Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terencana
berdasarkan pengukuran kebutuhan (need asessment) yang diwujudkan dalam
bentuk program bimbingan dan konseling. Program bimbingan dan konseling di
sekolah dapat disusun secara makro untuk tiga tahun, meso satu tahun dan mikro
sebagai kegiatan operasional dan memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan khusus.
Program menjadi landasan yang jelas untuk mengukur layanan profesional yang
diberikan oleh konselor di sekolah.
Struktur program bimbingan diklasifikasikan ke dalam empat jenis
layanan, yaitu :
1. layanan dasar bimbingan
2. layanan responsif
3. layanan perencanaan individual
4. layanan dukungan sistem.
a. Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar bimbingan diartikan sebagai proses pemberian bantuan
kepada semua siswa melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok
yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya
secara optimal.
Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh
keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka
dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan
dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar :
1. memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama),
2. mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung
jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri
dengan lingkungannya,

1
3. mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan
4. mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kepada siswa disajikan materi layanan
yang menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini
berkaitan erat dengan upaya membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Materi layanan dasar bimbingan dapat diambil dari berbagai
sumber, seperti majalah, buku, dan koran. Materi yang diberikan, disamping
masalah yang menyangkut pengembangan sosial-pribadi, dan belajar, juga materi
yang dipandang utama bagi siswa, yaitu yang menyangkut karir. Materi-materi
tersebut, di antaranya :
1. fungsi agama bagi kehidupan,
2. pemantapan pilihan program studi,
3. keterampilan kerja profesional,
4. kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-rohaniah) dalam menghadapi
pekerjaan,
5. perkembangan dunia kerja,
6. iklim kehidupan dunia kerja,
7. cara melamar pekerjaan,
8. kasus-kasus kriminalitas,
9. bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan
10. dampak pergaulan bebas.
Materi lainnya yang dapat diberikan kepada para siswa adalah sebagai berikut:
Pengembangan self-esteem.
Pengembangan motif berprestasi.
Keterampilan pengambilan keputusan.
Keterampilan pemecahan masalah.
Keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi.
Memahami keragaman lintas budaya.
Perilaku yang bertanggung jawab.
b. Layanan Responsif

2
Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada siswa yang
memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera.
Tujuan layanan responsif adalah membantu siswa agar dapat memenuhi
kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa
yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya.
Tujuan layanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk
mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul
segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan
atau masalah pengembangan pendidikan.
Materi layanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan siswa.
Masalah dan kebutuhan siswa berkaitan dengan keinginan untuk memahami
tentang suatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya yang
positif. Kebutuhan ini seperti kenginan untuk memperoleh informasi tentang
bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika, pergaulan bebas dan
sebagainya.
Masalah siswa lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang
dialami atau dirasakan mengganggu kenyamanan hidupnya atau menghambat
perkembangan dirinya yang positif, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau
gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Masalah siswa pada
umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami melalui
gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya.
Masalah (gejala masalah) yang mungkin dialami siswa di antaranya :
1. merasa cemas tentang masa depan,
2. merasa rendah hati,
3. berperilaku impulsif (kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu tanpa
mmempertimbangkannya secara matang),
4. membolos dari sekolah,
5. malas belajar,
6. kurang memiliki kebiasaan belajar yang positif,
7. kurang bisa bergaul,

3
8. prestasi belajar rendah,
9. malas beribadah,
10. masalah pergaulan bebas (free sex),
11. masalah tawuran,
12. manajemen stress,
13. dan masalah dalam keluarga.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah siswa dapat ditempuh dengan cara
menganalisis data siswa, baik yang bersumber dari inventori tugas-tugas
perkembangan (ITP), angket siswa, wawancara, observasi, sosiometri, daftar hadir
siswa, leger, psikotes dan daftar masalah siswa atau alat ungkap masalah (AUM).
c. Layanan Perencanaan Individual
Layanan ini diartikan proses bantuan kepada siswa agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa
depannya berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta
pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
Layanan perencanaan individual bertujuan untuk membantu siswa agar :
1. memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya,
2. mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun
karir,
3. dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana
yang telah dirumuskannya.
Tujuan layanan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai
upaya memfasilitasi siswa untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola
rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri.
Isi atau materi perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan
siswa untuk memahami secara khusus tentang perkembangan dirinya sendiri.
Dengan demikian meskipun perencanaan individual ditujukan untuk memandu
seluruh siswa, layanan yang diberikan lebih bersifat individual karena didasarkan
atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing
siswa. Melalui layanan perencanaan individual, siswa dapat:

4
1. Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan
karir, dan mengembangkan kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan atas
pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah, dunia kerja, dan
masyarakatnya.
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian
tujuannya.
3. Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
4. Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.
Materi layanan perencanaan individual berkaitan erat dengan
pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi. Materi pengembangan
aspek (a) akademik meliputi : memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan
pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajaran
tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar sepanjang hayat; (b) karir
meliputi : mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan
pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (c)
sosial-pribadi meliputi : pengembangan konsep diri yang positif, dan
pengembangan keterampilan sosial yang efektif.
Ketiga komponen program, merupakan pemberian layanan BK kepada
siswa secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen
layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung memberikan bantuan
kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa. Dukungan
sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui
pengembangan profesinal; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru,
staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen program; penelitian
dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).
Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam
memperlancar penyelenggaraan layanan diatas. Sedangkan bagi personel pendidik
lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di
sekolah. Dukungan sistem ini meliputi dua aspek, yaitu :
1. pemberian layanan,

5
2. dan kegiatan manajemen.
1) Pemberian Layanan Konsultasi/Kolaborasi
Pemberian layanan menyangkut kegiatan guru pembimbing (konselor)
yang meliputi:
1. konsultasi dengan guru-guru,
2. menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat,
3. berpartisipasi dalam merencanakan kegiatan-kegiatan sekolah,
4. bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam rangka
mencisekolahakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan
siswa,
5. melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan
bimbingan dan konseling.
2) Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui
kegiatan-kegiatan berikut:
1. pengembangan program,
2. pengembangan staf,
3. pemanfaatan sumber daya, dan
4. pengembangan penataan kebijakan.
Secara operasional program disusun secara sistematis sebagai berikut :
1. Rasional berisi latar belakang penyusunan pogram bimbingan didasarkan
atas landasan konseptual, hukum maupun empirik
2. Visi da misi, berisi harapan yang diinginkan dari layanan Bk yang
mendukung visi , misi dan tujuan sekolah
Kebutuhan layanan bimbingan, berisi data kebutuhan siswa, pendidik dan
isntitusi terhadap layanan bimbingan. Data diperoleh dengan mempergunakan
instrumen yang dapat dipertanggungjawabkan.
Keempat komponen dasar di atas dapat dirangkum sebagai berikut:
1. layanan dasar, program yang secara umum dibutuhkan oleh seluruh siswa
pertingkatan kelas;

6
2. layanan responsif, program yang secara khusus dibutuhakn untuk membatu
para siswa yang memerlukan layanan bantuan khusus;
3. layanan perencanaan individual, program yang mefasilitasi seluruh siswa
memiliki kemampuan mengelola diri dan merancang masa depan; dan
4. dukungan sistem, kebijakan yang mendukung keterlaksanaan program,
program jejaring baik internal sekolah maupun eksternal
Program disusun bersama oleh personil bimbingan dan konseling dengan
memperhatikan kebutuhan siswa, mendukung kebutuhan pendidik untuk
memfasilitasi pelayanan perkembangan siswa secara optimal dalam
pembelajaran dan mendukung pencapaian tujuan, misi dan visi sekolah.
Program yang telah disusun disampaikan pada semua pendidik di sekolah
pada rapat dinas agar terkembang jejaring layanan yang optimal.
B. Mekanisme Pengawasan Program Bimbingan dan Konseling Disekolah
Terkait dengan peran pengawas sekolah, pengawas dapat melakukan
pembinaan dan pengawasan apakah sekolah memiliki program bimbingan dan
konseling?. Pimpinan sekolah dan personil bimbingan (guru
pembimbing/konselor) harus didorong untuk menyusun program bimbingan. Jika
program sudah ada personil bimbingan dan pimpinan sekolah didorong untuk
melakukan kajian apakah program sudah memfasilitasi kebutuhan peserta didik
dan mendukung ketercapaian visi, misi dan tujuan sekolah. Pengawas juga
mendorong pimpinan sekolah dan konselor untuk menyampaikan program pada
rapat dinas sekolah sehingga semua pendidik di lingkungan sekolah mengetahui,
memahami dan dapat mengembangkan jejaring dalam peran fungsinya masing-
masing.
Pengawasan program Bimbingan dan Konseling di sekolah dilakukan dengan
mekanisme-mekanisme tertentu, yakni sebagai berikut:
1. persiapan,
2. pengiriman bahan,
3. kegiatan pengawasan di sekolah,
4. evaluasi dan tindak lanjut
5. pengawasan berkesinambungan dan berkelanjutan

7
a. Pesiapan
Kegiatan pengawasan pada tahap ini dilakukan oleh pengawas sekolah itu
sendiri bersama dengan para personel sekolah. Kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Pengawas Sekolah
Pengawas sekolah mempersiapkan kegiatan pengawasan tahunan dan satu
semesteran yang disusunnya untuk setiap sekolah yang menjadi tanggung
jawab pengawasannya.
Persiapan pengawasan ini difokuskan kepada hasil kegiatan bimbingan,
kemampuan guru, sumberdaya pendidikan, dan proses bimbingan.
2. Personel Sekolah
1. Guru
Menyiapkan laporan tentang kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah.
Menyapaikan laporan tersebut kepada kepala sekolah dan membahasnya
(antara kepala sekolah dan guru pembimbing).
Penyusunan dan penyampaian laporan tersebut dikoordinasikan oleh
koordinator Bimbingan dan Konseling di tiap-tiap tingkatn sekolah
sekolah (SD, SMP, atau SMA).
Laporan tersebut dapat dipergunakan untuk laporan kepada pengawas
sekolah.
2. Kepala Sekolah
Meminta guru-guru untuk menyusun laporan tentang kegiatan bimbingan
dan konseling di sekolah.
Menyiapkan guru pembimbing untuk memperoleh pengawasan dari
pengawas sekolah.
Meminta guru-guru yang lain untuk bersedia membantu memberikan
informasi tentang peranannya dalam kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah.
Kunjungan pengawas sekolah kesekolah menjadi tanggung jawabnya dan
hendaknya dapat disampaikan kepada guru-guru yang lainnya.
b. Pengiriman Bahan-bahan Pengawasan

8
Bahan-bahan yang menyangkut kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
beserta hasil-hasilnya merupakan materi utama dan pertama yang perlu mendapat
perhatian pengawas sekolah. Untuk itu perlu dicatat hal-hal berikut:
Pengawas sekolah dapat meminta kepala sekolah yang diawasinya untuk
mengirimkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pengawasan sekolah.\
Hasil pengawasan dapat dikirimkan kepada kepala sekolah yang
bersangkutan.
Bahan-bahan pengawasan dipergunakan dalam kunjungan pengawas
sekolah kesekolah-sekolah yang berkelanjutan.
c. Kegiatan Pengawas Sekolah di Sekolah

Kunjungan pengawas sekolah merupakan kegiatan rutin yang harus dilakukan


sesuai dengan program yang telah disusun. Dalam hal ini, kegiatan yang dapat
dilakukan oleh seorang pengawas sekolah adalah :
Menerimam laporan, baik secara tertulis maupun lisan dari guru
pembimbing atau guru kelas tentang berbagai hal yang bersangkutan
dengan bimbingan dan konseling di sekolah.
Mengamati secara langsung:
1. Ruangan, perlengkapan ruangan, dan perlengkapan bimbingan dan
konseling.
2. Proses perencanaan dan pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah.
3. Lingkungan dan kondisi sekolah yang mempengaruhi proses
pendidikan pada umumnya serta bimbingan dan konseling pada
khususnya.
d. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh pengawas selanjutnya dievaluasi,
dianalisis, dan diberikan upaya tindak lanjut. Dalam hal ini pengawas sekolah
mengevaluasi seluruh bahan yang diperoleh dari kepala sekolah yang menjadi
tanggung jawabnya, baik bahan-bahan yang dikirim, maupun dari hasil
pengawasan di sekolah. Hasil evaluasi tersebut kemudian di analisis dan diberi

9
tindak lanjut yang dikirimkan kepada pihak-pihak terkait di sekolah terutama guru
pembimbing, koordinator bimbingan dan konseling di sekolah, guru kelas, dan
kepala sekolah.
e. Pengawasan Berkesinambungan dan Berkelanjutan
kegiatan pengawasan bukan hanya sesuatu kegiatan yang hanya dilakukan
sekali saja, namun merupakan kegiatan yang perlu dilakukan secara
berkesinambungan dan berkelanjutan. Dalam hal ini, materi, hasil, dan tindak
lanjut pengawasan serta saran-saran yang terdahulu menjadi bahan pertimbangan
dalam kegiatan pengawasan berikutnya, dalam rangka pengawasan
berkesinambungan dari waktu ke waktu.
Secara umum mekanisme pengawasan bimbingan dan konseling di sekolah
dapat di gambarkan sebagai berikut:
Pengawasan Berkesinambungan dan berkelanjutan
Evaluasi dan tahap lanjut
Pengawas sekolah
Personel sekolah
Persiapan
Guru Permbimbing/ guru kelas
Kepala Sekolah
Dari sekolah ke pengawas sekolah
Dari pengawas sekolah ke sekolah
Pengiriman Bahan
Sepengetahuan kepala sekolah
Kesempatan yang luas bagi pengawas sekolah
Berbagai kegiatan dilakukan oleh pengawas sekolah
Arahan, bimbingan, contoh, dan saran
Pertemuan kolegial
Kegiatan pengawasan di sekolah
Kelengkapan bahan
Evaluasi seluruh bahan dan keadaan yang menjadi objek pengawasan
Analisis hasil evaluasi

10
Tindak lanjut
Persepsi yang sama
Hasil pengawasan dan tindak lanjutnya, disampaikan kepada guru dan
kepala sekolah
Pengawasan dari waktu ke waktu
Penilaian, pembinaan, dan pengembangan berkelanjutan

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Program pengembangan bimbingan dan konseling di sekolah
diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan, yaitu : layanan dasar, bimbingan
layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan layanan dukungan sistem.
Keempat layanan tersebut diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa disekolah
yang bersangkutan. Yang disusun oleh oleh para personil bimbingan dan
konseling di sekolah dengan memperhatikan kebutuhan siswa, mendukung
kebutuhan pendidik untuk memfasilitasi pelayanan perkembangan siswa secara
optimal dalam pembelajaran dan mendukung pencapaian tujuan, misi dan visi
sekolah.
Dari semua kegiatan tersebut, kemudian diadakannya sebua pengawasan
yang dilakukan dengan mekanisme-mekanisme tertentu, agar segala kegiatan yang
berkenaan dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dapat terus
berjalan dan berkembang lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kurikulum Sekolah Menengah Umum. Petunjuk Teknis Pengelolaan Bimbingan


dan Konseling.

Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc. Ed. 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan
dan Konseling di Sekolah. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan


Konseling di Sekolah. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Syahril., dan Riska Ahmad. 1987. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Padang.
Penerbit Angkasa Raya.

13

Anda mungkin juga menyukai