PENDAHULUAN
1
1. Bagaimana konsep dasar teori Hipoglikemi?
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
B. KLASIFIKASI
1. Keluhan adanya kadar glukosa darah plasma yang rendah. Gejala otonom
seperti berkeringat, jantung berdebar-debar, tremor, lapar.
2. Koma hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 30 mg/dl.
C. ETIOLOGI
D. PATOFISIOLOGI
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain
itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa
(dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu,
fungsi otak yang normal sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan
sirkulasi. Gangguan glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat
sehingga terjadi penurunan suplai glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan
4
suplai glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplai oksigen ke
otak sehingga akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
F. MANIFESTASI KLINIS
6
2. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap
perilaku, lemah, disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan
terhadap stimulus bahaya.
G. KOMPLIKASI
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Gula darah puasa: Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa
(sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110
mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial: Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa
dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam.
7
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan,
kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat
pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis
biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkan konsentrasi 25%
biasanya diberikan kepada anak-anak.
2. Glukagon
A. Pengkajian
a. Airway
8
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,
ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi,
lakukan :
Suction
Guedel Airway
Instubasi Trakea
b. Breathing
Beri oksigen
c. Circulation
Pemberian infus
d. Disability
9
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi
pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk
memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan
kebutuhan, atau instruksi dokter.
a. Keluhan utama : Sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering
hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain
sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
b. Riwayat :
ANC
Perinatal
Post natal
Imunisasi
Sepsis
Enteral feeding
Kanker
c. Data fokus
10
Data Subyektif:
Nyeri kepala
Sering menguap
Irritabel
Data obyektif:
Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
a. Kepala : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak adanyeri tekan
d. Hidung : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada secret, terpasang O2
nasal 5 liter/menit
e. Telinga : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret, tidak ada
perdarahan
11
g. Leher : tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba, tidak ada pembesaran
limfoid
h. Thorax :
I: ekspansi dada tidak simetris, tidak ada luka, frekuensi nafas tidak teratur
i. Abdomen :
P: suara timpani
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
12
C. INTERVENSI
3. Anjurkan
kepada orang
tua untuk
memberikan
makanan
dengan teknik
porsi kecil tapi
sering secara
bertahap.
4. Kolaborasikan
dengan vitamin
penambah
nafsu makan.
13
berkurang/ hilang, faktor yang
dengan kriteria: mempercepat
dan tanda-
Terlihat tenang
tanda rasa sakit
dan rileks
non verbal.
Tidak ada
2. Bantu pasien
keluhan nyeri
untuk
Menunjukkan mengidentifika
perilaku si tindakan
penanganan memenuhi
nyeri kebutuhan rasa
nyaman yang
telah berhasil
dilakukan
seperti,
distraksi,
relaksasi atau
kompres
hangat/ dingin.
3. Ajarkan teknik
manajemen
relaksasi dan
nafas dalam.
4. Kolaborasikan
pemberian
analgetik.
Mampu memilih
beberapa
alternatif untuk
mempertahankan
tingkat akivitas.
Mengidentifikasi 3. Perhatikan
/ memperbaiki tentang suram
potensial bahaya atau
dalam penglihatan
lingkungan. kabur dan
iritasi mata,
dimana dapat
terjadi bila
menggunakan
tetes mata.
4. Letakkan
barang yang
dibutuhkan/
posisi bel
pemanggil
dalam jangka/
posisi yang
tidak dioperasi.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
E. EVALUASI KEPERAWATAN
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Eko, Wahyu. 2012. Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia. diakses tanggal 12
Oktober 2012.
Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental Practice.
Inggris: Wiley Blackwell
RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta :
Aulia Publishing
18