Kelas : HPI/III//A
Nim : 1163060031
Matkul : HAN
BAB 6
PENGAWASAN
Lord Acton mengatakan bahwa setiap kekuasan sekecil apa pun cenderung untuk
disalahgunakan. Oleh sebab itu, dengan adanya keleluasaan bertindak dari administrasi negara yang
memasuki semua sektor kehidupan masyarakat, kadang-kadang dapat menimbulkan kerugian bagi
masyarakat itu sendiri. Maka, wajarlah bila diadakan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan,
yang merupakan jaminan agar jangan sampai keadaan negara menjurus ke arah diktator tanpa batas,
yang berarti bertentangan dengan ciri negara hukum.
Cara-cara pengawasan dalam penyelenggaraaan pemerintahan dapat dirinci sebagai berukut ini.
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh satu badan yang secara organisatoris/
struktural masih termasuk dalam lingkungan pemerintahan sendiri.
Biasanya pengawasan ini dilakukan oleh pejabat atasan terhadap bawahannya secara hierarkis.
Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 Pasal 2 Ayat (1) menyebutkan bahwa pengawasan terdiri atas :
a. pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin/ atasan langsung baik ditingkat pusat maupun ditingkat
daerah.
Pengawasn pada Butir a lebih lanjut diatur dalam Bab II yang berjudul “pengawasan atasan
langsung”, sedangkan pengawasan yang dimaksud dalam Butir b diatur dalam Bab III yang berjudul
“pengawasn fungsional.”
Mengenai pengawsan atasan langsung (Bab II Pasal 3 Inpres No. 15 Tahun 1983) berbunyi
sebagai berikut :
Sedangkan pengawsan fungsional menurut Pasal 4 Ayat (4) Bab II Inpers No. 15 Tahun 1983
dilakukan oleh :
Khusus terhadap perbuatan pemerintahan di bidang freies ermessen, terhadap pengawasan, baik
oleh instansi yang berbuat sendiri atau oleh instansi atasannya. Dalam hal ini, terdapat beberapa
kemungkinan sebagai berikut :
a. Kemungkinan pengawasan formal, misalnya prosedur keberatan, hak petisi, banding
administratif.
b. Kemungkinan pengawas informal seperti langakah-langakah evaluasi dan penangguhan.
Adalah pengawasan yang dilakukan oleh organ/ lembaga secara organisatoris / struktural berada di
luar pemerintahan (dalam arti eksekutif).
Contoh :
BPK (Badan Pengawas Keuangan) adalah merupakan perangkat pengawasan ekstern terhadap
pemerintah karena ia berada di luar susunan organisasi pemerintah (dalam arti ekstentif). Ia tidak
mempertangguangjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada kepala pemerintahan (Presiden), tetapi
kepada Dewan Perwakialn Rakyat ( Pasal 23 UUD 1945). Bila BPK mengadakan pengawasan di
bidang keuangan negara, maka lembaga pengawasan ekstern lainnya mencakup perbuatan
pemerintah yang disebut freies ermessen adalah DPR. Pengawasan oleh DPR yang juga tergolong
pengawasan informal, dilakukan dalam dengar pendapat (hearing), di mana DPR dapat menanyakan
apa saja tentang kebijakan-kebijakan yang telah di ambil oleh pemerintah.
Pengawasan dari segi hukum terdapat perbuatan pemerintah, merupakan pengawasan dari segi
rechtmatigheid, jadi bukan hanya dari rechtmatigheid-nya saja.
Pengawasan dari segi hukum merupakan penilaian tentang sah/tidaknya suatu perbuatan
pemerintah yang menimbulkan akibat hukum. Pengaesan demikian biasanya dilakukan oleh hukum
peradilan.
Suatu hal yang diterima sebagai suatu asas umum bahwa pengawasan atas bijaksana tidaknya
suatu tindakan pemerintah (doelmatigheidscontrole) tidak dapat di serahkan kepada hakim, tetapi tetap
ditangan administrasi negara sendiri. Dengan kata lain, dalam hal beleid pemerintah, hakim tidak dapat
mengadak penilaian, karena hal itu akan mendudukkan hakim pada kursi eksekutif (Utrecht, 1986:127).