Oleh:
DEVI PUTRI
NIM. 201301060
BAB 1
PENDAHULUAN
Berat badan lahir (Birth Weight) adalah berat badan bayi yang tercatat saat
presentase bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram (Suseno, 2009). Secara statistik, angka kesakitan dan
kematian pada neonatus di negara berkembang adalah tinggi dengan salah satu
penyebab utama berkaitan dengan BBLR (Rantung, dkk., 2015). Bayi BBLR
sendiri dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, bayi berat lahir rendah (BBLR) berat
lahir 1500-2500 gram, bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR)
berat lahir 1000-1500 gram dan berat badan lahir ekstrim rendah (BBLER) berat
lahir kurang dari 1000 gram (Proverawati, 2010). Salah satu faktor yang
mempengaruhi janin tidak dapat tumbuh kembang secara optimal yang memiliki
dampak untuk bayi mengalami BBLR adalah umur ibu kurang dari 20 tahun atau
BBLR (periode 2009-2013) dari 15,5% menjadi 16% dan sebesar 95,6% dari
tahun 2007 (11,5%) hingga tahun 2013 (10,2%) terjadi penurunan namun lambat
dalam 7 tahun terakhir (Kemenkes RI, 2014). Namun di provinsi Jawa Timur,
2
terjadi peningkatan angka kejadian BBLR yaitu 10% pada tahun 2010 menjadi
bahwa usia ibu yang termasuk ke dalam kategori usia tidak berisiko (25-35)
merupakan kelompok yang melahirkan anak yang tidak BBLR sebanyak 80 orang
(90,9%) dari total 88 orang. Ibu yang melahirkan pada usia <20 tahun sebanyak
13 orang melahirkan anak dengan BBLR sebanyak 11 orang (84,6%) dan yang
non BBLR sebanyak 2 orang (15,4%). Ibu yang melahirkan pada usia berisiko
(>35 tahun) sebanyak 8 orang, melahirkan anak dengan BBLR sebanyak 4 orang
(5%) dan non BBLR sebanyak 4 orang (50%). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan
bayi (10,63 %) dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang meningkat tiap
bulannya. Jumlah bayi dengan BBLR pada bulan Juli dan Agustus berjumlah 9
November berjumlah 12 bayi. Dari 10 bayi BBLR tersebut, didapatkan ibu yang
berumur <20 tahun sebanyak 2 orang, ibu yang berumur >35 tahun sebanyak 4
orang (Rekam Medis RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto, 2016).
mengakibatkan bayi mendapatkan berat lahir rendah antara lain faktor dari ibu
yaitu usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
3
tumor (misalnya mioma utery dan sistomi), ibu yang menderita penyakit akut
(misalnya tifus abnominalis dan malaria) dan kronis (mislanya TBC), trauma
masa kehamilan (fisik dan psikologis). Faktor janin seperti kehamilan ganda,
hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, infeksi (misalnya rubela, sifilis,
Faktor plasenta seperti plasenta previa dan solutio plasenta (Saudah, 2016).
tentang Risk factors for low birth weight in Bale zone hospitals, South-East
Ethiopia menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara tidak adanya
pendek, BMI ibu kurang dari 18 kg/m2 dengan berat badan lahir rendah.
Berat badan lahir rendah sendiri berkolerasi dengan usia ibu. Persentase
tertinggi bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat pada kelompok remaja
atau wanita berusia kurang dari 20 tahun dan wanita berusia lebih dari 35 tahun.
Pada usia kurang dari 20 tahun, organ-organ reproduksi (rahim, vagina, payudara)
belum matang dan belum siap untuk menerima kehamilan (Bartini, 2012). Pada
usia ibu kurang dari 20 tahun seringkali secara emosional dan fisik juga belum
matang, pendidikan pada umumnya rendah, serta yang terpenting belum memiliki
Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun juga akan sangat
menentukan proses kelahiran. Hal ini turut mempengaruhi kondisi janin. Pada
proses pembuahan di usia ini, kualitas sel telur perempuan juga telah menurun
4
jika dibandingkan dengan sel telur pada perempuan dengan usia reproduksi sehat
(25-30 tahun) (Asrinah dkk., 2010). Pada usia di atas 35 tahun, fungsi-fungsi
organ rerpoduksi juga mulai menurun, sehingga tidak bagus untuk menjalani
kehamilan (Bartini, 2012). Salah satu efek dari proses degeneratif (penurunan
fungsi organ) adalah sklerosis (penyempitan) pembuluh darah arteri kecil dan
maksimal sehingga dapat mempengaruhi penyaluran nutrisi dari ibu ke janin dan
Dampak atau permasalahan jangka panjang pada bayi yang lahir dengan
kenaikan angka kesakitan & sering masuk rumah sakit, serta kenaikan frekuensi
kelainan bawaan. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayi BBLR
paru kronis (chronic lung disease), NEC (Necrotizing Enterocolitis), AOP (Apnea
of Prematurity) terutama terjadi pada bayi 1000 gr, Patent Ductus Arteriosus
(PDA) pada bayi dengan berat <1000 gr, disabilitas mental dan fisik,
Langkah preventif atau pencegahan kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
adalah langkah yang penting. Hal utama yang dapat dilakukan adalah hendaknya
ibu dapat merencanakan kehamilan pada kurun waktu reproduksi sehat (20-35
secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur
kehamilan muda.
penelitian ini adalah Apakah Ada Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR
Umur Ibu dengan Kejadian BBLR di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota
Mojokerto.
Mojokerto
6
Kota Mojokerto
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Pada bab 2 ini akan membahas tentang konsep berat badan lahir rendah,
Berat badan lahir (Birth Weight) adalah berat badan bayi yang tercatat saat
presentase bayi BBLR dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Suseno,
2009). Berat badan lahir sendiri meliputi, besar bagi usia gestasi, sesuai bagi usia
gestasi, kecil bagi usia gestasi, berat badan lahir rendah, dan berat badan lahir
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan (Proverawati, 2010).
Istilah prematuritas telah diganti dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena
terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih
rendah dari semestinya, sekalipun cukup bulan, atau karena kombinasi keduanya
(Manuaba, 2010).
1. Berat lahir
1) Bayi berat lahir rendah. Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
<2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
8
3) Bayi berat lahir lebih. Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
>4000 gram.
hari)
293 hari)
(Proverawati, 2010):
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 2500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000 1500 gram
3. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000
gram.
dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan
9
berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai
yang seharusnya untuk usia kehamilannya, biasa disebut dengan bayi kecil untuk
1. Faktor ibu
1) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun
5) Ibu yang menderita penyakit antara lain: akut dengan gejala panas
6) Trauma pada masa kehamilan antara lain : fisik (misalnya jatuh) dan
2. Faktor janin
1) Kehamilan ganda
2) Hidramnion
4) Cacat bawaan
10
6) Insufisiensi plasenta
B dan O)
3. Faktor plasenta
1) Plasenta previa
2) Solutio plasenta
1) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan
kembar
Penelitian yang dilakukan oleh Demelash dkk (2015) tentang Risk factors
for low birth weight in Bale zone hospitals, South-East Ethiopia menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara sosial-ekonomi, ibu dan faktor
lingkungan rumah tangga dengan berat badan lahir di rumah sakit zona Bale.
pedesaan, usia ibu kurang dari 20 saat melahirkan dan memiliki pendapatan
bulanan kurang dari 26 $ diidentifikasi sebagai faktor risiko untuk berat badan
lahir rendah. Selain itu, tidak adanya tindak lanjut perawatan antenatal, jarak
diidentifikasi sebagai faktor yang positif berhubungan dengan berat badan lahir
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada bayi dengan berat badan lahir
3. Lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada sama kurang dari 30 cm
6. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit
9. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum
sempurna
10. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan
11. Bayi yang lebih banyak tidur daripada bangun, refleks mengisap dan
Manifestasi bayi berat lahir rendah dilihat dari tingkat stadium berdasarkan
Mitayani (2009):
1. Stadium I. Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulit longgar, kering
kehijauan pada kulit, plasenta, dan umbilikus hal ini disebabkan oleh
1. Gangguan Metabolik
1) Hipotermia
2) Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan membawa
3) Hiperglikemia
2. Gangguan Imunitas
1) Gangguan Imunologik
dikonsumsi ibu. Selain itu, bayi akan dijaga jalan nafasnya agar
tetap dalam kondisi bebas. Bila perlu diberikan obat anti kejang,
contohnya: diazepam.
3. Gangguan Pernafasan
2) Asfiksia
asfiksia lahir.
5) Retrolental Fibroplasia
1) Masalah Perdarahan
2) Anemia
3) Gangguan Jantung
dalam darah.
6) Kejang
terkendali pada mulut, mata, atau anggota gerak lain, atau terjadi
rangsangan.
17
7) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketidaknormalan kadar gula darah
1) Gangguan Eliminasi
2) Distensi Abdomen
3) Gangguan Pencernaan
Saluran pencernaan pada bayi BBLR belum berfungsi sempurna
4) Gangguan Elektrolit
prematur yang sangat imatur (berat lahir kurang dari 1000 gram
beberapa cara (Saudah, 2016) yaitu: 1) Perawatan bayi dalam inkubator. Inkubator
adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu lingkungan yang optimal,
dengan demikian dapat tercipta suatu suhu lingkungan yang normal. Suhu
lingkungan yang netral adalah suatu keadaan dimana panas yang dihasilkan dapat
bayi lahir preterm. 3) Perawatan bayi dengan terapi sinar. Dalam perawatan ini
yang perlu diperhatikan tidak saja terapinya, tetapi juga perangkat yang
digunakan. Lampu yang digunakan sebaiknya tidak dipergunakan lebih dari 500
jam, untuk menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu yang
transfusi tukar adalah mengeluarkan darah dari tubuh bayi untuk ditukar dengan
darah yang tidak sesuai (patologis) untuk mencegah peningkatan kadar bilirubin
Pastikasn bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi menggunakan kain lunak,
kering, selimuti, dan gunakan topi untuk menghindari adanya kehilangan panas.
suhu di sekitar bayi, jangan sampai bayi kedinginan. Hal ini karena bayi BBLR
mudah hipertermia akibat luas dari permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dari
lemak subkutan. 4) Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama. 5) Jika
bayu haus, beri makanan dini (early feeding), yang berguna untuk mencegah
hipoglikemia. 6) jika bayi sianosis atau sulit bernapas (frekuensi kurang dari 30
atau lebih dari 60 kali per menit, tarik dinding dada ke dalam dan merintih, beri
oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong. 7) Cegah infeksi karena rentan
dalam jangka waktu yang lama. Hal ini bergantung dengan kondisi bayi itu
sendiri. Bila fungsi organ-organ tubuhnya baik dan tidak terdapat gangguan
seperti gangguan pernapasan dan bayi dapat mengisap dengan baik, maka bayi
bisa dibawa pulang. Hanya saja pada bayi BBLR sering tidak memperlihatkan
tanda-tanda gangguan secara jelas seperti tidak menangis atau terlihat tenang.
Secara umum perawatan yang dilakukan pada bayi BBLR yaitu mempertahankan
(2010):
sakit, juga tergantung pada kondisi bayi masing-masing. Namun, tindakan yang
dilakukan oleh tim medis pada bayi yang lahir dengan BBLR akan segera
kecil sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Oleh sebab itulah, bayi perlu
Untuk indikasi ringan, bayi hanya akan diberi oksigen. Sebaliknya jika berat
dapat sampai diberi ventilator atau alat bantu pernapasan. Infus juga akan
kecil biasanya belum mampu mengisap dengan baik karena itu pemberian
minumnya berupa ASI atau susu formula khusus untuk BBLR bila ASI ibu
belum keluar dilakukan melalui pipa lambung dan diberikan secara bertahap
Tidak ada patokan pasti untuk lama perawatan bayi BBLR di rumah
saksama dan bertahap sehingga bisa satu bulan lebih harus berada dalam
22
dengan lingkungan, seperti tidak ada lagi gangguan pernapasan, suhu tubuh
telah stabil dan bayi sudah punya refleks isap dan menelan yang baik. Sebelum
pulang, bayi sudah harus mampu minum sendiri dengan botol maupun dengan
puting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badannya telah berkisar 10-30
gram/hari dan suhu tubuh tetap normal di ruangan biasa. Bayi juga tidak
2. Perawatan di Rumah
Orang tua, terutama ibu, secara fisik dan psikologis mesti mampu dan
siap merawat bayinya di rumah. Ibu harus dapat menguasai cara memberi ASI
memberi ASI dan pendamping ASI (PASI), juga menjaga kebersihan dan
lingkungan yang optimal untuk tumbuh kembang bayi. Ibu harus percaya diri
dan berani merawat bayinya sendiri, karena dari situlah akan terjadi kontak
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua saat
1) Perhatikan suhu
4) Pemberian imunisasi
pada bayi.
Di bawah ini penelitian yang dilakukan oleh Barros dkk (2010) tentang
progesteron.
lebih sering atau lebih banyak, dan lebih diutamakan makanan yang
mengandung nutrisi.
24
6. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
Umur atau usia adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun (Elizabeth B.H., 2010). Semakin cukup umur
seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih
dewasa akan lebih percaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.
Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Nursalam,
2010).
25
sebagai berikut:
1. Prenatal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Usia adalah lama waktu
sebagai berikut:
1. Usia menikah
Usia yang dianggap cocok secara fisik dan mental untuk menikah (kira-
2. Usia produktif
3. Usia reproduksi
jadi positif.
4. Usia sekolah
Usia dianggap cocok bagi anak secara fisik dan mental untuk masuk
sekolah.
5. Usia lanjut
6. Usia senja
(2007):
2. Usia 20-35 tahun, masa mengatur kesuburan atau aman untuk hamil dan
bersalin
Usia ibu saat hamil yang berdampak terhadap kehamilan dan persalinan
pada tabel skor Poedji Rochjati terletak pada nomor 1 (terlalu muda hamil 16
th), nomor 2 poin b (terlalu tua hamil 1 35 th ) dan nomor 6 (terlalu tua umur
salah satu nomor dengan skor awal ibu hamil yang bernilai 2 akan menghasilkan
jumlah skor 6-10 yang merupakan kelompok kehamilan resiko tinggi. Persalinan
27
dengan kelompok kehamilan resiko tinggi ini diharuskan untuk ditangani oleh
bidan atau dokter. Dibawah ini akan ditampilkan tabel skor Poedji Rochjati
I II III IV
Tribulan
KEL. Masalah/Faktor Risiko Skor
NO I II III.1 III.2
F.R.
Skor Awal Ibu Hamil 2
I 1 Terlalu muda, hamil 16 th 4
2 a. Terlalu lambat hamil I, kawin 4
4 th
b. Terlalu tua, hamil 1 35 th 4
3 Terlalu cepat hamil lagi (<2 th) 4
4 Terlalu lama hamil lagi (10 th) 4
5 Terlalu banyak anak, 4/lebih 4
6 Terlalu tua, umur 35 th 4
7 Terlalu pendek 145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
9 Pernah melahirkan dengan
a. Tarikan tang/vakum 4
b. Uri dirogoh 4
c. Diberi infus/transfusi 4
10 Pernah operasi sesar 8
II 11 Penyakit pada ibu hamil 4
a. Kurang darah b. Malria
c. TBC paru d. Payah jantung 4
e. Kencing manis (diabetes) 4
f. PMS 4
12 Bengkak pada muka/tangkai dan 4
tekanan darah tinggi
13 Hamil kembar 2 atau lebih 4
14 Hamil kembar air (hidramnion) 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Pre-eklampsia berat / kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR
Sumber: Wulan, 2014
28
Menurut Maulana (2010) umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun saat hamil anak pertama termasuk salah satu faktor kehamilan berisiko
tinggi yang dapat menyebabkan janin tidak dapat tumbuh kembang secara
resiko medis yang cukup tinggi, karena pada masa remaja ini, alat reproduksi
belum cukup matang untuk melakukan fungsinya. Rahim (uterus) baru siap
melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun, karena pada usia ini fungsi
hormonal melewati masa kerjanya yang maksimal. Rahim pada seorang wanita
ukuran rahim secara anatomis. Pada seorang wanita, ukuran rahim berubah
Pada usia kurang dari 20 tahun tepatnya usia 14-18 tahun, perkembangan
otot-otot rahim belum cukup baik kekuatan dan kontraksinya sehingga jika
terjadi kehamilan rahim dapat ruptur (robek). Di samping otot rahim, penyangga
rahim juga belum cukup kuat untuk menyangga kehamilan sehingga resiko yang
lain dapat juga terjadi yaitu prolapsus uteri (turunnya rahim ke liang vagina)
pada saat persalinan. Selain itu, pada usia kurang dari 20 tahun, sistem hormonal
belum stabil. Hal ini dapat dilihat dari siklus menstruasi yang belum teratur.
menjadi tidak stabil, mudah terjadi perdarahan, terjadi abortus atau kematian
29
(Kusmiran, 2012). Selain dari fisik ibu yang belum matang, pada usia ibu kurang
dari 20 tahun seringkali secara emosional juga belum matang, pendidikan pada
umumnya rendah, serta yang terpenting belum memiliki sistem transfer plasenta
Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun juga akan sangat
menentukan proses kelahiran. Hal ini turut mempengaruhi kondisi janin. Pada
proses pembuahan di usia ini, kualitas sel telur perempuan juga telah menurun
jika dibandingkan dengan sel telur pada perempuan dengan usia reproduksi sehat
(25-30 tahun) (Asrinah dkk., 2010). Pada usia di atas 35 tahun, fungsi-fungsi
organ repoduksi juga mulai menurun, sehingga tidak bagus untuk menjalani
kehamilan (Bartini, 2012). Salah satu efek dari proses degeneratif (penurunan
fungsi organ) adalah sklerosis (penyempitan) pembuluh darah arteri kecil dan
dan maksimal sehingga dapat mempengaruhi penyaluran nutrisi dari ibu ke janin
Faktor Ibu :
1. Toksemia gravidarum Faktor Janin:
2. Kelainan bentuk uterus 1. Kehamilan ganda
3. Tumor 2. Hidramnion Faktor Plasenta:
4. Penyakit ibu 3. Ketuban pecah dini 1. Plasenta previa
5. Trauma masa kehamilan 4. Cacat bawaan 2. Solutio plasenta
6. Umur ibu <20 th / >35 th 5. Infeksi, dan lain-lain
Gambar 2.1 : Kerangka Teori Penelitian Tentang Hubungan Umur Ibu Dengan Kejadian BBLR
31
BBLR
Keterangan: = Diteliti
= Tidak diteliti
BAB 3
METODE PENELITIAN
adalah penelitian analitik dengan study korelasi yaitu survey atau penelitian yang
kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara faktor risiko dengan faktor
looking), artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah
(Notoatmodjo, 2010).
Pada penelitian ini dimaksud untuk mencari hubungan umur ibu dengan
3.2.1 Populasi
BBLR di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Jumlah bayi BBLR pada
3.2.2 Sampling
penelitian ini adalah non probability sampling tipe total sampling. Dikatakan total
sampling karena cara pengambilan sampel dilakukan karena jumlah sampel sama
3.2.3 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2007). Sampel pada penelitian ini adalah
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian
(Notoatmodjo, 2010).
34
1. Variabel Independen
2. Variabel Dependen
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
1. Pengajuan judul
tabulating.
37
mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal
mengurus perijinan penelitian kepada direktur RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo
Mojokerto. Setelah itu dilakukan pengumpulan data dengan cara melihat catatan
Setelah data hasil kuesioner terkumpul, maka data diolah dengan tahap-
3.7.1 Editing
3.7.2 Coding
daftar yang akan memberikan informasi. Data yang diubah menjadi bentuk
1) Usia ibu
2) Kejadian BBLR
3.7.3 Scoring
Memberi skor pada tiap butir soal sesuai dengan kategori yang telah
sebagi berikut:
3.7.4 Tabulating
tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh
RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto menggunakan tabulasi silang
hubungan dari dua variabel. Tabulasi silang ini menyilangkan dua buah variabel
DAFTAR PUSTAKA
Barros, dkk. 2010. Global Report on Preterm Birth: Evidence for Effectiveness of
Interventions. Journal of BMC Pregnancy & Childbirth V.10(Suppl 1): S3.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2841444/. Diakses tanggal
27 Januari 2017.
Demelash, Habtamu, dkk. 2015. Risk Factors for Low Birth Weight in Bale Zone
Hospitals, South East Ethiopia. Journal of BMC Pregnancy & Childbirth
V.15: 264. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles /PMC4604703.
Diakses tanggal 27 Januari 2017.
Elizabeth, B.H. 2010. Menentukan Usia Dalam Kehamilan. Solo: Sanca Ilmu.
Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Surabaya: Salemba Medika.
Indiarti, MT. 2009. Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan & Perawatan Bayi.
Yogyakarta: Diglossia Media.
Pamungkas, Rangga S., dkk. 2014. Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan
Tingkat Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Plered, Kecamatan
Plered Kabupaten Purwakarta. Jurnal Prosiding Pendidikan Dokter.
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/dokter/article/download/1530/pdf.
Diakses Diakses tanggal 12 Desember 2016.
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Proverawati, Atikah & Cahyo Ismawati Sulistyorini. 2010. Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika.
Rantung, Feibi Almira, dkk. 2015. Hubungan Usia Ibu Bersalin dengan Kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado.
Ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3, Nomor 3.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/8646. Diakses
Tanggal 20 Maret 2017.
Reeder, Sharon J., dkk. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi,
& Keluarga. Jakarta: EGC.
Saudah, Noer. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Ibu & Bayi. Yogyakarta:
Indomedia Pustaka.
Sugiyono & Agus Susanto. 2015. Cara Mudah Belajar SPSS dan LISREL, Teori
dan Aplikasi untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suseno, Tutu & Masruroh. 2009. Kamus Kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka.