebih sering, yaitu 4 samapi 5 kali sehari.

Apabila memberikan makanan padat, seperti nasi, 3 kali dalam

sehari, berikan makanan ringan atau kudapan diantara waktu

makan tersebut. Susu cukup diberikan 1-2 kali sehari.

c. Fasilitas anak untuk mencoba jenis makanan baru. Makanan

baru tidak harus yang berharga mahal, yang penting memenuhi

gizi seimbang.
d. Fasilitas anak untuk dapat mengekspresikan ide, pikiran, serta

perasaanya saat makan bersama dan fasilitas anak untuk

berinteraksi secara efektif dengan Anda atauanggota keluarga

yang lain.

B. Sulit Makan

1. Definisi Sulit Makan

Kesulitan makan didefinisikan sebagai perilaku anak yang

mengalami gangguan makan berupa penolakan makan, tidak mau

makan, lama waktu makan hingga lebih dari 30 menit, dan hanya

mau makan makanan tertentu saja (Kusumadewi dalam poeriah,

2002).

Menurut Judarwanto (2005), kesulitan makan adalah jika

anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami

kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan

jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai

dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan

hingga sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan

dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

2. Gangguan Makan

Gangguan makan pada anak seringkali kita jumpai pada

masyarakat awam yang belum memahami prosedur pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada anak, gangguan makan pada anak yang


sering kita temukan seperti penolakan makan, pika, gangguan

regurgitasi pada masa bayi, anoreksia nervosa, dan bulimia.

(Hidaya, 2012)

a. Penolakan makanan merupakan gangguan makan pada anak

yang diakibat kan beberapa faktor diantaranya anak tidak

menyukai terhadap pemberian secara memaksa dalam makan

atau tidak menyukai cara pemberiannya atau tidak atau tidak

menarik perhatian pada anak, kemudian orang tua atau

pengasuhnya tidak sabar dalam memberikan makanan atau

dalam hal ini orang tua atau pengasuhnya terlalu merasa

khawatir atau kecemasan kalau anak tidak makan maka anaknya

akan maka anaknya akan mengalami kekurangan gizi sehingga

kadang-kadang selalu disiapkan makan yang bergizi tanpa

memperdulikan selera pada anak atau kesukaan anak. Faktor

cara pemberian makan pada anak adalah salah satu bagian

penting dari faktor pengaruh gangguan makan pada anak artinya

cara pemberian ini yang seringkali menyebabkan gangguan

makan seperti adanya sedikit paksaan dalam memberikan

makanan, suasana yang tegang, dan lain-lain.

b. Pika merupakan keadaan anak berulang kali makan yang tidak

bergizi seperti kapur tembok yang terkelupas, kertas, kotoran

yang dipungut dari lantai, kancing, rambut, mainan, dan lain-lain.

Pika ini dapat menimbulkan anemia atau keracunan apabila yang


dimakan mengandung zat yang dapat memberikan dampak

keracunan seperti zat timah dan lain-lain.

c. Terjadinya regurgitasi atau mengeluarkan kembali makanan

kedalam mulut tanpa disertai perasaan mual atau gangguan

gastrontestinal, dengan di tandai mengejan, punggung

melengkung kebelakang, mulutnya terbuka, kepala

menengadah, dan disertai gerakan-gerakan menghisap, kondisi

demikian apabila terlalu banyak makanan yang dimuntahkan

maka akan terjadi kehilangan berat badan sehingga dapat

menimbulkan malnutrisi.

d. Anoreksia nervosa dan bulimia merupakan gangguan makan

yang sering dijumpai pada anak remaja wanita yang di tandai

adanya penurunan berat badan secara disengadja atau

gangguan psikologis yang spesifik, kondisi demikian merupakan

salah satu penyebab gangguan makan paa anak. (Hidaya, 2012)

C. Pola Asuh Orang Tua

Mendidik anak pada hakekatnya merupakan usaha nyata dari

pihak orang tua untuk mengembangkan totalitas potensi yang ada

pada diri anak. Masa depan anak dikemudian hari akan sangat

tergantung dari pengalaman yang didapatkan anak termasuk factor

pendidikan dan pola asuh orang tua. Disaat sekarang ini tidak sedikit

orang tua yang mengejar kepentingan mereka sendiri dengan dalih


untuk kesejahteraan anak, sehingga terkadang peran mereka sebagai

orang tua yaitu mendidik dan mengasuh anak terlalaikan. (Septiari,

2012)

Pola asuh demokratis dapat mengakibatkan anak mandiri,

mempunyai kontrol diri dan kepercayaan diri yang kuat, dapat

berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik, mampu

menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru,

kooperatif dengan orang dewasa, penurut, patuh dan berorientasi

pada prestasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe pola asuh

demokratis merupakan pola asuh yang terbanyak yang diterapkan

oleh orang tua kepada anaknya karena pola asuh demokratis

mempunyai prinsip mendorong anak untuk mandiri dalam memilih

makanan, tapi orang tua tetap menetapkan batas dan kontrol. Orang

tua biasanya bersikap hangat, dan penuh welas asih kepada anak,

bisa menerima alasan dari semua tindakan anak, mendukung

tindakan anak yang konstruktif, dan tidak sedikitpun mengarahkannya

secara otoriter (Dewi, 2008).

Orang tua yang menerapkan tipe pola asuh otoriter akan

menuntut dan mengendalikan semata mata karena kekuasaan, tanpa

kehangatan, bimbingan, dan komunikasi dua arah. Mereka

mengendalikan dan menilai perilaku anak dengan standar mutlak.

Mereka menghargai kepatuhan, rasa hormat terhadap kekuasaan

mereka, dan tradisi. Anak-anak dengan orang tua seperti ini


cenderung memiliki kompetensi dan tanggung jawab sedang,

cenderung menarik diri secara sosial dan tidak memiliki spontanitas.

Pola makan anak pada tipe pola asuh ini akan cenderung merasa

tidak nyaman karena adanya tekanan-tekanan yang dirasakan oleh

anak, sehingga anak tidak memiliki kemandirian dalam memilih

makanan (Dewi, 2008).

Pola asuh permisif merupakan orang tua serba membolehkan

anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan dan menerima

apa adanya. Kehangatan, cenderung memanjakan, dituruti

keinginnannya. Sedangkan menerima apa adanya akan cenderung

memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola

asuh ini dapat mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orang

tua, sok kuasa, kurang mampu mengontrol diri dan kurang intens

mengikuti pelajaran sekolah, pola makan yang tidak teratur, makan

apa saja yang disuka tanpa ada batasan dan kurang terkontrol dalam

memilih makanan. Pola asuh permisif atau pemanja biasanya

memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan

kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa

pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur

atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan

sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang

tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh

anak (Baumrin, 2009)


D. Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan anak

1. Defenisi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada

saat membelah diri dan mensintesis protein baru, menghasilkan

peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian dari bagian

sel. (maryunani, 2010)

Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah proses yang

dinamik dan berlangsung terus menerus mulai dari masa konsepsi

sampai dengan dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan adalah

dua hal yang berbeda yang tidak dapat dipisahkan satu sama

lainnya. (maryunani, 2010)

Pertumbuhan (growth) merupahkan masalah perubahan dalam

ukuran besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ

maupun individu yang bisa diukur yang diukur dengan berat

(gram.Kilogram), ukuran panjang (cm, meter). Sedangkan

perkembangan (development) merupakan bertambahnya

kemampuan (skill/keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dapat diramalkan,

sebagai hasil dari proses pematangan. Dari dua pengertian

tersebut di atas dapat ditarik benang merah bahwa pertumbuhan

mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan


perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi sel atau

organ tubuh individu, keduanya tidak bisa terpisahkan. (sukarmin,

2012)

Memang penting sekali bagi orang tua mengetahui hal ini,

semua itu dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal yang normal

dalam rangka mendeteksi deviasi/penyimpangan dari normal.

Dengan mempelajari tumbuh kembang akan memberi efek

terhadap bagaimana menilai rata-rata perubahan fisik, intelektual,

sosial dan emosional dari yang normal. Jika dalam hal tersebut

ditemukan adanya kelainan atau keterlambatan dalam segi

peruban fisik, intelektual, sosial dan emosional, orang tua dapat

dengan segera memberitahukan/mengkonsultasikan pada dokter

anak. (sukarmin, 2012).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tahap Pertumbuhan dan

Perkembangan Anak

Setiap orang tua akan mengharapkan anaknya tumbuh dan

berkembangan secara sempurna tanpa mengalami hambatan

apapun. Namun ada banyak faktor yang dapat berpengaruh

terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut di

mana ada sebagian anak yang tidak selamanya tahapan

tumbangnya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang tua.

(sukarmin, 2012)
a) Faktor Herediter

Herediter/keturunan merupakan faktor yang tidak dapat

untuk dirubah ataupun dimodifikasi, ini merupakan modal dasar

untuk mendapatkan hasil akhir dari proses tumabang anak.

Melalui instruksi genetic yang terkandung di dalam sel telur yang

telah dibuahi dapatlah ditentukan kualitas dan kuantitas

pertumbuhan. Termasuk dalam faktor genetik ini adalah jenis

kelamin dan suku bangsa/ras. Misalya, anak keturunan bangsa

eropa akan lebih tinggi dan lebih besar jika dibandingkan dengan

keturunan Asia termasuk Indonesia, pertumbuhan postur tubuh

wanita akan berbeda dengan laki-laki. (sukarmin, 2012)

b) Faktor Pengalaman (lingkungan)

Faktor pengalamaan ini adalah suatu kondisi yang dialami

anak sepanjang kehidupanya baik di rumah. Setiap anak

mengembangan pola perlaku yang unik sesuai dengan

pengalamannya yang berbeda-beda dalam pemenuhan dan

pengembangan kebutuhanya. Lingkungan mempunyai peranan

yang cukup besar dalam membentuk perilaku anak, khususnya

lingkungan keluarga. Orang tua mempunyai peranan yang besar

pula, mereka adalah pemain utama dalam keluarga. Peran

lingkungan dalam mengwujudkan kepribadian seseorang, baik

lingkungan pra-kelahiran atau lingkungan pasca kelahiran.


Lingkungan keluarga adalah basis awal setiap kehidupan

manusia.

Keluarga mempunyai tugas untuk menyiapkan sarana dan

pembentukan kepribadian anak sejak dini. Dengan kata lain,

kepribadian anak bergantung pada pemikiran dan perlakuan

kedua orang tua dan lingkungannya. Lingkungan adalah sesuatu

yang berada di luar batasan-batasan kemampuan dan potensi

genetik seseorang dan ia berperan menyiapkan fasilitas-fasilitas

atau menghambat pertumbuhan seseorang. Keluarga

merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang

ada dalm sebuah keluarga baik, budaya, ekonomi, bahkan

jumlah anggota keluarga sangat berpengaruh pada perlakuan

dan pemikiran anak khususnya bapak dan ibunya. Pengaruh

pendidikan dalam keluarga sangat besar dalam berbagai sisi.

Keluargalah yang mempunyai tugas menyiapkan potensi

prtumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Secara

ringkasnya adalah bahwa perilaku anak bergantung pada

pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua serta lingkungannya.

(Nirwana, 2011)
1) Lingkungan pranatal

Merupakan lingkungan dalam lingkungan dalam

kandungan, mulai konsepsi sampai lahir meliputi gizi pada

waktu ibu hamil, lingkungan mekanis seperti posisi janin

dalam uterus, zat kimia atau toksin seperti pennggunaan

obaat-obat, alkohol atau kebiasaan merokok ibu hamil,

hormonal seperti adanya hormon somatotropin, plasenta,

tiroid, insulin, dan lain-lain yang berpengaruh pada

pertumbuhan janin. Hal ini dapat terlihat peran masing-masing

hormon seperti growth hormone (somatotropin) yang disekresi

kelenjar hipofisis janin sekitar minggu kesembilan dan

produksinya meningkat pada minggu keduapuluh, hormon

plasenta (human placental lactogen) yang berperan dalam

fungsi nutrisi plasenta demikian juga peran hormon yang lain

seperti hormon tiroid, insulin, dan lain-lain. Faktor lingkungan

yang lain adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan

pada organ otak jantung. Infeksi dalam kandungan juga akan

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi dengan

demikian juga stres yang dapat mempengaruhi kegagalan

ttumbuh kembang. Faktor imunitas akan mempegaruhi

pertumbuhan dan perkembangan janin sebab dapat

menyebabkan terjadinya abortus atau kern icterus, selain itu

juga kekurangan oksigen pada janin juga akan mempengaruhi


gangguan dalam plasenta yang dapat menyebabkan bayi

berat badan lahir rendah. (Hidaya, 2012)

2) Masa post-natal

Faktor lingkungan post-natal merupakan faktor

lingkungan yang mempengaruhi tumbuh-kembang anak

setelah lahir. (maryunani, 2010).

Selain faktor lingkungan intra uteri terdapat lingkungan

setelah lahir yang juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang

anak seperti, budaya lingkungan, sosial ekonomi, keluarga,

nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam

keluarga, dan status kesehatan. (Hidaya, 2012).

(a) Budaya lingkungan

Budaya lingkungan dalam hal ini adalah

masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak dalam memahami atau

mempresepsikan pola hidup sehat. Hal ini dapat terlihat

apabila kehidupan atau berperilaku mengikuti budaya

yang ada kemungkinan besar dapat menghambat dalam

aspek pertumbuhan dan perkembangan. Sebagai contoh


anak yang ada dalam usia tumbuh kembang

membutuhkan makanan yang bergizi karena terdapat adat

atau budaya tertentu terdapat makanan yang dilarang.

Pada masa tertentu padahal makanan tersebut

dibutuhkan untuk perbaikan gizi, maka tentu akan

mengganggu atau menghambat pada masa tumbuh

kembang. Seperti halnya budaya kehidupan desa dalam

pola kebiasaan sehingga kemungkinan besar dapat

mempengaruhi tumbuh kembang. (Hidaya, 2012)

(b) Status sosial ekonomi

Latar belakng ekonomi juga berpengaruh pada

perkembangaan anak. Bagi orang tua yang ekonominya

lemah ia tidak bisa memenuhikebutuhan anaknya dengan

baik, sehingga orang tua kurang memperhatikan anaknya.

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan

makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidak

nyamanan. Semuanya itu akan menghambat

pertumbuhan anak. (Nirwana, 2011)

(c) Nutrisi

Zat nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan anak adalah protein, lemak, karbohidrat,

mineral, vitamin dan air. Zat-zat tersebut merupakan


bahan pembangun tubuh. Pada masa prenatal, bayi

maupun belita, anak akan membutuhkan kalori dan

protein lebih banyak, faktor malnutrisi (kekurangan gizi)

atau kurang adekuatnya zat gizi sangat berpengaruh

dimana hambatan dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak dapat terjadi terutama disebabkan

oleh kekurangan atau defesiensi protein dan vitamin B.

Malnutrisi secara primernya terjadi karena penyakit yang

kronis, penyakit darah, dan lain-lain. Dengan kata lain,

penyebab status nutrisi kurang pada anak adalah:

(1) Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik kuantitasnya.

(2) Hiperaktivitas fisik atau istrahat yang kurang adekuat.

(3) Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan

kebutuhan nutrisi.

(4) Stree emosi yang dapat menurunkan nafsu makan

atau absorbsi yang tidak adekuat.

(d) Iklim atau Cuaca

Iklim dapat mempengaruhi status kesehatan anak.

Pada musim penghujan, biasanya akan timbul banjir, yang

dapat mendapat menimbulkan penyakit menular diare,

demam berdarah dan penyakit kulit. Pada musim

kemarau, keluarga sering kali sulit mendapat air bersih

sehingga dapat menimbulkan diare pada anak. Status


kesehatan yang buruk seperti ini berdampak pada proses

pertumbuhan pada perkembangan anak.

(1) Olahraga atau Latihan fisik

Anak yang senang melakukan olahraga,

secara fisik dapat meningkatkan sirkulasi darah yang

mengakibatkan peningkatan suplai oksigen ke seluruh

tubuh. Olahraga akan meningkatkan aktivitas fisik

anak dan menstimulasi perkembangan otot dan

pertumbuhan sel. Anak dapat berinteraksi mengenal

aturan yang berlaku dan belajar menaatinya untuk

tujuan bersama. Disamping itu, dengan berolahraga,

juga dapat membantu kemampuan anak untuk

berkomunikasi dengan temannya. (maryunani, 2010)

(2) Kedudukan Anak dalam Lingkungan Keluarga

Kedudukan anak dalam keluarga memiliki

peranan yang penting juga dalam perkembanagan

anak. Bila ia anak tunggal, maka orang tuanya akan

cenderung memberi perhatian 100% kepadanya.

Biasanya anak yang seperti ini adalah anak yang

manja, kurang bisa bergaul dengan teman-teman

sebayanya. Namun, jika anak tersebut mempunyai

banyak saudara di keluarganya, maka ia akan menjadi


anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua.

Itulah mengapa kedudukan anak dalam lingkungan

mempunyai peranan yang penting dalam

perkembangan anak. (Nirwana, 2011)

3) Faktor Internal

Disamping faktor genetik dan lingkungan, faktor internal

dalam diri anak berikut ini juga dapat mempengaruhi proses

tumbuh kembang anak, yaitu:

(a) Kecerdasan (IQ)

(1) Kecerdasan dimiliki anak sejak dilahirkan

(2) Anak dengan kecerdasan yang rendah tidak akan

mencapai prestasi yang cemerlang walaupun telah di

berikan stimulus yang tinggi.

(3) Anak dengan kecerdasan tinggi dapat didorong oleh

stimulus lingkungan untuk berprestasi secara

cemerlang.

(b) Pengaruh Hormonal

Terdapat tiga hormon utama yang mempengaruhi

tumbuh kembang anak, yaitu:

(1) Hormon Somatotropin (Growth Hormon) atau hormon

pertumbuhan, merupakan hormon yang berpengaruh

pada pertumbuhan tinggi badan karena menstimulasi


terjadinya proliferasi sel, kartilago dan skeletal.

Kelebihan hormon ini dapat menyebabkan gigantisme

(pertumbuhan yang besar), sementara itu

kekuranagan hormon ini menyebabkan dwarfisme

(kerdil).

(2) Hormon tiroid, dimana hormon ini mutlak diperlukan

pada tumbuh kembang anak, karena mempunyai

fungsi menstimulasi metabolisme fungsii tubuh, yaitu

metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.

Kekurangan hormon ini (disebut hipotiroidisme)

dapat menyebabkan retardasi fisik dan mental bila

berlangsung terlalu lama. Sebaliknya, kelebihan

hormon ini (disebut hipertiroidisme) dapat

mengakibatkan gangguan pada kardiovaskuler,

metabolisme, otak, mata, seksual, dan lain-lain.

(3) Hormon Gonadotropin (Hormon Seks), dimana

hormon ini terutama mempunyai peranan penting

dalam fertilitas dan reproduksi. Hormon ini

memstimulasi pertumbuhan interstisial dari testis

untuk memproduksi testeron dan ovarium untuk

memproduksi estrogen.

(c) Pengaruh Emosi


(1) Orang tua terutama ibu adalah orang terdekat tempat

anak belajar untuk bertumbuh dan berkembang.

Orang tua adalah model peran bagi anak.

(2) Jika orang tua memberi contoh perilaku emosional

yang baik atau buruk, anak akan belajar untuk meniru

perilaku orang tua tersebut.

(3) Proses maturasi atau pematangan kepribadian anak

diperoleh melalui proses belajar dari lingkungan

keluarganya. (maryunani, 2010)

Anda mungkin juga menyukai