PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu dan merupakan periode transisi dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial serta berlangsung pada dekade kedua dari masa
kehidupan. Seorang anak dapat dikatakan remaja bila dilihat dari umur
kronologisnya. Tetapi masih banyak pendapat mengenai hal ini, terkait patokan
umur seorang anak yang sudah memasuki usia remaja.
Dalam fase remaja juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua istilah yang senantiasa
berjalan beriringan. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang
menyangkut ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan
secara fisiologis sebagai hasil dari proses kematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu
tertentu. Berbeda halnya dengan perkembangan yang merupakan suatu
perubahan yang lebih bersifat kualitatif. Perkembangan disebabkan karena
kematangan dan belajar/latihan. Perkembangan ini berlangsung terus menerus
sejak masa konsepsi hingga mencapai kematangan (masa tua).
Pada masa remaja terjadi suatu percepatan pertumbuhan (growth spurt).
Pertumbuhan fisik masa remaja berbeda dengan pertumbuhan pada masa
sebelumnya. Pada masa remaja, terjadi pacu tumbuh yang pesat dan
pertumbuhan organ-organ seksual. Pertumbuhan remaja laki-laki berbeda
dengan remaja perempuan. Anak perempuan mengalami pacu tumbuh lebih
awal daripada laki-laki. Untuk tercapainya tumbuh kembang remaja yang
optimal tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi
seorang remaja merupakan hasil interaksi faktor genetik dan lingkungan sosial.
Proses dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap
remaja (Hurlock, 2007).
Pertumbuhan yang optimal di masa remaja tentunya berdampak di
kehidupan dewasa. Begitu juga dengan perkembangan yang sempurna di masa
remaja membawa peranan sosial sesuai dengan gender sehingga dapat
mempertimbangkan dan mengambil keputusan sendiri, melepaskan diri dari
ikatan emosional dengan orang tua, memulai hidup berkelurga, memulai hidup
dalam ketatasusilaan dan keagamaan.
Oleh karena hal tersebut maka perlu diketahui faktor-faktor yang terkait
dengan pertumbuhan dan perkembangan remaja.
B. Tujuan
PEMBAHASAN
Nilai Z-Skor yang diperoleh kemudian dapat digunakan untuk menentukan jenis
status gizi anak umur 5-18 tahun. Klasifikasi IMT/U menurut Kemenkes RI
(2010) untuk anak usia 5-18 tahun yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Remaja Berdasarkan Indeks
Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Sangat Kurus <-3 SD
Kurus -3 sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD
Selain pengukuran IMT (berat badan dan tinggi badan), status gizi remaja
pada remaja putri dapat juga diukur dengan menggunakan indikator lingkar
lengan atas (LILA) untuk mengetahui risiko kekurangan energi kronis (KEK).
Ukuran LILA <23,5 cm termasuk dalam kategori KEK.
A.7. Tahap Perkembangan Remaja
Aristoteles (dalam Santrock, 1996) menegaskan bahwa hal terpenting
dalam masa yang sekarang kita sebut masa remaja adalah pembentukan
kemampuan untuk memilih. Menurut Aristoteles, kemampuan untuk
menentukan secara mandiri ini merupakan tanda dari kmatangan. Ia percaya
bahwa pada permulaan masa remaja, individu tidak stabil dan tidak sabar,
karena kurang adanya kontol diri yang dibutuhkan untuk menjadi seorang uang
matang. Aristoteles adalah salah satu dari orang yang pertama kali melukiskan
periode tertentu dari perkembangan manusia. Ada tiga tahap, yaitu (1) masa
balita (infancy)- 7 tahun kehidupan pertama, (2) masa anak (boyhood)- usia 7
tahun sampai pubertas; dan (3) dewasa muda (young manhood)- pubertas
sampai 21 tahun.
Rousseau (dalam Santrock, 1996) percaya bahwa perkembangan pada masa
anak dan remaja terjadi dalam serangkaian tahap. Ada empat tahap
perkembangan:
1. Masa balita (infancy) (4-5 tahun pertama). Anak serupa dengan binatang,
dengan kebutuhan fisik yang kuat, dan sifat hedonistic (didominasi oleh
kesenangan dan rasa sakit).
2. Masa primitif (savage) (5 sampai 12 tahun). Pada masa perkembangan
sensoris sangan penting. Pengalaman sensoris seperti bermain, olahraga,
dan permainan lain harus menjadi focus pendidikan. Seperti Aristoteles,
Rosusseau menyatakan bahwa nalar belumlah berkembang pada akhir masa
ini.
3. Tahap tiga (12 sampai 15 tahun). Nalar dan kesadaran diri berkembang
pada tahap ini, bersamaan dengan melimpahnya energi fisik. Rasa ingin
tahun harus dikembangkan dalam pendidikan anak umur 12-15 tahun,
dengan menyediakan berbagai kegiatan eksploratif.
4. Tahap empat (15 sampai 20 tahun). Individu mulai menjadi matang atau
secara emosional selama masa ini; sifat mementingkan diri diganti dengan
minat pada orang lain. Nilai moral juga terampil pada masa perkembangan
ini.
A.8. Perkembangan remaja
Perkembangan (development) pola gerakan atau perubahan yang dimulai
pada waktu konsepsi dan berlanjut sepanjang siklus hidup. Sebagian besar
perkembangan mencakup pertumbuhan, walaupun ia juga mencakup penurunan
(seperti dalam kematian atau sekarat). Pola gerakan bersifat kompleks karena
merupakan hasil dari beberapa proses biologis, kognitif dan social-emosional.
B.1. Genetik
Gen dan polimorfisme spesifik yang berkontribusi terhadap variasi
pertumbuhan dan pematangan hanya mulai diidentifikasi. Diperlukan studi
epidemiologi genetik yang lebih besar di berbagai belahan dunia untuk
lebih mengeksplorasi perbedaan populasi pada frekuensi gen dan interaksi
gen-lingkungan. Seiring kemajuan terus dilakukan dengan metode genetika
molekuler dan statistik, arsitektur genetika proses kompleks, termasuk
pertumbuhan dan perkembangan, akan menjadi lebih baik dijelaskan.
Untuk saat ini, hanya dapat disimpulkan bahwa meskipun dasar genetik
fundamental dari pertumbuhan dan perkembangan anak-anak di seluruh
dunia pada dasarnya sama, ada kemungkinan juga ada perbedaan antara
populasi dalam frekuensi varian gen allelic yang mempengaruhi
pertumbuhan dan pematangan dan sifat interaksi gen-lingkungan (Thomis
dan Towne, 2006).
Faktor genetik merupakan modal dasar dan mempunyai peran utama
dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui
instruksi genetic yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi
dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Pertumbuhan
ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas
jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya
pertumbuhan tulang. Yang termasuk faktor genetic antara lain adalah
berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku
bangsa atau bangsa. Potensi genetic yang baik bila berinteraksi dengan
lingkungan yang positif akan membuahkan hasil akhir yang optimal.
Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering disebabkan oleh
kelainan kromosom seperti sindrom down, sindrom turner, dan sebagainya.
Sementara itu, di negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan
selain disebabkan oleh faktor genetic juga disebabkan oleh faktor
lingkungan yang kurang kondusif untuk tumbuh kembang anak seperti
penyakit infeksi, kurang gizi, penelantaran anak dan sebagainya. (,
2013)
B.2. Biologis
B.2.1. Ras/suku bangsa
Pertumbuhan somatic dipengaruhi oleh ras/suku bangsa. Bangsa kulit
putih/ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatic lebih tinggi daripada
bangsa Asia.
B.2.2. Jenis Kelamin
Dikatakan pertumbuhan fisik dan motorik berbeda antara anak laki-
laki dan perempuan. Anak laki-laki lebih aktif dibandingkan dengan anak
perempuan. Usia pubertas di masa remaja juga lebih cepat pada anak
perempuan dibandingkan pada anak laki-laki.
B.2.3. Umur
Remaja yang memasuki masa pubertas di umur yang lebih muda atau
cepat maka proses pertumbuhannya juga akan berhenti lebih cepat. Masa
remaja adalah masa pematangan fisik, kognitif, dan sosial antara masa
kanak-kanak dan dewasa. Lerner dan Steinberg, 2004) Awal masa remaja
terjadi sekitar masa pubertas dan oleh karena itu ditandai dengan perubahan
dramatis tingkat hormon dan penampilan fisik (termasuk yang cepat
pertumbuhan fisik, perubahan struktur wajah, dan munculnya karakteristik
seksual sekunder). Selama interval yang sama, remaja mengalami banyak
perubahan dalam pengaruh sosial, akademis, dan lingkungan lainnya, dan
biasanya memasuki tahap transisi psikologis yang mendalam. Akhir masa
remaja dikatakan terjadi ketika seseorang telah mencapai peran dewasa
yang stabil, pada saat mana sebagian besar transisi pubertas akan tercapai,
setidaknya di negara-negara industri [Choudhury, 2010) Sepanjang masa
remaja, ada perubahan dalam struktur dan fungsi otak. Dimorfisme seksual
dalam banyak perubahan ini menunjukkan kemungkinan hubungan dengan
masa pubertas (Blakemore, Burnett, Dahl, 2010).
B.2.4. Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang remaja.
Kebutuhan makanan pada kelompok ini selain untuk aktivitas sehari-hari
juga untuk pertumbuhan. Anak yang bertubuh kurus lebih lambat
mendapatkan menarche. Ketahanan makanan keluarga mencakup
ketersediaan makanan dan pembagian makanan yang adil dalam keluarga
walaupun bisa terjadi kepentingan budaya bertabrakan dengan kepentingan
biologis anggota keluarga. Status gizi yang baik akan mendukung tumbuh
kembang remaja yang optimal. Beberapa zat gizi makro maupun mikro
sangat berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan remaja.
Asupan zat besi tentunya juga diperlukan bagi remaja putri yang setiap
bulannya mengalami menstruasi sehingga kejadian anemia pada remaja
putri dapat dihindari.
B.2.5. Hormon
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang antara
lain adalah: growth hormone, tiroid, hormone seks, insulin, IGFs (Insulin-
like growth factors), dan hormone yang dihasilkan kelenjar adrenal.
a. Somatotropin atau growth hormone (GH)
Somatotropin merupakan pengatur utama pertumbuhan somatic,
terutama pertumbuhan kerangka. Pertambahan tinggi badan sangat
dipengaruhi oleh hormone ini. GH merangsang terbentuknya
somatomedin yang kemudian berefek pada tulang rawan. GH
mempunyai circadian variation; aktivitasnya meningkat pada malam
hari pada waktu tidur, sesudah makan, sesudah latihan fisik, dan pada
saat terjadi perubahan kadar gula darah.
b. Hormon tiroid
Hormone ini mutlak diperlukan pada tumbuh kembang anak karena
mempunyai fungsi pada metabolism protein, karbohidrat, dan lemak.
Maturasi tulang juga di bawah pengaruh hormone ini. Demikian pula,
pertumbuhan dan fungsi otak sangat tergantung pada tersedianya
hormone tiroid dalam kadar yang cukup. Defisiensi hormone tiroid
mengakibatkan retardasi fisik dan mental, kalau berlangsung terlalu
lama dapat menjadi permanen. Sementara itu, hipertiroidisme juga dapat
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang anak, seperti gangguan pada
kardiovaskular, metabolisme, otak, mata. Hormone ini mempunyai
interaksi dengan hormone-hormon lain seperti somatotropin.
c. Glukokortikoid
Hormone ini mempunyai fungsi bertentangan dengan somatotropin,
tiroksin, dan androgen karena kortison mempunyai efek antianabolik.
Kalau kortison berlebihan, pertumbuhan akan terhambat/terhenti dan
terjadi osteoporosis.
d. Hormon-hormon seks
Hormone seks terutama mempunyai peranan pada fertilitas dan
reproduksi. Pada permulaan pubertas, hormone seks memacu
pertumbuhan badan tetapi sesudah setelah beberapa lama justru
menghambat pertumbuhan. Androgen disekresi oleh kelenjar adrenal
(dehidroandrosteron) dan testis (testosterone) sedangkan estrogen
terutama diproduksi oleh ovarium.
e. Insulin like growth factors (IGFs)
IGFs merupakan somatomedin yang bekerja sebagai mediator GH dan
bekerja mirip dengan insulin. Fungsinya selain sebagai growth
promoting factor yang berperan pada pertumbuhan juga sebagai
mediator GH. Hormone ini mempunyai aktivitas mirip insulin dan
menimbulkan efek mitogenik terhadap kodrosit, osteoblast, dan jaringan
lainnya. IGFs diproduksi oleh berbagai jaringan tubuh, tetapi IGFs yang
beredar dalam sirkulasi terutama diproduksi di hati.
B.3. Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu dari sejumlah faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja. Selama
tahun-tahun formatif, perubahan kebugaran kesehatan dan motorik
dipengaruhi oleh pematangan pertumbuhan. sulit untuk mengisolasi efek
spesifik dari aktivitas fisik reguler terhadap status kesehatan dan kebugaran
dari penyesuaian inheren dalam pertumbuhan dan perkembangan selama
masa kanak-kanak dan remaja (Hills AP, 2005). Selama masa kanak-kanak
dan remaja, nutrisi dan aktivitas fisik mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan berbagai jaringan tubuh, termasuk lemak tubuh, jaringan
otot rangka dan tulang (Meredith DN, Dwyer JT, 1991).
a. Stimulasi
Stimulasi dari lingkungan merupakan hal yang penting untuk tumbuh
kembang anak. Anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah dan
teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang/tidak mendapatkan stimulasi. Stimulasi juga akan
mengoptimalkan potensi genetic yang dipunyai anak. Lingkungan yang
kondusif akan mendorong perkembangan fisik dan mental yang baik,
sedangkan lingkungan yang kurang mendukung akan mengakibatkan
perkembangan anak di bawah potensi genetiknya.
b. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar (reinforcement/reward and
punishment)
Kalau anak berbuat benar, kita wajib memberikan ganjaran misalnya
pujian, ciuman, belaian, tepuk tangan, dan sebagainya. Ganjaran
tersebut akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk
mengulangi tingkah laku yang baik tersebut. Sementara itu,
menghukum dengan cara yang wajar kalau anak berbuat salah masih
dibenarkan. Hukuman harus diberikan secara obyektif dengan disertai
penjelasan pengertian dan maksud hukuman tersebut, bukan hukuman
untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan kepada anak, atau
penganiayaan pada anak (abuse). Anak diharapkan tahu mana yang
baik dan yang tidak baik, sehingga dapat timbul rasa percaya diri pada
anak, yang penting untuk perkembangan kepribadiannya kelak.
c. Kelompok Sebaya
Anak memerlukan teman sebaya untuk mensosialisasikan dengan
lingkungannya. Perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk
memantau dengan siapa anak tersebut bergaul. Khususnya bagi remaja,
harus diperhatikan teman sebayanya karena teman sebaya dapat
mempengaruhi untuk hal-hal yang tidak baik, seperti penyalahgunaan
obat-obat terlarang, alkohol, merokok, geng motor dan sebagainya.
d. Stres
Stres pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya,
misalnya anak akan menarik diri, rendah diri, gagap, nafsu makan
menurun, dan bahkan bunuh diri.
e. Sekolah
Dengan adanya wajib belajar 9 tahun, diharapkan setiap anak mendapat
kesempatan duduk di bangku sekolah minimal 9 tahun. Pendidikan
yang baik dapat meningkatkan taraf hidup anak kelak dan berpengaruh
terhadap perkembangan anak remaja. Saat ini yang masih menjadi
masalah sosial adalah masih banyaknya anak yang terpaksa tidak
sekolah karena harus membantu mencari nafkah untuk keluarganya.
Selain itu, perhatian pemerintah terhadap sarana, prasarana, dan mutu
pendidikan dirasakan masih kurang.
f. Cinta dan Kasih Sayang
Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi. Anak
memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya
agar kelak ia menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberikan
kasih sayangnya pula. Sebaliknya, kasih sayang yang diberikan secara,
yang menjurus ke arah memanjakan akan menghambat bahkan
mematikan perkembangan kepribadian anak. Akibatnya, anak akan
menjadi manja, kurang mandiri, pemboros, kurang bertanggung jawab,
dan kurang bisa menerima kenyataan.
g. Kualitas Interaksi Anak-Orang Tua
Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua akan menimbulkan
keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka kepada orang tuanya,
sehingga komunikasi bisa timbal balik dan segala permasalahan dapat
dipecahkan bersama. Kedekatan dan kepercayaan antara orang tua dan
anak sangat penting. Interaksi tidak ditentukan oleh lama waktu
bersama anak, tetapi lebih ditentukan oleh kualitas interaksi tersebut.
Kualitas interaksi adalah pemahaman terhadap kebutuhan masing-
masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang
dilandasi oleh rasa saling menyayangi. Hubungan yang menyenangkan
dengan orang lain, terutama dengan anggota keluarga kan mendorong
anak untuk mengembangkan kepribadian dan interaksi sosial dengan
orang lain.
a. Pekerjaan/Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan dasar anak.
b. Pendidikan Ayah/Ibu
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting untuk
tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, orang tua
dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara
pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anak,
mendidiknya, dan sebagainya.
c. Jumlah Saudara
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang mampu dapat
menyebabkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima
anak, lebih-lebih kalau jarak anak terlalu dekat. Pada keluarga yang
sosial ekonomi kurang, jumlah anak yang banyak dapat menyebabkan
kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, selain kebutuhan
dasar anak juga tidak terpenuhi. Hal ini akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak remaja.
d. Stabilitas Rumah Tangga
Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda apada keluarga
yang harmonis dibandingkan dengan mereka yang kurang harmonis.
e. Kepribadian Ayah/Ibu
Kepribadian ayah dan ibu yang terbuka mempunyai pengaruh yang
berbeda terhadap tumbuh kembang anak, bila dibandingkan bila mereka
yang mempunyai kepribadian tertutup. Ketiadaan hubungan emosional,
akibat penolakan dari anggota keluarga atau perpisahan dengan orang
tua seringkali menimbulkan gangguan kepribadian. Sebaliknya,
pemuasan emosional akan meningkatkan perkembangan kepribadian.
Apabila orang tua dapat memahami emosi anak serta dapat
mengajarkan pada anak tentang cara mengenal dan mengendalikan
emosinya, kelak anaknya akan mempunyai EQ (Emotional Quotient)
yang tinggi. EQ sangat penting dalam pergaulan dan untuk membina
karier mereka kelak. Demikian pula moral etika (SQ = Spiritual
Quotient) sangat penting. Jika orang tua mengajarkan nilai-nilai moral
sejak dini dan memberi contoh nyata perbuatan mulia akan timbul
dampak positif pada perilaku dan moral anak.
f. Pola Pengasuhan
Pola pengasuhan yang diterapkan dalam keluarga bermacam-macam,
seperti pada pengasuhan permisif, otoriter, atau demokratis. Pola ini
akan mempengaruhi perkembangan anak. Anak yang dibesarkan
dengan pola pengasuhan permisif, kalau sudah besar nantinya anak
akan cenderung kurang bertanggung jawab, mempunyai kendali
emosional yang buruk dan sering berprestasi rendah dalam melakukan
sesuatu. Sementara itu, anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan
yang demokratis mempunyai penyesuaian pribadi dan sosial yang lebih
baik, anak lebih mandiri serta bertanggung jawab.
g. Adat Istiadat, Norma, Tabu
Adat istiadat yang berlaku di setiap daerah akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak. Missal di Bali, upacara agama sering diadakan
dan keluarga harus menyediakan berbagai sajian makanan dan buah-
buahan, maka sangat jarang terdapat anak yang gizi buruk karena
makanan maupun buah-buahan tersebut akan dimakan bersama setelah
selesai upacar. Demikian pula norma-norma maupun tabu-tabu yang
berlaku di masyarakat, misalnya tidak boleh makan daging nanti bisa
kecacingan. Hal ini dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
C. Tabel Sintesa Hasil Penelitian Faktor Determinan Tumbuh Kembang Remaja
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Akers, R. L. (1992). Drugs, alcohol and society: Social structure, process, and
policy. Belmont, CA: Wadsworth.Baer, P. E., & Bray, J. H. (1999).
Adolescent individuation and alcohol usage. Journal of Studies on
Alcohol, 13, 52-62
Balkemore SJ, Burnett S, Dahl RE., 2010. The role of puberty in the developing
adolescent brain. Human Brain Mapping, 31, 926-933.
Choudhury S (2010): Culturing the adolescent brain: What can neuroscience learn
from anthropology? Soc Cogn Affect Neurosci [Epub ahead of print].
Foo LH, et al. 2007. Influence of body composition, muscle strength, diet and
physical activity on total body and forearm bone mass in Chinese
adolescent girls. British Journal of Nutrition, 90, 1281-1287. doi:
10.1017/S0007114507787421
Gunn, J. B., Peternsen dan Eichorn, 1985. The study of maturational timing
effects in Adolescene. Journal of Youth and Adolescence ,14 (3)
Hetzel BS. Iodine deficiency disorders (IDD) and their eradication. Lancet
1983;2:11269
Hills AP. Physical activity and movement in children: its consequences for growth
and development. Asia Pac J Clin Nutr 1995; 4: 43-5
Kemm J.1987. Eating patterns in childhood and adult health. Nutr Health 4:205
15.
Meredith CN, Dwyer JT. Nutrition and exercise: effects on adolescent health. Annu
Rev Public Health 1991; 12: 309-33
Monks, FJ, Knoers, AMP, Haditono. 1999. Psikologi Perkembangan: Pengantar
Dalam Berbagai Bagiannya, (Terjemahan Siti Rahayu Haditono).
Yogyakarta: Gadja Mada University Press.
Robson H, Siebler T, Shalet SM, Williams GR. Interactions between GH, IGF-I,
glucocorticoids, and thyroid hormones during skeletal growth. Pediatr Res
2002;52:13747.
Rodriguez, V. 2006. How does exercice affect bone development during growth.
Sport Med, 36 (7), 561-569. Doi: 0112-1642/06/0007-0561/$39.95/0
Santrock, J. W.1996. Adolescence 6th ed. Times Mirror Higher Education: Texas
Santrock, Johin W. 1998. Adolecsence (7nd ed). Washington DC: Mc Graw Hill