Anda di halaman 1dari 3

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (EULC), yang merupakan kurikulum

operasional yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap unit pendidikan, saat ini
membutuhkan guru untuk mengembangkan dan menyusun materi pengajaran dan
pembelajaran yang sesuai berdasarkan kurikulum.
Dalam belajar kimia, banyak kendala yang dihadapi oleh siswa maupun guru dalam hal
ketersediaan bahan ajar. Ini termasuk keterbatasan peralatan dan bahan, memahami
konsep teoritis dan mikroskopis, dan eksperimen berbahaya karena kandungan sifat fisik
dan kimia dari produk eksperimental.

Peran model pembelajaran, strategi dan metodologi yang digunakan oleh guru
dalam menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa sangat mempengaruhi minat dan
motivasi mereka dalam memahami konsep kimia. Seperti dalam kasus ini, penting bagi
seorang guru untuk mempersiapkan, merencanakan, menyampaikan, dan mengevaluasi
materi sehingga siswa menyukai subjeknya. Untuk sebagian besar, ini tergantung pada
penyajian materi yang diberikan oleh guru.

Proses pembelajaran harus memperhatikan kondisi individu siswa karena


merekalah yang sedang melakukan pembelajaran. Siswa adalah individu yang unik. Oleh
karena itu, pendidikan harus memperhatikan perbedaan individu, sehingga pembelajaran
dapat secara efektif mengubah kondisi siswa karena tidak mengetahui pengetahuan, dari
tidak memahami, tidak terampil, dan kurang berperilaku baik.

Salah satu topik yang perlu dijelaskan dalam silabus kimia adalah sifat koligatif
larutan. Dalam kimia, solusinya adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat. Zat yang memiliki kuantitas lebih rendah di dalam larutan disebut zat terlarut,
sedangkan zat di mana jumlahnya lebih banyak daripada semua zat lainnya dalam larutan
disebut pelarut. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam
konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut untuk
membentuk larutan disebut pelarutan atau pelarut.
Gambaran teoretis tentang sifat koligatif solusi ini sulit dipahami anak karena imajinasi
diperlukan untuk memahami konsep tersebut. Karena itu, perlu ada metode alternatif untuk
membantu anak. Salah satunya adalah metode pembelajaran interaktif berbasis komputer
atau TIK. Pilihan metode pembelajaran multimedia interaktif ini diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dari sifat koligatif larutan.

METODE
Penelitian dilakukan di SMAN 9 Jakarta Timur pada kelas XII (kelas dua belas)
dua pengamat (guru kimia dan kepala sekolah atau elemen kepemimpinan) di sekolah.
Penelitian ini
dilakukan dalam periode 5 bulan dengan menggunakan dua 2 siklus. Sebelum siklus, para
siswa melewatinya
tahap penilaian dimana siswa diuji untuk mengukur kemampuan awal mereka dan
mengeksplorasi
masalah yang dihadapi oleh siswa yang terkait dengan kompetensi yang diinginkan
Pada siklus pertama, peneliti dan pengamat (guru) mensurvei masalah dan
kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam rangka meningkatkan minat dan hasil ujian siswa
bidang kimia (konsep sifat koligatif). Kemudian dilanjutkan dengan diskusi mengenai hasil
tes awal siswa untuk mengetahui rencana aksi terhadap masalah tersebut. Rencana
tindakan yang ditentukan adalah membimbing siswa melalui pengajaran dan pembelajaran,
memberikan materi, menjelaskan dan menjelaskan tampilan dalam multimedia interaktif,
diskusi, dan tes. Siklus pertama diselesaikan dalam dua pelajaran (2 x 45 menit). Pelajaran
45 menit pertama melihat guru melakukan beberapa kegiatan belajar dan salah satu peneliti
memberi materi perangkat lunak interaktif tentang ikatan kimia dengan menggunakan
multimedia interaktif. Diskusi diikuti 45 menit berikutnya di bawah bimbingan guru. Ini
untuk mengeksplorasi pemahaman materi yang ditunjukkan sebelumnya. Pemantauan
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan teknik observasi dan
pencatatan. Ini juga mencakup insiden dan perubahan dalam perilaku, cara, dan teknik
dokumentasi terhadap situasi dan kondisi di kelas. Pertanyaan dan masalah yang perlu
dipecahkan juga diberikan. Data pemantauan kemudian dianalisis. Data dan media koleksi
dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1: Data dan Media Koleksi


Data Media Koleksi
Hasil observasi partisipatif Lembar observasi
Pengamatan aktivitas kelas Lembar observasi
Pengukuran hasil studi Lembar hasil uji

Siklus kedua direncanakan berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari Siklus 1.
Kelemahan prosedur tertentu dari siklus pertama diperbaiki pada siklus kedua. Hanya
bahan yang dikirim sama tapi perawatan ditambahkan. Sekarang siswa terbagi menjadi
empat kelompok menggunakan teka-teki gambar. Kemudian masing-masing kelompok
diberi tugas untuk merenungkan apa yang mereka
melihat dan mengerti dari media pembelajaran interaktif. Setiap kelompok diberi tugas
berbeda satu sama lain. Sepanjang prosesnya, para siswa diminta oleh guru untuk mencari
sumber yang telah mereka siapkan, baik dari buku, hasil pencarian internet, maupun dari
website itu
jelaskan tentang sifat koligatif larutan. Para siswa kemudian diminta untuk
mempresentasikannya
diskusi menggunakan pemetaan konsep. Mereka disarankan untuk membuatnya semenarik
mungkin
akan lebih mudah dimengerti. Nantinya, siswa dari semua kelompok dikelompokkan ulang.
Setiap anggota harus sekarang
jelaskan apa yang mereka pahami dari kelompok awal mereka sehingga setiap anggota di
kelompok baru sekarang
memiliki pengertian yang sama. Pada akhir proses pembelajaran, siswa diuji, mirip dengan
siklus pertama

Result and Discussion


Pada siklus pertama, siswa kelas XI ke-12 dalam hasil kelas Sains ditunjukkan pada Tabel
2, sedangkan distribusi hasil siklus kedua ditunjukkan pada Tabel 3. Berdasarkan data
Dikumpulkan, hasil rata-rata awal siswa adalah 54,9. Setelah siklus 1, hasil rata - rata
siswa 56,8. Setelah siklus 2, hasil rata-rata siswa adalah 79,7.

No Kelompok Siswa Jumlah Persentase


1. Siswa dengan nilai ujian <75 34 siswa 89,47%
2. Siswa dengan nilai ujian 75<x<85 4 siswa 10,53%
3. Siswa dengan nilai ujian >85 0 siswa 0,00%

No Kelompok Siswa Jumlah Persentase


1. Siswa dengan nilai ujian <75 8 siswa 21,05%
2. Siswa dengan nilai ujian 75<x<85 19 siswa 50,00%
3. Siswa dengan nilai ujian >85 11 siswa 28,95%

TABEL

Berdasarkan hasil tersebut, ada peningkatan yang signifikan rata-rata nilai tes siswa dari
siklus 1 (56,8) sampai siklus 2 (79,7). Penjelasan yang mungkin untuk kenaikannya bisa jadi
karena semakin banyak
diskusi dinamis Jenis diskusi ini terjadi karena setiap siswa aktif di sekolah mereka
kelompok dan harus menjelaskan lagi apa yang telah mereka pelajari kepada anggota
lainnya di tempat yang baru diangkat
kelompok. Penjelasan lain yang mungkin untuk peningkatan kadar test adalah konsep
pemetaan yang dilakukan
setiap kelompok yang meningkatkan kemampuan mereka untuk menghafal dan
memahami konsep yang diberikan. Dengan demikian, kita
dapat disimpulkan bahwa penerapan media pembelajaran interaktif dalam proses
pembelajaran sudah berhasil
dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

CONCLUSION
Dari catatan dan hasil yang dibahas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan pembelajaran interaktif
media dapat berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI di SMA Negeri
IX Jakarta Timur dalam Colligative Solution in Chemistry.

Anda mungkin juga menyukai