Anda di halaman 1dari 11

RANGKUMAN TEORI AKUNTANSI KEUANGAN

PENERAPAN TEORI BAGI REGULASI AKUNTANSI

Scholastica Wahyu (142114069)


Monica Shelly Ekowaty (142114091)
Margaretha Healthy Novia Rini (142114162)
Maria Ratih Puspita Dewi (142114172)
Olga Nauli Rengganis (142114183)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2017
BAB 3
PENERAPAN TEORI BAGI REGULASI AKUNTANSI

I. TEORI-TEORI REGULASI YANG RELVEAN DENGAN AKUNTANSI


DAN PENGAUDITAN
Ada beberapa teori yang relevan untuk memahami regulasi dari pelaporan
laporanan, yaitu teori efisiensi pasar, teori agensi, dan regulasi teori.

Teori Efisiensi Pasar


Teori ini menunjukkan bahwa pasar mencapai fungsi terbaiknya jika tanpa
campur tangan pemerintah. Efisiensi yang maksimal akan didapat dengan
menggunakan penawaran dan permintaan untuk mempengaruhi perilaku
pasar. Namun, pemerintah seringkali juga harus ikut campur tangan dalam hal
regulasi bagaimana pasar dijalankan serta dalam ketentuan informasi.
Pendukung teori ini berpendapat bahwa akuntansi sebagai permintaan
informasi akuntansi oleh para pengguna dan penawaran beberapa informasi
dari perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Informasi akuntansi tidak
dapat disamakan dengan produk lain.

Teori Agensi/Keagenaan
Teori ini berfokus pada hubungan antara satu orang pemberi kerja (contoh:
owner) yang memberikan mandat atau mempercayakan sesuatu kepada pihak
lain, yaitu agent (contoh: manajer). Hubungan ini muncul ketika satu orang
mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan sautu jasa, serta
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut.
Atkinson dan Feltham menjelaskan bahwa permintaan stewardship
information berhubungan dengan keinginan untuk memotivasi agent dan
mendistribusikan risiko secara efisien. Teori ini memberikan kerangka kerja
untuk mempelajari kontrak antara owner dan agent. Cara yang dapat
digunakan untuk memonitor masalah kontrak adalah corporate governance.
Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk
terselenggaranya praktik good corporate governance adalah transparansi,
akuntabilitas, keadilan, dan tanggung jawab.

Teori Regulasi
Public Interest Theory
Pemerintah melakukan intervensi jika terjadi kegagalan pasar.
Kegagalan pasar terjadi karena:
- tidak ada persaingan
- hambatan untuk masuk ke pasar
- ketidaksempurnaan information gap antara pembeli dan penjual
- kepentingan konsumen yang diinterprestasikan pada regulasi
- terdapat agen
- pemerintah tidak independen dalam mengembangkan regulasi.
Teori ini mengasumsikan bahwa kewenangan pusat memiliki
kepentingan untuk mengatur sehingga muncul kesejahteraan sosial.
Regulatory Capture Theory
Teori ini mendukung regulasi dalam pelaporan keuangan. Namun, alasan
utama adanya regulasi (melindungi kepentingan publik) tidak dapat
tercapai karena pihak yang diatur dapat juga mendominasi regulator
dalam prosees regulasi. Teori ini mengasumsikan bahwa semua anggota
masyarakat rasional secara ekonomi (mengejar kepentingan pribadi),
sehingga pemerinta tidak memiliki peran independen dalam regulasi.
Teori ini menyarankan agar badan akuntansi profesional atau badan
hukum menemukan pengendalian yang memungkinkan untuk mengatur
standar akuntansi yang digunakan dalam pelaporan.
Private Interest Theory
Teori ini muncul sebagai tanggapan atas ketidakpuasan dengan
penjelasan yang diberikan oleh dua teori sebelumnya. Asumsi teori-reori
ini bahwa regulasi hadir sebagai hasil dari respon pemerintah atas
permintaan publik untuk mengoreksi praktik yang tidak efisien yang
dilakukan oleh individu atau organisasi, yang diuji oleh George Stigler
tahun 1971. Ia menguji apakah pemerintah memiliki sumber daya yang
tidak akan dibagikan kepada masyarakat maupun yang paling kuat
sekalipun? Jawabannya adalah kekuatan untuk memaksa. Kekuatan ini
adalah sumber daya potensial atau ancaman untuk semua perusahaan,
dan dengan kekuatannya dapat melarang dan/atau untuk memberikan
pajak dan subsidi, pemerintah bisa menolong bahkan menghancurkan
banyak bisnis.
Komoditi utama yang ditransaksikan dalam pasar politik ini adalah
sebuah perpindahan kekayaan, dengan unsur pokok berada pada sisi
permintaan dan perwakilan politik mereka pada pada sisi penawaran.
Ada banyak penawar dalam pasar ini. Namun hanya ada satu yang
terkuat dan dapat memanfaatkan kekuatan pemerintah untuk mendapat
keuntungan. Dengan kondisi seperti ini, kebijakan pemerintah hanya
memberikan manfaatnya pada produsen.
Teori ini memprediksi bahwa pembuat regulasi akan menggunakan
kewenangannya untuk mentransfer pendapatan dari mereka yang tidak
memiliki kekuatan politik kepada mereka yang memiliki kekuatan
politik.
II. APLIKASI TEORI REGULASI TERHADAP PRAKTIK AKUNTANSI
DAN AUDIT
Aplikasi Teori Kepentingan Publik
Dalam Teori Kepentingan Publik, pemerintah melakukan campur tangan
dalam pembuatan peraturan pada pelaporan keuangan sebagai respon dari
kegagalan pasar dalam memenuhi kepentingan publik. Tindakan dari
Sarbanes-Oxley pada tahun 2002 dalam menangani bangkrutnya Enron Corp
dan perusahaan audit Arthur Anderson dapat dipandang sebagai suatu
implementasi dari Teori Kepentingan Publik. Sistem pelaporan keuangan dan
tata keola perusahaan yang baru telah diperkenalkan dan standar baru dan juga
sistem pengawasan yang baru untuk para auditor juga telah dibentuk.
Tindakan dari Sarbanes-Oxley tersebut dianggap sebagai sistem perlindungan
terbesar dalam sejarah ekonomi dunia.
Banngkrutnya banyak perusahaan merupakan sebuah indikasi adanya
pelanggaran serius dari kondisi yang kompetitif. Pelanggaranpelanggaran
muncul karena informasi yang asimetris antara pihak penawar (Manajemen
dan Akuntan) dengan pihak eksternal pemakai laporan keuangan (investor)
yang tidak mengerti mengenai informasi akuntansi yang mereka butuhkan
dan/atau tidak mampu untuk menentukan nilai dari informasi akuntansi yang
mereka terima. Sebelum campur tangan dari pemerintah, standar informasi
tidak secara resmi diatur. Manajer dan para akuntan membuat laporan
keuangan yang menguntungkan pihak internal perusahaan. Mereka lebih
fokus dalam membuat laporan keuangan yang membuat citra perusahaan
semakin bagus dan dapat menarik sebanyak-banyaknya investor.
Oleh karena itu, teori ini menyarankan agar pemerintah turut ikut campur
tangan dalam mengatur standar akutansi untuk memperbaiki kegagalan pasar.
Sebagai hasilnya, dunia pasar modal pun kembali dipercayai oleh para
investor.

Aplikasi Capture Theory


Walker berpendapat bahwa meskipun pemerintah Australia telah
memperkenalkan ASRB untuk meyakinkan tentang perlindungan terhadap
kepentingan publik, ia percaya Capture Theory lebih mampu menjelaskan
mengenai peristiwa tersebut. Ia menyimpulkan bahwa para profesi akuntan
mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh ASRB. Sesungguhnya ASRB
secara resmi memiliki kekuatan untuk membentuk standar keuangan
berdasarkan keputusan dari berbagai sumber, namun hanya satu dari dua
puluh tiga standar yang telah diakui berasal dari lembaga di luar ASRF. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa meksnisme tersebut telah gagal
menerapkan Teori Kepentingan Publik.
Pada dasarnya, Walker berpendapat bahwa para akuntan perlu untuk
mengesahkan standar akuntansi (untuk menjamin keabsahan dari standar
tersebut) yang mana dapat diperoleh ketika standar tersebut memiliki
kekuatan hukum karena telah didukung oleh badan legistaif. Namun, para
akuntan juga memiliki kepentingan dalam proses pengaturan standar
keuangan standar tersebut, oleh karena itu, satusatunya cara akuntan agar
mampu mengesahkan standar akuntansi tersebut dan juga tetap
mempertahankan kepentingan ekonominya adalah dengan menciptakan
ASRB. Dengan demikian ASRB telah gagal menciptakan standar keuangan
yang mewakili kepentingan publik, melainkan hanya mewakili kepentingan
pihak pihak tertentu untuk memperoleh keuntungan yang lebih.

Aplikasi Teori Kepentingan Pribadi


Teori Kepentingan Pribadi memberikan pendekatan lain untuk memahami
tingkah laku dari pihak-pihak yang mempengaruhi dalam proses penetapan
peraturan standar laporan keuangan. Rahman berusaha menerapkan Teori
Kepentingan Pribadi dalam dalam pembentukan ASRB. Ia menyimpulkan
bahwa terdapat beberapa keterbatasan dalam peneliatian Walker. Rahman
berpendapat bahwa lembaga tersebut tidak dapat dengan mudah terbebas dari
pengaruh pihakpihak lain yang berkepentingan. Pengaruh dari para akuntan
terhadap pengaturan standar pelaporan menjelaskan bahwa pemerintah juga
memiliki motivasi yang sama dengan pihak swasta yakni untuk memperoleh
keuntungan lebih, sehingga mereka memberikan kesempatan utuk para
akuntan turut mengambil alih dalam proses regulasi standar pelaporan. Maka
dapat disimpulkan bahwa para eksekutif perusahaan akan menetapkan standar
yang mana akan berpihak pada keuntungan perusahaannya.
Keterbatasan dari teori-teori tersebut adalah bahwa mereka tidak bisa benar-
benar bersifat eksklusif. Hal ini berarti bahwa teori-teori yang lain mungkin
mampu menjelaskan secara lebih baik mengenai isu-isu tersebut. Penjelasan
dari satu teori belum tentu lebih jelas dan dapat terus di pertahankan.

Penetapan Standar sebagai Proses Politik


Proses pembuatan peraturan sering di pandang sebagai proses politik karena
dampak yang dihasilkan cukup besar dan pihak-pihak yang terpengaruh akan
berusaha untuk ikut campur dalam pembuatan peraturan itu. Menurut Watts
dan Zimmerman, didalam proses politik itu sebenarnya ada pihak-pihak yang
mengedepankan kepentingan pribadi. Maka dalam membuat peraturan
akuntansi yang berdampak politik, kepentingan seluruh pihak harus dapat
dilindungi terutama kepentingan pengguna laporan keuangan.
Contoh dalam dunia nyata adalah joint project yang dilakukan oleh IASB dan
FASB, yang tengah menentukan standar yang diberlakukan mengenai lease
accounting. Karena banyak sekali perusahaan yang melakukan kontrak sewa
operasional untuk menghindari penulisan hutang di laporan keuangan mereka.
Misal 90% perjanjian kontrak sewa di Australia dilakukan dengan off-balance
sheet atau sewa operasional. Bahkan di Amerika Serikat, pembayaran lease
yang harus dilakukan oleh US-listed companies mencapai $1,4 Triliun dan
semua ini diluar neraca. Tentu saja ini sangat merugikan pengguna laporan
keuangan karena mereka tidak mendapatkan gambaran yang sebenarnya
mengenai perusahaan dimana mereka akan atau sudah berinvestasi.
Contoh lain lagi adalah mengenai IAS 39 tentang Financial Instruments
Recognition and Measurement di European Union (EU). Negara-negara di
Eropa pada awalnya mengikuti standar GAAP masing-masing negara dalam
metode pelaporan akuntansi. Tetapi sejak tahun 2002, mereka diharuskan
untuk mengikuti IAS, minimal dalam pelaporan akun-akun konsolidasi.
Perubahan ini sangat drastis karena pada awalnya mereka menggunakan biaya
historis dalam pelaporan instrumen keuangan dan menyatakan laba jika
instrument tersebut dijual. Tetapi sekarang dengan IAS 39, mereka harus
melaporkan laba dan rugi yang belum direalisasi yaitu menyatakan laba dan
rugi sesuai naik atau turunnya harga pasar walaupun mereka tidak menjual
instrument tersebut.
Negara-negara di Eropa terutama Perancis dan Jerman tidak setuju karena
mereka tidak familiar dengan metode ini. Selain itu menurut mereka, IAS 39
sangat merugikan karena pergerakan tahunan laporan keuangan mereka akan
tidak stabil. Lalu perusahaan-perusahaan, asosiasi profesional, industry
representative, dan Europian representative bodies seperti FEE dan EFRAG
menyuarakan ketidaksetujuan mereka akan peraturan IAS 39.
Hasilnya adalah negara-negara di Eropa harus mengikuti peraturan IASB
termasuk IAS 39 tetapi dengan beberapa pengecualian yaitu mereka tidak
harus menghitung dengan nilai wajar dan peraturan lain tentang hedging.
Maka dapat terlihat bahwa kegiatan politik ini pun sukses dalam merubah arah
standar akuntansi yang diberlakukan.

III. KERANGKA KERJA REGULASI UNTUK PELAPORAN KEUNGAN


Ada beberapa pihak yang berperan aktif dalam pelaporan keuangan, yaitu
pihak yang menyiapkan laporan keuangan (direktur perusahaan, eksekutif, dan
manajer) dan auditor eksternal perusahaan. Aktifitas dari pihak-pihak tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan dimana laporan keuangan tersebut bertempat,
seperti legal, ekonomi, politik, dan sosial.
Beberapa fitur lingkungan yang spesifik menghasilkan suatu kerangka regulasi
untuk pelaporan keuangan. Beberapa elemen yang terdapat dalam kerangka
regulasi tersebut adalah:
statutory requirements (persyaratan hukum)
corporate governance (tata kelola perusahaan)
auditors and oversight (auditor dan pengawasan)
independent enforcement bodies (badan pelaksana independen).

Statutory Requirements
Partisipan utama dalam memproduksi laporan keuangan adalah direktur
perusahaan (beserta para eksekutif dan manajer) dan auditor independen.
Banyak sekali motivasi bagi para manajer untuk secara sukarela menyediakan
informasi keuangan yang akan diverifikasi secara independen melalui proses
audit. Sekarang, yang ingin dijelaskan adalah peran dari persyaratan hukum
sebagai suatu insentif bagi perusahaan untuk menyediakan laporan keuangan
yang diaudit.
Dalam beberapa negara, hukum mewajibkan direktur untuk menyediakan
laporan keuangan yang diaudit. Dengan demikian, motivasi utama bagi
direktur dan auditor adalah memenuhi persyaratan hukum tersebut. Di lain
sisi, peraturan perusahaan mungkin akan mewajibkan persyaratan dasar yang
berkaitan dengan laporan mana yang harus disiapkan, frekuensi penyiapan,
dan informasi apa yang harus dimasukkan ke dalam laporan keuangan.
Persyaratan mengenai laporan keuangan berasal dari standar akuntansi yang
spesifik dan bagi beberapa jurisdiksi, standar tersebut memiliki kekuatan
hukum. Peraturan perusahaan sebagai bagian dari sistem legal yang luas
mungkin juga memiliki cara untuk memonitor kesesuaian dengan persyaratan
hukum tersebut. Selain itu, sistem tersebut juga menyediakan sanksi dan
penalti yang mendukung kesesuaian dengan peraturan perusahaan.

Corporate Governance
Davis memiliki pandangan yang luas mengenai tata kelola perusahaan dan
menyatakan bahwa tata kelola perusahaan adalah sebuah struktur, proses, dan
institusi di dalam dan sekitar organisasi yang mengalokasikan kekuatan dan
kontrol sumber daya di antara para partisipan. Beberapa praktik tata kelola
perusahaan berasal dari hukum yang mensyaratkan direktur untuk mengambil
tindakan spesifik yang berkaitan dengan manajemen perusahaannya.
Bagaimanapun juga, sebuah kerangka regulasi dapat berisi tambahan
pedoman dan peraturan tata kelola perusahaan yang timbul dari rekomendasi
sektor swasta yang diberikan secara sukarela dan peraturan yang terdaftar
dalam bursa saham (stock exchange). Pedoman tata kelola perusahaan dapat
menjadi arahan yang baik bagi direktur untuk mengadopsi mekanisme
perusahaan yang tepat dan sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan.
The International Federation of Accountants merupakan salah satu contoh
pedoman dari kode tata kelola perusahaan yang diterbitkan di Ingggris.
Persyaratan perusahaan berkaitan dengan laporan keuangan dapat
dilaksanakan oleh bursa saham atau badan pemerintah yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan persyaratan pelaporan keuangan. Aturan ini dikenal
dengan nama if not, why not.

Auditors and Oversight


Di banyak negara, auditor memiliki peranan dan fungsi yang penting dalam
menyediakan kepastian mengenai kualitas laporan keuangan yang dikeluarkan
oleh perusahaan. Bentuk regulasi yang paling dasar dari profesi auditor adalah
membatasi anggota hanya untuk orang-orang yang memiliki kualifikasi
tertentu dan pengalaman serta membutuhkan pendaftaran untuk berlatih.
Bentuk regulasi lainnya adalah dibutuhkannya komitmen dari para anggota
profesional terhadap kode etik. Hampir semua bentuk dari regulasi tersebut
merupakan self-imposed, karena seorang profesional setuju mengikuti
keseluruhan peraturan untuk menjaga keistimewaan posisi dan melindungi
hak mereka untuk melakukan praktik sebagai seorang profesional.
Badan profesional telah mengambil peranan untuk mengawasi profesi auditor
secara serius dengan menggunakan sumber daya yang tersedia demi
mengembangkan standard profesi dalam level nasional dan internasional.
Banyak badan nasional yang mewakili para auditor untuk mengadopsi
International Standard of Auditing (ISA) sebagai sebuah indikasi dari
komitmen mereka untuk menyediakan jasa berkualitas tinggi dan
mendemonstrasikan sikap yang tepat kepada semua anggota profesi. Lingkup
tanggung jawab untuk pengawasan auditor melalui badan hukum
menyediakan regulasi yang lebih independen dibandingkan dengan
melakukan self-regulation. Pilihan melalui peraturan hukum dibandingkan
self-regulation dapat mencerminkan perbedaan ekonomi atau politik dalam
mengelola pasar modal.

Independent Enforcement Body


Peran badan pelaksana independen dalam regulasi pelaporan keuangan adalah
mendukung kesesuaian dengan regulasi yang mengatur mengenai pelaporan
keuangan, yang terdapat dalam hukum dan standar akuntansi. Badan
pelaksana independen merupakan perpanjangan dari pengajuan pengawasan
yang merupakan bagian dasar dalam kerangka regulasi. Pendirian badan
pelaksana independen berkaitan dengan adopsi IFRS tahun 2005. Badan
pelaksana independen dapat memiliki kewajiban dan kekuatan yang luas
berkaitan dengan regulasi pasar sekuritas, yang jauh melebihi dari
pengawasan laporan keuangan. Meskipun demikian, badan tersebut dapat
secara aktif melaksanakan persyaratan pelaporan keuangan yang terdapat
dalam hukum dan standard akuntasi yang berlaku.

IV. STRUKTUR KELEMBAGAAN UNTUK MENETAPKAN STANDAR


AKUNTANSI & AUDIT LATAR BELAKANG
Perkembangan awal standar akuntansi dimulai ketika dibentuknya
International Accounting Standards Committee (IASC) di London pada tahun
1973. Komite ini berisikan perwakilan dari badan akuntansi profesional dari 9
negara (Australia, Kanada, Prancis, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris-
Irlandia, Amerika Serikat, dan Jerman Barat). Sasarannya adalah untuk
mengembangkan standar akuntansi sektor swasta yang cocok untuk digunakan
di negara-negara seluruh dunia. Sebelum tahun 2005, International
Accounting Standards (IAS) berpengaruh di banyak negara. Papua New
Guinea dan Indonesia mengadopsi IAS karena negara-negara tersebut belum
memiliki struktur pembuat standar nasional. IAS juga digunakan oleh
Singapura dan Hongkong dalam pengembangan standar akuntasi nasional
mereka. Selain itu, IAS juga telah digunakan sejak awal tahun 1990 oleh
Switzerland dan Jerman. Di negara-negara tersebut, akuntansi nasional
mencerminkan orientasi stakeholder yang muncul dari kerangka hukum yang
berlaku dan sistem akuntansi berbasis pajak. Perusahaan-perusahaan yang ada
di negara tersebut menggunakan IAS untuk menyediakan informasi tambahan
kepada peserta pasar modal dalam bentuk yang lebih transparan dan dapat
dibandingkan (comparable).
IASC dibentuk oleh negara-negara yang memiliki praktik dan pendekatan
standar akuntansi yang berbeda. Awalnya IAS seringkali memperbolehkan
adanya pemilihan suatu kebijakan akuntansi untuk memuat preferensi dari
berbagai negara anggota. Oleh karena itu, selama akhir tahun 1980-an, IASC
mulai mengerjakan Improvement Project untuk meningkatkan kualitas IAS
dan menghilangkan banyak perlakuan opsional.
Meskipun terdapat peningkatan pengunaan IAS yang mendunia, namun IASC
faktanya bukanlah badan penyusun standar yang independen, sehingga pada
tahun 2001, IASC direstrukturisasi karena dianggap tidak independen,
sehingga dibentuk International Accounting Standards Board (IASB). IASB
ini merupakan badan pembuat standar yang independen dan strukturnya
berdasarkan Financial Accounting Standards Board (FASB). IASB ini
beranggotakan empat belas orang dengan jam kerja penuh (full time
members), yang dipilih berdasarkan kemampuan dan pengalaman dalam
penyusunan standar dan profesional dalam akuntansi. IASB memiliki
tanggungjawab untuk memperbaharui IAS yang telah ada dan membuat
International Financial Reporting Standards (IFRS).
Aktivitas IASB menjadi semakin penting, terutama dimulai sejak tahun 2002
dengan adanya keputusan European Commission (EC) untuk mengadopsi
standar IASB pada tahun 2005. EC mengumumkan kepada seluruh
perusahaan publik di negara-negara anggota Uni Eropa untuk menyiapkan
akun konsolidasian berdasarkan standar IASB. Perubahan yang fundamental
ini merupakan langkah penting dalam mempromosikan pembuatan informasi
keuangan yang lebih transparan dan dapat dibandingkan dari seluruh
perusahaan Eropa yang terdaftar. Sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh
IASB dan negara-negara Uni Eropa terkait putusan untuk mengadopsi standar
tersebut antara lain:
1. IASB perlu untuk membuat standar yang stabil dengan tenggat waktu
1 Maret 2004 untuk kemudian ditinjau ulang oleh Accounting
Regulatory Committee (ARC) milik EC;
2. Setiap negara anggota EU harus menyiapkan diri untuk mengadopsi
standar internasional dengan mempertimbangkan bagaimana pelaporan
menurut IFRS akan diintegrasikan dengan standar pelaporan keuangan
nasional tiap negara.
3. Profesi akuntan (meliputi auditor eksternal dan akuntan publik) harus
bersiap menghadapi adopsi dan penggunaan IFRS. Caranya dengan
pelatihan-pelatihan teknis untuk dapat menyerap standar.

Program Konvergensi IASB dan FASB


Pada tahun 2002, dibentuk program konvergensi IASB/FASB yang diberi
nama Norwalk Agreement. Program konvergensi tersebut mengharuskan
FASB dan IASB untuk mengidentifikasi perbedaan antar standar, untuk
meninjau solusi apa saja yang tersedia dan untuk mengadopsi perlakuan yang
lebih baik. Dalam praktiknya, proses konvergensi ini sangat rumit. Beberapa
perbedaan muncul karena terdapat perbedaan-perbedaan mendasar antara
kedua standar. US GAAP dikenal sebagai standar yang berdasarkan aturan,
sedangkan IAS merupakan standar yang berdasarkan prinsip.

Standar Akuntansi Sektor Publik


IASB menetapkan standar untuk sektor swasta. Standar yang berbeda
mungkin saja diterapkan di sektor pemerintahan karena organisasi
pemerintahan memiliki tujuan dan stakeholder yang berbeda dengan
perusahaan swasta. Setiap negara harus menentukan sejauh mana standar
IASB dapat digunakan oleh entitas sektor publik.

Standar Audit Internasional


Menurut sejarahnya, audit bersifat self-regulated, artinya tidak ada standar
internasional yang baku untuk digunakan. Pada abad ke -19, Companies Act
terjadi di Inggris dan mengharuskan audit dilakukan. Di Amerika Serikat,
American Institute of Accountants menetapkan standar audit untuk pertama
kalinya pada tahun 1939.
Skandal Enron dan perusahaan lainnya pada awal taun 2000-an dapat
dinyatakan sebagai kegagalan pasar dan tampaknya telah digunakan sebagai
pembenaran untuk intervensi pemerintah dalam penyusunan standar audit di
Amerika Serikat dan Australia. Hal tersebut melahirkan sebuah pakta yang
disebut Sarbanes-Oxley Act pada tahun 2002. Sejak saat itu, peninjauan
kepada kantor audit di Amerika Serikat dilakukan oleh badan pemerintah yang
disebut Public Company Accounting and Oversight Board (PCAOB). PCAOB
juga bertanggung jawab dalam menetapkan standar audit untuk perusahaan
publik.
International Standards on Audit (ISA) dikembangkan oleh International
Auditing and Assurance Standards Board (IAASB). IAASB beroperasi
dibawah International Federation of Accountant (IFAC). IFAC kemudian
membentuk Public Interest Oversight Board (PIOB) pada tahun 2005 dengan
tujuan untuk meningkatkan kepercayaan pada standar yang diterbitkan oleh
IAASB dan IFAC.

Anda mungkin juga menyukai