Anda di halaman 1dari 48

BAHAN REKAYASA TEKNIK

Engineering Materials
Yulianto P Krisologus
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bandung
Agustus 2010

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 1


Bahan Rekayasa Teknik
Unsur Dasar Bahan ( Pengelompokan Bahan )

Sifat Bahan : Mekanis, Listrik, Thermal, Kimia

Sifat Fisika : berat jenis,


ukuran butir,
kerapatan butir,
kepadatan butir,
luas permukaan butir

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 2


1.Unsur dasar bahan
a. Kelompok Bahan Keramik :
Sifat sukar dipecah, titik leleh tinggi, keras tapi regas,
daya hantar listrik buruk, tahan kimia dan tahan korosi
b.Kelompok Bahan Logam :
Sifat sukar dipecah, titik leleh tinggi, daya hantar
panas & listrik baik, kurang tahan korosi dan kimia
(kecuali logam mulia)
c.Kelompok Bahan Polimer:
Sifat keras sampai lunak, regas sampai liat, tidak
menghantar panas & listrik, kurang tahan Ultra Violet
dan Ozon
d. Kelompok Bahan Komposit (Campuran):
Sifat perpaduan diantara bahan campuran antara kelompok a,b
atau c dicari sifat yang terbaik dari masing-masing bahan.

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 3


Engineering Materials
Jenis bahan Ikatan Kimia Sifat Kimia Sifat Fisika
Mudah * Ada gerakan elektron
Logam atom menyebabkan daya hantar
korosi
listrik & panas yang baik.
* Titik leleh tinggi +/- 1200 o C
Awet, * regas, keras, isolator panas,
Keramik Ion / isolator listrik, titik leleh sangat
tahan korosi
elektron ,tahan kimia
tinggi +/- 2000 oC

Awet , tak fleksibel,


Polimer Kovalen korosi, dapat Lembek
larut oleh zat Isolator
pelarut sejenis Titik leleh rendah +/- 500 oC
Tergantung Tergantung bahan
Komposit sekunder bahan terbesar pembentuknya

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 4


Contoh bahan & tugas
Untuk dapat mengerti mengenai suatu bahan, dengan
cara sederhana yaitu dengan mengamati bahan tadi
termasuk kelompok besar mana dengan mengingat sifat-
sifatnya.
Contoh : serabut gelas ( glasswool) memiliki sifat daya
sekat /isolasi terhadap panas atau suara, titik lelehnya
tinggi jadi termasuk kelompok bahan keramik.
Tugas : Susun bahan bangunan di bawah ini dalam
kelompok mana ? Berikan contoh penggunaannya
dalam teknik bangunan serta berikan defenisi, syarat
mutu dan cara uji menurut SNI/ SII/ ASTM/ DIN/JIS/BS!
Kayu,bata merah, batu alam, plastik, U PVC, PVC,
tembaga, fiberglass, semen portland, seng lembaran dll
19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 5
2. Sifat-sifat bahan
Pada umumnya bahan atau unsur pembentuknya
cenderung stabil, apabila ia dalam keadaan tidak
stabil, maka secara alamiah akan berusaha untuk
menjadi stabil. Untuk mencapai posisi stabil maka ia
akan mengadakan aksi atau mengeluarkan energi
yang berupa gerakan.
Pada umumnya bahan-bahan memiliki sifat-sifat :
* Sifat mekanis
* Sifat thermal
* Sifat listrik
* Sifat kimia

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 6


2.1 Sifat Mekanis
Bahan atau benda bila mendapat gaya luar akan memberi reaksi,
menanggapi gaya luar tadi dan akibat adanya gaya luar itu benda atau
bahan dapat berubah bentuknya. Adanya reaksi akibat gaya luar tadi, pada
benda atau bahan timbul TEGANGAN(Stress). Adanya gaya luar dapat
timbul PERUBAHAN BENTUK (Deformasi). Besarnya deformasi dengan
ukuran benda semula disebut REGANGAN ( Strain ).
Beban, tegangan, deformasi dan regangan
Pengertian mengenai sifat bahan akibat adanya beban ( gaya luar) ini,
hubungan antara beban,tegangan, deformasi dan regangan sangat penting
untuk dihayati:
Besarnya beban = Load (L) = Force (F) dengan satuan kg, N
Luas bidang yang menerima beban ditulis dengan Area = A cm2
Tegangan biasa ditulis dengan = sigma dengan satuan N/cm2
Beban F (kg/ N)

Tegangan tekan = = -------------- = ---------


Luas bidang A ( cm2)

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 7


2.1 Sifat Mekanis
Jenis teganan ini ada yang dinamis dan ada yang statis. Dalam konstruksi
bangunan paling sering dipakai tegangan statis. Arah tegangan pada bahan
dapat terjadi 3- arah tergantung pada arah beban yang bekerja.
Tegangan axial terjadi satu arah == beban tarik atau tekan
Tegangan bi atau tri axial terjadi 2 @ 3 arah == pembebanan 1 arah axial
dan yang 2 arah lainnya tegak lurus sumbu axial.
Disamping hak tersebut, ada juga yang disebut tegangan geser ditulis
dengan simbol (tau) dimana arah beban sejajar dengan bidang imaginer

* Tegangan tekan ========= compressive strength

* Tegangan tarik ========= tensile strength

* Tegangan lentur ========= bending stress

* Tegangan geser ========= shearing stress

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 8


2.1 Sifat Mekanis
Bila bahan mendapat beban. Ia akan berubah bentuknya ( deformasi),
Besarnya deformasi dibandingkan dengan ukuran semula dari bahan itu
disebut : regangan . Perlawanan / reaksi suatu bahan akibat
pembebanan kepadanya dapat menimbulkan 3 fase deformasi.
1. Deformasi elastis : suatu deformasi yang akan dapat hilang lagi bila
beban yang diberikan kepada bahan tadi dihilangkan. Hal ini terjadi
karena bahan yang diberi beban tadi masih dalam keadaan elastis .
Pada keadaan tersebut , besarnya regangan yang terjadi, berbanding
lurus, dengan besarnya tegangan. Perbandingan antara tegangan dan
regangan disebut : MODULUS ELASTISITAS atau MODULUS YOUNG
Tegangan ( )
MODULUS ELASTISITAS ( E ) = ------------------------- kg/cm2, psi,MPa
Regangan ( )

Tegangan ( ) = P / A kg/ cm2

Regangan ( ) = l / lo cm/cm

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 9


2.1 Sifat Mekanis
2. Deformasi Plastis : suatu deformasi akibat pembebanan, yang
melampaui batas elastis. Disini bahan yang dibebani akan mencapai
kondisi plastis, sehingga meskipun beban dihilangkan, bahan tetap
berubah bentuk ( deformasi atau regangan tidak hilang).
3. Deformasi patah / viscous : merupakan kelanjutan dari deformasi
plastis dimana terjadi gejala mengalir. Untuk bahan yang bersifat liat,
gejala mengalir ini dapat terlihat, dimana meskipun beban yang diberikan
pada bahan tersebut dihentikan, bahan akan terus berubah bentuknya,
sampai ia patah, putus atau hancur.
Bagi bahan yang bersifat regas , gejala mengalir ini tak terlihat, tetapi
untuk logam murni, gejala ini dapat terlihat.

Dalam penggunaan bahan padatan, pengertian 3 macam deformasi ini


penting sekali untuk diketahui, karena untuk memberi beban pada
suatu bahan hendaknya jangan sampai besar beban melampaui
batas elastisnya agar bahan tetap awet dan aman

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 10


Modulus Elastisitas : E
Benda apabila diberi beban relatip rendah dan pembebanan itu masih
dalam batas elastis, besarnya regangan yang timbul akan sebanding
dengan tegangan yang diberikan, serta konstan sifatnya. Dalam keadaan
demikian berlaku Hukum HOOK :

Tegangan ( ) = E *

Modulus Elastisitas ( Young ) = E = /


tegangan ( )
Modulus Hidrostatik = Bulk Modulus = K = ----------------- ----------------------
regangan volume V / V
tegangan geser ()
Modulus Geser = G = ---------------------------------
regangan geser ( )
regangan mendatar
Konstanta elastisitas = Poison Ratio = u = --------------------------------
regangan memanjang

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 11


Hubungan Modulus K dan Modulus E

Kubus ABCD dengan Volume 1 m3


Diberi beban tarik searah CD, maka
kubus akan memanjang searah CD
dengan regangan = t / E.
Pada saat yang sama kubus mengecil
pada sisi AB dan sisi BC.
mendatar
Menurut Poison= u = ---------------------
memanjang
Maka = mendatar = u * memanjang

mendatar disini arah AB dan BC


Perubahan 3 arah saling adalah
arah CD;
u arah AB; dan
u arah BC

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 12


Hubungan Modulus K dan Modulus E
Volume Kubus ABCD setelah adanya beban tarik =
V kubus ABCD = sisi CD * sisi BC * sisi AB
{ ( 1+ ) * ( 1- u ) * ( 1- u ) }

= 1+ 2 u - 2 u 2 + u2 2 + u2 3
Karena 2 u 2 + u2 2 + u2 3 nilianya sngat kecil jadi bisa diabaikan
Jadi V kubus ABCD = 1+ 2 u = 1 + ( 1- 2 u )

Maka perubahan volume = V = 1 + ( 1- 2 u ) 1 = ( 1- 2 u )

Bila kubus ABCD ditarik ke arah semua sisi maka kubus akan
mengalami perubahan 3 kali sebesar = 3 * ( 1- 2 u )
E * E
Maka K = ------------------- = --------------------- = --------------------
3 * ( 1- 2 u ) 3 ( 1- 2 u ) 3 ( 1- 2 u )

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 13


2.1 Pengujian Sifat Mekanis
Kekuatan = strength=
ukuran besarnya gaya yang
diperlukan untuk merusak atau
mematahkan bahan itu.
Keuletan = ductility = besarnya
regangan yang permanen
sebelum bahan itu rusak atau
patah.
Ketangguhan = toughness =
jumlah energi yang dapat diserap
oleh bahan sampai bahan patah
atau rusak.
Kekerasan = hardness =
ketahanan bahan terhadap
besarnya gaya yang dapat masuk
melalui permukaannya

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 14


2.1. Pengujian Sifat Mekanis
Tegangan Kerja : dalam perencanaan suatu konstruksi diperhitungkan kekuatan (
strength) dan tegangan ( stress). Harga tegangan rencana biasanya di bawah
tegangan elastis, agar tidak terjadi deformasi.
tegangan rencana = tegangan kerja = w = S/N = y / ( N1.. N5 dst)
S = y= kekuatan bahan pada batas elastis
N = angka keamanan ========N 1 = sifat bahan
N2 = perubahan beban tak terduga
N3 = kesalahan yang mungkin terjadi
N4 = pengaruh perlakuan bahan
N5 = perubahan sifat bahan

Kekerasan bahan baja= cara uji dengan Brinell, Rockwell, Vickers Hardness
Kekerasan bahan keramik atau beton atau batuan dengan goresan atau geser atau
ausan bisa pakai Los Angeles .
Fridrich Mohs menyusun skala kekerasan mineral batuan ;
Mohs Scale Hardness : Talk skala kekerasan 1 Orthoklas skala kekerasan 6
Gips skala kekerasan 2 Quarts skala kekerasan 7
Kalsit skala kekerasan 3 Topas skala kekerasan 8
Fluorit skala kekerasan 4 Kurundum skala kekerasan 9
Apatit skala kekerasan 5 Intan skala kekerasan 10

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 15


2.2 Sifat Thermal
Suatu bahan bila terpengaruh panas dapat berubah keadaannya, semula padat bisa menjadi cair
dan kemudian menguap, perubahan ini bisanya disertai dengan pengembangan atau pemuaian.
Suhu leleh : Bahan ikatan ion ( keramik ) biasanya titik lelehnya tinggi
Bahan ikatan kovalen( logam) titik lelehnya sedang
Bahan ikatan sekunder (polimer) titik leleh rendah
Daya Hantar Panas = Thermal Conductivity= Heat Transfer
Perpindahan panas adalah kemampuan bahan menghantarkan panas dari daerah panas tinggi ke
daerah panas yang lebih rendah.
Daya hantar diukur dengan British Thermal Unit /jam/ft2/1 inch bahan untuk setiap perbedaan 1 F
atau BTU/jam/sq ft /in/ F
Pengembangan Thermal
Pada saat terjadi perubahan suhu, bahan bangunan mengalami perubahan sifatnya yaitu memuai
dan menyusut. Koeifisien pengembangan thermal yaitu perubahan panjang tiap satu satuan
panjang/ derajat perubahan suhu = inch/inch/F
Kapasitas Panas= Heat Capacity = Q = c*G*(t2-t1) k.kal
C = panas jenis; Q= banyaknya panas; G = berat benda
Sifat suatu bahan untuk mengabsorbsi sejumlah panas
Sifat Tahan Api = Fire Resistance
Golongan non combustable ( tidak terbakar)
Golongan hardly combustable ( sukar terbakar)
Golongan combustable ( mudah terbakar)
Fire proof adalah sifat mengenai daya tahan terhadap pengaruh temperatur tinggi tanpa meleleh.
Bahan Refraktory, yaitu bahan yang tahan terhadap pengaruh suhu 1580 C contoh Chamotte
Bahan Low melting, yaitu bahan yang tahan terhadap pengaruh suhu 1350 C contoh bata
merah biasa

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 16


2.3 Sifat Listrik
Daya hantar listrik , terjadi karena adanya gerakan elektron bebas pada bahan
logam, memungkinkan panas atau listrik disalurkan olehnya. Pada bahan yang dat
hantar listriknya rendah tetapi didalamnya terselip bahan logam atau ada zat pelarut
yang memungkinkan terbentuknya ion-ion dimana akan ada gerakan elektron, misal
kayu basah, maka kayu itu akan dapat menghantarkan listrik, tetapi kalau kayu
dalam keadaan kering tanpa air maka kayu tidak dapat menghantarkan listrik.
Daya hantar listrik biasanya dinyatakan dalam :
Tahanan listrik biasanya dinyatakan dalam : ohm per square feet

Logam memiliki tahanan listrik rendah atau daya hantar listrik tinggi.
Keramik memiliki tahanan listrik tinggi atau daya hantar listrik rendah.
Kelompok jenis bahan tahanan listrik
Logam Baja karbon paduan rendah 6 * 10 -6 ohm /sq ft
Baja stainless 2 * 10 -5 ohm /sq ft
Paduan allumunium 1 * 10 -6 ohm /sq ft
Paduan tembaga 5 * 10 -3 ohm /sq ft
Keramik Bata merah/ beton 4 * 10 6 ohm /sq ft
Pelat kaca 10 * 10 12 ohm /sq ft
Polimer Plastik acrylic 100* 10 12 ohm /sq ft
Plastik Poly Ethylen, Silicon 1 * 10 12 ohm /sq ft
Epoxy 100* 10 12 ohm /sq ft

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 17


2.4 Sifat Kimia
Bahan bangunan akan selalu berhubungan dengan udara dan kelembaban,
Udara yang mengandung bahan kimia aktif dalam kadar tertentu dapat
bereaksi yang mengakibatkan bahan bangunan menjadi rusak.
Kelompok bahan keramik dalam keadaan normal dapat tahan terhadap
pengaruh kimia.
Kelompok bahan polimer, jenis plastik akan tahan terhadap serangan
tertentu, tetapi ada yang tidak tahan terhadap bahan pelarut organik.
Kelompok bahan logam, keadaannya lebih rumit karena logam dapat rusak,
korosi, akibat terjadi sejumlah kecil tenaga listrik dari salah satu yang
disebut anoda ke daerah lain yang disebut katoda . Pada daerah katoda
menerima elektron, dan tinggal tetap; tetapi daerah anoda melepaskan
elektron akan terjadi kerusakan akibat reaksi kimia. Unsur utama yang
terjadi dalam sistim korosi ialah anoda,katoda dan aliran yang menjadi
media (elektrolit) yang menghubungkan anoda dan katoda. Elektrolit
biasanya larutan gas atau air misalnya karbondioksida @ oksida belerang.
Upaya mencegah terjadinya korosi, secara mudah dengan menghilangkan
salah satu dalam sistimnya dari 3 unsur ( anoda, katoda @ elektrolit)

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 18


2.4 Sifat Kimia
Contoh bahwa cat adalah bahan molekuler yang rendah daya hantar listriknya, maka
cat dapat melindungi peristiwa korosi pada logam.
Korosi dapat terjadi bila kemungkinan dalam bahan bersifat anoda karena
kotoran(impurities) dalam bahan berperilaku sebagai katoda , dan bila logam-logam
yang berpotensi berbeda galvanilnya ditempatkan secara dekat satu dengan lainnya.
Tabel galvani menurut tingkat kemungkinan manjdi anoda, dapat dipakai untuk
menduga kemungkinan terjadinya korosi pada bahan logam,sbb :
Kecenderungan elektrolit Bahan logam atau paduan.
Paduan Magnesium
Bersifat anodik(naik) Seng ( Zn)
Paduan alumunium
Bersifat katodik( turun) Baja karbon
Baja stainless aktif
Timah hitam
Timah putih
Kuningan
Tembaga
Perunggu
Baja stainless pasif
Emas

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 19


2.4 Sifat Kimia
Urutan bahan dari daftar di atas kecenderungan bahan bersifat
anoda, dan ber urut ke bawah cenderung menjadi katoda.
Contoh 1 : Bila baja karbon ditempelkan dengan logam kuningan,
maka akan dapat terjadi korosi pada baja karbon, karena baja
karbon menjadi anoda dan kuningan menjadi katoda. Maka baja
karbon menjadi rusak. Untuk mencegahnya, diantara dua logam
yaitu baja karbon dan kuningan disisipi suatu logam yang lebih
bersifat anoda, yaitu logam yang berada di atas jajaran baja,
misalnya seng ( Zn).
Contoh 2 : Logam paduan alumunium, disekrup dengan sekrup
baja , maka alumuniumnya akan rusak karena bersifat lebih menjadi
anoda, lobang sekrup pada alumunium akan menjadi longgar
membesar.

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 20


3. Sifat Fisika
Sifat fisika bahan yang berkaitan dengan bahan
padatan/ butiran yang dipakai bahan konstruksi, sifat-
sifat butiran mencakup :
1. Berat jenis -
Berat jenis sesungguhnya ( True Spesific Grafity ).
Berat jenis semu ( Apparent grafity)
Berat jenis sesuai kebutuhan bahan.
2. Ukuran butiran (Grain Size Analysis)
3. Kepadatan & kerapatan butiran (Density)
4. Porositas butiran.
5. Luas permukaan butiran.
6. Keausan butiran : Abrasi
19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 21
3. Sifat Fisika : berat jenis
Berat jenis adalah perbandingan antara berat suatu massa dibagi
dengan volume benda.
berat benda kg
Berat jenis( spesific gravity) = ------------------------
volume benda cm3

1. True Spesific Gravity : berat jenis sebenarnya tanpa rongga


2. Apparent Spesific Gravity : berat jenis termasuk dengan rongga

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 22


3. Kepadatan & kerapatan butir.
Ragam bentuk dari susunan butir yang tersusun dalam suatu ruang, akan
terbentuk sebuah benda yang terdiri dari susunan butiran dengan ukuran
butiran dan diantara susunan butiran tersebut masih terdapat rongga-
rongga udara. Kriteria efisiensi susunan butiran ini adalah kepadatan
butiran atau bulk density; dengan demikian ada hubungannya dengan
jumlah rongga yang terkandung dan besarnya volume secara relatip.

Kepadatan semu : bulk density = berat butiran yang terbentuk dalam volume
dimana termasuk rongga rongga antara butiran yang terkandung.
W
Berat jenis semu = Apparent SG =Bd = ----------
V
Bd = bulk density
W = berat
V = volume

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 23


3. Kepadatan & kerapatan butir.
Fraksi susunan butir, atau kadar jumlah butir yang sebenarnya dalam suatu ruang
bila kita sebut Fp
Berat butir yang menyusun ruang
Fp = ---------------------------------------------------
Volume ruang * kepadatan butir
Atau
Kepadatan semu Berat jenis semu
Fp = ------------------------- = -----------------------------------
Kepadatan butir Berat jenis sesungguhnya

Lebih baik bila digunakan jumlah rongga dari fraksi butir itu, yang merupakan
perbandingan dari volume rongga terhadap volume ruang.
Volume Rongga Vv
Fraksi Rongga = Volume Fraksi Rongga = FR = ------------------------ = ----------
Volume Benda Vb
FR = Fraksi rongga
Vv = volume butir dalam 1 ruang - rongga
Vb = volume benda

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 24


3. Kepadatan & kerapatan butir.
Jumlah Fraksi kepadatan rongga sebenarnya , volume benda padat sebenarnya
masip
Vp Vv
Fs = --------- = 1 - --------------
Vb Vb
Fs = Fraksi kepadatan rongga sebenarnya
Vp = Volume butir tanpa rongga
Vv = Volume butir dalam 1 ruang rongga
Kepadatan butiran yang ukurannya sama (hampir sama/ seragam ) dalam 1
ruang , biasanya memberikan keporian ( rongga) antara 35-45 %.
Secara teori kepadatan maksimum dapat dicapai dengan keporian( jumlah
rongga) sebesar kurang lebih 26 %.
Menyusun kepadatan butiran bentuk bubuk, hingga mencapai kepadatan yang tinggi
dapat dicapai dengan cara pemadatan getaran atau dipress, tergantung bentuk dan
susunan butiran serta sifat dari benda hasil akhir yang dikehendaki. Susunan rapat
dari butir yang sama besar; terutama untuk yang bentuknya bulat akan segera dapat
dicapai, tetapi bila ukuran butirnya berbeda-beda , untuk memadatkannya perlu
waktu yang lama. Kerapatan susunan butir yang tinggi sehingga mengandung rongga
yang lebih sedikit, akan dapat dicapai bila butir-butir yang menyusun, terdiri dari
ukuran yang berbeda-beda, sehingga butir yang lebih kecil akan dapat menyusup
atau mengisi rongga diantara butir.

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 25


3. Kepadatan butir dan Luas Permukaan butir
Apabila sebuah ruang diisi dengan berbagai
macam bahan atau benda akan menempati
ruang yang tersedia bergantung pada
bentuk, macam, jumlah serta ukuran dari
benda yang mengisinya,
Sebuah kubus ABCD dengan sisi-sisi
panjang = 1m = 100 cm, maka volume kubus
adalah 1 m, apabila kubus dibagi menjadi
beberapa kubus yang sisinya sama misalnya
sisi = a , maka luas bukaan kulit
bidang kubus = 6 a 2.
Dari kubus 1 m dibagi dengan kubus a =
1 6 m2
6 a * -------- = ----------
a a m3
Lebih baik satuan dinyatakan dalam m2/kg

Bila diketahui berat jenis benda = p kg/cm


6 m
Maka harga Sv= -----------------------
a m * p kg/cm

6 m
Jadi Sv = -------------------
a * p kg

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 26


3. Kepadatan butir dan Luas Permukaan butir
Apabila diketahui berat jenis benda padatan
p = dengan satuan kg/cm3 atau gram / cm3.

6 m2 6 m2 6 m2
Rumus Sv = --------------- === ------------------------- = Sv= --------------
a m3 a m3 * p kg /m3 a * p kg

Bila padatan benda berbentuk bulat, dapat dihitung seperti di atas,


misalnya garis tengah butir-butir yang lebih kecil = d ,
maka luas permukaan butiran = d m2
Volume butir = d 3/ 6 m 3 1 m2
Jumlah butir-butir dengan garis tengah d dari butiran semula 1 m3= ---------------
d 3/ 6 m 3

1 6 m2 6 m2
Luas permukaan butir = Sv = d 2 * ----------- = ----------- = -------------
d 3/ 6 d m3 d * p kg

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 27


3. Kepadatan butir dan Luas Permukaan butir
Rumus di atas untuk benda berbentuk kubus dan berbentuk bulat
mempunyai persamaan yaitu dengan angka pembilang sama. Bentuk
butiran atau padatan akan berpengaruh kepada :
1. Sifat dan kemampuan mengalir
2. Kepadatan bentuk
3. Luas permukaan butir.
Untuk memperhitungkan perbedaan dari bentuk bulat dan kubus perlu
faktor bentuk untuk membuat modifikasi harga koefisien permukaan
atau volume butir. Misal koefisien ini = maka persamaan rumus di atas
dapat ditulis :
6 m2
Sv = ---------------
d * p kg
Harga alpha untuk butir halus teratur dipakai alpha = 1
untuk butir tak teratur dipakai alpha >= 1
untuk butir pasir tajam dipakai alpha 1,5
untuk butir pipih dipakai alpha 3,6

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 28


3. Kepadatan butir dan Luas Permukaan butir
Penggunaan rumus luas permukaan butir di atas adalah seperti contoh
berikut : Diketahui bubuk semen portland dengan BJ= 3,15 gr/cm3,
berapakah luas permukaan butir semen portland yang ukuran butirnya
diameter 1 micron ? Setiap gram-nya .
Jawaban : Berat jenis semen portland = p = 3,15 gr/cm3
Ukuran butir semen portland = d = 1 * 10 -4 cm
6 cm2
Luas permukaan butir = Sv = ---------------------------------
1 * 10 -4 cm * 3,15 cm2/gr
6 * 10 4
Sv= --------------- = .. cm2 /gram
3,15

Contoh soal :
Berapa luas permukaan butiran 1 kg agregat batu pecah bila agregat
tersebut disaring lolos dari ayakan 19,2 mm dan tertahan pada ayakan 12,5
mm, bila berat jenis agregat 2,6

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 29


3. Ukuran butir = grain size analysis
Menentukan ukuran butir yang sama, biasanya dipakai ukuran garis tengah
atau diameter butir. Untuk butir yang ukurannya tak sama dipakai ukuran yang
terbesar dan terbanyak, misal untuk butir seperti jarum istilah butirnya = d p
diartikan ukuran besarnya bukan panjangnya.
Cara lain adalah dipakai istilah diameter ekivalen = d e yang merupakan garis
tengah berbentuk lonjong ( bulat telur )
Untuk menentukan ukuran butir ada beberapa cara :
* Untuk butir yang kasar dengan menggunakan ayakan / saringan,
ukuran saringan yang terkecil yang bisa dibuat dengan lobang 40 micron
= 400 mesh ( mesh = jumlah lobang dalam 1 inchi persegi )
* Untuk butir yang halus, dipakai pengukuran luas permukaan spesifik dan
secara umum dapat dipakai Hukum Stokes.
2 r ( p1- p2 ) g
V = -----------------------------
9

Dimana : V = kecepatan mengendap


p1 = kepadatan ( bj ) partikel
p2 = kepadatan ( bj ) media , dimana butir-butir partikel berada.
g = percepatan gravitasi = 981 cm/detik
= viskositas dari media

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 30


3. Ukuran butir = grain size analysis
Cara pengukuran butir berdasarkan persamaan Stokes dapat dikembangkan
dengan beberapa cara :
Untuk mengetahui susunan butir partikel tanah halus, dipakai cara analisa
endapan, dimana tanah didispersikan dalam cairan lalu waktu endap untuk
ukuran partikel-partikel tertentu dihitung.
Untuk tanah bahan keramik dipakai cara analisa endap Andreasen
Untuk penentuan butir tanah dalam mekanika tanah dipakai cara ASTM, dimana
diukur kepekatan cairan suspensi larutan tanah tersebut.
Diketahui : Viscositas air sebagai media pada suhu 20 C = 0,01009 poises
Berat jenis rata-rata tanah yang diuji = 2,65 gram/ cm
Berat jenis air pada suhu 20 C dipakai = 1,000 gram/ cm
Dicari : Berapa kecepatan mengendapnya butiran tanah dengan ukuran rata-rata
diameter 10 micron ? Pada kedalaman 20 cm.
Penyelesaian : Radius butir tanah= r rata-rata = * diameter = 0,0005 cm
Harga g = 981 cm/detik ; 1 poises = 1 gram / cm detik ; h = 20 cm
2 * ( 0,0005 cm) * ( 2,65-1,00) gr/cm * 981 cm/dtk
V = --------------------------------------------------------------------- = 0,0089123 cm/detik
9 * 0,01009 gr/cm. detik
t = h /V = 20 cm/ 0,0089123 cm/dtk = 2244 detik = 37 menit 24 detik

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 31


Aplikasi sifat fisika bahan butiran/ padatan
No Jenis Bahan Berat Jenis Bulk Density
1 Portland Cement 3,00 - 3, 15 1,25
2 Kapur padam 2,40 - 2,70 Cari datanya
3 Pozolan / trass alam Cari datanya Cari datanya
4 Pasir 2,50 2,80 1,50 1,60
5 Batu pecah / split/ kerikil 2,60 2,90 1,60 1,80
6 Batu kali 2,40 2,90 1,40 1, 60
7 Besi beton Cari datanya Cari datanya
8 Besi profil Cari datanya Cari datanya
9 Zincallumunium Cari datanya Cari datanya

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 32


Aplikasi sifat fisika bahan butiran/ padatan
Menentukan Koefisien Penghitung kebutuhan bahan

Kubus ABCD ukuran sisi 100 cm


diisi dengan butiran berbentuk bola
diameter 1 cm , maka jumlah
butiran bola yang dapat ditampung
dalam kubus ABCD = 100*100*100
= 1.000.000 bola
Maka Volume bola dengan
diameter 1 cm sejumlah 1.000.000
bola
= /6 * d * 1.000.000
= 3,14/6 * 1*1*1 * 1.000.000
= 523.333,333 cm
= 0, 523333 m

Volume kubus ABCD = 1 m


Volume bola = 0,523333 m
Volume Rongga = 0,476667 m

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 33


Menentukan Koefisien Penghitung kebutuhan bahan
Rongga ruang yang tersedia sebesar 0, 476667 m3 ini masih mungkin untuk
diisi butir yang lebih kecil dari 1 cm . Kita hitung ukuran butir :
D = r+r Maka : ruang yang tersedia
R = D + D = R-D
R = 1 + 1 = 1,414 1
R = 2 = 0,414 cm
R = 1,414 cm Jadi diamater yang tersedia = 0,414 cm

Sedangkan ruang yang tersedia = 1.000.000 ruang diantara butiran diameter 1


cm
Volume 1 juta butir 0,414 cm = /6 * 0,414 * 1.000.000
= 37.134,66 cm = 0,037 134 m
Jadi ruang kubus ABCD terisi butiran bola 1 cm dan 0,414 cm
= 0,523333 m + 0,037 134 m = 0,559 357 m
Jadi rongga ruang yang tersedia dari kubus ABCD = 1-0,559 357 = 0,440 643 m
Demikian seterusnya dapat dihitung rongga ruang masih mungkin diisi butiran
benda yang diameternya lebih kecil lagi.

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 34


Menentukan Koefisien Penghitung kebutuhan bahan

Rongga yang tersisa setelah diisi bola


sebanyak 0,440 643 m. Secara
teoritis sisa ruang ini masih mungkin
untuk dapat diisi lagi dengan bola
dengan diameter yang lebih kecil lagi
dan begitu seterusnya maka dengan
asumsi bahwa butiran semacam ini
dapat mengisi ruang 65 s.d. 74 %.
Jadi pori-pori yang terbentuk dengan
mengisi kubus ABCD dengan butiran
yang diameter nya berbeda-beda
adalah sebesar 26-35 %
Dengan analogi ini bila sebuah bentuk
trapesium seperti pada bentuk pondasi
batukali yang diisi dengan aduk/mortar
dan batukali maka proporsi bahan
adalah : adukan/ mortar = 35 %
batukali = 65 %

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 35


Menentukan Koefisien Penghitung kebutuhan bahan

Contoh pondasi batukali ukuran lebar


bawah 80 cm tinggi 80 cm dan lebar
bagian atas 30 cm, diisi pasangan
batukali diameter 20 cm dan adukan
mortar 1 PC : 5 Pasir. Misalkan
panjang pondasi 10 m.
Vol pondasi = (0,8+0,3)/2 * 0,8*10
= 4,4 m
Vol batu kali = 0.65 * 4,4 m = 2,86m
(dalam keadaan padat terpasang)
sedangkan pada saat beli dalam
keadaan terurai
= 2,86* BJ/Bd
= 2,86* 2,5 /1,5
Vol batukali terurai = 4,76 m

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 36


Menentukan Koefisien Penghitung kebutuhan bahan
Kebutuhan adukan mortar adalah = 0,35 * 4,4 m = 1,54 m
Volume mortar ini dalam keadaan padat terpasang, sehingga pada saat
menyiapkan bahan dalam keadaan terurai jadi perhitungan kebutuhan
adalah sebagai berikut:
Volume aduk mortar padat terpasang = 1,54 m
Perbandingan vol. = 1 bagian PC : 5 bagian Psr : bagian Air = 6,5 bag.
Kebutuhan PC = 1/ 6,5 * 1,54 m = 0,236923 m
Kebutuhan Psr = 5/6,5 * 1,54 m = 1,184615 m
Kebutuhan Air =0,5/6,5* 1,54 m = 0,118467 m

Perbandingan kebutuhan Bahan : Volume pasangan batukali = 4.4 m


PC = 0,236923 * 3,15/1,25= 0,296154 * 1250 kg = 370,192 kg/50 = 7,4 zak
Pasir = 1,184615 * 2,5/1,5 = 4,442 m
Air - 0,118467 *1/1 = 0,118467 m = 118, 467 liter
Batukali = 4,76 m

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 37


Menentukan berat besi berdasarkan berat jenis

Tentukan berat besi beton diameter 6,8,10.12,16,19,22


& 25 mm bila diketahui berat jenis besi 7,850 ton/m3
Jawab :
Volume besi 10 mm panjang 1 meter
= 3.14/4*.01*.01*1=0.0000785 m3
Berat besi 10 mm panjang 1 meter
= .0000785 m3 * 7850 kg/m3= 0.616225 kg
bandingkan dengan tabel berat besi beton = 0.62 kg

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 38


Menentukan berat besi berdasarkan berat jenis

Tentukan berat besi profil IWF 2000.1000.16.25 bila


diketahui berat jenis besi 7,850 ton/m3
Jawab :
Volume besi IWF2000.1000.16.25 panjang 1 meter
=2*.016+1*2*.025 = 0.032 + 0.05 = 0.082 m3
Berat besi IWF panjang 1 meter
= 0.082 m3 * 7850 kg/m3*1 = 643,7 kg
bandingkan dengan tabel berat besi IWF
2000.1000.16.25 = kg

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 39


Konstruksi Bangunan Sipil
Bangunan atas
`

Spesifikasi material,
Construction Engineering
:structural,architectural,cost etc

Bangunan bawah

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 40


Konstruksi Bangunan Gedung

Spesifikasi material,
Construction Engineering
:structural,architectural,cost
etc

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 41


Grafik Tegangan - Regangan

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 42


Profil IWF Honeycomb

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 43


\
Profil IWF 2000.1000.25.16

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 44


Profil Siku

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 45


Profil UNP,INP,I (rel KA)

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 46


C LIPCHANEL 125.32. .8

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 47


Daftar Pustaka
1. Materials Science and Engineering, An Introduction, William D. Callister,
John Wiley & son
2. Diktat Engineering Material, Bahan kuliah Jurusan Teknik Sipil, Bp.
Sumardi K.
3. Bahan Konstruksi Teknik, Deru Patlikur, Yogyakarta 1985
4. Analisa BOW
5. Analisa Harga Satuan PU Cipta Karya
6. Ilmu Bahan Bangunan, Heinz Frick & CH Koesmartadi, Kanisius, 1999

19-Sep-13 Yulianto P. Krisologus 48

Anda mungkin juga menyukai