Anda di halaman 1dari 3

1. Resiko deficit volume cairan berhubungan dengan terapi diuretic, pembatasan cairan.

Data pendukung:
a. Adanya pembatasan cairan
b. Pengunaan obat-obat deuretik
c. Terdapat tanda-tanda kurang cairan : haus, turgor kulit kurang, mata cekung, kulit
kering, mukosa mulut kering
d. Ht meningkat
e. Urine lebih pekat, BJ urine meningkat dan produksi berkurang
f. Tekanan darah dibawah batas normal, nadi meningkat
g. Intake dan output cairan tidak seimbang
h. Penurunan BB.

Kriteria hasil
a. Pasien dapat mempertahankan fungsi hemodinamik : tekanan darah systole dalam
batas normal, denyut jantung teratur.
b. Terjadi keseimabangan cairan dan elektrolit : berat badan stabil, intake dan output
cairan seimbang, tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi.

Intervensi
a. Monitor intake dan output cairan.
R/ Mengetahui keseimbangan cairan, penanganan lebih dini. Jika output urine
<30ml/jam, BJ urine > 1.025 indikasi kekurangan cairan.
b. Monitor hasil laboratorium, elektrolit, hemotokrit.
R/ Hemotokrit yang meningkat berarti cairan lebih pekat.
c. Monitor tanda-tanda dehidrasi : banyak minum, kulit kering, turgor kulit kurang,
kelemahan, berat badan yang menurun.
R/ Indicator kekurangan cairan.
d. Berikan cairan pengganti melalui oral atau parenteral.
R/ Mengganti cairan yang hilang.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan neuromuskuler, terapi bedrest,


immobilisasi.
Data pendukung:
a. Paresis / plegia.
b. Pasien bedrest.
c. Kontraktur.
d. Atropi.
e. Kekuatan otot kurang normal.
f. Ketidakmampuan melakukan ADL.

Kriteria hasil
a. Mempertahankan pergerakan sendi secara maksimal.
b. Terbebas dari kontraktur, atropi.
c. Integritas kulit utuh.
d. Kekuatan otot maksimal.
Intervensi
a. Kaji kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi.
R/ Mengidentifikasi masalah utama terjadinya gangguan mobilitas fisik.
b. Monitor fungsi motorik dan sensorik setiap hari.
R/ Menentukan kemampuan mobilisasi.
c. Lakukan latihan ROM secara pasif setiap 4 jam.
R/ Mencegah terjadninya kontraktur.
d. Ganti posisi tetap setiap 2 jam sekali.
R/ Penekanan yang terus menerus menimbulkan iritasi dan dekubitus.
e. Gunakan bed board, food board.
R/ Mencegah kontraktur.
f. Koordinasikan aktifitas dengan ahli fisioterapi.
R/ Kolaborasi penanganan fisioterapi.
g. Observasi keadaan kulit seperti adanya kemerahan, lecet pada saat merubah posisi atau
memandikan.
R/ Mencegah secara dini terjadinya dekubitus.
h. Lakukan pemijatan / massage pada bagian tulang yang menonjol seperti pada koksigis,
scapula, tumit, siku.
R/ Mencegah terjadinya dekubitus.

3. Perubahan nutrisi kebutuhan kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan asam lambung,
mual, muntah, dan anoreksia ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan masa otot,
tonus otot buruk. (Carpenito 2006).
Tujuan :
a. Kebutuhan akan nutrisi tidak tergangu
Kriteria Hasil :
a. Berat badan meningkat
b. Tidak mengalami tanda-tanda mal nutrisi
Intervensi
a. Kaji kemampuan klien untuk mengunyah, menelan, batuk, dan mengatasi sekresi
R/ faktor ini dapat menentukan pemilihan terhadap jenis makanan
b. Auskultasi bising usus
R/ fungsi saluran pencernaan biasanya baik pada kasus cedera kepala
c. Kolaborasi dengan tim dikter untuk memberikan cairan melalui IV atau melalui selang
NGT
R/ untuk memberikan cairan penganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk
makan melalui mulut.

4. Nyeri berhubungan dengan iritasi meningen


Tujuan :
a. Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan keluhan nyeri berkurang, dengan
Kriteria Hasil :
a. Melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri 1-3 dari 10 skala nyeri.
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu : 36-37,5 C, nadi : 60-100 x/menit, RR:
16-20 x/menit, TD: 100-120 mmHg.
c. Wajah klien tampak rileks.
Intervensi
a. Kaji ulang nyeri klien (PQRST)
R/ Memantau dan memberikan gambaran umum mengenai karakteristik nyeri klien
dan indikator dalam melakukn intervensi selanjutnya
b. Usakan menciptakan lingkungan yang aman dan tenang.
R/ Menurunkan reaksi terhadap rangsangan eksternal atau kesensitifan terhadap
cahaya dan menganjurkan klien untuk beristirahat.
c. Lakukan metode penatalaksanaan nyeri : relaksasi progresif, distraksi, dan nafas
dalam.
R/ Membantu menurunkan stimulasi sensasi nyeri.
d. Lakukan latihan gerak aktif dan pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati.
R/ Membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan dapat menurunkan nyeri/ rasa tidak
nyaman.
e. Kolaborasi: berikan analgetik sesuai indikasi.
R/ Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit. Catatan: narkotika merupakan
kontraindikasi karena berdampak pada status neurologis sehingga menyulitkan
pengkajian.

Sumber :
http://lululinglinglung.blogspot.co.id/2012/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan_6668.html
http://nissa-uchil.blogspot.co.id/2015/02/askep-trauma-kranial.html
http://lifewithstring.blogspot.co.id/2011/01/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan.html
https://baioe.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai