Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN MATERI AIK BAB 6

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN ISLAM YANG BERWATAK


TAJDID

Disusun oleh :

Salsabila Az Zahra

201510410311057

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


Muhammadiyah dicetuskan oleh Kiai Ahmad Dahlan dengan bentuk
organisasi bukan partai politik. Bentuk organisasi diadopsi dengan cara modern
yang diperkenalkan oleh Penjajah Belanda ketika itu. Muhammadiyah
menampilkan gerakan islam yang murni dan berkemajuan itu dihadirkan bukan
lwat jalur perorangan, tetapi melalui sebuah sistem organisasi.

Pendiri awal Muhammadiyah memilih melakukan gerakan islam melalui


organisasi didasarkan pada rujukan keagamaan. Ada sebuah kaidah ushul yaitu
ma la yatimm al-wajib illa bihi fa huwa wajib , bahwa jika suatu urusan tidak
akan sempurna manakala tanpa alat, maka alat itu wajib adanya. Organisasi
merupakan alat dakwah islam sebagai hasil dari pengamatan dan penelaahan dan
pengalaman nyata mengenai masyarakat muslim ketika itu. Ayat teologi yang
sering disebut sebagai inspirasi yang menggerakkan Kiai Ahmad Dahlan untuk
mendirikan Muhammadiyah adalah Surat Ali Imran ayat 104, yang memerintakan
adanya sekelompok orang untuk mengajak kepada islam, menyuruh pada yang
maruf, dan mencegah dari yang munkar.

Kiai Ahmad Dahlan meyakini bahwa islam sebagai agam yang


memperhatikan aspek-aspek humanitas yang tinggi. Oleh karena itu, Kiai Ahmad
Dahlan menghindari pembahasan teoligis secara konseptual terhadap ayat ayat
yang dikajinya. Ada 2 prinsip dasar yang menjadi acuan yang dikembangkan
pendiri Muhammadiyah , pertama adalah pembebasan, yakni bagaimana
membebaskan manusia dari belenggu kebodohan: dan yang kedua adalah
penghargaan pada harkat dan martabat manusia.

1. Tajdid menurut faham Muhammadiyah

Tajdid berarti pembaharuan, peningkatan, dan pengembangan.


Dalam arti pemurnian, tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan
ajaran islam yang berazas pada alquran dan as sunnah maqbullah. Dalam
arti peningkatan pengembangan dan moderenisasi, tajdid dimasudkan
sebagai penafsiran pengalaman. Tajdid merupakan suatu proses
pembaharuan dalam umat islam untuk menuju pada suatu kondisi yang
lebih baik. Muhammadiyah dalam memaknai tajdid mengandung dua
pengertian, yakni pemurnian (purifikasi), dan pembaruan (dinamisasi).
Tajdid dalam pandangan muhammadiyah yang bersifat purifikasi
adalah Tandhif al-Aqidah, yaitu purifikasi terhadap aqidah islamiyah.
Dalam arti aqidah islam itu harus dibersihkan betul dari segenap elemen
elemen syirik. Aqidah merupakan keyakinan hidup atau keimanan dengan
meliputi semua hal yan harus diyakini oleh semua muslim.
Tajdid dalam pandangan muhammadiyah yang bersifat
pembaharuan, muhammadiyah memaknainya dengan pembaharuan islam
yang membangun, memgembangkan, memperbaharui potensi sumber daya
manausia dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi umat islam.
Muhammadiyah merujuk kepada pesan alquran yang terkandung dalam
QS 3:104, menegaskan bahwa dalam melakukan dakwah harus melalui
waltakum minkum ummatan, berdakwah di era globalisasi seperti
sekarang ini tidak bisa dilakukan secara perseorangan saja tetapi sudah
harus bersistem dan membenuk sebuah organisasi dengan dilengkapi
manajemen modern.
Muhammadiyah sebagai gerakan islam yang menjalankan dakwah
dan tajdid melalui sistem organisasi yang selalu dinamis dan tetap
berpegang tegub pada prinsip prinsip islam yang kokoh berasarkan
alquran dan assunah maqbullah , bukan sematamata untuk pemurnian
belaka, tetapi juga sekaligus pembaruan dalam menjawab dan memandu
kehidupan di tengah perkembangan zaman.
Dengan demikian karakter gerakan muhammadiyah itu dakwah
dan tajdid yang sekaligus pembaharuan. Bukan semata-mata dakwah,
tetapi juga pemabaruan. Bukan sematamata pembaruan, tetapi juga
dakwah. Bukan sematamata pemurnian tapi juga pembaruan. Pemurnian
berarti kembali kepada islam yang benar benar murni atau asli sebagimana
diajarkan pada Alquraan dan sunnah nabi yang maqbullah dengan
mengembangkan ijtihad sesuai dengan manhaj tarjih.

2. Model model tajdid dalam muhammadiyah


a. Bidang keagamaan
Pembaruan bidang keagamaan adalah penemuan kembali ajaran
atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu, lingkungan
situasi dan kondisi mungkin menyebabkan dasar dasar tersebut kurang
jelas dan tertutup oleh kebiasaan atau pemikiran tambahan lain.
Usaha pemurnian tersebut adalah sebagai berikut :
- Penentuan arah kiblat dalam solat, sebagai kebalikan dari
kebiasaan sebelumnya yang mengahdap tepat kearah barat
- Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam makam wali
- Penyederhanaan makam yang semula dihiasi secara berlebihan
- Penggunaan kerudung untuk wanita dan pemisahan laki laki
dan wanita dalam acara pertemuan pertemuan yang bersifat
keagamaan
- Penggunaan perhitungan astronomi dalam penentuan
permulaan awal dan akhir bulan puasa sebagai kebalikan dari
pengamatan perjalanan bulan oleh petugas agama
- Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara
kelahiran,khitanan, perkawinan dan pemakaman dengan
mengilangkan hal hal yang bersifat politheisis
- Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat gaib
yang dimiliki oleh kiai tertentu dan pengaruh ekstrim pemujaan
terhadap mereka
b. Bidang pendidikan
Dalam kegiatan pendidikan, muhammadiyah mempelopori dan
menyelenggarakan sejumlah pembaruan dan inovasi yang lebih nyata.
Pembaruan dalam bidang pendidikan meliputi dua segi yaitu segi cita
cita dan segi pengajaran.
Dari segi cita cita, ingin membentuk manusia muslim yang baik
budi, alim dalam agama, uas dalam pandangan dan paham masalah
ilmu keduniaan dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
Adapun dalam segi teknik pengajaran lebih banyak berhubungan
dengan cara penyelenggaraan pengajaran dengan mengambil unsur
unsur yang baik dari sistem pendidikan Barat dan sistem pendidikan
Tradisional, muahmmadiyah berhasil membangun sistem pendidikan
sendiri. Seperti sekolah moderen barat tetapi dimasukkan pelajaran
agama didalamnya, sekolah agama dengan memasukkan pelajaran
umum dan bermacam macamsekolah kejuruan lainnya. Sedangkan
dalam cara penyelenggaraanya, proses belajar mengajar itu tidak
dilaksanakan di masjid dan langgar, tetapi di gedung khusus yang
dilengkapi dengan meja kursi dan papan tulis.
c. Bidang sosial kemasyarakatan
Muahmmadiyah merintis bidang sosial kemasyarakatan dengan
mendirikan rumah sakit, poliklinik, panti asuhan, rumah singgah, panti
jompo, posyadu lansia dan Pusat kegiatan belajar masyarakat yang
dikelola melalui amal usahanya dan bukan secara individual.
Usaha pembaruan dalam bidang sosial kemasyarakatan ditandai
dengan didirikannya Pertolongan Kesengsaraan Oemoem (PKO) pada
tahun 1923. Ide dibalik dalam bidang ini adalah karena banyak
diantara orang muslim mengalami kesengsaraan dan hal ini merupakan
kesempatan bagi kaum muslimin untuk saling tolong menolong.
Perhatian pada kesengsaraan orang lain dan merupakan kewajiban
sesama muslim tidak hanya sekedar karena rasa kasih sayang tetapi
juga perwujudan tuntunan agama yang jelas untuk beramar ma;ruf fan
juga sebagai perwujudan sosial dari semangat beragama.

Anda mungkin juga menyukai