Anda di halaman 1dari 32

Laporan Pendahuluan

Post Natal Care

1. Pengertian

Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai
setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum
kehamilan (Bobak, MI 2000)

Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai
setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum
kehamilan (Bobak, MI 2000). Masa nifas ini dapat dibagi menjadi tiga tahap yakni :

a. Immidiate post partum

Masa setelah post partum sampai 24 jam setelah melahirkan (24 jam).

b. Early post partum

Masa setelah hari pertama sampai dengan minggu pertama post partum

c. Late post partum

Masa minggu pertama post partum sampai dengan minggu keempat post partum.

2. Perubahan fisiologi post partum

a. Tanda-tanda vital

1) Suhu

Selama 24 jam pertama, mungkin meningkat 38 0 C sebagai suatu akibat dari dehidrasi persalinan
24 jam wanita tidak boleh demam.
2) Nadi

Bradikardi umumnya ditemukan pada 6 8 jam pertama setelah persalinan. Brandikardi


merupakan suatu konsekuensi peningkatan cardiac out put dan stroke volume. Nadi kembali
seperti keadaan cardia output dan stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan sebelum hamil 3
bulan setelah persalinan. Nadi antara 50 sampai 70 x/m dianggap normal.

3) Respirasi

Respirasi akan menurun sampai pada keadaan normal seperti sebelum hamil.

4) Tekanan darah

Tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. Hipotensi yang diindikasikan
dengan perasaan pusing atau pening setelah berdiri dapat berkembang dalam 48 jam pertama
sebagai suatu akibat gangguan pada daerah persarafan yang mungkin terjadi setelah persalinan.

b. Adaptasi sistim cardiovaskuler

Pada dasarnya tekanan darah itu stabil tapi biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20
mmHg jika ada perubahan dari posisi tidur ke posisi duduk. Hal ini disebut hipotensi orthostatik
yang merupakan kompensasi cardiovaskuler terhadap penurunan resitensi didaerah panggul.
Segera setelah persalinan ibu kadang menggigil disebabkan oleh instabilitas vasmotor secara klinis,
hal ini tidak berarti jika tidak disertai demam.

c. Adaptasi kandung kemih

Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma akibat tekanan oedema dan
menurunnya sensifitas terhadap tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan tekanan yang
berlebihan dan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, biasanya ibu mengalami kesulitan
BAK sampai 2 hari pertama post partum.

d. Adaptasi sistem endokrim


Sustem endokrim mulai mengalami perubahan kala Iv persalinan mengikuti lahirnya placenta,
terjadi penurunan yang cepat dari estrogen progesteron dan proaktin. Ibu yang tidak menyusui
akan meningkat secara bertahap dimana produksi ASI mulai disekitar hari ketiga post partum.
Adanya pembesaran payudara terjadi karena peningkatan sistem vaskulan dan linfatik yang
mengelilingi payudara menjadi besar, kenyal, kencang dan nyeri bila disentuh.

e. Adaptasi sistem gastrointestinal

Pengembangan fungsi defekasi secara normal terjadi lambat dalam minggu pertama post partum.
Hal ini berhubungan dengan penurunan motilitas usus, kehilangan cairan dan ketidaknyamanan
parineal.

f. Adaptasi sistem muskuloskletal

Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang mengakibatkan berkurangnya
tonus otot yang tampak pada masa post partum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kotor.
Selama kehamilan otot abdomen terpisah yang disebut distasi recti abdominalis, juga terjadi
pemisahan, maka uteri dan kandung kemih mudah dipalpasi melalui dinding bila ibu terlentang.

g. Adaptasi sistem integumen

Cloasma gravidrum biasanya tidak akan terlihat pada akhir kehamilan, hyperpigmenntasi pada
areola mammae dan linea nigra, mungkin belum menghilang sempurna setelah melahirkan.

h. Adaptasi Reproduksi

1) Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusio) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil.

Involusio Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 100 gram

Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram

2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram

Involusi terjadi disebabkan oleh :

a) Kontraksi retraksi serabut otot yang terjadi terus-menerus sehingga mengakibatkan kompresi
pembuluh darah dan anemia setempat (iskemia).

b) Otolisis yang disebabkan sitoplasma sel yang berlebihan akan tercernah sendiri sehingga
tertinggal jaringan fibro-elastik dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

c) Atrofi merupakan jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar,
kemudian mengalami atrofit sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang
menyertai pelepasan plasenta.

Selain perubahan atrofik pada otot-otot uterus, lapisannya (desidua) mengalami atrofi dan terlepas
dengan meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi menjadi endometrium yang baru. Luka
bekas pelekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.

2) Lokia

Lokia adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus selama masa nifas. Jumlah dan warnah lokia akan berkurang secara progresif. Lokia
dapat dibagi atas :

a) Lokia rebra (hari 1 4) jumlahnya sedang, berwarnah merah terutama darah.


b) Lokia serosa ( hari 4 8) jumlahnya berkurang dan berwarnah merah mudah (hemoserosal)

c) Lokia alba (hari 8 14) jumlahnya sedikit, berwarnah putih atau hampir tidak berwarna.

3) Serviks

Serveksi mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium ekstern dapat
dimasuki oleh dua hingga tiga tangan : setelah 6 minggu postnatal, serviks menutup.

Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi. Serviks tidak pernah kembali kekeadaan
sebelum hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil seperti mata jarum ; serviks hanya kembali
pada keadaan tidak hamil yang berupa lubang yang sudah sembuh, tertutup tapi berbentuk celah.
Dengan demikian, os servisis wanita yang sudah pernah melahirkan merupakan salah satu tanda
yang menunjukkan riwayat kelahiran lewat vagina.

4) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah tiga minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaab
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia
menjadi lebih menonjol.

5) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya tegang oleh tekanan
kepada bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali
bagian besar tonusnya sekaligus tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan
(nulipara).
6) Payudara

payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi disupresi.
Payudara akan menjadi lebih besar lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan status hormonal
serta dimulainya laktasia.

7) Traktus urinarius

Buang air kecil sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme sfigner dan edema
leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan.

3. ADAPTASI PSIKOSOSIAL PADA POST PARTUM

Fase-fase transisi :

o Fase antisipasi kehamilan :

Fase antisipasi orang tua, membuat keputusan dan harapan, membagi pekerjaan dalam
keluarga.

o Fase bulan madu (periode post partum)

Kontak lebih lama dan intim, menggali keadaan anggota keluarga yang baru.

Menurut Rubin, fase adaptsi ibu meliputi :


1. Taking In

- Dependet

- Pasif

- Fokus pada diri sendiri


- Perlu tidur dan makan

2. Taking Hold

- Dependent

- Independent

- Fokus melibatkan bayi

- Melakukan perawatan diri sendiri

- Waktu yang baik untuk penyuluhan

- Dapat menerima tanggungjawab

3. Letting Go

- independence pada peran yang baru

- letting go terjadi pada hari-hari terakhir pad minggu pertama persalinan.

Adaptasi psikologis ayah :

1. Respon ayah :

- Bangga dan takut memegang bayi.

- Diekspresikan secara berbeda-beda, dekat dengan keluarga, mengadakan pesta dengan


teman-teman.

- Pada waktu immediately ; kelihatan lelah dan mengantuk.

- Bila ada komplikasi bayi, maka ayah akan mencari informasi untuk ibu dalam merawat
bayinya.
2. Psikologis ayah :

Tergantung keterlibatan selama proses kelahiran berlangsung. Biasanya ayah merasa lelah dan
ingin selalu dekat dengan istri dan anaknya. Bila ada masalah dengan bayinya dan harus dirawat
terpisah dengan ibunya, maka ayah merupakan sumber informasi bagi ibu mengenai anaknya.
Dalam hal ini ayah sering merasa khawatir tentang keadaan istri dan anaknya.

Ayah juga dapat mengalami post partum blue karena masalah keuangan keluarga, merasa tidak
yakin akan kemampuannya sebagai orang tua dan kesulitan beradaptasi terhadap perubahan
hubungan dengan istrinya.

3. Psikologi keluarga :

Kehadiran bayi yang baru lahir di dalam keluarga menimbulkan adanya perubahan-perubahan
paeran dan hubungan di dalam keluarga tersebut. Umpamanya anak yang lebih besar sekarang
menjadi kakak, orang tua menjadi kakek, suami-istri harus saling membagi perhatian karena
tuntutan dan ketergantungan bayi dalam memenuhi kebutuhannya. Bila banyak anggota keluarga
yang dapat membantu dalam merawat bay, mungkin keadaannya tidal sesulit bila tidak ada yang
membantu.

Mengingat kompleksnya tugas-tugas ibu pada masa sesudah melahirkan, dimana ibu harus
merawat dirinya, merawat bayinya dan melakukan tugas rumah tangga, maka perawat bidan
bertanggungjawab untuk mempersiapkan ibu sebelum melahirkan.

4. Cara adaptasi Sibling :

1. Ajak saudara kandung jenguk ke rumah sakit

2. Telepon

3. Waktu pulang ; ayah memegang bayi, ibu memegang peranan dalam siling

4. Sibling merawat boneka, ibu merawat bayi


5. Jangan mengurangi waktu

6. Beri hadiah dari bayi untuk sibling

7. Anjurkan pengunjung untuk menegur sibling

1. 4. PENANGANAN MASA NIFAS (PUERPERIUM)

1. Kebersihan diri

Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh

Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah alat kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa
klien mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali buang air kecil
atau besar.

Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2x sehari. Kain dapat digunakan
ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.

Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya.

Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah luka.

b. Istirahat

Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan.

Sarankan untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk tidur siang
atau istirahat selagi bayi tidur.

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam

Mengurangi jumlah asi yang diproduksi

Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

c. Latihan

Diskusikan pentingnya otot-otot panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan
otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada panggul.
Jelaskan pentingnya latihan untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul (kelgel exercise).
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali
lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

d. Gizi

Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.

Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup

Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui.

Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari post partum.

Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayi melalui air asinya.

e. Perawatan payudara

Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada puting susu

Menggunakan Bra yang menyokong payudara

Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali
menyusui. Tetap menyusui dimulai dari puting susu yang tidak lecet.

Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan
menggunakan sendok.

Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet.

Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisi tangan untuk mengurut payudara.

Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.

Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI, sisanya keluarkan dengan tangan.

Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

f. Senggama

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri

Banyaknya budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai pada masa waktu
tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan
yang bersangkutan.
5. Perawatan post partum

a. Perineum

Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura atau laserasi merupakan daerah yang tidak mudah
untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pengamatan dan perawatan khusus diperlukan untuk
menjamin agar daerah tersebut sembuh dengan cepat dan mudah. Pencucian daerah perineum
memberikan kesempatan untuk melakukan inspeksi secara seksama pada daerah tersebut dan
mengurangi rasa sakitnya.

b. Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8 jam post partum,
kemudian boleh miring-miring kekiri dan kekanan untuk mencegah terjadinya trobosis dan
tramboemboli. Pada hari kedu duduk-duduk, hari ketiga jalan-jalan dan pada hari keempat atau
lima boleh pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi tergantung pada adanya komplikasi
persalinan nifas dan sembuhnya luka-luka.

c. Diet

Makanan harus bermutu dan bergizi cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung
protein, banyak cairan sayuran-sayuran dan buah-buahan.

d. Miksi

Hendaknya berkemih dapat dilakukan sendiri dngan secepatnya. Kadang-kadang wanita sulit
berkemih karena sphineter uretrae mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme otot iritasi
musculus sphicterani selama persalinan bila kandung kemih penuh dan wanita sulit berkemih
sebaiknya lakukan kateterisasi.

e. Defakasi

Buang air besar harus dilakukan 3 4 hari post partum. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi
optipasi apabila faeces keras harus diberikan obat laksans atau perectal, jika masih belum bisa
dilakukan klisma.

f. Laktasi
Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu tidak keras, lemas dan
kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Laktasia dapat diartikan dengan pembentukan
dan pengeluaran air susu ibu (ASI).

Keuntungan ASI yakni :

1) Bagi ibu

a) Mudah didapatkan

b) Praktis dan murah

c) Memberi kepuasan

2) Bagi bayi

a) ASI mengandung zat ASI yang sesuai dengan kebutuhan

b) ASI mengandung berbagai zat antibody untuk mencegah infeksi

c) ASI mengandung laktoperin untuk mengikat zat gizi

d) Susu tepat dan selalu segar

e) Memperindah gigi dan rahang

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI

1) Faktor anatomis

Apabila jumlah lobus dalam buah dada berkurang maka produksi ASI akan kurang karena sel-sel
ocini yang ngisap zat makanan dari pembuluh darah akan berkurang.

2) Faktor fisiologis
Bahwa terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon yaitu hormon proloctin yang merangsang sel-sel
ocini untuk membentuk ASI, apabila ada kelainan dari hormon ini maka dengan sendirinya
rangsangan pada sel-sel ocini akan berkurang sehingga tidak dapat membentuk ASI.

3) Makanan yang dimakan ibu yang menyusui

4) Faktor istirahat

5) Faktor isapan anak

6) Faktor obat-obatan dapat mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI karena adanya
hormon yang dikandung oleh obat-obatan tersebut mempengaruhi hormon prolaktin yang sangat
berperan penting dalam produksi dan peneluaran ASI.

7) Faktor psikologis

7. Cuti hamil dan bersalin ; menurut UU bagi wanita pekerja berhak mengambil cuti hamil dan
bersalin selama 3 bulan, 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah bersalin.
DAFTAR PUSTAKA

Moctar, Rustam. Sinopsis obstruksi : Obstetri Fisiologis, obstetri patologis,

Edisi 2, Jilid 1. Jakarta. EGC, 1998

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta, EGC, 2004

Wikojosostro, Hanifa, Ilmu Kebidanan. Edisi 3, cetakan 3, Jakarta, Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawiraharjo, 1994.

Doengus, Merillyn E. Rencana Perawatan Maternal/bayi, Pedoman untuk

Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, edidi 2, jakarta, EGC, 2001.

E. PEMERIKSAAN LAB

2 FEBRUARI 2013 jam 20.43 WITA


Hasil Nilai Normal

WBC 14.0 x 10 3 l 4-10 x 103

RBC 3,70 x 10 3 l 4,0

HGB 10,3 g/dl 11,0

HCT 31,2 % 35,0

MCV -84,3 % 80 -97 %

MCH 27,7 % 16 -34 %

MCHC 33,0 g/dl 31 -37 %

PLT + 401 x 10 3 l

F. KEADAAN MENTAL

a. Keadaan Psikologis

Orang terdekat pasien adalah suami dan keluarga

Interaksi dalam keluarga baik

Klien Nampak senang dengan kelahiran bayinya

Klien berinteraksi dengan baik dengan perawat dan orang sekitarnya

Status emosional pasien baik


klien selalu berdoa dan berserah diri kepada ALLAH SWT
KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF

- Klien mengatakan susah untuk tidur karena pengaruh lingkungan nifas yang panas dan
ribut

- Klien mengatakan ASInya belum keluar

- Klien mengatakan ASI nya biasa keluar pada hari ke IV-V.

- Klien mengatakan belum pernah BAB selam PP


DATA OBJEKTIF

- Klien Nampak gelisah

- Klien Nampak kegerahan

- Lingkungan klien yang ramai

- Ibu belum bisa menyusui karena ASI belum keluar

- Bayi menghisap saat di berikan putting susu pada ibu

- Bayi menyusui melalui botol susu dan berisi susu formula

- Peristaltic usus ibu menurun

- Tampak adanya lochia rubra

- Tampak adanya jahitan pada perineum

- TTV :

TD : 110/80 mmhg

N : 80 x/i

S ; 36,5 c

P : 20 X/I
ANALISA DATA
NO DATA ETILOGI MASALAH

Post partum

DS :

-Klien mengatakan susah


untuk tidur karena pengaruh
lingkungan RS yang panas
Lingkungan
dan ribut
ruangan panas
dan ribut

DO:

-Klien nampal gelisah

Klien tidak bisa Gangguan pola istirahat


1
-klien nampak kegerahan tidur tidur

-lingkungan RS yang ramai

-TTV :

TD : 110/80 mmhg

N : 80 x/i Gangguan poka istirahat tidur

S ; 36,5 c

P : 20 X/I
DS :

- Klien mengatakan ASI


belum keluar

- Klien mengatakan ASI


nya biasa keluar pada hari ke Lingkungan yang ramai dan panas

IV-V.

DO :

- Ibu belum bisa


menyusui Faktor
psikologis ibu

- Bayi menghisap saat di yang terganggu

berikan putting susu pada ibu

2 - Bayi menyusui melalui Ketidakefektifan Menyusui


botol susu dan berisi susu
formula

Menghambat pengeluaran
- lingkungan RS yang
ramai
Oksitoksin

- TTV :

TD : 110/80 mmhg

N : 80 x/i
Pengeluaran ASI tidak efektif

S ; 36,5 c

P : 20 X/I
Proses persalinan

DS : Klien merasa
takut untuk
bergerak
- Klien mengatakan
belum pernah BAB selama PP

DO :

- Peristaltik usus ibu


menurun

- Adanya jahitan pada Tonus otot menurun


3 KONSTIPASI
perineum ibu

- TTV :

TD : 110/80 mmhg

N : 80 x/i

Peristaltik usus
S ; 36,5 c menurun

P : 20 X/I

KONSTIPASI
PROSES PERSALINAN

DO : Ruptur pada
perineum

- Tampak adanya jahitan


pada perineum

- Tampak adanya lochia


rubra (lochia pada hari
pertama-ketiga PP)

RESIKO TERJADINYA
4
- TTV : Kerusakan INFEKSI

jaringan
TD : 110/80 mmhg

N : 80 x/i

S ; 36,5 c

P : 20 X/I

Mediator masuknya kuman

Perawatan luka
non aseptik
Resiko terjadinya infeksi

CATATAN PERKEMBANGAN

Pada hari II pengkajian (SELASA, 05 februari 2013).

NO HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

1. SELASA 07.30
1. Mengkaji pola istirahat tidur S : klien mengatakan sudah dapat
05.02/2013 pasien tidur nyenyak dan enak semalam.

Hasil : klien mengatakan tidurnya


semalam nyenyak dan enak

O : klien tampak segar

2. Memberikan posisi yang nyaman

Hasil : klien mengatakan klien tidur


dengan posisi miring KI-KA
07.32 A : masalah teratasi.

3. Menciptakan lingkungan yang


P : Pertahankan intervensi
tenang dan sejuk dengan cara
(1,2,3,4,5)
menganjurkan keluarga pasien untuk
mengipas pasien jika pasien ingin tidur
ataukah menganjurkan keluarga untuk
membatsi pembesuk

Hasil : Klien dan keluarga setuju untuk


membatasi kunjungan tamu pada
pasien terutama pada malam hari.

Dan juga klien tidur dilantai karena


07.34
merasa dingin

4. Anjurkan pada ibu untuk


melakukan kegiatan ringan sebelum
tidur. Misalnya dengan menonton tv,
mengobrol, membaca buku.
Hasil : klien mengatakan sebelum tidur
tadi malam ia mengobrol dengan
keluarga.

5. Memberikan HE kepada ibu dan


keluarga tentang pentingnya istirahat
tidur

Hasil : ibu dan keluarga mengerti.

07.36
07.38

S : klien mengatakan bahwa pada


08.45
1. Mengkaji ulang tingkat anak I dan II ibu menyusui hari ke
pengetahuan dan pengalaman ibu 4.
tentang menyusui.

Hasil : Ibumengerti dan mengatakan


bahwa pada anak I dan II ibu menyusui
O : belum ada pengeluaran ASI
hari ke 4.

SELASA

2. 2. Mendemonstrasikan dan

05.02/2013 meninjau ulang teknik menyusui


A : masalah belum teratasi.

Hasil : ibu mengikuti perintah untuk


melakukan teknik menyusui yang
benar.

P : Lanjutkan intervensi (2, 4)


08.50
3. Memberikan HE kepada ibu
tentang pentingnya ASI bagi bayi 1. Demonstrasikan dan tinjau
ulang teknik menyusui
Hasil :

Ibu mengerti dan paham tentang 5. Lakukan perawatan payudara


pentingnya ASI bagi bayinya

4. Melakukan perawatan payudara

Hasil : melakukan perawatan payudara

09.15

09.30

1. Menganjurkan pada ibu untuk


SELASA 07.45
makan-makanan yang berserat seperti S : klien mengatakan sudah ada
3
nuah dan sayuran keinginan untuk BAB
05.02/2013

Hasil : ibu sudah makan buah dan


dayuran yang banyak

O : Klien BAB

2. Menganjurkan klien minum air


hangat tiap hari

A : masalah teratasi.
Hasil : ibu minum air hangat

P : pertahankan intervensi
3. Menganjurkan ibu BAB pada
WC duduk
07.48

Hasil :ibu sudah bab namun WC diRS


adalah WC jongkok

4. Melakukan Kolaborasi : berikan


Dulcolax sesuai indikasi

Hasil : ibu sudah BAB jadi tidak


dilakukan pemberian dulcolax

08.13
08.15

08.00 1. Mengkaji lochea dan kondisi


jahitan

Hasil : lochia pada pasein ada lah tipe


lochia sangloelenta dan mengatakan
darahnya sisa sedikit.
S : klien mengatakan bahwa nyeri
telah berkurang

2. Menyarankan pada ibu untuk


mengganti pembalut tiap 4 jam
O : tidak ada tampak tanda-tanda
infeksi namun masih ada lochia
Hasil ; ibu sudah tidak menggunakan sangloelenta.
SELASA pembalut
4

05.02/2013

A : masalah belum teratasi.


3. Memantau TTV ibu

07.45 Hasil :

TTV :

P : lanjutkan intervensi (2,3,4,5)


TD : 110/80

N : 80 x/i

S ; 36 c
07.30 P : 20 X/I

4. Menyarankan ibu membersihkan


perineal dari depan ke belakang

Hasil : ibu mengerti dan melakukan


membersihkan perineal nya

5. Menyarankan ibu untuk


melakukan Vulva hygiene.

Hasil :Ibu mengerti dan paham untuk


melakukan vulva hygiene.
07.50

07.55

Anda mungkin juga menyukai