Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu dan merupakan periode transisi dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial serta berlangsung pada dekade kedua dari masa
kehidupan. Seorang anak dapat dikatakan remaja bila dilihat dari umur
kronologisnya. Tetapi masih banyak pendapat mengenai hal ini, terkait patokan
umur seorang anak yang sudah memasuki usia remaja.
Dalam fase remaja juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua istilah yang senantiasa
berjalan beriringan. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang
menyangkut ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan
secara fisiologis sebagai hasil dari proses kematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu
tertentu. Berbeda halnya dengan perkembangan yang merupakan suatu
perubahan yang lebih bersifat kualitatif. Perkembangan disebabkan karena
kematangan dan belajar/latihan. Perkembangan ini berlangsung terus menerus
sejak masa konsepsi hingga mencapai kematangan (masa tua).
Pada masa remaja terjadi suatu percepatan pertumbuhan (growth spurt).
Pertumbuhan fisik masa remaja berbeda dengan pertumbuhan pada masa
sebelumnya. Pada masa remaja, terjadi pacu tumbuh yang pesat dan
pertumbuhan organ-organ seksual. Pertumbuhan remaja laki-laki berbeda
dengan remaja perempuan. Anak perempuan mengalami pacu tumbuh lebih
awal daripada laki-laki. Untuk tercapainya tumbuh kembang remaja yang
optimal tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi
seorang remaja merupakan hasil interaksi faktor genetik dan lingkungan sosial.
Proses dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap
remaja (Hurlock, 2007).
Pertumbuhan yang optimal di masa remaja tentunya berdampak di
kehidupan dewasa. Begitu juga dengan perkembangan yang sempurna di masa
remaja membawa peranan sosial sesuai dengan gender sehingga dapat
mempertimbangkan dan mengambil keputusan sendiri, melepaskan diri dari
ikatan emosional dengan orang tua, memulai hidup berkelurga, memulai hidup
dalam ketatasusilaan dan keagamaan.
Oleh karena hal tersebut maka perlu diketahui faktor-faktor yang terkait
dengan pertumbuhan dan perkembangan remaja.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui dasar-dasar teori pertumbuhan dan perkembangan
remaja.
2. Untuk mengetahui faktor determinan yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan remaja.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka Tumbuh Kembang Remaja


A.1. Pengertian Remaja
Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata
Belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa (Hurlock, 2011). Istilah adolescence, seperti yang
dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental,
emosional, spasial dan fisik.
Masa remaja, yang berlangsung saat individu menjadi matang secara
seksual sampai usia delapan belas tahunusia kematangan yang resmi,
dibagi kedalam awal masa remaja yang berlangsung sampai usia tujuh belas
tahun, dan akhir masa remaja yang berlangsung sampai usia kematangan yang
resmi. Ini merupakan masa yang penting dalam rentang waktu kehidupan, suatu
periode peralihan, suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu
mencari identitas, usia yang menakutkan, masa yang tidak realistik dan ambang
menuju dewasa (Hurlock, 2011).

Piaget (dalam Hurlock, 2011), mengatakam bahwa secara psikologis masa


remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa,
usia dimana anak tidak merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua,
melainkan berasa di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam
masalah hak. Hurlock (2011), menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimulai saat anak secara
seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.
Remaja juga didefinisikan sebagai suatu periode perkembangan dari
transisi masa anak-anak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan oleh
perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 1988). Sedangkan
menurut Monks (1999), remaja adalah individu yang berusia antara 12-21 tahun
yang sudah mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, dengan
pembagian 12 -15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa
remaja penengahan, dan 18 21 tahun adalah masa remaja akhir.
Masa remaja ditandai dengan kebutuhan fisik dan psikologis, termasuk di
dalamnya menyelesaikan tugas perkembangan masa remaja yaitu pencarian
identitas diri. Masa remaja juga dilihat sebagai periode dihadapkan pada
berbagai hal dan tantangan, di antaranya adalah tuntutan dalam menyelesaikan
tugas akademik, tuntutan dalam hubungan pertemanan, dan dalam berelasi
dengan orangtua di usia mereka yang sudah bukan anak-anak lagi (Papalia dan
Feldman, 2012).
Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap
transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut
WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2010,
batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.

A.2. Ciri-ciri Masa Remaja


Masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan
periode kehidupan lain. Menurut Hurlock (2011), ciri-ciri tersebut antara lain
adalah:
1. Masa remaja merupakan periode yang paling penting. Hal ini Karena
pada masa remaja banyak terjadi perkembangan fisik dan mental secara
cepat dan akan berpengaruh untuk jangka panjang.
2. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak
menuju dewasa. Hal ini mempengaruhi statusnya dalam lingkungan,
menjadi tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus
dilakukannya. Remaja dianggap sudah bukan lagi seorang anak, namun
juga bukan orang dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak,
ia akan diajari bertindak sesuai dengan umurnya. Tetapi, jika remaja
berusaha untuk berperilaku seperti orang dewasa, seringkali dimarahi
karena mencoba bertindak seperti orang dewasa.
3. Masa remaja merupakan periode perubahan. Tingkat perubahan dalam
sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan
fisiknya. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi
dengan pesat, perubahan perilkau dan sikap juga berlangsung pesat.
Begitu juga sebaliknya. Secara universal, ada empat perubahan yang
terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, perubahan tubuh, perubahan
minat dan pola perilaku serta embivalen terhadap setiap perubahan.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah, seringkali sulit diatasi remaja. Hal
ini karena ketika anak-anak, permasalahan yang muncul sebagian
diselesaikan oleh orang lain, baik orang tua, guru, atau yang lain,
sehingga tidak memiliki pengalaman dalam menyelesaikan
permasalahan itu sendirian. Selain itu, remaja juga merasa mandiri,
sehingga merasa tidak perlu bahkan menolak bantuan orang tua atau
guru.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Remaja mulai
mengevaluasi diri dan perilakunya yang pada akhirnya menuntunnya
menemukan jawaban dari pertanyaan tentang dirinya sendiri.

A.3. Pembagian Masa Remaja


Masa remaja berlangsung melalui 3 tahapan yang masing-masing ditandai
dengan isu-isu biologik, psikologik, dan sosial, yaitu:
1. Masa Remaja Awal (10-13 Tahun)
Pada masa ini ditandai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan
dan pematangan fisik. Jadi tidaklah mengherankan apabila sebagian
besar dari energi intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini
ditargetkan pada penilaian kembali dan restrukturisasi dari jati dirinya.
Pada saat yang sama, penerimaan dari kelompok sebaya sangatlah
penting.
2. Masa Remaja Menengah (14-16 Tahun)
Masa remaja ini ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan
pubertas, timbulnya keterampilan-keterampilan berpikir yang baru,
peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa dan
keinginan untuk memapankan jarak emosional dan psikologis dengan
orang tua.
3. Masa Remaja Akhir (17-20 Tahun)
Pada masa remaja akhir ini ditandai dengan persiapan untuk peran
sebagai seorang dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan
internalisasi dan internalisasi suatu sistem nilai pribadi.

A.4. Tahap Pertumbuhan Remaja

Pertumbuhan pada remaja mencakup perubahan biologis yaitu kematangan


seksual, pertambahan tinggi badan dan berat badan, akumulasi otot skeletal, dan
perubahan komposisi tubuh.Pada masa remaja terjadi pertumbuhan memanjang
dan melebar pada tulang dan pertumbuhan terus berlangsung sampai epifisis
menutup atau pertumbuhan tinggi berhenti.
Pada anak laki-laki, pacu tumbuh tinggi badan dimulai sekitar setahun
setelah pembesaran testis dan pacu tumbuh ini mencapai puncak ketika
pertumbuhan penis mencapai maksimum dan rambut pubis pada stadium 3-4.
Pacu tumbuh berlangsung sejak umur 10,5-16 tahun sampai 13,5-17,5 tahun.
Pada anak perempuan, tanda pubertas pertama adalah pertumbuhan
payudara stadium 2 (atau disebut breast bud) berupa penonjolan putting disertai
pembesaran daerah areola yang terjadi pada umur sekitar 8-13 tahun. Haid
pertama (menarche) terjadi pada stadium lanjut pubertas dan sangat bervariasi
antar individu. Rata-rata menarche terjadi pada umur 10-16,5 tahun. Hubungan
antara menarche dan pacu tumbuh tinggi badan sangat erat. Haid pertama ini
pada setiap anak perempuan terjadi ketika kecepatan pertumbuhan tinggi badan
mulai menurun. Kecemasan sering terjadi pada remaja perempuan, bila mereka
belum menarche padahal pacu tinggi badannya telah tercapai. Pacu tumbuh
tinggi badan pada anak perempuan terjadi mulai sejak umur 9,5 tahun sampai
14,5 tahun. Sementara itu, kecemasan sering terjadi pada para remaja laki-laki
bila pacu tumbuh tinggi badannya belum tiba, padahal teman sebaya yang
perempuan sudah mencapainya.
Gambar 1. Diagram Urutan Perkembangan Pubertas pada Anak Laki-Laki dan
Perempuan

Sumber: Root AW. Endocrinology of Puberty. J.Pediatr 1973;83:1-19

Gambar 2. Urutan Perubahan Selama Pubertas pada Anak Perempuan

Sumber: Diadaptasi dari Tanner JM. Growth at adolescence Oxford: Blackwell


Scientific Publications; 1962.
Gambar 3. Urutan Perubahan Selama Pubertas pada Anak Laki-Laki

Sumber: Diadaptasi dari Tanner JM. Growth at adolescence Oxford: Blackwell


Scientific Publications; 1962.

Perubahan sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan berakhirnya,


kecepatan dan sifatnya sangat tergantung dari masing-masing individu. Karena
itu, umur yang normal saat tercapainya suatu perubahan dalam pertumbuhan
dan perkembangan tidak dapat ditentukan dengan pasti melainkan hanya dapat
dikatakan pada umur rata-rata anak. Tetapi walaupun terdapat variasi dalam
umur saat timbulnya perubahan-perubahan selama pubertas, tetapi setiap remaja
mengikuti urutan-urutan yang sama dalam pertumbuhan dan perkembangannya
seperti pada Gambar 1.
Timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manifestasi somatik dan
aktivitas gonad yang dipakai Tanner untuk menentukan Sex Maturity Rating
(SMR) atau Stadium Maturitas Seks (SMS) dan dikenal sebagai Stadium
Tanner: 1 sampai dengan 5. Penilaian SMR ini mencakup pemeriksaan
perkembangan payudara dan rambut pubis pada anak perempuan, dan testis,
penis serta rambut pubis pada anak laki-laki. SMR 1 dan 2 merupakan masa
remaja awal, SMR 3 dan 4 merupakan masa remaja menengah, dan SMR 5
merupakan masa remaja lanjut dan masa maturitas seksual penuh.
Tabel 1. Klasifikasi Stadium Maturitas Seks (Sex Maturity Rating) untuk
Perempuan (Menurut Tanner, 1962)
Stadium Rambut Pubis Payudara
1 Pra-pubertas; Pra-pubertas;
2 Jarang, pigmen sedikit, lurus Payudara dan papila menonjol,
di sekitar labia diameter areola bertambah
3 Lebih hitam, mulai ikal, Payudara dan areola membesar,
jumlah bertambah batas tidak jelas
4 Keriting, kasar, lebat, lebih Areola dan papila membentuk
sedikit daripada dewasa bukit kedua
5 Bentuk segitiga, menyebar Bentuk dewasa, papila menonjol,
ke bagian medial paha areola merupakan bagian dari
bentuk payudara

Gambar 4. Tingkat Kematangan Seksual; Pertumbuhan Payudara dan Rambut


Pubis pada Remaja Perempuan
Tabel 2. Klasifikasi Stadium Maturitas Seks (Sex Maturity Rating) untuk
Laki-Laki (Menurut Tanner, 1962)
Stadium Rambut Pubis Penis Testis
1 Belum ada Pra-pubertas Pra-pubertas
2 Jarang, panjang, sedikit Membesar Skrotum membesar,
berpigmen sedikit berwarna merah
muda
3 Lebih gelap, mulai Lebih panjang Lebih besar
keriting, jumlah sedikit
menyebar ke mons
pubis
4 Tipe dan distribusi Lebih besar, Lebih besar, skrotum
seperti seperti dewasa, glans penis hitam
kasar, keriting, jumlah membesar
lebih sedikit
5 Tipe dewasa, menyebar Bentuk dewasa Bentuk dewasa
ke bagian medial paha

Gambar 5. Tingkat Kematangan Seksual; Pertumbuhan Rambut Pubis, Penis,


dan Testi pada Remaja Laki-Laki
Pertumbuhan organ-organ dalam tubuh sesuai dengan pertumbuhan bentuk
tubuh seseorang. Pada orang yang pendek, akan mempunyai organ tubuh yang
lebih pendek daripada orang yang tinggi dan pada perempuan mempunyai organ
tubuh yang lebih kecil dari laki-laki. Pertumbuhan beberapa organ seperti hati,
pankreas, adrenal, ovarium dan testis masih tumbuh untuk beberapa lama
setelah pertumbuhan tulang berhenti. Pertumbuhan organ akan berhenti bila
telah mencapai besar sesuai dengan tubuh yang dilayani. Tampaknya sekali
mencapai bentuk yang secara fungsional adekuat untuk keperluannya, maka
rangsangan untuk tumbuh berhenti. Tetapi bagaimana mekanismenya masih
belum diketahui, seolah-olah semua sudah diatur untuk memenuhi apa yang
disebut the harmony of growth.

Tabel 3. Hubungan Antara Pertumbuhan dengan Stadium Pubertas pada


Remaja Perempuan
Stadium Payudara Rambut Pubis Kecepatan Umur
Tumbuh Tulang
(Tahun)
1 Pra-pubertas Pra-pubertas Pra-pubertas < 11
(5 cm/tahun)
2 Teraba penonjolan, Jarang, pigmen Awal pacu 11-11,5
areola melebar sedikit, lurus, pertumbuhan
sekitar labia
3 Payudara & areola Lebih hitam, Pacu tumbuh 12
membesar, batas tidak mulai ikal, jumlah
jelas bertambah
4 Areola dan papilla Keriting, kasar, Pertumbuhan 13
membentuk bukit seperti dewasa, melambat
kedua belum ke paha
atas
5 Bentuk dewasa areola Bentuk segitiga Pertumbuhan 14-15
tidak menonjol seperti dewasa, ke minimal
paha atas
Sumber: Warne, GL. Growth disorders in infancy and childhood, J. Pediatrics,
Obstetrics and Gynecology, 14:6, 1988.

Tabel 3. Hubungan Antara Pertumbuhan dengan Stadium Pubertas pada


Remaja Perempuan
Stadium Rambut Pubis Volume Kecepatan Umur
Testis Tumbuh Tulang
(ml) (Tahun)
1 Belum ada <2 Pra-pubertas < 11
(5 cm/tahun)
2 Pigmen sedikit <4 Nilai pra- 12
pubertas
3 Berpigmen, menyebar 4-10 Pra-pubertas 13
ke mons pubis
4 Tipe dan distribusi 10-12 Fase petumbuhan 14
dewasa belum ke paha maksimal
5 Tipe dewasa, ke paha 12-25 Pertumbuhan 15-16
melambat
6 Tipe dewasa, ke perut 12-25 Pertumbuhan >17 = 99%
minimal maturitas
Sumber: Warne, GL. Growth disorders in infancy and childhood, J. Pediatrics,
Obstetrics and Gynecology, 14:6, 1988.

Anak-anak remaja tumbuh pada kecepatan yang bervariasi. Tetapi remaja


yang tumbuh lebih cepat dan remaja yang tumbuh lebih lambat pada akhirnya
akan sampai pada ukuran rata-rata dewasa. Dikatakan bahwa remaja yang
tumbuh dengan kecepatan yang lebih cepat nantinya bisa lebih tinggi daripada
remaja yang tumbuh dengan kecepatan yang lebih lambat.
Soetjiningsih (1998) di Bali meneliti bahwa pada umur 12 tahun anak
perempuan mempunyai berat dan tinggi badan yang lebih besar daripada anak
laki-laki, tetapi sebaliknya pada umur 13, 14, dan 15 tahun anak laki-laki
mempunyai tinggi dan berat badan lebih tinggi daripada anak perempuan. Berat
badan anak laki-laki berbeda secara bermakna dengan berat badan anak
perempuan, tetapi tinggi badan tidak.
Tumbuh besar (growing up) adalah ciri khas yang mencolok dari pubertas.
Sebelum pubertas, pertumbuhan linear (hight velocity atau kecepatan tinggi
badan) berkurang, di mana kemudian selama pubertas kecepatan tumbuh tinggi
ini bertambah cepat secara mendadak yang disebut height spurt. Ketika
pertumbuhan linear berlangsung dengan kecepatan maksimal, remaja dikatakan
sedang mengalami Peak Height Velocity (PHV) atau kecepatan pertumbuhan
tinggi maksimal atau disebut juga puncak kecepatan tumbuh tinggi badan.
Selama masa remaja, ukuran tinggi badan harus diukur secara serial dan
dicatat pada kurva kecepatan tumbuh tinggi badan (Height Velocity Chart) agar
percepatan pertumbuhan yang menandakan terjadinya percepatan tumbuh masa
pubertas (Pubertal Growth Spurt) dapat diketahui. Interpretasinya harus
dihubungkan dengan SMS/SMR anak agar dapat mengatakan apakah kurva
kecepatan pertumbuhan tinggi badan tersebut konsisten dengan tingkat
perkembangannya.
Pada anak perempuan, sebelum terjadi growth spurt maka mereka tumbuh
dengan kecepatan kira-kira 5,5 cm/tahun (4-7,5 cm/tahun). Sekitar 2 tahun
setelah growth spurt dimulai, anak perempuan mencapai PHV sedikit lebih
besar dari 8 cm/tahun (6-10,5 cm/tahun). Percepatan pertumbuhan maksimal ini
dicapai sekitar 6-12 bulan sebelum menarche dan berlangsung hanya beberapa
bulan. Selanjutnya pertumbuhan linear melambat untuk 2 tahun berikutnya.
Pada anak laki-laki, sebelum terjadi growth spurt maka mereka tumbuh
dengan kecepatan kira-kira 5 cm/tahun (3,5-6,5 cm/tahun). Seterusnya mereka
tumbuh dengan kecepatan ini selama 2 tahun di mana pada saat itu, anak
perempuan mengalami growth spurt-nya. Kemudian ketika pertumbuhan anak
perempuan seusianya mulai melambat, anak laki-laki mulai tumbuh cepat
mencapai PHV lebih dari 9 cm/tahun (7-12 cm/tahun).
Berbeda halnya dengan pertumbuhan jantung, di mana percepatan
pertumbuhannya sama pada anak laki-laki dan perempuan. Diameter
transversal dari jantung bertambah sejalan dengan pertumbuhan tubuh secara
keseluruhan. Puncak kecepatan pertumbuhan jantung terjadi bersamaan dengan
PHV. Perubahan dalam tekanan darah, nadi dan EKG semua tampak pada
pematangan seksual. Jantung dan paru-paru menjadi besar bukan saja secara
absolut tetapi dalam hubungan dengan seluruh ukuran tubuh. Paru-paru
bertambah besar dan panjang selama masa pubertas. Puncak kecepatan
pertumbuhan diameter paru terjadi bersamaan dengan PHV tetapi penambahan
panjangnya baru terjadi 6 bulan kemudian. Pertumbuhan paru-paru ini sama
pada anak laki-laki maupun perempuan. Alat-alat visera abdominal termasuk
hati dan ginjal mengalami percepatan pertumbuhan sejalan dengan
pertumbuhan somatic pada umumnya, tetapi jaringan limfe seperti yang
terdapat di dalam limpa mengalami regresi selama masa pubertas.
Semua otot tumbuh selama masa pubertas, tetapi otot skeletal mendapat
perhatian yang lebih besar karena peranannya membentuk penampilan fisik
luar, terutama pada anak laki-laki. Pada mulanya otot tumbuh menjadi besar
dengan bertambahnya volume setiap serat, kemudian baru terjadi penambahan
kekuatan karena pengaruh androgen.
Selama masa pubertas terjadi perubahan jumlah jaringan lemak tubuh baik
pada anak laki-laki maupun anak perempuan. Jaringan lemak subkutan di
daerah anggota gerak (yang diukur sebagai tebal lemak subkutan di
triceps,biceps dan paha) terus bertambah tetapi dengan kecepatan yang lebih
lambat pada tahun sebelum terjadi PHV. Penumpukan jaringan lemak subkutan
batang tubuh (yang diukur sebagai tebal lemak subkutan di daerah subscapular,
suprailiac atau abdomen) relatif konstan pada masa ini. Jadi walaupun
kecepatan penumpukan lemak berkurang, jumlah absolut lemak tubuh
bertambah selama masa pubertas awal baik pada anak laki-laki maupun pada
anak perempuan.
Anak laki-laki sebenarnya kehilangan lemak, terutama pada anggota gerak,
selama masa percepatan tingginya (height spurt) yaitu pada SMS/SMR 3-4 dan
lemak pada anggota gerak ini lambat atau sedikit sekali tertimbun kembali
mencapai kadar pada masa pra-pubertasnya. Tetapi lemak pada batang tubuh
sedikit sekali berkurang dan relatif lebih cepat tertimbun kembali mencapai
kadar pada masa pra-pubertas.
Kebalikan dari anak laki-laki, pada anak perempuan terjadi penambahan
yang kontinyu dari lemak selama masa pubertas kecuali terjadi perlambatan
penimbunan lemak sebentar sebelum percepatan tinggi badannya. Setelah masa
ini, anak perempuan menimbun lemak lebih cepat dan ekstensif (sel lemak lebih
besar dan lebih banyak) daripada anak laki-laki. Anak perempuan menimbun
lemak baik pada anggota gerak maupun tubuhnya, terutama tubuh bagian bawah
dan paha bagian belakang, berlawanan dengan laki-laki.
Untuk hal kecepatan tumbuh berat badan (weight spurt), pada anak
perempuan yang memasuki usia pubertas telah mencapai kira-kira 60% berat
dewasa. Dalam masa 3-6 bulan dari height spurt-nya, anak perempuan terus
bertambah beratnya mencapai kadar pubertas, kira-kira 2 kg/tahun, tetapi
kemudian menjadi lebih cepat memasuki weight spurt-nya dengan kecepatan
pada puncak pertumbuhan sebesar 8 kg/tahun. Percepatan tumbuh otot (muscle
spurt) tertinggal 3-6 bulan dari weight spurt.
Weight spurt pada anak laki-laki terjadi bersamaan dengan height spurt dan
muscle spurt-nya. Kalau anak perempuan mengalami puncak percepatan tinggi
badan diikuti puncak percepatan berat badan dan diikuti puncak percepatan otot
berturut-turut, maka anak laki-laki mengalaminya serentak. Kecepatan
pencatatan kurva kecepatan tumbuh berat badan harus juga dilakukan. Akan
terlihat bahwa percepatan dalam pertumbuhan berat badan akan mencapai
puncaknya 3-6 bulan setelah tinggi badan.
Pada masa remaja ini juga terjadi perubahan pada gigi geligi yaitu gigi
caninus dan molar I dari gigi susu akan lepas pada masa ini. Caninus tetap,
premolar I dan II, dan molar II mulai tumbuh di masa remaja akhir.

A.5. Ciri-Ciri Seks Primer Pada Remaja


A.5.1. Pada Anak Laki-Laki
Tanda klinis yang pertama dari pubertas pada laki-laki yaitu pembesaran
testis yang merupakan akibat pembesaran dari tubulus seminiferous dan
bertambahnya jumlah dari sel-sel Leydig dan Sertoli. Volume testis dapat
diukur dengan menggunakan orchidometer yang dikembangkan oleh Prader
yang terdiri dari serangkaian biji-biji dengan ukuran tertentu dari 1 sampai
dengan 25 (angka-angka tersebut menyatakan volume testis dalam ml), yang
merupakan baku referensi untuk pemeriksaan secara perabaan dan visual.
Pembesaran dari epididymis, vesikula seminalis dan prostat mulai pada masa
remaja awal. Produksi testosterone di mulai dan mengakibatkan perubahan
sekunder yang akan diterangkan dibawah ini.
Suatu efek fungsional yang penting dari perubahan-perubahan ini adalah
kemampuan berejakulasi yang terjadi kira-kira 1 tahun setelah pertumbuhan
testis dimulai dan bersamaan dengan munculnya rambut pubis (SMR 2).
Spermarche. Sperma yang matang bisa muncul di dalam cairan ejakulasi
sebelum puncak dari kurva percepatan tumbuh (PHV), tetapi bisa juga pada
stadium mana saja dari perkembangan pubertas dari SMR 2 sampai SMR 5.
Kesuburan belum lengkap pada anak laki-laki sebelum stadium 5 dari
perkembangan pubertas, tetapi tampaknya kemampuan menghamili bisa terjadi
lebih cepat. Oleh karena itu, bimbingan untuk mencegah kehamilan harus sudah
dimulai pada masa remaja awal dan menengah.

A.5.5. Pada Anak Perempuan


Ovulasi. Ciri-ciri seks primer pada anak perempuan adalah berkembangnya
dan pelepasan dari sel telur dari folikel ovarium kira-kira setiap 28 hari.
Ovarium mengandung komplemen ova yang penuh pada saat lahir. Dengan
dimulainya stimulasi gonadotropin kelenjar pituitaria (FSH) pada masa pubertas
(SMR 2), ova ini mulai matang dan memproduksi estrogen. Besarnya uterus
pada masa ini terbagi sama rata antara korpus dan serviks, seperti pada masa
anak. Sekresi estrogen mengakibatkan penebalan dan diferensiasi dari
endometrium, peningkatan jumlah sel dari actinomysin, creatine phosphokinase
dan ATP dari myometrium mungkin sebagai persiapan untuk menstruasi dan
kelahiran. Rasio ukuran korpus uteri dan serviks meningkat.
Menarche. Sejak berabad-abad yang lalu, umur menarche tidak begitu
berbeda dengan sekarang yaitu antara 11-15 tahun (rata-rata 13 tahun). Saatnya
menarche berhubungan erat dengan peristiwa pubertas lainnya. Beberapa ahli
mengatakan bahwa anak perempuan dengan jaringan lemak yang lebih banyak,
lebih cepat mengalami menarche daripada anak yang kurus. Kehilangan berat
badan sebesar 10% dapat menyebabkan terlambatnya menstruasi dan
berkurangnya sekresi Gn-RH, LH, dan FSH. Latihan atletik yang berat dapat
memperlambat menarche dan/atau mengganggu fungsi menstruasi. Faktor lain
seperti penyakit kronis terutama yang mempengaruhi masukan makanan dan
oksigenasi jaringan dapat memperlambat menarche.

A.6. Ciri-Ciri Seks Sekunder

A.6.1. Pada Anak Laki-Laki


Urutan tumbuhnya rambut seksual pada anak laki-laki yaitu rambut pubis;
rambut aksila (kira-kira 1,3 tahun kemudian); rambut muka (kira-kira 1 tahun
kemudian) pada bibir atas menyebar ke tengah, pipi atas, di bawah bibir, dagu;
rambut dada.
Pada masa pra-pubertas, sebuah testis biasanya mempunyai volume kurang
dari 4 ml dan diameter terbesarnya tidak lebih dari 2,5 cm. Dengan terjadinya
proliferasi dari tubulus seminiferous pada stadium SMR 3 sebuah testis dapat
mempunyai volume 8-10 ml. Usia rata-rata mencapai SMR 2 adalah 11 tahun
untuk genitalia dan 13 tahun untuk rambut pubis.

A.6.2. Pada Anak Perempuan


Perkembangan payudara merupakan salah satu manifestasi dini dari masa
pubertas. Jaringan kelenjar di bawah areola mulai membesar sebagai respons
terhadap estrogen yang diproduksi oleh ovarium, menandakan permulaan dari
stadium SMR 2 (kuncup payudara). Interval antara stadium SMR 2 ke SMR 3
dari perkembangan payudara kira-kira 1 tahun.
Rambut aksila tumbuh kira-kira 1 tahun setelah rambut pubis. Bersamaan
dengan tumbuhnya rambut pubis, kelenjar apokrin vulva dan aksila mulai
berfungsi. Sebelum pubertas, serviks uteri dua kali lebih besar daripada uterus
sendiri. Pada masa pubertas awal, korpus uteri membesar lebih cepat daripada
serviks sehingga selama pubertas berlangsung serviks dan uterus menjadi sama
besar. Ovarium dan struktur genitalia interna lainnya juga bertambah besar.
Dengan berkembangnya sel-sel yang memproduksi mucus yang melapisi uterus
dapat terjadi leukore fisiologis yang dianggap normal sebagai persiapan
uterus untuk menstruasi.
Pengaruh estrogen pada genitalia eksterna adalah sebagai berikut:
penebalan dan perlunakan dari mukosa vagina, pigmentasi bertambah,
vaskularisasi dan erotisasi dari labia mayor, dan sedikit pembesaran dari
klitoris. Hymen menebal dan diameter orifisiumnya bertambah mencapai
maksimum 15 mm. pengaruh estrogen yang lain adalah bertambahnya deposit
glikogen dalam sel mukosa vagina yang menguntungkan untuk pertumbuhan
bakteri Dordelein yang membentuk asam laktat sehingga pH vagina berubah
menjadi asam. Kelenjar Bartholini mulai bersekresi menghasilkan sekresi
vagina yang mukoid seperti susu, tidak berbau.
Ciri seks sekunder lainnya yang muncul baik pada anak laki-laki maupun
anak perempuan termasuk jerawat dan sekresi kelenjar apokrin (yang dikenal
dengan body odor atau bau badan). Pada anak laki-laki, dapat terjadi pelebaran
dari areola dengan disertai pembesaran jaringan payudara (ginekomastia) yang
transien.

A. 7. Penilaian Pertumbuhan Remaja

Untuk menilai pertumbuhan remaja dilakukan dengan pengukuran


antropometri. Antropometri sudah digunakan pada remaja dalam konteks yang
berhubungan dengan status gizi dan kesehatan. Pengukuran menggunakan
indeks massa tubuh (IMT) dapat memperlihatkan kekurusan dan kegemukan.
Pengukuran IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja, dan dewasa. Pada
anak-anak dan remaja, pengukuran IMT sangat terkait umur karena dengan
perubahan umur terjadi perubahan komposisi tubuh dan densitas tubuh. Oleh
karena itu, pada anak-anak dan remaja digunakan indikator IMT menurut umur
(IMT/U).
Pada anak-anak dan remaja (usia 5-18 tahun), nilai IMT-nya harus
dibandingkan dengan referensi WHO tahun 2007. Pada saat ini, yang paling
sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut adalah dengan Z-skor atau
persentil. Secara teoritis, Z-skor dapat dihitung dengan cara berikut:

Nilai Individu SubyekNilai Median Baju Rujukan


Z-Skor = Nilai Simpangan Baku Rujukan

Nilai Z-Skor yang diperoleh kemudian dapat digunakan untuk menentukan jenis
status gizi anak umur 5-18 tahun. Klasifikasi IMT/U menurut Kemenkes RI
(2010) untuk anak usia 5-18 tahun yaitu sebagai berikut:

Tabel 3. Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Remaja Berdasarkan Indeks
Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Sangat Kurus <-3 SD
Kurus -3 sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD

Selain pengukuran IMT (berat badan dan tinggi badan), status gizi remaja
pada remaja putri dapat juga diukur dengan menggunakan indikator lingkar
lengan atas (LILA) untuk mengetahui risiko kekurangan energi kronis (KEK).
Ukuran LILA <23,5 cm termasuk dalam kategori KEK.
A.7. Tahap Perkembangan Remaja
Aristoteles (dalam Santrock, 1996) menegaskan bahwa hal terpenting
dalam masa yang sekarang kita sebut masa remaja adalah pembentukan
kemampuan untuk memilih. Menurut Aristoteles, kemampuan untuk
menentukan secara mandiri ini merupakan tanda dari kmatangan. Ia percaya
bahwa pada permulaan masa remaja, individu tidak stabil dan tidak sabar,
karena kurang adanya kontol diri yang dibutuhkan untuk menjadi seorang uang
matang. Aristoteles adalah salah satu dari orang yang pertama kali melukiskan
periode tertentu dari perkembangan manusia. Ada tiga tahap, yaitu (1) masa
balita (infancy)- 7 tahun kehidupan pertama, (2) masa anak (boyhood)- usia 7
tahun sampai pubertas; dan (3) dewasa muda (young manhood)- pubertas
sampai 21 tahun.
Rousseau (dalam Santrock, 1996) percaya bahwa perkembangan pada masa
anak dan remaja terjadi dalam serangkaian tahap. Ada empat tahap
perkembangan:
1. Masa balita (infancy) (4-5 tahun pertama). Anak serupa dengan binatang,
dengan kebutuhan fisik yang kuat, dan sifat hedonistic (didominasi oleh
kesenangan dan rasa sakit).
2. Masa primitif (savage) (5 sampai 12 tahun). Pada masa perkembangan
sensoris sangan penting. Pengalaman sensoris seperti bermain, olahraga,
dan permainan lain harus menjadi focus pendidikan. Seperti Aristoteles,
Rosusseau menyatakan bahwa nalar belumlah berkembang pada akhir masa
ini.
3. Tahap tiga (12 sampai 15 tahun). Nalar dan kesadaran diri berkembang
pada tahap ini, bersamaan dengan melimpahnya energi fisik. Rasa ingin
tahun harus dikembangkan dalam pendidikan anak umur 12-15 tahun,
dengan menyediakan berbagai kegiatan eksploratif.
4. Tahap empat (15 sampai 20 tahun). Individu mulai menjadi matang atau
secara emosional selama masa ini; sifat mementingkan diri diganti dengan
minat pada orang lain. Nilai moral juga terampil pada masa perkembangan
ini.
A.8. Perkembangan remaja
Perkembangan (development) pola gerakan atau perubahan yang dimulai
pada waktu konsepsi dan berlanjut sepanjang siklus hidup. Sebagian besar
perkembangan mencakup pertumbuhan, walaupun ia juga mencakup penurunan
(seperti dalam kematian atau sekarat). Pola gerakan bersifat kompleks karena
merupakan hasil dari beberapa proses biologis, kognitif dan social-emosional.

Gambar 1. Proses Biologis, Kognitif dan Social-Emosional dalam


Perkembangan Ruang- Hidup

Perkembangan biologis (biological processes) mencakup perubahan-


perubahan dalam hakikat fisik individu. Gen yang diwariskan dari orang tua,
perkembangan otak, pertambahan tinggi dan berat badan, keterampilan motorik,
dan perubahan hormonal pada pubertas, semuanya, merefleksikan peran proses
biologis dalam perkembangan remaja.
Proses kognitif (cognitive processes) meliputi perubahan dalam pikiran,
intelegensi dan bahasa individu. Menghafal puisi, memecahkan masalah
matematika dan membayangkan seperti apa rasanya bila menjadi bintang film,
mencerminkan peran proses kognitif dalam perkembangan remaja.
Proses social-emosional (socioemotional processes) meliputi perubahan
dalam hubungan individu dengan manusia lain, dakam emosi, dalam
kepribadian, dan dalam peran dari konteks social dalam perkembangan.
Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan
sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu, serta orientasi peran
gender dalam masyarakat merefleksikan peran social emosioanal dalam
perkembangan remaja.

A. 9. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja di Masa Remaja Awal,


Pertengahan, dan Akhir
Marcell AV. (2007) membedakan pertumbuhan dan perkembangan pada
tiga tahapan masa remaja seperti pada tabel di bawah ini.
Variabel Remaja Awal Remaja Remaja Akhir
Pertengahan
Usia 10-13 14-17 17-20/lebih
(tahun)
Tingkat 1-2 3-5 5
maturitas
kelamin
(TMK)
Somatik Karakteristik seks Tinggi badan Matang secara
sekunder (mulai puncak. fisik.
sejak pertumbuhan Bentuk tubuh Pertumbuhan
payudara pada dan perubahan lebih lambat.
anak perempuan komposisi. Pada laki-laki
dan pertumbuhan Jerawat dan bau dilanjutkan
testis pada anak badan. pembentukan
laki-laki). Menarche / massa otot dan
Awal pertumbuhan spermarche. pertumbuhan
cepat. rambut di seluruh
Penampilan yang tubuh.
canggung.
Kognitif Jalan pikiran Berpikir abstrak Orientasi masa
dan moral konkrit. (jalan pikiran depan dengan
Tidak mampu formal). pandangan
melihat akibat Dapat melihat perspektif.
jangka panjang implikasi ke Idealisme,
dari suatu depan, tetapi absolutism.
keputusan yang tidak bisa Dapat berpikir
dibuat sekarang. mengambil secara bebas.
Moralitas yang keputusan.
konvensional. Banyak
bertanya.
Konsep diri Asyik dengan Perhatian Lebih stabil
(fomasi perubahan tubuh. dengan terhadap body
identitas) Kesadaran diri penampilan image.
akan penampilan yang atraktif. Penampilan yang
dan daya tarik. Peningkatan menarik masih
Khayalan dan intospeksi menjadi
orientasi masa kini Stereotypical pemikiran.
adolescent Emancipation
complete
Identitas lebih
kuat
Keluarga Peningkatan Konflik seputar Pemisahan
kebutuhan akan kontrol dan emosional dan
privasi. kebebasan. fisik dari
Peningkatan Berjuang untuk keluarga.
keinginan akan mendapatkan Peningkatan
kebebasan. autonomi yang otonomi.
lebih besar.
Teman Mencari teman Intens terhadap Berkurangnya
sebaya sebaya yang keterlibatan kepentingan
berjenis kelamin teman sebaya. kelompok sebaya
sama untuk Preokupasi dan nilainya.
mengatasi dengan budaya Keintiman /
ketidakstabilan kelompok komitmen
sebaya didahulukan
Lingkungan
sekitar
menyediakan
contoh perilaku
Seksual Peningkatan Uji kemampuan Konsolidasi
ketertarikan pada untuk menarik identitas sosial .
anatomi seksual. lawan jenis. Fokus pada
Kecemasan dan Permulaan keintiman dan
pertanyaan hubungan dan pembentukan
mengenai aktivitas seksual hubungan yang
perubahan alat Pertanyaan stabil.
kelamin dan mengenai Merencanakan
ukurannya. orientasi komitmen dan
Kencan dan seksual. masa depan.
keintiman yang
terbatas
Hubungan Penyesuaian sekolah Pengukuran Keputusan karir
dengan tingkat menengah kemampuan dan (contoh: kuliah,
lingkungan kesempatan bekerja).
Sumber: Marcell AV. Adolescence. Nelson Textbook of Pediatrics, Edisi ke-18.
2007.

B. Faktor Determinan Tumbuh Kembang Remaja

B.1. Genetik
Gen dan polimorfisme spesifik yang berkontribusi terhadap variasi
pertumbuhan dan pematangan hanya mulai diidentifikasi. Diperlukan studi
epidemiologi genetik yang lebih besar di berbagai belahan dunia untuk
lebih mengeksplorasi perbedaan populasi pada frekuensi gen dan interaksi
gen-lingkungan. Seiring kemajuan terus dilakukan dengan metode genetika
molekuler dan statistik, arsitektur genetika proses kompleks, termasuk
pertumbuhan dan perkembangan, akan menjadi lebih baik dijelaskan.
Untuk saat ini, hanya dapat disimpulkan bahwa meskipun dasar genetik
fundamental dari pertumbuhan dan perkembangan anak-anak di seluruh
dunia pada dasarnya sama, ada kemungkinan juga ada perbedaan antara
populasi dalam frekuensi varian gen allelic yang mempengaruhi
pertumbuhan dan pematangan dan sifat interaksi gen-lingkungan (Thomis
dan Towne, 2006).
Faktor genetik merupakan modal dasar dan mempunyai peran utama
dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui
instruksi genetic yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi
dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Pertumbuhan
ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas
jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya
pertumbuhan tulang. Yang termasuk faktor genetic antara lain adalah
berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku
bangsa atau bangsa. Potensi genetic yang baik bila berinteraksi dengan
lingkungan yang positif akan membuahkan hasil akhir yang optimal.
Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering disebabkan oleh
kelainan kromosom seperti sindrom down, sindrom turner, dan sebagainya.
Sementara itu, di negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan
selain disebabkan oleh faktor genetic juga disebabkan oleh faktor
lingkungan yang kurang kondusif untuk tumbuh kembang anak seperti
penyakit infeksi, kurang gizi, penelantaran anak dan sebagainya. (,
2013)

B.2. Biologis
B.2.1. Ras/suku bangsa
Pertumbuhan somatic dipengaruhi oleh ras/suku bangsa. Bangsa kulit
putih/ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatic lebih tinggi daripada
bangsa Asia.
B.2.2. Jenis Kelamin
Dikatakan pertumbuhan fisik dan motorik berbeda antara anak laki-
laki dan perempuan. Anak laki-laki lebih aktif dibandingkan dengan anak
perempuan. Usia pubertas di masa remaja juga lebih cepat pada anak
perempuan dibandingkan pada anak laki-laki.
B.2.3. Umur
Remaja yang memasuki masa pubertas di umur yang lebih muda atau
cepat maka proses pertumbuhannya juga akan berhenti lebih cepat. Masa
remaja adalah masa pematangan fisik, kognitif, dan sosial antara masa
kanak-kanak dan dewasa. Lerner dan Steinberg, 2004) Awal masa remaja
terjadi sekitar masa pubertas dan oleh karena itu ditandai dengan perubahan
dramatis tingkat hormon dan penampilan fisik (termasuk yang cepat
pertumbuhan fisik, perubahan struktur wajah, dan munculnya karakteristik
seksual sekunder). Selama interval yang sama, remaja mengalami banyak
perubahan dalam pengaruh sosial, akademis, dan lingkungan lainnya, dan
biasanya memasuki tahap transisi psikologis yang mendalam. Akhir masa
remaja dikatakan terjadi ketika seseorang telah mencapai peran dewasa
yang stabil, pada saat mana sebagian besar transisi pubertas akan tercapai,
setidaknya di negara-negara industri [Choudhury, 2010) Sepanjang masa
remaja, ada perubahan dalam struktur dan fungsi otak. Dimorfisme seksual
dalam banyak perubahan ini menunjukkan kemungkinan hubungan dengan
masa pubertas (Blakemore, Burnett, Dahl, 2010).

B.2.4. Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang remaja.
Kebutuhan makanan pada kelompok ini selain untuk aktivitas sehari-hari
juga untuk pertumbuhan. Anak yang bertubuh kurus lebih lambat
mendapatkan menarche. Ketahanan makanan keluarga mencakup
ketersediaan makanan dan pembagian makanan yang adil dalam keluarga
walaupun bisa terjadi kepentingan budaya bertabrakan dengan kepentingan
biologis anggota keluarga. Status gizi yang baik akan mendukung tumbuh
kembang remaja yang optimal. Beberapa zat gizi makro maupun mikro
sangat berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan remaja.
Asupan zat besi tentunya juga diperlukan bagi remaja putri yang setiap
bulannya mengalami menstruasi sehingga kejadian anemia pada remaja
putri dapat dihindari.
B.2.5. Hormon
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang antara
lain adalah: growth hormone, tiroid, hormone seks, insulin, IGFs (Insulin-
like growth factors), dan hormone yang dihasilkan kelenjar adrenal.
a. Somatotropin atau growth hormone (GH)
Somatotropin merupakan pengatur utama pertumbuhan somatic,
terutama pertumbuhan kerangka. Pertambahan tinggi badan sangat
dipengaruhi oleh hormone ini. GH merangsang terbentuknya
somatomedin yang kemudian berefek pada tulang rawan. GH
mempunyai circadian variation; aktivitasnya meningkat pada malam
hari pada waktu tidur, sesudah makan, sesudah latihan fisik, dan pada
saat terjadi perubahan kadar gula darah.
b. Hormon tiroid
Hormone ini mutlak diperlukan pada tumbuh kembang anak karena
mempunyai fungsi pada metabolism protein, karbohidrat, dan lemak.
Maturasi tulang juga di bawah pengaruh hormone ini. Demikian pula,
pertumbuhan dan fungsi otak sangat tergantung pada tersedianya
hormone tiroid dalam kadar yang cukup. Defisiensi hormone tiroid
mengakibatkan retardasi fisik dan mental, kalau berlangsung terlalu
lama dapat menjadi permanen. Sementara itu, hipertiroidisme juga dapat
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang anak, seperti gangguan pada
kardiovaskular, metabolisme, otak, mata. Hormone ini mempunyai
interaksi dengan hormone-hormon lain seperti somatotropin.
c. Glukokortikoid
Hormone ini mempunyai fungsi bertentangan dengan somatotropin,
tiroksin, dan androgen karena kortison mempunyai efek antianabolik.
Kalau kortison berlebihan, pertumbuhan akan terhambat/terhenti dan
terjadi osteoporosis.
d. Hormon-hormon seks
Hormone seks terutama mempunyai peranan pada fertilitas dan
reproduksi. Pada permulaan pubertas, hormone seks memacu
pertumbuhan badan tetapi sesudah setelah beberapa lama justru
menghambat pertumbuhan. Androgen disekresi oleh kelenjar adrenal
(dehidroandrosteron) dan testis (testosterone) sedangkan estrogen
terutama diproduksi oleh ovarium.
e. Insulin like growth factors (IGFs)
IGFs merupakan somatomedin yang bekerja sebagai mediator GH dan
bekerja mirip dengan insulin. Fungsinya selain sebagai growth
promoting factor yang berperan pada pertumbuhan juga sebagai
mediator GH. Hormone ini mempunyai aktivitas mirip insulin dan
menimbulkan efek mitogenik terhadap kodrosit, osteoblast, dan jaringan
lainnya. IGFs diproduksi oleh berbagai jaringan tubuh, tetapi IGFs yang
beredar dalam sirkulasi terutama diproduksi di hati.
B.3. Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu dari sejumlah faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja. Selama
tahun-tahun formatif, perubahan kebugaran kesehatan dan motorik
dipengaruhi oleh pematangan pertumbuhan. sulit untuk mengisolasi efek
spesifik dari aktivitas fisik reguler terhadap status kesehatan dan kebugaran
dari penyesuaian inheren dalam pertumbuhan dan perkembangan selama
masa kanak-kanak dan remaja (Hills AP, 2005). Selama masa kanak-kanak
dan remaja, nutrisi dan aktivitas fisik mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan berbagai jaringan tubuh, termasuk lemak tubuh, jaringan
otot rangka dan tulang (Meredith DN, Dwyer JT, 1991).

B.5. Konsumsi Alkohol


Masa remaja juga merupakan masa perkembangan fisik dan psikologis
yang cepat sebelum memasuki masa dewasa. Proses perkembangan
psikologis utama selama masa remaja adalah individuasi, pembentukan
identitas, penguasaan, keintiman, otonomi, dan kemandirian. Beberapa
peneliti memandang penggunaan zat remaja sebagai eksperimen atau
perilaku pengambilan risiko yang merupakan bagian dari proses
perkembangan yang berkontribusi terhadap pembentukan dan fungsi
identitas otonom (Akers, 1992). Tampaknya ada dukungan untuk model
psikososial perkembangan remaja dan bahwa proses perkembangan
individuasi berhubungan dengan penggunaan alkohol remaja, bahkan
setelah menyesuaikan diri dengan proses keluarga (Baer & Bray, 1999).

B.6. Pola Makan


Pola makan remaja dibentuk melalui proses kompleks yang melibatkan
faktor internal dan eksternal seperti preferensi dan ketersediaan makanan,
persepsi berat badan, dan pengaruh orang tua dan teman. Profesional
kesehatan menyadari bahwa pola makan yang buruk dapat menyebabkan
masalah gizi yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
remaja (Society for Adolescent Medicine, 1999). Selanjutnya, kebiasaan
makan yang terbentuk pada masa remaja terus berlanjut sampai dewasa;
Akibatnya, pola diet yang buruk di kalangan remaja memiliki implikasi
penting bagi kesehatan dan kesejahteraan di masa dewasa (Kemm J., 1987).

B.7. Faktor Psikososial

a. Stimulasi
Stimulasi dari lingkungan merupakan hal yang penting untuk tumbuh
kembang anak. Anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah dan
teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang/tidak mendapatkan stimulasi. Stimulasi juga akan
mengoptimalkan potensi genetic yang dipunyai anak. Lingkungan yang
kondusif akan mendorong perkembangan fisik dan mental yang baik,
sedangkan lingkungan yang kurang mendukung akan mengakibatkan
perkembangan anak di bawah potensi genetiknya.
b. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar (reinforcement/reward and
punishment)
Kalau anak berbuat benar, kita wajib memberikan ganjaran misalnya
pujian, ciuman, belaian, tepuk tangan, dan sebagainya. Ganjaran
tersebut akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk
mengulangi tingkah laku yang baik tersebut. Sementara itu,
menghukum dengan cara yang wajar kalau anak berbuat salah masih
dibenarkan. Hukuman harus diberikan secara obyektif dengan disertai
penjelasan pengertian dan maksud hukuman tersebut, bukan hukuman
untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan kepada anak, atau
penganiayaan pada anak (abuse). Anak diharapkan tahu mana yang
baik dan yang tidak baik, sehingga dapat timbul rasa percaya diri pada
anak, yang penting untuk perkembangan kepribadiannya kelak.
c. Kelompok Sebaya
Anak memerlukan teman sebaya untuk mensosialisasikan dengan
lingkungannya. Perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk
memantau dengan siapa anak tersebut bergaul. Khususnya bagi remaja,
harus diperhatikan teman sebayanya karena teman sebaya dapat
mempengaruhi untuk hal-hal yang tidak baik, seperti penyalahgunaan
obat-obat terlarang, alkohol, merokok, geng motor dan sebagainya.
d. Stres
Stres pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya,
misalnya anak akan menarik diri, rendah diri, gagap, nafsu makan
menurun, dan bahkan bunuh diri.
e. Sekolah
Dengan adanya wajib belajar 9 tahun, diharapkan setiap anak mendapat
kesempatan duduk di bangku sekolah minimal 9 tahun. Pendidikan
yang baik dapat meningkatkan taraf hidup anak kelak dan berpengaruh
terhadap perkembangan anak remaja. Saat ini yang masih menjadi
masalah sosial adalah masih banyaknya anak yang terpaksa tidak
sekolah karena harus membantu mencari nafkah untuk keluarganya.
Selain itu, perhatian pemerintah terhadap sarana, prasarana, dan mutu
pendidikan dirasakan masih kurang.
f. Cinta dan Kasih Sayang
Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi. Anak
memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya
agar kelak ia menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberikan
kasih sayangnya pula. Sebaliknya, kasih sayang yang diberikan secara,
yang menjurus ke arah memanjakan akan menghambat bahkan
mematikan perkembangan kepribadian anak. Akibatnya, anak akan
menjadi manja, kurang mandiri, pemboros, kurang bertanggung jawab,
dan kurang bisa menerima kenyataan.
g. Kualitas Interaksi Anak-Orang Tua
Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua akan menimbulkan
keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka kepada orang tuanya,
sehingga komunikasi bisa timbal balik dan segala permasalahan dapat
dipecahkan bersama. Kedekatan dan kepercayaan antara orang tua dan
anak sangat penting. Interaksi tidak ditentukan oleh lama waktu
bersama anak, tetapi lebih ditentukan oleh kualitas interaksi tersebut.
Kualitas interaksi adalah pemahaman terhadap kebutuhan masing-
masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang
dilandasi oleh rasa saling menyayangi. Hubungan yang menyenangkan
dengan orang lain, terutama dengan anggota keluarga kan mendorong
anak untuk mengembangkan kepribadian dan interaksi sosial dengan
orang lain.

B.8. Faktor Keluarga dan Adat Istiadat

a. Pekerjaan/Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan dasar anak.
b. Pendidikan Ayah/Ibu
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting untuk
tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, orang tua
dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara
pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anak,
mendidiknya, dan sebagainya.
c. Jumlah Saudara
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang mampu dapat
menyebabkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima
anak, lebih-lebih kalau jarak anak terlalu dekat. Pada keluarga yang
sosial ekonomi kurang, jumlah anak yang banyak dapat menyebabkan
kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, selain kebutuhan
dasar anak juga tidak terpenuhi. Hal ini akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak remaja.
d. Stabilitas Rumah Tangga
Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda apada keluarga
yang harmonis dibandingkan dengan mereka yang kurang harmonis.
e. Kepribadian Ayah/Ibu
Kepribadian ayah dan ibu yang terbuka mempunyai pengaruh yang
berbeda terhadap tumbuh kembang anak, bila dibandingkan bila mereka
yang mempunyai kepribadian tertutup. Ketiadaan hubungan emosional,
akibat penolakan dari anggota keluarga atau perpisahan dengan orang
tua seringkali menimbulkan gangguan kepribadian. Sebaliknya,
pemuasan emosional akan meningkatkan perkembangan kepribadian.
Apabila orang tua dapat memahami emosi anak serta dapat
mengajarkan pada anak tentang cara mengenal dan mengendalikan
emosinya, kelak anaknya akan mempunyai EQ (Emotional Quotient)
yang tinggi. EQ sangat penting dalam pergaulan dan untuk membina
karier mereka kelak. Demikian pula moral etika (SQ = Spiritual
Quotient) sangat penting. Jika orang tua mengajarkan nilai-nilai moral
sejak dini dan memberi contoh nyata perbuatan mulia akan timbul
dampak positif pada perilaku dan moral anak.
f. Pola Pengasuhan
Pola pengasuhan yang diterapkan dalam keluarga bermacam-macam,
seperti pada pengasuhan permisif, otoriter, atau demokratis. Pola ini
akan mempengaruhi perkembangan anak. Anak yang dibesarkan
dengan pola pengasuhan permisif, kalau sudah besar nantinya anak
akan cenderung kurang bertanggung jawab, mempunyai kendali
emosional yang buruk dan sering berprestasi rendah dalam melakukan
sesuatu. Sementara itu, anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan
yang demokratis mempunyai penyesuaian pribadi dan sosial yang lebih
baik, anak lebih mandiri serta bertanggung jawab.
g. Adat Istiadat, Norma, Tabu
Adat istiadat yang berlaku di setiap daerah akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak. Missal di Bali, upacara agama sering diadakan
dan keluarga harus menyediakan berbagai sajian makanan dan buah-
buahan, maka sangat jarang terdapat anak yang gizi buruk karena
makanan maupun buah-buahan tersebut akan dimakan bersama setelah
selesai upacar. Demikian pula norma-norma maupun tabu-tabu yang
berlaku di masyarakat, misalnya tidak boleh makan daging nanti bisa
kecacingan. Hal ini dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
C. Tabel Sintesa Hasil Penelitian Faktor Determinan Tumbuh Kembang Remaja

Judul Tujuan Karakteristik


No
Subjek Instrumen
Hasil Penelitian
Penelitian/Peneliti/Tahun Penelitian Metode
Kerangka manusia prepubertal
agak sensitif terhadap
rangsangan mekanis yang
ditimbulkan oleh aktivitas
fisik, contoh partisipasi
olahraga. Untuk mencapai
Mengetahui
manfaat aktivitas fisik pada
interaksi antara
Remaja yang tulang, tidak perlu melakukan
pematangan
pada usia olahraga dalam jumlah tinggi,
biologis, Berbagai tipe
pretumbuhan karena efek osteogenik yang
How does exercice affect komposisi tubuh
pesat yaitu dan durasi luar biasa dapat dicapai hanya
1. bone development during dan olahraga Studi literatur
putri usia 11- olahraga yang dengan 3 jam partisipasi dalam
growth/ Rodrigue V/2006 pada
13 tahun dan diterapkan olahraga dan sebaiknya
pengembangan
putra 12-14 konsisten. Aktivitas fisik atau
massa tulang
tahun olah raga harus dimulai pada
selama
perkembangan pubertas untuk
pertumbuhan.
mendapatkan puncak
maksimal massa tulang yang
berpotensi dicapai. Aktifitas
olahraga yang
direkomendasikan seperta bola
tangan dan bola kaki.
Untuk Percobaan Suplemen Asupan kalsium dari sumber
Calcium supplementation 94 remaja putri
2. mengevaluasi acak, double- kalsium, makanan rata-rata 960 mg / d
and bone mineral density dengan rata-
efek pemberian blind, placebo- 500ng/hari untuk keseluruhan kelompok
in adolescent girls/ Lloyd suplementasi rata sia controlled kalsium sitrat studi. Kelompok suplemen
et al/ 1993 kalsium pada 11.9+0.5 tahun tentang malat dengan menerima rata-rata tambahan
akuisisi tukang pengaruh kontrol 354 mg / d kalsium. Kelompok
pada remaja kalsium 18 menerima pil suplemen dibandingkan
wanita putih bulan pada plasebo dengan kelompok plasebo
kepadatan memiliki peningkatan
tulang dan kepadatan tulang tulang
massa tulang belakang yang lebih besar
(18,7% vs 15,8%; P = .03),
kandungan mineral tulang
belakang tulang belakang
(39,4% vs 34,7%; P = .06),
total tulang tubuh kepadatan
mineral (9,6% vs 8,3%; P =
.05), dan ekskresi kalsium urin
24-jam (90,4 vs 72,9 mg / d; P
= .02).
Kami telah menghitung waktu
kecepatan puncak mineral
tulang puncak (BMC) menjadi
14,0 +1,0 tahun pada anak
Mengetahui laki-laki dan 12,5 + 0,9 tahun
Factors that affect bone faktor yang Remaja pada anak perempuan;
mineral accrual in the memperngauri Kaucasian Studi Recall asupan Pertumbuhan tulang maksimal
3.
Adolescent Growth tulang pada dengan usia 9- Longitudinal 24 jam sampai 6 bulan setelah
Spurt/Whitting, SJ/2004 pertumbuhan 18 tahun kecepatan tinggi puncak.
puncak remaja Dalam 2 tahun pertumbuhan
tulang puncak, remaja
menumpuk lebih dari 25%
tulang orang dewasa. Data
BMAS dapat memberikan data
biologis tentang kebutuhan
kalsium melalui penerapan
nilai akrual kalsium terhadap
perhitungan faktorial
kebutuhan. Selain itu, data
kami mulai mengungkapkan
bagaimana pola diet dapat
mempengaruhi pencapaian
massa tulang selama
pertumbuhan remaja.
Mengganti asupan susu
dengan minuman ringan
tampaknya merugikan
keuntungan tulang oleh anak
perempuan, tapi bukan anak
laki-laki. Asupan buah dan
sayuran, memberikan
alkalinitas pada tulang dan /
atau bertindak sebagai
penanda diet sehat, tampaknya
mempengaruhi BMC pada
remaja putri, tapi bukan anak
laki-laki. Alasan mengapa
faktor diet ini tampak lebih
berpengaruh pada anak
perempuan daripada anak laki-
laki mungkin karena anak
perempuan BMAS
mengkonsumsi lebih sedikit
dari kebutuhan kalsium
mereka, sementara anak laki-
laki di atas ambang batasnya.
Rekomendasi diet dan nutrisi
khusus untuk remaja
diperlukan untuk memastikan
pertumbuhan dan konsolidasi
tulang optimal selama tahap
kehidupan penting ini.
Temuan dari hubungan dan
studi asosiasi yang berusaha
mengidentifikasi lokasi
Mengkaji
genomik spesifik dan varian
pemahaman
gen allelic yang
umum terkini
mempengaruhi variasi
tentang pengaruh
pertumbuhan dan pematangan
genetik terhadap
kemudian dirangkum.
variasi
Penyebutan khusus dibuat dari
pertumbuhan dan
kebutuhan untuk mempelajari
Genertic determinants of perkembangan
interaksi antara gen dan
prepubertal and pubertal antar populasi Studi Asosiasi
lingkungan. Saat ini, gen
4. growth and dan antar Remaja Studi hubungan -
spesifik dan polimorfisme
development/Thomis dan populasi dalam Studi literatur
yang berkontribusi terhadap
Towne/2006 rangka
variasi pertumbuhan dan
membangun
pematangan hanya mulai
Standar
diidentifikasi.. Untuk saat ini,
Pertumbuhan
hanya dapat disimpulkan
Internasional
bahwa meskipun dasar genetik
untuk Anak
fundamental dari pertumbuhan
Remaja dan
dan perkembangan anak-anak
Remaja.
di seluruh dunia pada dasarnya
sama, ada kemungkinan juga
ada perbedaan antara populasi
dalam frekuensi varian gen
allelic yang mempengaruhi
pertumbuhan dan pematangan
dan sifat interaksi gen
lingkungan.
. Subjek memiliki usia rata-
Komposisi
rata 15 0 (SD 0,9) tahun
tubuh, tahap
dan 99,6% dari mereka
pubertas,
telah mencapai menarche.
aktivitas fisik
Analisis multivariat
Mengetahui dan konsumsi
menunjukkan bahwa LBM,
hubungan makanan
FBM, kekuatan otot
antara dinilai
handgrip dan asupan susu
komposisi menggunakan
Influence of body 283 gadis merupakan faktor penentu
tubuh, kekuatan protokol
composition, muscle remaja signifikan BMC dan BA
otot, diet dan standar yang
strength, diet and physical Tionghoa dari total badan dan / atau
latihan fisik divalidasi.
5. activity on total body and yang berusia Studi kohor situs lengan bawah. LBM
forearm bone mass in dengan Total tulang
15 tahun di ditemukan sebagai penentu
Chinese adolescent kandungan tubuh dan
Beijing, independen yang lebih kuat
girls/Foo, LH et al/2007 mineral tulang lengan bawah,
China. daripada FBM BMC dan
(bone mineral massa tubuh
BA, sedangkan kekuatan
content / BMC) ramping
otot handgrip hanya
dan area tulang (LBM) dan
ditemukan sebagai penentu
(BA) massa tubuh
signifikan BMC dan BA di
lemak (FBM)
lokasi lengan bawah
ditentukan oleh
daripada di tubuh BMC dan
absorptsiometri
BA total. Selanjutnya,
sinar-X ganda
tingkat aktivitas fisik total
memiliki hubungan positif
yang signifikan dengan
handgrip dan LBM. Ini
menunjukkan bahwa
kekuatan otot yang lebih
besar dan LBM yang lebih
tinggi mungkin
mencerminkan tingkat
aktivitas fisik yang lebih
tinggi. Oleh karena itu,
praktik gaya hidup sehat
yang berkelanjutan seperti
asupan susu yang memadai
dan partisipasi terus-
menerus dalam aktivitas
fisik harus didorong
sepanjang masa remaja
untuk mengoptimalkan
pertumbuhan tulang selama
periode ini.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Akers, R. L. (1992). Drugs, alcohol and society: Social structure, process, and
policy. Belmont, CA: Wadsworth.Baer, P. E., & Bray, J. H. (1999).
Adolescent individuation and alcohol usage. Journal of Studies on
Alcohol, 13, 52-62

Balkemore SJ, Burnett S, Dahl RE., 2010. The role of puberty in the developing
adolescent brain. Human Brain Mapping, 31, 926-933.

Choudhury S (2010): Culturing the adolescent brain: What can neuroscience learn
from anthropology? Soc Cogn Affect Neurosci [Epub ahead of print].

Foo LH, et al. 2007. Influence of body composition, muscle strength, diet and
physical activity on total body and forearm bone mass in Chinese
adolescent girls. British Journal of Nutrition, 90, 1281-1287. doi:
10.1017/S0007114507787421

Gunn, J. B., Peternsen dan Eichorn, 1985. The study of maturational timing
effects in Adolescene. Journal of Youth and Adolescence ,14 (3)

Hetzel BS. Iodine deficiency disorders (IDD) and their eradication. Lancet
1983;2:11269

Hills AP. Physical activity and movement in children: its consequences for growth
and development. Asia Pac J Clin Nutr 1995; 4: 43-5

Hurlock, Elizabeth, B. 2011. Psikologis Perkembangan: Suati pendekatan


Sepannag Rentang Kehidupan. (Terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarno).
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kemm J.1987. Eating patterns in childhood and adult health. Nutr Health 4:205
15.

Lerner RM, Steinberg L, editors (2004): Handbook of Adolescent Psychology, 2nd


ed. R.M. Hoboken, NJ: Wiley.

Llyod, T, et al. 1993. Calcium supplementation and bone minerak density in


adolescent girls. JAMA, 270 (7)

Meredith CN, Dwyer JT. Nutrition and exercise: effects on adolescent health. Annu
Rev Public Health 1991; 12: 309-33
Monks, FJ, Knoers, AMP, Haditono. 1999. Psikologi Perkembangan: Pengantar
Dalam Berbagai Bagiannya, (Terjemahan Siti Rahayu Haditono).
Yogyakarta: Gadja Mada University Press.

Papalia, D. E., Duskin-Feldman, R., & Martorell, G. (2012). Experience human


development (12th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

Robson H, Siebler T, Shalet SM, Williams GR. Interactions between GH, IGF-I,
glucocorticoids, and thyroid hormones during skeletal growth. Pediatr Res
2002;52:13747.

Rodriguez, V. 2006. How does exercice affect bone development during growth.
Sport Med, 36 (7), 561-569. Doi: 0112-1642/06/0007-0561/$39.95/0

Santrock, J. W.1996. Adolescence 6th ed. Times Mirror Higher Education: Texas

Santrock, Johin W. 1998. Adolecsence (7nd ed). Washington DC: Mc Graw Hill

Society for Adolescent Medicine. Position Statement. Improving the nutritional


health of adolescents. J Adolesc Health 1999;24:4612.

Thomis MA, Towne B. 2006. Genetic determinants of prepubertal and pubertal


growth and development. Food and Nutrition Bulletin: 27 (4).

Anda mungkin juga menyukai