Anda di halaman 1dari 2

Faktor Fisika

Sekresi kelenjar ludah, menurut Amerongen (1991), dapat dirangsang dengan cara-cara
mekanis. Contohnya adalah dengan mengunyah. Sekresi saliva tanpa disertai rangsang
mengunyah adalah 0,03-0,05 ml/menit/glandula, sedangkan sekresi saliva yang disertai dengan
rangsang mengunyah dapat bervariasi atau lebih banyak. Pada sebuah jurnal penelitian di
sebutkan mengenai aliran saliva yang dirangsang dengan, stimulasi mekanik dari bahan makanan
buatan (chewing inert materials), atau mengunyah makanan alami (natural foods), ditemukan
bahwa konsistensi dan volume makanan juga berpengaruh terhadap aliran saliva. Makanan yang
membutuhkan daya kunyah besar atau makanan yang rasanya cukup mencolok dapat
meningkatkan aliran saliva dan juga mengubah komposisinya.
Rangsangan mekanik seperti mengunyah dapat menimbulkan refleks saliva sederhana
(tidak terkondisi). Reflex saliva sederhana (tidak terkondisi) terjadi sewaktu kemoreseptor atau
reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespons terhadap adanya makanan. Sewaktu
diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls diserat saraf aferen yang membawa
informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui
saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Tindakan-tindakan
gigi mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi
terhadap reseptor tekanan yang terdapat dimulut. Rangsang mekanik pada sekresi saliva juga
berhubungan dengan fungsi saliva yaitu, membantu proses pencernaan makanan. Pada saat
mengunyah sekresi saliva lebih banyak karena saliva mengandung enzim ptyalin (amilase ludah)
dan lipase ludah yang dikeluarkan untuk mengubah tepung dan glikogen menjadi kesatuan
karbohidrat yang lebih kecil. Selain itu juga berhubungan dengan fungsi saliva sebagai self-
cleansing. Pada orang yang memiliki kebiasaan mengunyah pada satu sisi, sisi yang tidak
digunakan cenderung akan lebih kotor daripada sisi yang digunakan untuk mengunyah, ditandai
dengan banyaknya akumulasi plak dan biasanya banyak terbentuk karang gigi. Kondisi ini
disebabkan karena gerakan pengunyahan dankeberadaan makanan akan menstimulasi kelenjar
saliva. Hal ini juga menjelaskan mengapa pada saat orang sedang berpuasa mulut terasa kering,
karena hampir sama sekali tidak ada gerakan mengunyah dan tidak adanya makanan yang
merangsang keluarnya saliva.
Fakor Kimiawi

Selain mekanik, sekresi saliva juga dipengaruhi oleh factor kimiawi, seperti rangsangan
asam, manis, pedas atau pahit. Yang sering meningkatkan sekresi saliva adalah rangsangan
dalam bentuk asam. Makanan yang mengandung karbohidrat atau asam yang sering dikonsumsi
akan menyebabkan keasaman dalam mulut meningkat, sedangkan jaringan gigi dapat larut dalam
keadaan asam. Dalam hal ini saliva sangat berperan dalam mengatur keasaman pH rongga mulut,
dimana saliva bertindak sebagai buffer. Kapasitas buffer saliva merupakan faktor penting, yang
memainkan peran dalam pemeliharaan pH saliva, dan remineralisasi gigi. Kapasitas buffer saliva
pada dasarnya tergantung pada konsentrasi bikarbonat. Hal tersebut berkorelasi dengan laju
aliran saliva, pada saat laju aliran saliva menurun cenderung untuk menurunkan kapasitas buffer
dan meningkatkan resiko perkembangan karies. Hasil percobaan pada suatu jurnal penelitian
disebutkan bahwa rata-rata volume saliva tertinggi di dapatkan setelah mendapat stimulasi
dengan asam sitrun (1,4 ml/menit) sedangkan rata-rata volume saliva terendah terjadi pada saat
tanpa stimulasi/ kontrol (0,72ml/menit) . Hasil yang di dapatkan pada percobaan ini menguatkan
teori bahwa stimuli asam dapat meningkatkan sekresi saliva secara signifikan. Selain itu,
komposisi dan jumlah saliva yang dihasilkan memang cukup bergantung pada tipe dan intensitas
stimulus, pada stimulus asam sitrun volume/ kapasitas sekresi saliva memiliki volume tertinggi
dibandingkan yang lain. (tanpa stimulasi: 0,4 ml/menit12; daya pengunyahan: 0,85
ml/menit7; asam sitrun: 1,7 ml/menit7,12)

Anda mungkin juga menyukai