LATEKS
Pada dasarnya produksi lateks dari hasil penyadapan ditentukan oleh proses
biosintesis lateks dan lamanya aliran lateks. Oleh karena itu, mekanisme gas etilen
yang diaplikasikan pada jaringan tanaman karet adalah untuk dapat merangsang
peningkatan proses biosintesis lateks dan menunda penyumbatan pembuluh lateks
serta memperpanjang masa aliran lateks menjadi lebih lama, sehingga produksi
lateks menjadi meningkat. Dengan demikian, teknologi penggunaan stimulan gas
dapat menjadi alternatif untuk mengoptimalkan potensi produksi lateks tanaman
karet.
Adapun mekanisme stimulan gas etilen dalam peningkatan produksi lateks adalah
sebagai berikut :
Pada tahap awal, etilen memicu aktivasi enzim H+ ATPase yang berperan sebagai
pompa proton untuk mendorong masuknya ion H+ dari sitosol ke dalam lutoid.
Pemindahan H+ tersebut menyebabkan terjadinya perubahan pH di sitosol dan
lutoid. Konsentrasi ion H+ di dalam sitosol menurun sehingga lebih bersifat basa,
sedangkan lutoid menjadi lebih asam. Perubahan suasana pH di sitosol tersebut
memicu peningkatan aktivitas enzim dan ketersediaan senyawa-senyawa penting,
seperti sukrosa, sehingga proses biosintesis karet dalam sel pembuluh lateks
meningkat dan berlangsung lebih cepat.
Selain meningkatkan biosintesis karet, aktivitas sitosol akan meningkatkan suplai air
di sekitar bidang sadap melalui ekspresi gen yakni gen aquaporin yang dapat
mempertahankan stabilitas lutoid (merupakan fraksi dasar lateks dan banyak
mengandung kation) sehingga lateks tidak mudah menggumpal. Peran stabilisasi
lutoid sangat penting karena jika lutoid pecah, maka kation-kation akan bereaksi
dengan partikel karet yang bermuatan negatif sehingga terjadi koagulasi yang dapat
menyebabkan lateks berhenti menetes.
Disamping itu etilen yang diaplikasikan ke jaringan tanaman mempengaruhi sel-sel
pembuluh lateks menjadi sink, dalam bentuk air, gula maupun nutrisi sehingga
senyawa-senyawa tersebut dialirkan ke dalam pembuluh lateks. Akibatnya elastisitas
dinding sel pembuluh lateks meningkat dengan diikuti peningkatan tekanan turgor,
serta terjadinya perluasan latex drainage area atau daerah aliran latek. Hal tersebut
menyebabkan gerakan molekul-molekul penyusun lateks terutama air dapat dengan
mudah melewati dinding sel pembuluh lateks. Faktor ketersediaan air di dalam
jaringan tanaman dan stabilitas lateks yang tinggi berpengaruh positif terhadap lama
aliran lateks sehingga terjadi peningkatan volume lateks yang mengalir ketika
tanaman disadap.
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, Atmaningsih. & Siregar, T.H.S. (2014). Penggunaan stimulant gas etilen pada
tanaman karet (Hevea brasiliensis). Warta Perkaretan, 33(2), 79-88.
Njukeng, J.N., Muenyi, P.M., Ngane, B.K. & Ehabe, E.E (2011). Ethephon stimulation
and yield response of some Hevea clones in the humid forests of South West
Cameroon. International Journal of Agronomy, 2(11), 1-6.
Rouf, A., Nugrahani, M.O., Pamungkas, A.S., Setiono. & Hadi, H. (2015). Strategi
peningklatan produksi lateks secara kontinyu dengan teknologi stimulant gas
etilen Rigg-9. Warta Perkaretan, 34(1), 31-42.
Sainoi, T. & Sdoodee, S. (2012). The impact of ethylene gas application on young-
tapping rubber trees. Journal of Agricultural Technology, 8(4), 1497-1507.
Tistama, R. (2013). Peran seluler etilen eksogenus terhadap peningkatan produksi lateks
pada tanaman karet (Hevea brasiliensis). Warta Perkaretan, 32(1), 25-37.