Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai manusia, kita diwajibkan untuk berusaha dalam menggapai sebuah cita-cita.Kita
tidak boleh hanya berpangku tangan dan pasrah.Ajaran agama kita melarang orang yang hanya
pasrah tanpa berusaha.Kewajiban kita hanya berusaha dan berdoa, serta mengharap rahmat Allah
swt. Namun harus diingat, Allah swt akan memberikan karunia-Nya sesuai dengan usaha
seseorang dan doa yang tulus. Oleh karena itu, berusahalah sekuat tenaga dan berdoalah dengan
khusyuk dan tulus.
Agama Islam yang berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits sebagai tuntunan dan pegangan
bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja melainkan
juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan kerja.
Rasulullah SAW bersabda: bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya,
dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok. Dalam ungkapan lain
dikatakan juga, Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih
mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada muslim yang lemah. Allah
swt.menyukai mukmin yang kuat bekerja.Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan bertingkah
laku justru berlawanan dengan ungkapan-ungkapan tadi.
Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut untuk menunjukkan etos kerja yang
tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai Islami
yang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan al-Quran dan as-Sunnah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud mortivasi krja?
2. Apa saja faktor-faktor motivasi kerja?
3. Bagaimana etos keja dalam berwirausaha?
C. TUJUAN
Menjawab pertanyaan-pertanyaan di rumusan masalah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. MOTIVASI KERJA
a. Pengertian motivasi
Menurut John dalam Winardi (2002:2) motivasi untuk bekerja merupakan suatu istilah yang
digunakan dalam bidang perilaku keorganisasian (Organizational Behavior = OB), guna
menerangkan kekuatan-kekuatan yang terdapat pada diri seseorang individu, yang menjadi
penyebab timbulnya tingkat, arah, dan persistensi upaya yang dilaksanakan dalam hal bekerja.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja
Chung & Megginson dalam Gomes (2001:180) menjelaskan, motivasi melibatkan dua faktor
yaitu faktor-faktor individual seperti kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals), sikap
(attitude), dan kemampuan (abilities) dan faktor-faktor organisasional seperti pembayaran gaji
(pay), keamanan pekerjaan (job security), hubungan sesama pekerja (co-worker), pengawasan
(supervision), pujian (praise), dan pekerjaan itu sendiri (jo it self). Sedangkan menurut
Helleriegel dan Slocum dalam Sujak (1990:249) ada tiga hal yang mempengaruhi motivasi kerja
yaitu:
a. Perbedaan karakteristik individu
Individu yang berbeda jenis kebutuhan, sikap dan minat menimbulkan motivasi yang
bervariasi. Misalkan seorang karyawan yang memiliki banyak anak yang harus ia biayai
sekolahnya akan berbeda produktivitasnya dalam bekerja dibandingkan dengan karyawan yang
masih bujangan.
b. Perbedaan karakteristik pekerjaan
Perbedaan karakteristik yang melekat pada pekerjaan itu membutuhkan pengorganisasian
dan penempatan orang secara tepat sesuai dengan kesiapan masing-masing pegawai. Setiap
organisasi juga mempunyai peraturan, kebijakan, sistem pemberian hadiah, dan misi yang
berbeda-beda yang akan berpengaruh pada setiap pegawainya.
c. Perbedaan karakteristik lingkungan kerja atau organisasi.
Perbedaan karakteristik yang melekat pada pekerjaan itu membutuhkan pengorganisasian
dan penempatan orang secara tepat sesuai dengan kesiapan masing-masing pegawai. Setiap

2
organisasi juga mempunyai peraturan, kebijakan, sistem pemberian hadiah, dan misi yang
berbeda-beda yang akan berpengaruh pada setiap pegawainya.
Dan Johanes Papu mengemukakan ada 6 hal yang dapat mempengaruhi motivasi kerja,
yaitu:
a. Tujuan
Visi, misi dan tujuan yang jelas akan membantu seseorang dalam bekerja. Namun hal
tersebut belum cukup jika visi., misi dan tujuan yang ditetapkan tidak sejalan dengan kebutuhan
dan tujuan individu yang bekerja.
b. Tantangan
Manusia dikarunia mekanisme pertahanan diri yang di sebut "fight atau flight syndrome".
Ketika dihadapkan pada suatu tantangan, secara naluri manusia akan melakukan suatu tindakan
untuk menghadapi tantangan tersebut (fight) atau menghindar (flight). Dalam banyak kasus
tantangan yang ada merupakan suatu rangsangan untuk mencapai kesuksesan. Dengan kata lain
tantangan tersebut justru merupakan motivator. Namun demikian tidak semua pekerjaan selalu
menghadirkan tantangan. Namun tidak semua pekerjaan dapat memberikan tantangan dan hal
ini dapat memicu munculnya rasa jenuh.
c. Keakraban
Suatu team kerja yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akraban satu sama lain,
setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota team saling menyukai dan
berusaha keras untuk mengembangankan dan memelihara hubungan interpersonal. Hubungan
interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar terciptanya
keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama anggota team.
d. Tanggungjawab
Secara umum, setiap orang akan terstimulasi ketika diberi suatu tanggungj awab.
Tanggungjawab mengimplikasikan adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau
mengambil suatu keputusan. karyawan yang diberi tanggungjawab dan otoritas yang
proporsional cenderung akan memiliki motivasi kerja yag tinggi.
e. Kesempatan untuk maju
Setiap orang akan melakukan banyak cara untuk dapat mengembangkan diri,
mempelajari konsep dan ketrampilan baru, serta melangkah menuju kehidupan yang lebih baik.
Jika dalam pada sebuah team setiap anggota merasa bahwa team tersebut dapat memberikan

3
peluang bagi mereka untuk melakukan hal-hal tersebut di atas maka akan tercipta motivasi dan
komitment yang tinggi. Hal ini penting mengingat bahwa perkembangan pribadi memberikan
nilai tambah bagi individu dalam meningkatkan harga diri.
f. Kepemimpinan
Tidak dapat dipungkiri bahwa leadership merupakan faktor yang berperan penting
dalam mendapatkan komitment dari anggota team. Leader berperan dalam menciptakan kondisi
yang kondusif bagi team untuk bekerja dengan tenang dan harmonis. Seorang leader yang baik
juga dapat memahami 6 faktor yang dapat menimbulkan motivasi seperti yang disebutkan diatas.

B. ETOS KERJA DALAM KEWIRAUSAHAAN


a. pengertian etos kerja
Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti tempat hidup. Awalnya
tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat ataukebiasaan. Sejalan dengan waktu, kata etos
berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks. Dari kata yang sama muncul pula
istilah Ethikos yang berarti teori kehidupan, yang kemudian menjadi etika. Dalam bahasa
Inggris Etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa pengertian antara lain starting point, to
appear, disposition hingga disimpulkan sebagai character. Dalam bahasa Indonesia kita dapat
menerjemahkannya sebagai sifat dasar, pemunculan atau disposisi/watak. Dan Webster
Dictionary mendefinisikan etos sebagai; guiding beliefs of a person, group or institution; etos
adalah keyakinan yang menuntun seseorang.
Menurut Anoraga (1992) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa
atau umat terhadap kerja. Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja sebagai
suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi.
sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi
kehidupan, maka etos kerja dengan sendirinya akan rendah. Dalam situs resmi kementerian
KUKM, Etos Kerja diartikan sebagai sikap mental yang mencerminkan kebenaran dan
kesungguhan serta rasa tanggung jawab untuk meningkatkan produktivitas.
b. Faktor yang mempengaruhi etos kerja
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi etos kerja, yaitu:
1. Agama

4
Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max
Weber. Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern, yaitu rasionalitas (rationality) menurut
Weber (1958) lahir dari etika Protestan. Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai.
Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup para
penganutnya. Cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai oleh ajaran
agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama. Dengan demikian,
kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu pembangunan, jelaslah
bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan atau modernisasi. Weber (1958)
memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam protestanisme mampu melahirkan etos
berpikir rasional, berdisiplin tinggi, bekerja tekun sistematik, berorientasi sukses (material), tidak
mengumbar kesenangan - namun hemat dan bersahaja (asketik), serta menabung dan
berinvestasi, yang akhirnya menjadi titik tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern.
Sejak Weber menelurkan karya tulis The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism
(1958), berbagai studi tentang Etos Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil
yang secara umum mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan
tertentu dan kemajuan ekonomi, kemakmuran, dan modernitas (Sinamo, 2005). Menurut
Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental, tekad, disiplin dan semangat kerja.
Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya, yang sebagian bersumber dari agama
atau sistem kepercayaan/paham teologi tradisional. Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung
dipengaruhi oleh rendahnya kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut
menambah kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu.
2. Budaya
Sikap mental, tekad, disiplin dan semangat kerja masyarakat juga disebut sebagai etos
budaya dan secara operasional, etos budaya ini juga disebut sebagai Etos Kerja. Kualitas Etos
Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan.
Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan
sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos
Kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki Etos Kerja.
3. Sosial Politik
Tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja

5
keras mereka dengan penuh. Etos Kerja harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti
tanggung jawab kepada masa depan bangsa dan negara. Dorongan untuk mengatasi kemiskinan,
kebodohan dan keterbelakangan hanya mungkin timbul, jika masyarakat secara keseluruhan
memiliki orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik. Orientasi ke depan itu
harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian (achievement).
Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain, yaitu semangat profesionalisme yang menjadi
tulang-punggung masyarakat modern.
4. Kondisi Lingkungan/Geografis
Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis. Lingkungan alam yang
mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk dapat
mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut
mencari penghidupan di lingkungan tersebut.
5. Pendidikan
Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan
sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai EtosKerja keras. Meningkatnya
kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan bermutu, disertai
dengan peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian dan keterampilan, sehingga semakin
meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat sebagai pelaku ekonomi.
6. Struktur Ekonomi
Tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur ekonomi, yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk bekerja
keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.
g. Motivasi dari dalam diri individu
Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi adalah individu yang bermotivasi
tinggi. Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap, yang tentunya didasari oleh nilai-nilai
yang diyakini seseorang. Keyakinan inilah yang menjadi suatu motivasi kerja. Etos Kerja juga
dipengaruhi oleh motivasi seseorang. motivasi yang sesungguhnya bukan bersumber dari luar
diri, tetapi yang tertanam/terinternalisasi dalam diri sendiri, yang sering disebut dengan motivasi
intrinsik.
c. Pengembangan etos kerja

6
Etos kerja yang rendah membuat semua strategi dan rencana kerja perusahaan yang
hebat , tidak mampu dijalankan oleh karyawan dengan maksimal. Akibatnya, perusahaan
akan kekurangan energi sukses dari para karyawannya. Oleh karena itu, sudah saatnya
perusahaan peduli kepada pengembangan etos kerja secara berkelanjutan dalam semua aspek
aktifitas perusahaan.
Salah satu cara terefektif untuk pengembangan etos kerja, adalah melalui penginternalisasian
budaya perusahaan ke mind set setiap karyawan. Budaya perusahaan yang wajib diwujudkan
dalam berbagai macam kebijakan, aturan, sistem, dan prosedur kerja. Termasuk di dalamnya,
seperti panduan etika bisnis, panduan code of conduct, dan panduan sop yang jelas. Di mana,
nilai-nilai perjuangan yang ada dalam budaya perusahaan tersebut harus dieksplorasi untuk
dicerahkan kepada setiap karyawan.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Menurut John dalam Winardi (2002:2) motivasi untuk bekerja merupakan suatu istilah yang
digunakan dalam bidang perilaku keorganisasian (Organizational Behavior = OB), guna
menerangkan kekuatan-kekuatan yang terdapat pada diri seseorang individu, yang menjadi
penyebab timbulnya tingkat, arah, dan persistensi upaya yang dilaksanakan dalam hal bekerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja
a. Perbedaan karakteristik individu
b. Perbedaan karakteristik pekerjaan
c. Perbedaan karakteristik lingkungan kerja atau organisasi.
6 hal yang dapat mempengaruhi motivasi kerja, yaitu:
1. Tujuan
2. Tantangan
3. Keakraban
4. Tanggungjawab
5. Kesempatan untuk maju
6. Kepemimpinan
Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap
kerja. Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur
bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi. sebaliknya sikap dan
pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan, maka etos kerja
dengan sendirinya akan rendah.
beberapa faktor yang mempengaruhi etos kerja, yaitu:
1. Agama
2. Budaya
3. Sosial Politik
4. Kondisi Lingkungan/Geografis
5. Pendidikan

8
6. Struktur Ekonomi
7. Motivasi dari dalam diri individu
Salah satu cara terefektif untuk pengembangan etos kerja, adalah melalui penginternalisasian
budaya perusahaan ke mind set setiap karyawan. Budaya perusahaan yang wajib diwujudkan
dalam berbagai macam kebijakan, aturan, sistem, dan prosedur kerja. Termasuk di dalamnya,
seperti panduan etika bisnis, panduan code of conduct, dan panduan sop yang jelas. Di mana,
nilai-nilai perjuangan yang ada dalam budaya perusahaan tersebut harus dieksplorasi untuk
dicerahkan kepada setiap karyawan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Gomes, Faustino Cardoso. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset
Sujak, Abi. (1990:249) Kepemimpinan Manajer. Jakarta: Rajawali Pers
Wahjosumidjo. (1994). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia
Winardi. (2002). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
http://www.depkop.go.id.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3626/1/08E00921.pdf
http://www.mail-archive.com/

10

Anda mungkin juga menyukai