Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan
penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu. Ketuban pecah dini
(KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan, pada keadaan normal 8-10%
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2008).
Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan 80% kematian ibu. Pola
penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan (25%) biasanya perdarahan pasca persalinan,
sepsis (15%) hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%) komplikasi abortus tidak
aman (13%), ketuban pecah dini (4%) dan sebab-sebab lainnya (8%) (Wikjosastro, 2008).
Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak 35,70% - 55,30%
dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami
ketuban pecah dini.
Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua
kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab
kelahiran prematur sebanyak 30%. Maka dari itu perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut
mengenai bagaimana asuhan keperawatan yang tepat bagi ibu dengan Ketuban Pecah Dini
(KPD).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah konsep teori ketuban pecah dini pada ibu hamil ?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada ibu dengan ketuban pecah dini (KPD) ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya pada masa
kehamilan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP TEORITIS


a. Definisi
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membran
ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2003). Ketuban pecah dini dinyatakan
jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan
dimulai di ruangan yang berada diantara amnion korion (Constance Sinclair, 2010).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi
kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Sarwono Prawirohardjo, 2005)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini (KPD)
adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih
dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

b. Etiology
Ketuban pecah dini disebabkan oleh kurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Penyebabnya juga disebabkan karena inkompetensi servik. Polihidramnion /
hidramnion, mal presentasi janin (seperti letak lintang) dan juga infeksi vagina /
serviks (Prawirohardjo, 2010).
Adapun yang menjadi faktor resiko terjadinya ketuban pecah dini adalah :
(Prawirohardjo, 2010)
a. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)
Korioamnionitis adalah keadaan pada ibu hamil dimana korion, amnion dan
cairan ketuban terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis merupakan komplikasi
paling serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat menjadi sepsis. Infeksi, yang terjadi
secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi
pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
b. Serviks yang inkompeten
Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curettage). Serviks yang tidak lagi
mengalami kontraksi (inkompetensia), didasarkan pada adanya ketidakmampuan
serviks uteri untuk mempertahankan kehamilan. Inkompetensi serviks sering
menyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester kedua. Kelainan ini dapat
berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti septum uterus dan bikornis.
Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah pada serviks pada
konisasi, produksi eksisi loop elektrosurgical, dilatasi berlebihan serviks pada
terminasi kehamilan atau laserasi obstetrik.
c. Trauma
Trauma juga diyakini berkaitan dengan terjadinya ketuban pecah dini. Trauma
yang didapat misalnya hubungan seksual saat hamil baik dari frekuensi yang 4
kali seminggu, posisi koitus yaitu suami diatas dan penetrasi penis yang sangat
dalam sebesar 37,50% memicu terjadinya ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam,
maupun amnosintesis dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini karena
biasanya disertai infeksi.
d. Ketegangan intra uterin
Perubahan volume cairan amnion diketahui berhubungan erat dengan hasil
akhir kehamilan yang kurang bagus. Ketegangan intra uterin yang meninggi atau
meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion,
gamelli.
e. Kelainan letak
Misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu
atas panggul serta dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
f. Paritas
Faktor paritas, terbagi menjadi primipara dan multipara. Primipara adalah
wanita yang pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan
hidup. Ibu primipara yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan
kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil, gangguan fisiologis seperti emosi
dan termasuk kecemasan akan kehamilan. Selain itu, hal ini berhubungan dengan
aktifitas ibu saat hamil yaitu akhir triwulan kedua dan awal triwulan ketiga
kehamilan yang tidak terlalu dibatasi dan didukung oleh faktor lain seperti
keputihan atau infeksi maternal. Sedangkan multipara adalah wanita yang telah
beberapa kali mengalami kehamilan dan melahirkan anak hidup. Wanita yang
telah melahirkan beberapa kali dan mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan
sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat, diyakini lebih beresiko
akan mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan berikutnya.
g. Usia kehamilan
Persalinan preterm terjadi tanpa diketahui penyebab yang jelas, infeksi
diyakini merupakan salah satu penyebab terjadinya KPD dan persalinan preterm
(Prawirohardjo, 2010). Pada kelahiran <37 minggu sering terjadi pelahiran
preterm, sedangkan bila 47 minggu lebih sering mengalami KPD (Manuaba,
2010).
Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindroma distress pernapasan, yang terjadi pada 10-
40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini,
selain itu juga terjadinya prolapsus tali pusat. Risiko kecacatan dan kematian janin
meningkat pada ketuban pecah dini preterm. Hipoplasia paru merupakan
komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm. Kejadiannya
mencapai 100% apabila ketuban pecah dini preterm terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 23 minggu.
h. Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya
Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami KPD kembali.
Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya
penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu terjadinya
ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien risiko
tinggi. Wanita yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan atau
menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya wanita yang telah
mengalami ketuban pecah dini akan lebih beresiko mengalaminya kembali antara
3-4 kali dari pada wanita yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebelumnya,
karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen
yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya.

c. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini menurut Manuaba (2010) adalah :
a) Terjadinya pembukaan premature serviks
b) Membran terkait dengan pembukaan terjadi devaskularisasi serta nekrosis dan
dapat diikuti pecah spontan
c) Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang
d) Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan
enzim proteolotik dan enzim kolagenase

Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal berikut:

1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersama-sama
dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi
disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.

d. Manifestasi Klinik
Menurut sujiyatini, 2009, hal:14, manifestasi ketuban pecah dini adalah:
1) Keluarnya air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2) Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3) Janin mudah diraba
4) Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5) Saat menginspeksi : Tampak air ketuban mengalir, atau selaput ketuban tidak ada air
dan ketuban sudah kering.
6) Bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

e. Komplikasi
1) Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2) Partus peterm
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 37 minggu ) atau dengan berat janin
kurang dari 2500 gram ( Manuaba, 1998)
3) Prolaps Tali pusat (Tali pusat menumbung)
4) Distasia ( partus Kering)
Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan menyebabkan
dry labour atau persalinan kering
5) Ketuban pecah dini merupakan penyebab pentingnya persalinan premature dan
prematuritas janin.
6) Resiko terjadinya ascending infection akan lebih tinggi jika persalinan dilakukan
setelah 24 jam onset
7) Hipoplasia pulmonal janin sangat mengancam janin, khususnya pada kasus
oligohidramnion
B. PATHWAY

KALA 1 PERSALINAN

His yang berulang Gangguan pada kala 1 persalinan

Gee
Peningkatan
Kanalis Kelainan Serviks Gemeli,
Kontraksi dan Infeksi
servikalis
pembukaan serviks letak Janin Genetalia inkompeten hidramnio
selalu terbuka
uteri akibat kelainan nn
serviks uteri Dilatasi
Mengiritasi nervus Tidak ada Proses Keteganga
( abortus dan berlebih
pudendalis bagian biomekani n uterus
kuretase) serviks
terendah yang k berlebih
Stimulus nyeri menutupi pintu mengeluar
atas panggul kan enzim Selaput
Mudahnya Serviks
yg proteolitik ketuban
pengeluaran tidak bisa
Nyeri Akut menonjol
air ketuban menghalangi Selaput
dan mudah menahan
tekanan ketuban
pecah tekanan
terhadap mudah intrauterus
membrane pecah
bagian bawah

Ketuban Pecah
Dini

Air ketuban terlalu banyak Tidak adanya pelindung


keluar bagian luar pada daerah rahim

Distoksia ( partus kering ) Mudahnya mikroorganisme


masuk secara asendens
Laserasi pada jalan lahir
Resiko Infeksi

Kecemasan ibu terhadap


keselamatan janin dan dirinya

Ansietas
C. TANDA DAN GEJALA
Menurut Manuaba (2010), tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD
adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis
dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,
dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena
terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk/berdiri, kepala janin yang sudah terletak
di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda
infeksi yang terjadi.

D. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pencegahan
1) Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial
2) Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk
mngurangi atau berhenti.
3) Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
4) Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila ada
faktor predisposisi.
b. Panduan Mengantisipasi
1) Jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat prenatal bahwa
mereka harus segera melapor bila ketuban pecah.
2) Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali
pusat
3) Letak kepala selain vertex
4) Herpes aktif
5) Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya
c. Bila Ketuban Telah Pecah
1) Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu
terjadinya pecahnya ketuban
2) Bila robekan ketuban tampak kasar:
Saat pasien berbaring terlentang, tekan fundus untuk melihat adanya
semburan cairan dari vagina.
Basahi kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide
untuk mengkaji ferning dibawah mikroskop.
Sebagian cairan diusapkan kekertas Nitrazene. Bila positif,
pertimbangkan uji diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan
hubungan seksual tidak ada perdarahan dan tidak dilakukan
pemeriksaan pervagina menggunakan jeli K-Y.
3) Bila pecah ketuban dan / atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas,
lakukan pemeriksaan pekulum steril.
Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop, tabel 5-2).
Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan
pada slide untuk mengkaji ferning dubawah mikroskop.
4) Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes Tipe 2,
rujuk ke dokter.
d. Penatalaksanaan Konservatif
1) Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah.
2) Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan
kevagina, kecuali spekulum steril ; jangan melakukan pemeriksaan vagina.
3) Saat menunggu , tetap pantau pasien dengan ketat.
4) Ukur suhu tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkatkan secara
signifikan, dan/atau mencapai 380 C, berikan macam antibiotik dan
pelahiran harus diselesaikankan.
5) Observasi rabas vagina: bau menyengat, purulen atau tampak kekuningan
menunjukan adanya infeksi.
6) Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apa
pun.
e. Penatalaksaan Agresif
1) Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui
penggunaannya) dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter
2) Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons
3) Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada
tanda, mulai pemberian pitocin
4) Berikan cairan per IV, pantau janin
5) Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
6) Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk di
indikasi, kaji nilai bishop (lihat label 5-2) setelah pemeriksaan spekulum.
Bila diputuskan untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan
yang dilakukan, baik manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai
persalinan dimulai atau induksi dimulai
7) Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada
hari berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi
8) Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardia janin yang
merupakan salah satu tanda infeksi
9) Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila:
Suhu tubuh ibu meningkat signifikan
Terjadi takikardia janin
Lokia tampak keruh
Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
Kultur vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus
Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih
f. Penatalaksanaan Persalinan Lebih Dari 24 Jam Setelah ketuban Pecah
1) Pesalinan spontan
Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada
demam
Anjurkan pemantauan janin internal
Beritahu dokter spesialis obstetri dan spesialis anak atau praktisi
perawat neonates
Lakukan kultur sesuai panduan
2) Indikasi persalinan
Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan , banyak
yang memberikan 1-2 g ampisilin per IV atau 1-2 g Mefoxin per IV
ssetiap 6 jam sebagai profilakis . Beberapa panduan lainnya
menyarankan untuk mengukur suhu tubuh ibu dan DJJ untuk
menentuan kapan aantibiotik mungkin diperlukan.(buku obstetric dan
ginekologi,2009,geri morgan)
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang disampaikan
pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang keluar
adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine tes. Langkah pemeriksaan untuk
menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks posterior
dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi
daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan infeksi asenden dan
persalinan prematuritas. (Manuaba, 1998)

Pemeriksaan laboratorium
a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna. Konsentrasi, bau dan pHnya.
b. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine, atau secret
vagina.
c. Secret ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna tetap kuning.
d. Tes lakmus (nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan
adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat
menghasilkan tes yang positif palsu.
e. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan daun pakis.

Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat dilakukan
dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):

1) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri
2) Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidramnion
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KETUBAN PECAH DINI (KPD)
A. PENGKAJIAN
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang dilaksanakan
untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien dan membuat
catatan tentang respon kesehatan klien( Hidayat, 2000 ).
a. Identitas Pasien
Dalam identitas pasien terdapat biodata lengkap pasien, dan tanggal masuk
rumah sakit. Selain itu dilengkapi pula dengan identitas penanggung jawab pasien.

Contoh :

a. Identitas Klien
a) Nama/Nama panggilan : Ny A
b) Tempat tgl lahir : Gianyar, 3 Maret 1991
c) Usia : 26 tahun
d) Jenis kelamin : Perempuan
e) A g a m a : Hindu
f) Pendidikan :-
g) Alamat : Tegallalang, Gianyar
h) Tgl masuk : 24 Januari 2017
b. Identitas Penanggung Jawab
a) N a m a : Tn. S
b) U s i a : 32 tahun
c) Pendidikan : D3
d) Pekerjaan : Pegawai Swasta
e) A g a m a : Hindu
f) Alamat : Tegallalang, Gianyar
g) Hubungan dengan pasien : Suami pasien

b. Keluhan Utama
Berisi mengenai keluhan saat pasien masuk rumah sakit. Biasanya data pasien
berupa keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit /
banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering,
inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita
sampai saat ini atau kambuh berulang ulang. Penyakit kronis atau menular dan
menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau
abortus
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh
keluarga. Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan
kepada klien
Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat
badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.

Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus.
Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan
sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ya atau tidak ?
Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah,
urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya
mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.

d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan atau tidak
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena
adanya proses menerang yang salah.
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan
yang mengalami perdarahan, sklera kuning.

4) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola
mamae dan papila mamae.
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Kekuatan Otot
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya
luka episiotomi.
12) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

(Ibrahim christina, 1993: 50)

e. Pola Fungsional Kesehatan (GORDON)


1. Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat
Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana pola sehat sejahtera yang dirasakan pasien
b. Bagaimana pengetahuan tentang gaya hidup pasien yang berhubungan
dengan sehat
c. Bagaimana pengetahuan pasien tentang praktik kesehatan preventif
d. Bagaimana ketaatan pasien pada ketentuan media dan keperawatan
2. Pola nutrisi metabolic
Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana pola makan biasa dan masukan cairan pasien
b. Bagaimana tipe makanan dan cairan
c. Apakah ada peningkatan / penurunan berat badan
d. Bagaimana nafsu makan, pilihan makanan pasien
e. Melihat apakah pasien menggunakan alat bantu untuk kebutuhan nutrisi
metaboliknya.
3. Pola eliminasi
Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana defekasi, berkemih pasien (jumlah, warna, bau, dan pola)
b. Apakah ada penggunaan alat bantu dalam eliminasi
c. Apakah ada penggunaan obat-obatan
4. Pola aktivitas latihan
Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana pola aktivitas, latihan dan rekreasi pasien
b. Bagaimana kemampuan untuk mengusahakan aktivitas sehari-hari
(merawat diri, bekerja, dan lain-lain)
5. Pola tidur dan istirahat
Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana pola tidur istirahat pasien dalam 24 jam
b. Bagaimana kualitas dan kuantitas tidur pasien
c. Apakah pasien mengalami masalah sebelum tidur atau saat tidur
d. Apakah pasien ada menggunakan obat tidur
6. Pola kognitif perseptual keadekuatan alat sensori
Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana fungsi penglihatan, perasa, pembau pasien
b. Bagaimana kemampuan bahasa, belajar, ingatan dan pembuatan keputusan
pasien
c. Apakah mengalami disorientasi atau tidak
7. Pola persepsi-konsep diri
Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana sikap pasien mengenai dirinya
b. Bagaimana persepsi pasien tentang kemampuannya
c. Bagaimana pola emosional pasien
d. Bagaimana citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri dan peran diri
8. Pola peran dan tanggung jawab
Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana persepsi pasien tantang pola hubungan
b. Bagaimana persepsi pasien tentang peran dan tanggung jawabnya
c. Biasanya pasien akan mengalami gejala kesulitan menentukan kondisi.
(tidak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran).
9. Pola seksual reproduksi
Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Kepuasan dan ketidakpuasan yang dirasakan klien terhadap seksualitasnya
b. Bagaimana tahap dan pola reproduksi
10. Pola koping dan toleransi stress
Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana kemampuan pasien dalam mengendalikan stress
b. Apakah ada sumber pendukung
11. Pola nilai dan keyakinan
Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana nilai, tujuan dan keyakinan pasien
b. Bagaimana spiritual pasien sebelum ataupun setelah sakit
c. Apakah ada kendala untuk melakukan ibadah saat sakit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan menurut NANDA 2015-2017 dapat dibagai menjadi tiga
diagnose yaitu :
a. Diagnosis Keperawatan Berfokus-Masalah
Merupakan sebuah penilaian klinis tentang respon manusia yang tidak
diinginkan terhadap gangguan kesehatan atau yang ada dalam proses kehidupan
individu, keluarga, kelompok, atau komunitas.
b. Diagnosis Keperawatan Risiko
Merupakan sebuah penilaian klinis mengenai kerentanan individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat untuk mengembangkan respons manusia yang tidak
diinginkan terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan.
c. Diagnosis Keperawatan Promosi Kesehatan
Merupakan suatu penilaian klinis tentang motivasi dan keinginan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan mengaktualisasikan potensi kesehatan manusia.
Respons ini diungkapkan dengan kesiapan untuk meningkatkan perilaku kesehatan
tertentu, dan dapat digunakan dalam kondisi sehat. Respons promosi kesehatan
mungkin ada dalam individu, keluarga, kelompok, atau komunitas.

Dalam merumuskan diagnosa keperawatan dibutuhkan analisis data baik data


objektif maupun data subjektif, untuk mengetahui bagaimana keadaan pasien sehingga
perawat dapat menentukan masalah pasien lalu merumuskan diagnosanya. Berikut
merupakan diagnose yang mungkin muncul adalah :

1. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.


2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim.
3. Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus berpotensi
lahir premature.

(NANDA, 2012)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan didefinisikan sebagai berbagai perawatan berdasarkan
penialaian klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh seorang perawat untuk
meningkatkan hasil atau keadaan pasien. Nursing Interventions Classification (NIC)
adalah sebuah taksonomi tindakan komprehensif berbasis bukti yang perawat lakukan di
berbagai tatanan perawatan. Dengan menggunakan pengetahuan keperawatan, perawat
melakukan dua intervensi yaitu mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner.
Berikut adalah contoh perencanaan/intervensi keperawatan berdasarkan contoh diagnose
yang telah dirumuskan sebelumnya :

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI (NIC) RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
(NOC)
1
2
3

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan

E. EVALUASI

1. Evaluasi Formatif
Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien, terhadap respon
langsung pada intervensi keperawatan
2. Evaluasi Sumatif
Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi dan analisis mengenai status kesehatan
klien terhadap waktu
BAB III
SIMPULAN
3.1 Simpulan
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks(Saifudin, 2000).
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu
dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai
kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dan gejala
korioamninitis.
Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis, diindikasikan untuk segera
berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi persalinan
dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung
pada usia gestasi, presentasi dan berat korioamnionitis.

3.2 Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan
keluarganya. Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang
menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan
korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode
tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita
dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang
penting untuk kelanjutan kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G. (2009).Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G.(1998).Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Saifuddin, A.B.(2006).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonata l.Jakarta: YBP-SP
Saifudin, A.B. SPOG, MPHD (2003).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Material & Neonatal.Jakarta : EGC.
NANDA.(2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-
2014.Jakarta:EGC
Mitayani ,2009, Asuhan Keperawatan Maternitas,Jakarta : Salemba Medika

DES TAMBAHAN dapus yg NANDA NIC SAMA


NOC, mintol cari dibukunya

Sumber Internet : Diakses pada tanggal 8 Oktober 2017


www.obgyn-rscmfkui.com
https://www.academia.edu/8338611/Askep_Pada_Pasien_dengan_Ketuban_Pecah_Di
ni
https://plus.google.com/101293658416094395228/posts/Tp1phTzADjK

Anda mungkin juga menyukai