Muhammadiyah dicetuskan oleh Kiai Ahmad Dahlan dengan bentuk organisasi bukan partai politik. Bentuk organisasi diadopsi dengan cara modern yang diperkenalkan oleh Penjajah Belanda ketika itu. Muhammadiyah menampilkan gerakan islam yang murni dan berkemajuan itu dihadirkan bukan lwat jalur perorangan, tetapi melalui sebuah sistem organisasi.
Pendiri awal Muhammadiyah memilih melakukan gerakan islam melalui
organisasi didasarkan pada rujukan keagamaan. Ada sebuah kaidah ushul yaitu ma la yatimm al-wajib illa bihi fa huwa wajib , bahwa jika suatu urusan tidak akan sempurna manakala tanpa alat, maka alat itu wajib adanya. Organisasi merupakan alat dakwah islam sebagai hasil dari pengamatan dan penelaahan dan pengalaman nyata mengenai masyarakat muslim ketika itu. Ayat teologi yang sering disebut sebagai inspirasi yang menggerakkan Kiai Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah adalah Surat Ali Imran ayat 104, yang memerintakan adanya sekelompok orang untuk mengajak kepada islam, menyuruh pada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar.
Kiai Ahmad Dahlan meyakini bahwa islam sebagai agam yang
memperhatikan aspek-aspek humanitas yang tinggi. Oleh karena itu, Kiai Ahmad Dahlan menghindari pembahasan teoligis secara konseptual terhadap ayat ayat yang dikajinya. Ada 2 prinsip dasar yang menjadi acuan yang dikembangkan pendiri Muhammadiyah , pertama adalah pembebasan, yakni bagaimana membebaskan manusia dari belenggu kebodohan: dan yang kedua adalah penghargaan pada harkat dan martabat manusia.
1. Tajdid menurut faham Muhammadiyah
Tajdid berarti pembaharuan, peningkatan, dan pengembangan.
Dalam arti pemurnian, tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran islam yang berazas pada alquran dan as sunnah maqbullah. Dalam arti peningkatan pengembangan dan moderenisasi, tajdid dimasudkan sebagai penafsiran pengalaman. Tajdid merupakan suatu proses pembaharuan dalam umat islam untuk menuju pada suatu kondisi yang lebih baik. Muhammadiyah dalam memaknai tajdid mengandung dua pengertian, yakni pemurnian (purifikasi), dan pembaruan (dinamisasi). Tajdid dalam pandangan muhammadiyah yang bersifat purifikasi adalah Tandhif al-Aqidah, yaitu purifikasi terhadap aqidah islamiyah. Dalam arti aqidah islam itu harus dibersihkan betul dari segenap elemen elemen syirik. Aqidah merupakan keyakinan hidup atau keimanan dengan meliputi semua hal yan harus diyakini oleh semua muslim. Tajdid dalam pandangan muhammadiyah yang bersifat pembaharuan, muhammadiyah memaknainya dengan pembaharuan islam yang membangun, memgembangkan, memperbaharui potensi sumber daya manausia dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi umat islam. Muhammadiyah merujuk kepada pesan alquran yang terkandung dalam QS 3:104, menegaskan bahwa dalam melakukan dakwah harus melalui waltakum minkum ummatan, berdakwah di era globalisasi seperti sekarang ini tidak bisa dilakukan secara perseorangan saja tetapi sudah harus bersistem dan membenuk sebuah organisasi dengan dilengkapi manajemen modern. Muhammadiyah sebagai gerakan islam yang menjalankan dakwah dan tajdid melalui sistem organisasi yang selalu dinamis dan tetap berpegang tegub pada prinsip prinsip islam yang kokoh berasarkan alquran dan assunah maqbullah , bukan sematamata untuk pemurnian belaka, tetapi juga sekaligus pembaruan dalam menjawab dan memandu kehidupan di tengah perkembangan zaman. Dengan demikian karakter gerakan muhammadiyah itu dakwah dan tajdid yang sekaligus pembaharuan. Bukan semata-mata dakwah, tetapi juga pemabaruan. Bukan sematamata pembaruan, tetapi juga dakwah. Bukan sematamata pemurnian tapi juga pembaruan. Pemurnian berarti kembali kepada islam yang benar benar murni atau asli sebagimana diajarkan pada Alquraan dan sunnah nabi yang maqbullah dengan mengembangkan ijtihad sesuai dengan manhaj tarjih.
2. Model model tajdid dalam muhammadiyah
a. Bidang keagamaan Pembaruan bidang keagamaan adalah penemuan kembali ajaran atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu, lingkungan situasi dan kondisi mungkin menyebabkan dasar dasar tersebut kurang jelas dan tertutup oleh kebiasaan atau pemikiran tambahan lain. Usaha pemurnian tersebut adalah sebagai berikut : - Penentuan arah kiblat dalam solat, sebagai kebalikan dari kebiasaan sebelumnya yang mengahdap tepat kearah barat - Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam makam wali - Penyederhanaan makam yang semula dihiasi secara berlebihan - Penggunaan kerudung untuk wanita dan pemisahan laki laki dan wanita dalam acara pertemuan pertemuan yang bersifat keagamaan - Penggunaan perhitungan astronomi dalam penentuan permulaan awal dan akhir bulan puasa sebagai kebalikan dari pengamatan perjalanan bulan oleh petugas agama - Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran,khitanan, perkawinan dan pemakaman dengan mengilangkan hal hal yang bersifat politheisis - Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat gaib yang dimiliki oleh kiai tertentu dan pengaruh ekstrim pemujaan terhadap mereka b. Bidang pendidikan Dalam kegiatan pendidikan, muhammadiyah mempelopori dan menyelenggarakan sejumlah pembaruan dan inovasi yang lebih nyata. Pembaruan dalam bidang pendidikan meliputi dua segi yaitu segi cita cita dan segi pengajaran. Dari segi cita cita, ingin membentuk manusia muslim yang baik budi, alim dalam agama, uas dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Adapun dalam segi teknik pengajaran lebih banyak berhubungan dengan cara penyelenggaraan pengajaran dengan mengambil unsur unsur yang baik dari sistem pendidikan Barat dan sistem pendidikan Tradisional, muahmmadiyah berhasil membangun sistem pendidikan sendiri. Seperti sekolah moderen barat tetapi dimasukkan pelajaran agama didalamnya, sekolah agama dengan memasukkan pelajaran umum dan bermacam macamsekolah kejuruan lainnya. Sedangkan dalam cara penyelenggaraanya, proses belajar mengajar itu tidak dilaksanakan di masjid dan langgar, tetapi di gedung khusus yang dilengkapi dengan meja kursi dan papan tulis. c. Bidang sosial kemasyarakatan Muahmmadiyah merintis bidang sosial kemasyarakatan dengan mendirikan rumah sakit, poliklinik, panti asuhan, rumah singgah, panti jompo, posyadu lansia dan Pusat kegiatan belajar masyarakat yang dikelola melalui amal usahanya dan bukan secara individual. Usaha pembaruan dalam bidang sosial kemasyarakatan ditandai dengan didirikannya Pertolongan Kesengsaraan Oemoem (PKO) pada tahun 1923. Ide dibalik dalam bidang ini adalah karena banyak diantara orang muslim mengalami kesengsaraan dan hal ini merupakan kesempatan bagi kaum muslimin untuk saling tolong menolong. Perhatian pada kesengsaraan orang lain dan merupakan kewajiban sesama muslim tidak hanya sekedar karena rasa kasih sayang tetapi juga perwujudan tuntunan agama yang jelas untuk beramar ma;ruf fan juga sebagai perwujudan sosial dari semangat beragama.