Farmasi Blok 12
Bentuk sediaan obat
Oleh
Enny Kusumastuti
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2015
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Berat bahan obat yang dapat ditimbang minimum 50 mg. Apabila diperlukan
bahan kurang dari 50 mg, maka dilakukan pengenceran dengan bahan inert atau
bahan pembawa yang sesuai.
2. Alat-alat yang digunakan harus bersih dan kering.
3. Pada saat menimbang, kedua piring timbangan harus diberi alas kertas untuk
menimbang.
4. Pada penimbangan bahan, saat menambah atau mengurangi bahan , timbangan
harus dalam keadaan off.
5. Sebelum dan sesudah menimbang bahan, etiket pada wadah/botol agar dibaca
untuk menghindari kesalahan pengambilan bahan.
6. Bahan obat yang sudah selesai ditimbang agar dikembalikan ke tempatnya.
7. Untuk bahan berbentuk cair, setiap menuang dari wadah, etiket harus di sebelah
atas.
8. Sebelum dicampur, bahan-bahan harus digerus terlebih dahulu, terutama untuk
bentuk sediaan padat dan setengah padat.
9. Penggunaan etiket disesuaikan : warna putih untuk obat dalam dan warna biru
untuk obat luar.
10. Penggunaan label disesuaikan dengan sifat bentuk sediaan misal : KOCOK
DAHULU untuk suspensi dan emulsi.
RESEP YANG LENGKAP
dr. Prawesti
Rumah Sakit Muh. Husin Plg
SIP : 123/ID/2004
Praktek : Senin-Jumat Dokter : Dena
Bagian : Anak
Jl. Mahakam B/5
Tanggal : 2 11-2015
Tlp. 810394 Plg
Plg, 2-11-2015
R/ Amoksisilin sirup fl I
R/ Eritromisin mg 200
S t dd cth I ac
Laktosa qs
Mfla pulv dtd no. XV
R/ Parasetamol sirup fl I
S t dd p I
S t dd cth I prn
Pro : Andani (4 th)
Pro : Rido (3 th)
PERHITUNGAN DOSIS OBAT UNTUK ANAK
Untuk menghitung dosis obat yang diberikan kepada penderita terutama anak-anak, ada
beberapa rumus yang dapat digunakan. Perhitungan dengan rumus-rumus tersebut
berdasarkan perbandingan umur anak dengan umur dewasa, perbandingan berat badan,
perbandingan luas permukaan tubuh. Dari beberapa rumus tersebut yang sering digunakan
adalah rumus Young (untuk anak umur 12 tahun ke bawah) dan rumus Dilling (untuk anak
umur 12 tahun ke atas) serta rumus Clark (berdasarkan berat badan anak)
n
Rumus Young: DMa = x DM
n + 12
n
Rumus Dilling: DMa = x DM n : umur (tahun)
20
DMa : dosis maksimum anak
DM : dosis maksimum dewasa (dapat dilihat di Farmakope Indonesia III)
w anak
Rumus Clark : DMa = x DM
w dewasa w : berat badan (kg)
Ketentuan umum : 1. Umur orang dewasa adalah 20 tahun
2. Berat badan orang dewasa adalah 70 kg
Bentuk sediaan padat.
Perhitungan dosis pada bentuk sediaan padat umumnya diperlukan untuk pemakaian dalam
kecuali bila dinyatakan lain. Terutama digunakan bila akan menghitung dosis obat pada resep
racikan bentuk serbuk (pulveres) untuk anak-anak.
Contoh :
1. R/ Aminofilin mg 60 Dosis maksimum dewasa :
Mfla pulv. dtd No. XII sekali 500 mg
S. tdd pulv I sehari 1500 mg
Pro: Norma (3 thn)
Dosis maksimum anak : sekali : 3/ (12 + 3) x 500 mg = 100 mg
sehari : 3/ (12 + 3) x 1500 mg = 300 mg
Dosis sekali pakai Aminofilin adalah 100 mg dan sehari 3 x 100 mg = 300 mg
Perhitungan persen dosis pakai terhadap dosis maksimum:
Sekali : 60 mg / 100 mg x 100% = 60% (< dosis maksimum)
Sehari : 3x60 mg / 300 mg x 100% = 60% (< dosis maksimum)
2. R/ Rifampisin 3
mfla pulv. No. XV
S. 1dd pulv. I m.a.c
Pro: Bona (4 tahun)
Jumlah sediaan cair dalam resep dapat dinyatakan dalam volume (ml) atau dalam berat
(gram) dan % (persen), contoh :
1. R/ Luminal 0, 24 2. R/ Luminal mg 240
Aqua ad ml 60 Aqua ad 60
Mf susp. Mf susp.
S. tdd cth I S. tdd cth I
Pro: Lindri (4 tahun) Pro: Lindri(4 tahun)
Perhitungan dosis:
a. Carilah dosis maksimum dari luminal/fenobarbital.
Dosis maksimum dewasa : satu kali 300 mg ; satu hari 600 mg (FI III)
b. Hitung dosis maksimum untuk anak.
Satu kali : 4 / 4 + 12 x 300 mg = 75 mg
Satu hari : 4 / 4 + 12 x 600 mg = 150 mg
c. Hitung dosis pakai dari resep di atas untuk pemakaian satu kali dan satu hari.
Aturan pakai: Sehari tiga kali satu sendok teh.
Satu sendok teh = 5 ml , sehingga : satu hari 3 x 5 ml = 15 ml.
Dalam hal ini untuk resep 1 dan 2 tidak ditambahkan bahan-bahan yang kental yang dapat
mengubah kekentalan sediaan,maka berat jenis dari sediaan tersebut adalah 1.0. Pada resep
no. 2 jumlah akhir sediaan dinyatakan dalam berat (gram), sehingga volume dari sediaan
tersebut : 60/1 =60 ml.
Dosis pakai Luminal untuk resep 1 dan 2 :
Satu kali pakai : 5 ml / 60 ml x 240 mg = 20 mg
Satu hari : 15 ml/ 60 ml x 240 mg = 60 mg
Persentase dosis pakai terhadap dosis maksimum anak:
Satu kali : 20 mg/ 75 mg x 100% = 26,66%
Satu hari : 60 mg/150 mg x 100% = 40%
Dosis pakai resep 1 dan 2 tidak melebihi dosis maksimum .
3. R/ Luminal mg 240
Sirupus simpleks ml 20
Aqua ad 60
Mf susp.
S. tdd cth I
Pro: Sinta (4 tahun)
Pada sediaan di atas ditambahkan sirupus simpleks sebanyak 20 ml atau sepertiga dari jumlah
sediaan. Apabila dalam sediaan ditambahkan sirupus simpleks sejumlah lebih dari seperenam
bagian dari volume atau berat akhir sediaan, maka berat jenis sediaan menjadi lebih dari 1.0.
Dalam hal ini berat jenis sediaan = 1.3, sehingga perhitungan dosis menjadi:
Dosis pakai satu kali : satu sendok teh = 5.0 ml = 5.0 ml x 1.3 g/ml = 6.5 g.
Jumlah Luminal dalam satu sendok teh = 6.5 g/ 60 g x 240 mg = 26 mg
Persen dosis luminal satu kali = 26/75 x 100% = 34,66%
Dosis pakai Luminal satu hari : 3 x satu sendok teh = 3 x 26 mg = 78 mg
Dosis pakai Luminal sehari = 78/150 x 100% = 52%
4. R/ Eritromisin 2.0
Sirupus simpleks ml 5
Mf. Susp. ad ml 20
S tdd gtt X
Pro: Andi (2 tahun)
Bila cara pemakaian dinyatakan dalam tetesan, maka perlu diperhitungkan volumenya. Dalam
hal ini digunakan acuan tetesan internasional yaitu 1.0 ml = 20 tetes untuk cairan dengan
berat jenis = 1.0. Sehingga perhitungan dosis untuk resep no. 4 sbb:
a. Dosis maksimum dewasa : satu kali 500 mg ; satu hari 4 g (Farmakope Indonesia III)
b. Dosis anak : Satu kali = 2 / (12 + 2) x 500 mg = 71.5 mg
Satu hari = 2 / (12 + 2) x 4000 mg = 571 mg
c. Dosis pakai:
Aturan pakai : Tiga kali sehari 10 tetes
Satu kali = 10 tetes = 0.5 ml
= 0,5 ml / 20 ml x 2000 mg = 50 mg
Satu hari = 3 x 10 tetes = 1.5 ml
= 1.5 ml / 20 ml x 2000 mg = 150 mg
Persentase dosis pakai terhadap dosis maksimum:
Satu kali = 50 mg / 71.5 mg x 100% = 69.93% (< dosis maksimum)
Satu hari = 150 mg / 571 mg x 100% = 26.26% (< dosis maksimum)
1.Pulveres
Yang dimaksud dengan pulveres adalah bentuk sediaan padat yang berupa serbuk halus dan
kering, dalam bentuk terbagi untuk satu kali pemakaian. Pulveres mengandung bahan
berkhasiat tunggal atau campuran lebih dari satu bahan berkhasiat. Pulveres harus memenuhi
persyaratan : halus, kering, dan bila mengandung lebih dari satu bahan obat harus homogen.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bentuk sediaan pulveres:
1. Berat setiap bungkus antara 300 - 1000 mg. Tujuan pembatasan berat setiap bungkus
serbuk adalah agar obat bisa diminum penderita dan campuran obat bisa tercampur secara
homogen. Zat tambahan (vehikulum) yang umum digunakan adalah saccharum lactis
(laktosa) yang bersifat inert. Untuk penderita diabetes dapat digunakan manitol.
2. Untuk mencampur bahan obat berkhasiat keras sebaiknya ditambahkan bahan pewarna
kontras yang bersifat inert agar mudah mengetahui homogenitas dari campuran. Bahan
pewarna yang sering digunakan adalah karmin.
3. Bahan-bahan yang bersifat higroskopis (menyerap air) digerus dalam mortir hangat
kemudian ditambahkan bahan pengisi (laktosa).
4. Bila dosis pakai dari sediaan 80% dari dosis maksimum, maka pembagian tiap
bungkusnya harus ditimbang satu persatu.
5. Bila terdapat bahan obat yang berupa kristal atau tablet maka bahan tersebut harus digerus
terlebih dahulu sebelum dicampur dengan bahan obat lain.
6. Bila terdapat bahan obat yang berbentuk cair misalkan tingtur, ekstrak cair maka harus
diuapkan terlebih dahulu kemudian dikeringkan dengan bahan pengisi.
7. Bahan yang berbobot ringan misal: MgO, MgCO3 dan bahan yang mudah menguap misal:
minyak atsiri dan tingtur, ditambahkan terakhir.
Beberapa bahan obat dan bentuk sediaan yang sebaiknya tidak diberikan dalam bentuk
serbuk:
1. Etambutol, heksamin : karena bersifat higroskopis.
2. Sediaan tablet retard, tablet sustained release, atau semua sediaan tablet long acting.
3. Sediaan tablet enterocoated, sediaan tablet salut gula.
4. Sediaan tablet yang sangat keras misal : mycostatin, karena sulit homogen.
Pengerjaan bahan obat yang tidak dicampur langsung dengan bahan obat lain
a. Ekstrak kental: tambahkan beberapa tetes alkohol 70% dalam mortir panas kemudian
gerus dengan bahan pengisi sampai kering dan homogen.
b. Minyak atsiri : dipakai sebagai pemberi rasa/ bau/aroma, maka ditambahkan pada bahan
pengisi.
c. Bahan obat yang mengandung air kristal : diganti dengan bahan yang tidak mengandung
air kristal
d. Camphora, menthol, asetosal: ditetesi dengan spiritus fortior (alkohol 95%) secukupnya
sampai larut di dalam mortir hangat, kemudian digerus dengan bahan pengisi sampai
kering dan homogen.
Contoh resep.
1. Dr. Kartika 2. Dr. Kartini
SIP 2145/IP/1980 SIP 2195/IP/1981
Jl. Hang Tuah no. 10 Jl. Nuri 11 Palembang
Palembang
Plg, 1 Okt 15
Plg, 1 Okt 15
R/ Amoksisilin 3
R/ Parasetamol tab mf pulv No.XV
CTM tab S 3dd pulv I
Sacch. Lactis q.s. prf
mf pulv dtd No. XV R/Parasetamol 3
S tdd pulv I mf pulv No.XV
prf S bdd pulv I
prf
Pro: Gundu ( 4 th )
Pro: Bintang ( 3 th )
Bentuk sediaan ini umumnya digunakan untuk memberikan efek lokal pada atau di dalam
kulit. Terdapat tiga macam bentuk sediaan setengah padat: Salep (unguentum), Krim (cream),
Pasta.
Salep (unguentum).
Salep adalah gel dengan perubahan bentuk plastis, digunakan untuk kulit sehat, sakit atau
terluka atau pada selaput lendir (hidung, mata). Sediaan salep mengandung bahan obat yang
terlarut (salep larutan) atau bahan obat yang tersuspensi (salep suspensi) dalam dasar salep.
Menurut daya terapinya, salep dapat dibagi sebagai berikut:
a. Salep epidermik : yaitu salep yang dimaksudkan bekerja hanya pada permukaan kulit
dengan efek lokal. Pada umumnya digunakan sebagai pelindung, antiseptik, adstringensia
dan parasitisida. Dasar salep yang digunakan adalah vaselin.
b. Salep endodermik : yaitu salep yang dimaksudkan untuk melepaskan obat agar memasuki
kulit, tetapi tidak menembus kulit, sebagian diserap dan bersifat sebagai emollientia,
stimulantia dan lokal irritant. Dasar salep yang digunakan adalah minyak tumbuhan dan
minyak alami.
c. Salep diadermik : yaitu salep yang dapat melepaskan obat menembus kulit dan
menimbulkan efek konstitusi. Salep diadermik hanya untuk pemakaian khusus misal:
bahan obat berupa senyawa raksa, iodida, belladona. Dasar salep yang baik adalah:
lanolin, adeps lanae, oleum cacao.
Menurut dasar salepnya, terdapat 2 jenis salep:
I. Salep hidrofob : yaitu salep dengan dasar berlemak, mengandung campuran lemak,
minyak, malam dan tidak dapat dicuci dengan air. Contoh: salep benzocaina FI.
II. Salep hidrofil : yaitu salep dengan dasar salep emulsi w/o atau o/w, mempunyai daya
serap air cukup besar. Salep jenis ini lebih mudah dicuci dengan air, terutama dasar
salep o/w.
Pengerjaan bahan-bahan tertentu dalam pembuatan salep:
a. Asam salisilat, benzocain: karena bahan-bahan tersebut sukar larut dalam lemak maupun
air, maka digerus dalam mortir hangat sambil ditetesi alkohol 90% sampai larut (4 5 tetes),
kemudian ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.
b.ZnO, asam borat, sulfonamida: mula-mula digerus halus, kemudian diayak dengan ayakan
B-40 baru kemudian dengan dasar salep sejumlah setengahnya atau sama dengan bobot
bahan obat. Bila perlu dasar salep dicairkan dahulu.
c.Ichtyolum,balsam peru: bahan ini harus ditambahkan terakhir dan dasar salep dalam
keadaan dingin.
d.Beta-naftol: karena mempunyai dosis maksimum maka harus dihitung dosis pakainya dan
dibuat dalam bentuk salep yang terbagi.
e.Cairan-cairan alcohol dalam salep : bila zat berkhasiat tidak menguap dan tahan panas,
diuapkan sampai konsistensinya menyerupai sirup, kehilangan berat zat diganti dengan dasar
salep, contoh : Tct. Opii, ekstrak liquidum. Bila zat berkhasiat mudah menguap, tidak tahan
pemanasan maka campurkan sedikit-sedikit.
Krim
Krim merupakan sediaan setengah padat , berupa emulsi, mengandung air tidak kurang dari
60%. Sediaan untuk kosmetika mengandung air lebih besar dari 60%. Krim dimaksudkan
untuk terapi lokal, selain untuk kulit juga untuk membran mukosa. Dasar krim adalah emulsi
tipe w/o atau o/w.
Pada pembuatan emulsi sebagai dasar krim digunakan suatu emulgator agar dasar krim tidak
rusak (stabil). Emulgator yang sering digunakan: emulgide, trietanolaminstearat (TEA ).
Krim stearat dibutuhkan dalam kosmetik sebagai vanishing cream, sebagai emulgator adalah
garam-garam natrium, kalium, atau ammonium dari asam stearat seperti trietanolaminstearat.
Untuk penyiapannya digunakan komponen alkali dan asam stearat dalam suatu perbandingan,
sehingga terbentuk 15 20% senyawa garam. Penambahan gliserol 10% sebagai pelembut
atau pelunak, lihat komposisi dasar krim C (krim stearat beralkali lemah dengan pH 7,2 8,4,
perhatikan pH lingkungan kulit 4,8 5,8).
Komposisi dasar krim
A. Oleum sesami 15 B. Oleum sesami 30 C. As. Stearat 14.20
Emulgide 15 Emulgide 10 Gliserin 10.0
Aqua ad 100 Aqua ad 100 Borax 0.25
TEA 1.0
Aqua 75
Plg, 3 Okt 15
R/ Garamisin 0.5
Vitamin C . 0,1
Mf cream ad 10
Sue
Pro: DEnok
Pasta
Pasta adalah sediaan setengah padat berupa massa lembek, dibuat dengan mencampurkan
bahan padat dalam vaselin atau bahan lain yang cocok. Konsentrasi bahan padat yang
diperlukan untuk pembentukan pasta umumnya 30 70%. Untuk penyiapan pasta, serbuk
terdispersi halus disuspensikan dalam fase luar, bila digunakan pembawa salep sebagai bahan
dasar, boleh dipanaskan atau dileburkan. Secara terapeutik pasta berada di antara salep dan
bubuk. Pasta bekerja pada permukaan kulit. Sifat menghisap dan sifat mengeringkannya
digunakan untuk penanganan Pasta dioleskan dulu pada kain kasa sebelum digunakan.
Sediaan dalam bentuk pasta berfungsi sebagai: pengobatan setempat, pelindung atau
pembersih dan pengering.
Contoh resep Dr. Hanan Dr. Mita
1. SIP 552/IP/1993 2. SIP 333/IP/1999
Jl. Serayu 8 Palembang Jl. Nuri 2 Palembang
LARUTAN (solutio)
Yang dimaksud dengan bentuk sediaan larutan adalah suatu sediaan yang mengandung
bahan obat terlarut, dalam pelarut air atau sebagian besar air dengan cairan lain. Larutan harus
jernih. Solutio adalah larutan dari satu macam zat dalam pelarut. Apabila bahan obat terlarut
lebih dari satu maka sediaan disebut mikstura.
SIRUP: adalah sediaan cair kental untuk keperluan dalam yang mengandung minimum 50 %
sakarosa, dapat ditambahkan bahan obat atau sari tumbuhan.
Kandungan sakarosa dalam sirup antara 50% sampai 65% (Farmakope Indonesia) akan tetapi
pada umumnya antara 60%-65%. Kandungan gula dalam sirup menentukan daya tahan sirup.
Pada kadar jenuh ( 66%) tidak terjadi pertumbuhan jamur karena air yang diperlukan untuk
pertumbuhan mikroorganisme akan ditarik melalui proses osmosis.
Permbuatan sirup :
Sakarosa 60% -65% dilarutkan dalam air, panaskan dan lakukan pengadukan. Didihkan
selama 120 detik, kemudian disaring. Sirup yang dibuat dengan cara demikian disebut
Sirupus Simpleks.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan sediaan larutan :
a. Pembawa yang umum digunakan adalah air yang telah dimasak dan/atau disuling.
b. Kelarutan bahan obat harus diketahui. Apabila bahan obat tidak larut dalam pembawa
air maka bahan obat diganti bentuk lainnya yang larut misal : bentuk garamnya atau
ester. Dalam hal ini sediaan dapat dibuat dalam bentuk eliksir dengan pembawa
campuran air dan pembawa organik (alkohol, gliserin).
c. Bahan obat berkhasiat keras dilarutkan terpisah kemudian baru dicampur, kecuali jika
ada prosedur lain yang dapat meningkatkan kelarutan bahan obat tersebut. Misal :
coffein dengan natrium benzoat; kloramfenikol dengan dapar borat.
d. Bahan-bahan yang mudah menguap ditimbang dan ditambahkan terakhir.
e. Larutan harus jernih dan bebas partikel, bila perlu disaring.
Mikstura adalah larutan yang mengandung zat berkhasiat lebih dari satu dalam pelarut,.
Contoh resep
RSMH PALEMBANG
Dokter : Mustika
Bagian : kulit kelamin
Tanggal : 5 Okt 2015
Pro : Amang
SUSPENSI
Yang dimaksud dengan sediaan suspensi adalah suatu sediaan cair yang mengandung
bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
Bahan yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-
lahan endapan harus segera terdispersi kembali. Sediaan suspensi dapat dipakai untuk
penggunaan oral maupun topikal. Untuk pemakaian luar disebut LOTIO.
Pada pembuatan sediaan suspensi ditambahkan suatu bahan pensuspensi yang berfungsi untuk
menstabilkan dispersi padat dalam cair.
Bahan pensuspensi yang sering digunakan adalah : Gom Arab 1-2% , Tragakan 1-2%,
Metilselulosa 0,5-2%, Bentonit 2%, Karboksimetilselulosa natrium 0,5-2%
Teknik pembuatan suspensi ada dua cara:
1. Bahan suspensi dibuat mucilago dengan sejumlah 10 kali jumlah bahan
pensuspensi. Bahan-bahan dapat dicampur dengan mucilago bahan suspensi dan
digerus sampai terbentuk pasta yang homogen. Kemudian ditambahkan pembawa
sedikit demi sedikit.
2. Bahan-bahan padat dan serbuk bahan pensuspensi digerus homogen, kemudian
ditambahkan air sedikit demi sedikit sampai terbentuk pasta yang baik setelah
terbentuk pasta, sisa air ditambahkan sedikit demi sedikit.
Contoh resep
Dr. Hanani Dr. Hasnan
1. SIP: 098/IP/1987 2. SIP: 871/IP/1990
Jl. Hang Jebat no. 2 Plg Jl. Merdeka no. 6 Plg
Plg, 4 Okt 15 Plg, 4 Okt 15
R/ Parasetamol 3 R/ Mg.hidroksid 2
Sir.Simpl. ml 10 Al hidroksid 2
Mf susp. ad 60 ml Sir.Simpl. ml 15
Mf susp. ad 60 ml
S tdd cth 1 p.c. prn S 3 dd cth I 1 h.a.c
EMULSI
Emulsi adalah suatu sediaan cair yang berupa sistem dispersi cair dalam cair, yang mana
cairan-cairan tersebut tidak tercampur satu sama lain. Terdiri dari dua fase cair yaitu fase
hidrofil (umumnya air) dan fase lipofil yang berupa suatu minyak tumbuhan atau lemak
(minyak lemak, paraffin, vaselin dll) atau pelarut lipofil (kloroform, benzena).
Pada pembuatan emulsi agar kedua fase dapat tercampur ditambahkan suatu bahan yang
disebut emulgator. Terdapat bermacam-macam emulgator antara lain :
a. Emulgator anion aktif : Natrium palmitat, Natrium stearat, Kalsium palmitat,
aluminium palmitat, trietanolamin stearat, gom arab.
b. Emulgator kation aktif : Setrimid, benzalkonium bromida.
c. Emulgator non ionik : setil alkohol, stearil alcohol, Span 20, 40, 60 dan 80; Tween 20,
21, 40, 60, 61, 65, 80 dan 85.
d. Emulgator amfoter : gelatin, kasein, kuning telur, lesitin.
Farmakope menyatakan bahwa bila tidak disebut lain maka sediaan emulsi dibuat dengan
menambahkan gom arab.
Terdapat dua macam emulsi yaitu :
1 .Emulsi air dalam minyak (A/M) atau water in oil (W/O) , minyak adalah fase ekternal dan
air adalah fase internal
2. Emulsi minyak dalam air (M/A) atau oil in water (O/W) , minyak adalah fase internal dan
air merupakan fase eksternal
Sifat Emulsi:
1. Emulsi alami disebut emulsi vera yaitu emulsi dengan bahan dasar sudah mengandung
minyak dan diemulsikan dengan emulgatornya sehingga terbentuk emulsi pada pencampuran
yang baik dengan air.
2. Emulsi buatan disebut emulsi spuria yaitu emulsi yang dibuat dengan penambahan
emulgator.
Metode pembuatan corpus emulsi
A. Continental methods (metode suspensi).
Jumlah bahan yang digunakan untuk membuat inti emulsi (corpus emulsi ) adalah minyak :
air : gom arab = 4 : 3 : 2. Gom arab dimasukkan ke dalam mortir yang kering, kemudian
ditambahkan minyak, diaduk cepat sampai campuran homogen. Setelah itu air dimasukkan
dan campuran segera diaduk dengan cepat sampai terbentuk emulsi yang berwarna putih dan
homogen.
B. English methods (metode larutan).
Jumlah bahan yang digunakan sama dengan A. Gom arab dibuat musilago dengan air.
Kemudian satu bagian minyak ditambahkan kedalam musilago sambil diaduk terus,
selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk sisa munyak. Pengadukan dilakukan terus
menerus sampai terbentuk emulsi yang putih dan homogen.
Contoh resep
Dr. Lintang Dr. Omar Syarif
SIP :2222/IP/2002 SIP: 698/IP/1993
Jl. Brantas no. 1 Plg Jl. Serayu 7 Plg
1. 2.
Plg, 4 Okt 15 Plg,4 Okt 15
TONISITAS
Suatu larutan dikatakan mempunyai tonisitas yang sama dengan serum atau cairan mata atau
ISOTONIS apabila :
1. Mempunyai titik beku yang sama dengan serum atau cairan mata yaitu 0.52
(dihitung berdasarkan penurunan titik beku zat berkhasiat).
2. Mempunyai konsentrasi sama dengan serum yaitu 0.3 M (dihitung berdasarkan
molaritas larutan zat berkhasiat).
3. Mempunyai tonisitas sama dengan 0,9% NaCl (dihitung berdasarkan ekivalensi zat
berkhasiat dengan NaCl).
Suatu larutan dapat bersifat hipertonis atau hipotonis. Apabila suatu larutan hipertonis akan
dibuat isotonis maka konsentrasi bahan yang harus dikurangi, sedangkan untuk larutan
hipotonis harus ditambahkan suatu bahan pengisotoni hingga mencapai tonisitas yang sama
dengan serum.
a. Asam salisilat 0,5%, amylum 2%, buat bedak tabur ad 20 g untuk Nanda 4
tahun, aturan pakai untuk obat luar
b. Zink okxyd 3%, asam salisilat 0,5% buat bedak tabur ad 20 g, untuk Lina 5 tahun,
aturan pakai diketahui
c. Asam salisilat 0,5%, calamin 1%, buat bedak tabur ad 20 g, untuk Aming 6 tahun,
obat luar.
d. Difenhidramin HCl 0.5% , zink oxyd 2%, buat bedak tabur ad 30 g, untuk
Murni, obat luar.
e. Zink oksid 2%, calamin 1%, talk ad 20 g, untuk Boim 8 tahun, pemakaian
diketahui.
f. Asam salisilat 0,5%, amylum 2%,buat bedak tabur ad 20 g untuk Hadi 4 tahun,
aturan pakai untuk obat ;luar
g. Zink okxyd 2%, asam salisilat 0,5% buat bedak tabur ad 20 g, untuk Rindu 3
tahun, aturan pakai diketahui
h. Asam salisilat 0,5%, calamin 1,5%, buat bedak tabur ad 20 g, untuk Anang 7
tahun, obat luar.
i. Difenhidramin HCl 0.5% , amylum 3%, buat bedak tabur ad 30 g, untuk Susan
obat luar.
j. Zink oksid 2%, mentol 1% 1%, talk ad 20 g, untuk Bondan 8 tahun, pemakaian
diketahui.
5. Pembuatan sediaan cair (emulsi) aturan pakai sehari satu sendok makan
pada pagi hari
.
5. PEMBUATAN OBAT : (dengan penimbangan terperinci)
Daftar Pustaka