Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KAJIAN LITERATUR

MATA KULIAH PRINSIP REKAYASA


LINGKUNGAN
PENCEMARAN UDARA

DISUSUN OLEH:
A. M. IMAM ARDIANSYAH
D111 16 034
KELAS A
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2017
PENCEMARAN UDARA
a. Udara
Udara adalah atmosfer yang ada di sekeliling bumi yang
fungsinya sangat penting untuk kehidupan di muka bumi ini, dalam
udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbon dioksida (CO2)
untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun, dan ozon (O3) untuk
menahan sinar ultraviolet dari matahari (Sunu, 2001).
Udara adalah campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi
yaitu uap air dan CO2, kegiatan yang berpotensi menaikkan konsentrasi
CO2 seperti pembusukan sampah tanaman, pembakaran atau
sekumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas yaitu karena
proses pernapasan (Agusnar, 2007).
Menurut Sunu (2001), komposisi udara terutama uap air (H2O)
sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu udara, tekanan udara, dan
lingkungan sekitarnya.
Komposisi udara bersih dan kering, pada umumnya sebagai berikut:
a. Nitrogen (N2) = 78,09 %
b. Oksigen (O2) = 20,94 %
c. Argon (Ar) = 0,93 %
d. Karbon dioksida (CO2) = 0,032 %
Udara adalah faktor yang penting dalam kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Udara sebagai komponen lingkungan yang
sangat penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan
kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi makhluk
hidup untuk hidup secara optimal (Nugroho, 2009).
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 41 tahun 1999 Udara
ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir
yang berada didalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang di
butuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan
unsur lingkungan hidup lainnya.
Dari beberapa pengertian tentang udara diatas dapat dikatakan
bahwa udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan
yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu
konstan dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Komponen yang
konsentrasinya paling bervariasi adalah air yang berupa uap air dan
karbon dioksida. Adapun jumlah air yang terdapat di udara bervariasi
tergantung dari cuaca dan suhu.
b. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia
atau proses alam, sehingga kualitas udara menurun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Keputusan Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup R.I No.
KEP03/MENKLH/II/1991).
Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik
atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah
tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (yang dapat dihitung
dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang,
vegetasi dan material (Chambers dan Masters dalam Mukono, 2006 ).
Pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang
dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik
atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya
(Kumar dalam Mukono, 2008)
Pencemaran udara adalah terdapatnya bahan kontaminan di
atmosfer karena ulah manusia (man made) , yang membedakan
pencemaran udara alamiah dan pencemaran udara di tempat kerja
(occupational air pollution) (Mukono, 2006).
Udara merupakan faktor yang penting dalam hidup dan
kehidupan. Namun pada era modern ini, sejalan dengan perkembangan
pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, serta berkembangnya
transportasi, maka, kualitas udara pun mengalami perubahan yang
disebabkan oleh terjadinya pencemaran udara, atau, sebagai
berubahnya salah satu komposisi udara dari keadaan yang normal; yaitu
masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol)
ke dalam udara dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu yang cukup
lama, sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan
tanaman (BPLH DKI Jakarta, 2013).
Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara
menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak
berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia.
Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-kota besar dan juga daerah
padat industri yang menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas
batas kewajaran. Pada umumnya bahan pencemar udara adalah berupa
gas-gas beracun (hampir 90 %) dan partikel-partikel zat padat. Gas-gas
beracun ini berasal dari pembakaran bahan bakar kendaraan, dari
industri dan dari rumah tangga. Selain gas-gas beracun di atas,
pembakaran bahan bakar kendaraan juga menghasilkan partikelpartikel
karbon dan timah hitam yang beterbangan mencemari udara.(1,2)
Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara
lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Sumber
pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam,
seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dan lain-
lain.
Prinsip dari pencemaran udara adalah bilamana dalam udara
terdapat unsur - unsur pencemar (biasa disebut polutan baik primer
maupun sekunder yang bersumber dari aktifitas alam dan kebanyakan
dari aktifitas manusia) yang dapat mempengaruhi keseimbangan udara
normal dan mengakibatkan gangguan terhadap kehidupan manusia,
hewan dan tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lain.
Dari beberapa pengertian mengenai pencemaran udara dapat kita
simpulkan bahwa pencemaran udara adalah peristiwa masuknya, atau
tercampurnya, polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara
(atmosfer) yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara
(lingkungan).
c. Faktor-faktor Penyebab Pencemaran Udara
Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor alam (internal), yang bersumber dari aktivitas alam
Contoh : - abu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi
- gas-gas vulkanik
- debu yang beterbangan di udara akibat tiupan angin
- bau yang tidak enak akibat proses pembusukan sampah organik
2. Faktor manusia (eksternal), yang bersumber dari hasil aktivitas
manusia
Contoh :
- hasil pembakaran bahan-bahan fosil dari kendaraan bermotor
- bahan-bahan buangan dari kegiatan pabrik industri yang memakai zat
kimiaorganik dan anorganik
- pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
- pembakaran sampah rumah tangga
- pembakaran hutan
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, telah terjadi lonjakan
jumlah kendaraan bermotor yang sangat pesat, khususnya oleh
pertambahan sepeda motor, yang mencapai 30%. Sekitar lebih kurang
70% terdistribusi di daerah perkotaan.
Pada rentang 2005, perbandingan antara jumlah sepeda motor
dan penduduk di Indonesia diperkirakan mencapai 1:8. Seterusnya, dari
tahun ke tahun, kondisi tersebut semakin meningkat. Akibatnya, ruas
jalan di Indonesia semakin padat. Bukan hanya di kota-kota besar,
bahkan, sampai ke pelosok daerah (WHO, 1979).
Menurut data terakhir Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik
Indonesia (Korlantas Polri), jumlah kendaraan yang beropersi di
seluruh Indonesia pada rentang 2013 mencapai 104,211 juta unit, naik
sebesar 12 % dari 2012; yakni sebanyak 94,299 juta unit, dan juga naik
sebesar 12 % dari 2011; yakni sebanyak 84,193 juta unit. Dari jumlah
tersebut, maka, populasi terbanyak disumbang oleh sepeda motor,
yaitu, rata-rata sebanyak 73 %.
Jumlah pertumbuhan kendaraan bermotor, ternyata, merupakan
tindakan yang dapat dilihat dengan progressive contextualization
(Vayda, 1986) Ketika ingin mendeskripsikan suatu pengrusakan
lingkungan (terkait di sini masalah pencemaran udara akibat
transportasi), terbukti, tidak terbatas hanya melihat aktor-aktor
pengguna transportasi saja. Namun, kita juga dapat melihat lebih luas
lagi bahwa tindakan-tindakan tersebut berdampak bagi hidup dan
kehidupan.
Hal ini dapat terlihat dari pertumbuhan kendaraan bermotor yang
mengeluarkan emisi dan mencemarkan udara di sekitar kita. Salah satu
kasus di perkotaan adalah; akibat pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta
lebih tinggi dibanding kota-kota lainnya, maka, telah mendorong
perubahan gaya hidup sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan
dan daya beli masyarakatnya. Kepemilikan dan penggunaan kendaraan
pribadi (mobil dan sepeda motor) juga angkutan umum meningkat,
sehingga, mengambil porsi ruas jalan yang lebih besar dibanding moda
transportasi lainnya.
Jumlah kendaraan di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi dari
tahun ke tahun, semakin meningkat. Pada rentang 2014, jumlah
kendaraan diprediksi bakal mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya. Berdasarkan data kendaraan yang tercatat di Subdit
Regident Ditlantas Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan pada 2012
mencapai 14.618.313 unit, dengan pertumbuhan 9,8% dari tahun
sebelumnya. Sementara pada 2013, jumlah kendaraan di Jakarta dan
sekitarnya mencapai 16.043.689 unit, dengan tren peningkatan yang
mencapai 9,8 %.
Perkembangan kendaraan bermotor yang dialami oleh Indonesia,
serta perkembangan di salah satu perkotaan, seperti DKI Jakarta,
tentunya menimbulkan masalah pada sistem transportasi, dan
merupakan salah satu yang mempengaruhi udara sebagai commons,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Hardin Z dalam tulisannya
Tragedy of the commons. Udara sebagai commons dirusak oleh
beberapa kepentingan (Sudrajad, 2006).
Selanjutnya, dari beberapa penyebab polusi udara yang ada,
terbukti, emisi transportasi adalah sebagai penyumbang pencemaran
udara tertinggi, yakni sekitar 85 persen. Hal tersebut tampak dengan
jelas, mengingat, sebagian besar kendaraan bermotor menghasilkan
emisi gas buang yang buruk; baik akibat perawatan yang kurang
memadai, atau dari penggunaan bahan bakar dengan kualitas yang
kurang baik (misalnya; kadar timbal yang tinggi).
Sehingga dapat kita ketahui bahwa factor penyebab pencemaran
udara utama terdiri atas tiga yaitu sector transportasi (paling besar),
industry, dan rumah tangga.
d. Klasifikasi Zat Pencemaran Udara
Adapun klasifikasi bahan pencemar atau polutan menurut (Mukono,
2003) dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Polutan Primer
Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber
tertentu, dan dapat berupa gas. Gas terdiri dari:
a. Senyawa karbon yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan
karbon oksida (CO atau CO).
b. Senyawa sulfur yaitu sulfur oksida.
c. Senyawa nitrogen yaitu nitrogen oksida dan amoniak.
d. Senyawa halogen yaitu fluor, klorin, hydrogen klorida, hidrokarbon
terklorinasi, dan bromine.
Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasannya berasal
dari sumber kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemar
yang di keluarkan antara lain adalah gas NO, SO, O, CO, Partikel
debu. Gas NO, SO, O, CO dapat dihasilkan dari proses pembakaran
oleh mesin yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari bahan
fosil. Untuk partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik,
dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel
tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses disperse (misalnya
proses menyemprot (spraying) maupun proses erosi bahan tertentu.
Asap (smoke) seringkali juga dipakai untuk menunjukkan campuran
bahan partikulat (particulate matter), uap (fumes, gas, dank abut (mist)
menurut (Mukono, 2003). Adapun yang dimaksud dengan:
a. Asap adalah partikel karbon yang sangat halus (sering disebut sebagai
jelaga) dan merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna.
b. Debu adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau
alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan.
c. Uap adalah partikel padat yang merupakan hasil dari sublimasi,
distilasi atau reaksi kimia.
d. Kabut adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air.
2. Polutan Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih
bahan kimia diudara misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh adalah
disosiasi NO yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan
dan arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Konsentrasi relatif dan bahan reaktan
b. Derajat fotoaktivasi
c. Kondisi iklim
d. Topografi lokal dan adanya embun. Polutan sekunder ini mempunyai
sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil.
e. Zat-zat Pencemaran Udara
Ada beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara,
antara lain: Karbon monoksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida,
Partikulat, Hidrokarbon, CFC, Timbal dan Karbondioksida.
1. Karbon monoksida (CO)
Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun.
Dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil,
misalnya gas buangan kendaraan bermotor.
2. Nitrogen dioksida (NO2)
Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara
di pabrik, pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.
3. Sulfur dioksida (SO2)
Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi.
Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur
terutama batubara. Batubara ini biasanya digunakan sebagai bahan
bakar pabrik dan pembangkit tenaga listrik.
4. Partikulat (asap atau jelaga)
Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya.
Dihasilkan dari cerobong pabrik berupa asap hitam tebal.
Macam-macam partikel, yaitu :
a. Aerosol : partikel yang terhambur dan melayang di udara/td>
b. Fog (kabut) : aerosol yang berupa butiran-butiran air dan berada di
udara
c. Smoke (asap) : aerosol yang berupa campuran antara butir padat dan
cair dan melayang berhamburan di udara
d. Dust (debu) : aerosol yang berupa butiran padat dan melayang-
layang di udara
5. Hidrokarbon (HC)
Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran
bahan bakar yang tidak sempurna.
6. Chlorofluorocarbon (CFC)
Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada
di atmosfer bumi. Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti
kulkas, AC, alat pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat
penyemprot (aerosol) pada parfum dan hair spray.
7. Timbal (Pb)
Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan
pembakaran pada kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut
menghasilkan timbal oksida yang berbentuk debu atau partikulat yang
dapat terhirup oleh manusia.
8. Karbon Dioksida (CO2)
Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar
kendaraan bermotor dan pabrik serta gas hasil kebakaran hutan.
f. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lingkungan Alam
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan alam, antara lain: hujan asam, penipisan lapisan ozon dan
pemanasan global.
1. Hujan Asam
Istilah hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith
ketika ia menulis tentang polusi industri di Inggris. Hujan asam adalah
hujan yang memiliki kandungan pH (derajat keasaman) kurang dari 5,6.
Proses terbentuknya hujan asam yaitu SO2 dan NOx (NO2 dan
NO3) yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil
(kendaraan bermotor) dan pembakaran batubara (pabrik dan
pembangkit energi listrik) akan menguap ke udara. Sebagian lainnya
bercampur dengan O2 yang dihirup oleh makhluk hidup dan sisanya
akan langsung mengendap di tanah sehingga mencemari air dan mineral
tanah. SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang menguap ke udara akan
bercampur dengan embun. Dengan bantuan cahaya matahari, senyawa
tersebut akan diubah menjadi tetesan-tetesan asam yang kemudian
turun ke bumi sebagai hujan asam. Namun, bila H2SO2 dan HNO2
dalam bentuk butiran-butiran padat dan halus turun ke permukaan bumi
akibat adanya gaya gravitasi bumi, maka peristiwa ini disebut dengan
deposisi asam.

2. Penipisan Lapisan Ozon


Ozon (O3) adalah senyawa kimia yang memiliki 3 ikatan yang
tidak stabil. Di atmosfer, ozon terbentuk secara alami dan terletak di
lapisan stratosfer pada ketinggian 15-60 km di atas permukaan bumi.
Fungsi dari lapisan ini adalah untuk melindungi bumi dari radiasi sinar
ultraviolet yang dipancarkan sinar matahari dan berbahaya bagi
kehidupan.
Namun, zat kimia buatan manusia yang disebut sebagai ODS
(Ozone Depleting Substances) atau BPO (Bahan Perusak Ozon)
ternyata mampu merusak lapisan ozon sehingga akhirnya lapisan ozon
menipis. Hal ini dapat terjadi karena zat kimia buatan tersebut dapat
membebaskan atom klorida (Cl) yang akan mempercepat lepasnya
ikatan O3 menjadi O2. Lapisan ozon yang berkurang disebut sebagai
lubang ozon (ozone hole).
Diperkirakan telah timbul adanya lubang ozon di Benua Artik
dan Antartika. Oleh karena itulah, PBB menetapkan tanggal 16
September sebagai hari ozon dunia dengan tujuan agar lapisan ozon
terjaga dan tidak mengalami kerusakan yang parah.
3. Pemanasan Global
Kadar CO2 yang tinggi di lapisan atmosfer dapat menghalangi pantulan
panas dari bumi ke atmosfer sehingga permukaan bumi menjadi lebih
panas. Peristiwa ini disebut dengan efek rumah kaca (green house
effect). Efek rumah kaca ini mempengaruhi terjadinya kenaikan suhu
udara di bumi (pemanasan global). Pemanasan global adalah kenaikan
suhu rata-rata di seluruh dunia dan menimbulkan dampak berupa
berubahnya pola iklim.
Permukaan bumi akan menyerap sebagian radiasi matahari yang
masuk ke bumi dan memantulkan sisanya. Namun, karena
meningkatnya CO2 di lapisan atmosfer maka pantulan radiasi matahari
dari bumi ke atmosfer tersebut terhalang dan akan kembali dipantulkan
ke bumi. Akibatnya, suhu di seluruh permukaan bumi menjadi semakin
panas (pemanasan global). Peristiwa ini sama dengan yang terjadi di
rumah kaca. Rumah kaca membuat suhu di dalam ruangan rumah kaca
menjadi lebih panas bila dibandingkan di luar ruangan. Hal ini dapat
terjadi karena radiasi matahari yang masuk ke dalam rumah kaca tidak
dapat keluar.
g. Dampak Pencemaran Udara Bagi Manusia
Selain mempengaruhi keadaan lingkungan alam, pencemaran
udara juga membawa dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup
(organisme), baik hewan, tumbuhan dan manusia.
Dampak pencemaran udara bagi manusia, antara lain:
1. Karbon monoksida (CO)
Mampu mengikat Hb (hemoglobin) sehingga pasokan O2 ke jaringan
tubuh terhambat. Hal tersebut menimbulkan gangguan kesehatan
berupa; rasa sakit pada dada, nafas pendek, sakit kepala, mual,
menurunnya pendengaran dan penglihatan menjadi kabur. Selain itu,
fungsi dan koordinasi motorik menjadi lemah. Bila keracunan berat (70
80 % Hb dalam darah telah mengikat CO), dapat menyebabkan
pingsan dan diikuti dengan kematian.
2. Nitrogen dioksida (SO2)
Dapat menyebabkan timbulnya serangan asma.
3. Hidrokarbon (HC)
Menyebabkan kerusakan otak, otot dan jantung.
4. Chlorofluorocarbon (CFC)
Menyebabkan melanoma (kanker kulit) khususnya bagi orang-orang
berkulit terang, katarak dan melemahnya sistem daya tahan tubuh
5. Timbal (Pb)
Menyebabkan gangguan pada tahap awal pertumbuhan fisik dan mental
serta mempengaruhi kecerdasan otak.
6. Ozon (O3)
Menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan terasa terbakar dan
memperkecil paru-paru.

7. NOx
Menyebabkan iritasi pada paru-paru, mata dan hidung.
h. Dampak Pencemaran Udara Bagi Hewan
Dampak pencemaran udara bagi kehidupan hewan, antara lain:
1. Penipisan lapisan ozon
Menimbulkan kanker mata pada sapi, terganggunya atau bahkan
putusnya rantai makanan pada tingkat konsumen di ekosistem perairan
karena penurunan jumlah fitoplankton.
2. Hujan asam
Menyebabkan pH air turun di bawah normal sehingga ekosistem air
terganggu.
3. Pemanasan global
Penurunan hasil panen perikanan.
Selain membawa dampak negatif pada kehidupan hewan,
pencemaran udara juga mampu merusakkan bangunan dan candi-candi.
Iklim dunia yang berubah polanya mengakibatkan timbulnya kemarau
panjang, bencana alam dan naiknya permukaan laut. Kemarau panjang
memicu terjadinya kebakaran hutan dan menurunnya produksi panen,
bencana alam (banjir, gempa, tsunami) banyak terjadi dan permukaan
laut yang meninggi akan mengakibatkan tenggelamnya pulau-pulau
kecil dan daerah-daerah pesisir pantai.
i. Dampak Pencemaran Udara Bagi Tumbuhan
Dampak pencemaran udara terhadap kehidupan tumbuhan, antara lain:
1. Hujan Asam
-Merusak kehidupan ekosistem perairan, menghancurkan jaringan
tumbuhan (karena
-Memindahkan zat hara di daun dan menghalangi pengambilan
Nitrogen) dan mengganggu pertumbuhan tanaman.
-Melarutkan kalsium, potasium dan nutrient lain yang berada dalam
tanah sehingga tanah akan berkurang kesuburannya dan akibatnya
pohon akan mati.
2. Penipisan Lapisan Ozon
Merusak tanaman, mengurangi hasil panen (produksi bahan makanan,
seperti beras, jagung dan kedelai), penurunan jumlah fitoplankton yang
merupakan produsen bagi rantai makanan di laut.
3. Pemanasan global
Penurunan hasil panen pertanian dan perubahan keanekaragaman
hayati. Keanekaragaman hayati dapat berubah karena kemampuan
setiap jenis tumbuhan untuk bertahan hidup berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhannya.
4. Gas CFC
Mengakibatkan tumbuhan menjadi kerdil, ganggang di laut punah,
terjadi mutasi genetik (perubahan sifat organisme).
j. Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara
Upaya penanggulangan dilakukan dengan tindakan pencegahan
(preventif) yang dilakukan sebelum terjadinya pencemaran dan
tindakan kuratif yang dilakukan sesudah terjadinya pencemaran.
a. Usaha Preventif (sebelum pencemaran)
1. mengembangkan energi alternatif dan teknologi yang
ramah lingkungan.
2. mensosialisasikan pelajaran lingkungan hidup (PLH) di
sekolah dan masyarakat.
3. mewajibkan dilakukannya AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan) bagi industri atau usaha yang
menghasilkan limbah.
4. tidak membakar sampah di pekarangan rumah.
5. tidak menggunakan kulkas yang memakai CFC (freon) dan
membatasi penggunaan AC dalam kehidupan sehari-hari.
6. tidak merokok di dalam ruangan.
7. menanam tanaman hias di pekarangan atau di pot-pot.
8. ikut berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan.
9. ikut memelihara dan tidak mengganggu taman kota dan
pohon pelindung.
10. tidak melakukan penebangan hutan, pohon dan tumbuhan
liar secara sembarangan.
11. mengurangi atau menghentikan penggunaan zat aerosol
dalam penyemprotan ruang.
12. menghentikan penggunaan busa plastik yang mengandung
CFC.
13. mendaur ulang freon dari mobil yang ber-AC.
14. mengurangi atau menghentikan semua penggunaan CFC
dan CCl4.
b. Usaha kuratif (sesudah pencemaran)
Bila telah terjadi dampak dari pencemaran udara, maka
perlu dilakukan beberapa usaha untuk memperbaiki keadaan
lingkungan, dengan cara:
1. menggalang dana untuk mengobati dan merawat korban
pencemaran lingkungan. Gambar : Masyarakat yang sedang
kerja bakti menanam pohon
2. kerja bakti rutin di tingkat RT/RW atau instansiinstansi
untuk membersihkan lingkungan dari polutan.
3. melokalisasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA)
sebagai tempat/pabrik daur ulang.
4. menggunakan penyaring pada cerobongcerobong di kilang
minyak atau pabrik yang menghasilkan asap atau jelaga
penyebab pencemaran udara.
5. mengidentifikasi dan menganalisa serta menemukan alat
atau teknologi tepat guna yang berwawasan lingkungan
setelah adanya musibah/kejadian akibat pencemaran udara,
misalnya menemukan bahan bakar dengan kandungan timbal
yang rendah (BBG).
Selain usaha preventif dan kuratif, Pemerintah juga perlu
mencanangkan programprogram yang bertujuan untuk mengendalikan
pencemaran, khususnya pencemaran udara, yaitu;
1. PROGRAM LANGIT BIRU yang dicanangkan sejak Agustus 1996.
Bertujuan untuk meningkatkan kembali kualitas udara yang telah
tercemar, misalnya dengan melakukan uji emisi kendaraan bermotor.
2. Keharusan membuat cerobong asap bagi industri/ pabrik.
3. Imbauan mengurangi bahan bakar fosil (minyak, batu bara) dan
menggantinya dengan energi alternatif lainnya.
4. Membatasi beroperasinya mobil dan mesin pembakar yang sudah tua
dan tidak layak pakai.
5. Larangan menggunakan gas CFC.
6. Larangan beredarnya insektisida berbahaya seperti DDT (dikhloro
difenil trikhloro etana).
7. Melarang penggunaan CFC pada produksi kosmetika.
8. Menetapkan undang-undang dan hukum tentang pelaksanaan
perlindungan lapisan ozon (secara nasional dan internasional).
Adapun solusi untuk mengatasi polusi udara kota, terutama jika
ditujukan pada pembenahan sektor transportasi dengan tanpa
mengabaikan sektor-sektor lain (mengingat sector transportasi
merupakan sumber pencemaran udara utama), maka tidak ada kata lain
kecuali harus mau belajar dari kota-kota besar lain di dunia yang telah
berhasil menurunkan polusi udara dan angka kesakitan serta kematian
yang diakibatkan karenanya. Di antaranya, dengan pembatasan izin
bagi angkutan umum kecil, dengan memperbanyak kendaraan angkutan
massal; seperti bus dan kereta api, diperbanyak. Kemudian, kontrol
terhadap jumlah kendaraan pribadi juga dapat dilakukan seiring dengan
perbaikan pada sejumlah angkutan umum.
Selanjutnya, pembatasan usia kendaraan terutama bagi angkutan
umum juga perlu mendapatkan pertimbangan secara khusus,
mengingat, semakin tua kendaraan, apalagi yang kurang terawat, sangat
berpotensi besar sebagai penyumbang polutan udara. Selaras dengan
itu, pembangunan MRT, dan Electronic Road Pricing (ERP), juga
mendesak untuk direalisasikan. Di samping itu, pengaturan lalu lintas,
rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendara
benar-benar dapat diwujudkan, begitu juga uji emisi yang dilakukan
secara berkala, serta penanaman pohon berdaun lebar di pinggir jalan,
terutama yang lalu lintasnya padat, dapat juga mengurangi polusi udara.

Anda mungkin juga menyukai