Anda di halaman 1dari 11
ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK DENGAN MODEL HOUSE OF RISK (HOR) (Studi kasus pada PT XXX) ‘Achmad Lutfi! & Herry Irawan? ABSTRAK Dewasa ini istilah manajemen rantal pasok tidak lagi dianggap sebagai hal baru bagi suatu perusahaan. Banyak perusahaan yang kini menerapkan manajemen rantai pasok dalam bisnisnya untuk mencapai efisiensi dan daya saing perusahaan. Dalam proses penerapannya, tidak menutup kemungkinan terjadi sebuah kejadian risiko yang mampu mempengaruhi kelangsungan proses rantai pasok. Gangguan yang terjadi pada proses rantai pasok mengakibatkan terganggunya proses pengelolaan bahan baku menjadi produk slap jual yang. dapat merugikan perusahaan. Oleh karena itu pentingnya sebuah manajemen risiko rantal pasok yang bertujuan untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya kegagalan yang terjadi sselama proses rantai pasok berlangsung maupun dalam upaya meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh kegagalan tersebut. Perusahaan yang mampu menerapkan manajemen rantai pasok serta mengelola risikonya dengan baik, menjadi salah satu kekuatan perusahaan untuk bertahan dan bersaing dalam sebuah industri. Dalam penelitian ini akan digunakan sebuah metode pengendalian risiko rantai pasok dengan ‘menggunakan model House Of Risk (HOR). Metode tersebut merupakan pengembangan dari Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Quality Function Deployment (QFO), Kata Kunci: House Of Risk (HOR), Manajemen Risiko Rantai Pasok, Failure Mode and Effect ‘Analysis (FMEA), Quality Function Deployment (FD) PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya aktvitas bisnis, kehadiran sebuah risiko menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari, namun dapat dikelola sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Tanpa adanya penanganan risiko yang baik den terstruktur dapat mengancam kelangsungan bisnis pperusahaan, Salah satu risiko yang mampu mengancam kelangsungan bisnis perusahaan yaitu gangguan yang terjadi dalam proses rantai pasok. Menurut penelitian diketahui bahwa gangguan yang terjadi pada rantai pasok berdampak negatif dalam jangka panjang terhadap perusahaan. dan banyak perusahaan yang tidak mampu pulih secara cepat dari dampak negatif tersebut, dan tidak sedikit pula perusahaan yang akhicnya tutup akibat dari banyaknya rantai pasok yang breakdown (Hendricks dan Singhal dalam Pujawan et al, 2007:53). Terganggunya proses rantai pasok menyebabkan terhambatnya proses produksi yang mampu mempengaruhi daya saing suatu perusahaan. Oleh karena itu penting adanya manajemen risiko rantai pasok sehingga dapat berkontribusi terhadap perbaikan kerja perusahaan sekaligus dapat menambahkan keuntungan dengan mengurangi rsiko perusahaan. Pengertian manajemen risiko rantai pasok merupakan "Ingtitut ManajemenTeliom Dosen Tetap Pra MBE institut Manajemen Telkom JURNAL MANAIEMEN INDONESIA Vol. 12-No, 1 April 2012 JURNAL MANAJEMEN. INDONESIA, Vol. 12-No. 1 April 2012 pengendalian risiko rantai pasok melalui koordinasi atau kolaborasi antar mitra rantai pasok guna ‘menjamin tingkat keuntungan dan kontinuitas (Brindley dalam Quaddus dan Wee, 2009:1). Risiko rantai pasok dapat diklasifikasikan dalam empat jenis kelompok sesuai dengan ‘gangguan yang terjadi selama proses rantai pasok, yaitu: 1) Supply risk: merupakan kejadian risiko yang berhubungan dengan ketersediaan barang dari pemiasok serta pada proses transportasi / pengiriman, 2) Demand risk: merupakan kejadian risiko yang berhubungan dengan fluktuasi permintaan pelanggan yang meliputi kesalahan dala memprediksi permintaan, ketergantungan pada satu pelanggan serta kegagalan dalam pemberian logistik. 3) Internal risk: merupakan kejadian risiko yang ditimbulkan dar internal perusahaan selama proses rantai pasok berlangsung seperti: kebakaran atau tumpahan bahan kimia yang menyebabkan penutupan pabrik, pemogokan tenaga kerja, kekurangan karyawan dsb. 4) External environment risk: merupakan kejadian risiko yang ditimbulkan dari luar perusahaan seperti adanya bencana alam, regulasi pemerintah, ekonomi dsb. Di tengah persaingan industri telekomunikasi yang semakin ketat, gangguan rantal pasok pernah dialami oleh PT XXX. Perusahaan ini merupakan perusahaan kontraktor yeng bergerak di bidang kontruksi sipil dan jasa pembangunan konstruksi telekomunikasi. Selama 11 tahun beroperasi, hampir setiap tahun terjadi gangguan pada rantai pasoknya yang menyebabkan kerugian pada perusahaan baik dari sisi biaya maupun tingkat pendapatan dan dalam jangka panjang mampu mengancam kelangsungan bisnis perusahaan. Oleh karena itu pentingnya penerapan manajemen risiko untuk mengendalikan risiko yang terjadi pada rantai pasok. ‘Manajemen risiko merupakan suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan 'menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komperhensif dan sistematis (Fahmi, 20102). Pada penelitian ini akan dilakukan analisis dan evaluasi risiko yang berpotensi timbul pada proses rantai pasok. Analisis tersebut menggunakan model HOR yang merupakan pengembangan dari model FMEA dan QFD. FMEA merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi kegagalan suatu produk atau jasa serta melakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalisasirisiko kegagalan tersebut (Gupta, 2009:138). Penggunaan pendekatan tersebut didasarkan pada alasan bahwa metode ini dapat digunakan untuk melakukan analisis penyebab potensial timbulnya suatu gangguan, probabilitas kemunculan serta cara penanganannya (Nord dan Johansson dalam Pujawan et al, $4:2007). Sedangkan QFD merupakan suatu proses menetapkan keinginan pelanggan (apa yang “diinginkan” pelanggan) dan menterjemahkannya menjadi atribut “bagaimana” agar tiap ‘area fungsional dapat memahami dan melaksanakannya (Heizer, 2005:214). Model framework pada QFD diharapkan mampu mengendalikan agen risiko yang dianggap prioritas sehingga aksi imitigasi risiko dapat berjalan secara efektf. METODE Dalam melakukan analisis risiko rantai pasok akan digunakan model HOR yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengukur serta memitigasirisiko yang berpotensi timbul. Menurut Pujawan (956:2007) penerapan HOR terdiri atas dua tahap yaitu: 1) HOR fase 1 digunakan untuk mengidentifikasi kejadian risiko dan agen risiko yang berpotensi timbul sehingga hasil output dari HOR fase 1 yaitu pengelompokan agen risiko ke dalam agen risiko prioritas sesuai dengan nilai Aggregate Risk Potential (ARP). 2) HOR fase 2 digunakan untuk perancangan strategi mitigasi yang dilekukan untuk Penanganan agen risiko kategeri prioritas. Hasil output dari HOR fase 1 akan digunakan sebagai input pada HOR fase 2 JURNAL MANAJEMEN INDONESIA HOR Fase CE HOR fase 1 merupakan tahapan awal yang bertujuan untuk mengidentifiasi kejadian suRNAL Fisiko serta agen risiko yang menyebabkannya. Dalam proses pengerjaannya HOR fase 1memiliki MANAJEMEN beberapa tahap pengerjaan yaitu: INDONESIA 1) Identifkasi proses bisnis/aktiitas rantal pasok perusahaan berdasarkan model SCOR. ol, 12 -No.1 Pembagian proses bisnis ini bertujuan untuk mengetahui dimana risiko tersebut dapat ‘april 2032 muncul 2) Identifikasi kejadian risiko (Ei) untuk masing-masing proses bisnis yang telah teridentifikasi pada tahap sebelumnya. Risiko ini merupakan semua kejadian yang mungkin timbul pada proses rantai pasok yang mengakibatkan kerugian pada perusahaan. 3) Pengukuran tingkat dampak (Si) suatu kejadian rsiko terhadap proses bisnis perusahaan, Nilai severity ini menyatakan seberapa besar gangguan yang ditimbulkan oleh suatu kejadian risiko terhadap proses bisnis perusahaan. 4) Identifikasi agen penyebab risiko (Ai), yaitu faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya kejadian risiko yang telah teridentifikasi tadi. 5) Pengukuran nilai peluang kemunculan (occurance) suatu agen risiko. Occurance ini menyatakan tingkat peluang frekuensi kemunculan suatu agen risiko sehingga mengakibatkan timbulnya satu atau beberapa kejadian risiko yang dapat menyebabkan gangguan pada proses bisnis dengan tingkat dampak tertentu. 6) Pengukuran nilai korelasi (correlation) antara suatu kejadian risiko dengan agen penyebab risiko. Bila suatu agen risiko menyebabkan timbulnya suatu risiko, maka dikatakan terdapat korelasi. Nilai korelasi(R,) teri atas (0, ,3,9) dimana 0 menunjukkan tidak ada hubungan korelasi, 1 menggambarkan hubungan korelasi kecil, 3 menggambarkan korelasi sedang dan 9 menggambarkan korelasi tinggi 7) Perhitungan nilai indeks prioritas risiko/Aggregate Risk Potential (ARP). Indeks prioritas ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan prioritas penanganan risio yang nantinya akan menjadi input dalam HOR fase 2. Perhitungan nilai ARP menggunakan perhitungan berikut: ARP, 0, SR, ‘isk Agents Severity of ris! ‘Tabel 2 te [eee at | Ramee Se Ay A A is) Of Risk fase 1 Tian = TR =| & 3 Soar = pe TR 5, ‘ake BPR, 5, Dalver ze 5, Retara t 5 Occurence of agra] a ateto, |e Agaregte Fak potcaal) TP aaP, [AP rorlty oak fag ‘Sumber: Pujawan, 957-2008 HOR Fase 2 HOR fase 2 merupakan perancangan strategi mitigasi untuk melakukan penanganan (risk treatment) agen risiko yang telah teridentifikasi dan berada pada level risiko prioritas. Penerapan HOR fase 2 meliputi beberapa tahap pengerjaan yaitu: ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK DENGAN MODEL HOUSE OF RISK (HOR) JURNAL MANAJEMEN INDONESIA, Vol. 12-No.1 April 2012 Tabel2 Framework House OF Risk (#0R) Fase 1) Menyeleksi agen risiko mulai dar nilai ARP tertinggi hingga terendah dengan menggunakan analisis Pareto. Agen risiko yang termasuk kategori prioritas tinggl akan menjadi input dalam HOR fase ke 2. 2) Mengidentifikasi aksi mitigasi yang relevan (PA,) tethadap agen risiko yang muncul. Penanganan risiko dapat beriaku untuk satu atau lebih agen risiko. 3) Pengukuran rilai korelasi antara suatu agen risiko dengan penanganan risiko. Hubungan korelasitersebut akan menjadi pertimbangan dalam menentukan derajat efektvitas dalam ‘mereduksi kemunculan agen risiko. 4) Mengkalkulasi total efektivitas (TE,) pada setiap agen risiko dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut: TE, =) ARP, E, 5) Mengukur tingkat kesulitan dalam penerapan aksi mitigasi (0,) dalam upaya mereduksi kemunculan agen risko. 6) Mengkalkulasi total efektivitas penerapan aksi mitigasi/effectiveness to difficulty of ratio (€70,) dengan rumus sebagai berikut ETD, =TE,/D, 7) Melskukan skala prioritas mulai dati D tertinggi hingga yang terendah, Nilai prioritas Utama diberikan kepada aksi mitigasi yang memiliki nilai ETD tertinggi Preventive action (PAK) Aggregile To be treated risk agent (aj) risk potentials Pai_[ paz [pas [ pas [ras | (arp) ay ARP, A ARP, x ARP, Total effectiveness of action | te, | te, | te, | te, | te, Degree of difficulty reforming} — > pelea s action * Effectiveness to difficulty ratio} ETD, | ETD, | erp, | ETD, [ETD, Rank of priarity Rie tRie [Re Sumber Pujawan 957-2008 PEMBAHASAN Analisis risiko rantai pasok dilakukan pada PT XXX, dengan menganalisis kejadian risiko yang terjadi selama lima tahun terakhir serta risiko yang berpeluang muncul di kemudian hari Analisis tersebut meliputi tahap identifikasi, pengukuran, serta melakukan aksi mitigasirisiko, Identifikasi Kejadian Risiko Dari hasil analisis dapat diidentifikasi 17 kejadian risiko yang berpotensi terjadinya gangguan pada proses rantai pasok yang dapat dilihat pada tabel berikut: JURNAL MANAJEMEN INDONESIA, Dari 17 kejadian risiko yang ada dapat dilihat bahwa terdapat lima kejadian risiko yang ‘memilikinilaiskala dua yang menunjukkan bahwa dampak yang ditimbulkan memiliki pengaruh yang kecil terhadap keberlangsungan kegiatan rantai pasok. Selanjutnya terdapat delapan kejadian risiko yang memilkinilai skala tiga yang menunjukkan bahwa kejadian risiko tersebut mengakibatkan dampak dalam kategori sedang terhadap keberlangsungan kegiatan rantai pasok, dan terdapat empat kejadian ristko yang memiliknilaiskala empat yang memiliki menunjukkan bahwa kejadian risiko tersebut mengakibatkan dampak yang serius terhadap keberlangsungan kegiatan rantai pasok. Identifikasi Agen Risiko Kehadiran kejadian risiko tidak terlepas dari agen risiko yang menyertainya. Melalui hasil diskusi dan wawancara dengan responden terkait, dapat diidentifikasi beberapa agen risiko, Agen risiko tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK DENGAN MODEL HOUSE OF RISK (HOR) Kode Kejadian Risiko Tahapan SCOR | Tingkat Dampak Kegagalan dalam negosiasi dengan pemilik JURNAL El | proyek Femlapen 2 MANAJEMEN. E2_| Keterlambatan material dari vendor Pengaduan 3 INDONESIA ., | Penundaan proses pembayaran oleh pemilik Vol. 12 -No. 1 E3 engadaan 2 - i proyek itd April 2012 Kerusakan material saat penyimpanan semen EA y Pengadaan 3 tara di gudang i ane Keterlambatan dalam pembayaran wang muka e Lanta ee ke vendor Pengadaan 2 : ng | Ketidaksesuaian spesifikast material yang i E6 ‘disepkad Pengadaan 2 ET _| Barang eacat dari vendor Pengaduan 2 8 | Longsor saat instalasjaingan kabel Pembuatan 3 E9 | Ketidaksesuaian jadwal instalasi kabel FO. Pembuatan_ * E10_[ Kerusakan kabel FO saat instalasi Pembuatan 2 Ell | Kecelakaan dalam proses konstruksi sipil Pembuatan 4 E12. Aksi penolakan proyek oleh wargasetempat, | Pembuatan 4 E13. | Keterlambataninstalasi jaringan kabel FO Pembuatan 3 E14 | Kecelakaan dalam instalas joringan kabel Pengitiman 4 EI5_| Keselakaan dalam pengiriman barang Pengiiman 4 E16 _| Pengiriman barang Kurang lengkap Pengiriman 2 E17 | Kerusakan material saat pengiriman Pengiriman 3 JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 12 - No. 1 April 2012 abel eas XejacianRisiko Kode ‘Agen risiko ‘Tingkat Probal ‘AL | Kurangnya referensi harga pasar 2 ‘AZ| Kondisi medan proyek yang sulit 3 ‘AB | Kondisi cuaca yang tidak mendukung 2 ‘Ad | Tidak dipatuhinya standar keamanan kerja oleh 3 karyawan ‘AS __| Tidak dipatuhinya kontrak oleh vendor 7 ‘AG __ | Kesalahan pekerja dalam proses instalasi 2 ‘AT __| Jarak tempuh pengiriman yang sulit dijangkau 2 ‘AS | Kelalaian supir dalam proses pengiriman T ‘A9__| Perubahan regulasi oleh pemerintah daerah 7 ‘lO | Kurang ketatnya pengawasan oleh mandor 3 All | Kurangnya persyaratan administratié 2 Al2___| Kerusakan alatinstalasi z ‘13 | Perselisihan terhadap pasal kontrak vendor 1 ‘Al4 | Ketidakjelian datam inspeksi material pabrik 2 ‘AIS | Pengemasan barang material yang Kurang rapih 2 ‘A16 | Komunikasi yang Kurang efekiit 3 Dari tabel 4 terdapat 16 agen risiko yang berpotensi memicu terjadinya kejadian risiko perusahaan. Berdasarkan nilai skala probabilitas, agen risiko tersebut terbagi atas: empat ‘agen risiko dengan nilai probabilitas satu yang menunjukkan bahwa kemungkinan agen risiko tersebut terjadi hanya sekali dalam setahun. Delapan risiko yang memiliki nilai probabilitas, dua yang menandakan bahwa kemungkinan agen risiko muncul hanya sekali dalam beberapa bulan operasi dan terdapat terdapat empat agen risiko yang memilikinilai probabilitas tiga yang menggambarkan bahwa agen risiko tersebut terjadi sekali dalam beberapa minggu operasi Perhitungan Nilai ARP Perhitungan nilai ARP bertujuan untuk menentukan tingkat prioritas dalam proses Penanganan suatu agen risiko. Agen risiko tersebut kemudian akan diurutkan berdasarkan hilai ARP tertinggi hingga terendah, Proses perhitungan ARP, melibatkan beberapa elemen yaitu tingkat dampak sebuah kejadian risiko (Si), tingkat peluang terjadinya agen risiko (Oj), serta tingkat_keterhubungan antara agen risiko dengan kejadian risiko (Rij).Perhitungan ARP Giperoleh dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut: ARP, =0,Y SR, Sebagat contoh perhitungan ARP Ad yaitu ARP: 3x((9x4)+(144)+(9x4)}=228 Hasil perhitungan ARP dapat dilihat pada tabel 5, JURNAL MANAJEMEN INDONESIA, Kode Agen rin Petngiat | ad 1 228 JURNAL 2 na MANAJEMEN INDONESIA AIG : 108 ea a 102 Vol. 22- No.2 April2012 AT 90 5 Bs 88 raves Alo a7 Fenicngan is sey Rok all 54 een a) Als 30 Alz 0 24 Al u 18 Al 2 16 aS 8 5 as 4 29 5 AB 16 Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa nilai ARP tertinggi memilikinilai 228 yang menuinjukkan bahwa agen risiko tersebut memiliki prioritas utama daiam penanganannya dibandingkan dengan yang lain. Hal ini cikarenakan semakin tinggi nilat ARP suatu agen risiko ‘maka akan berbanding lurus dengan tingkat dampak yang akan ditimbutkan dalam proses rantai pasok perusahaan. Melalui hasil analisis risiko diperoleh nilat ARP yang merupakan hasil dari output HOR fase 1 sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Tels aa Bink Agen Exedyotean] TS » _ [aaTaa [as [as [as [afar [an]ao|arolani[arz[ars[arsaaslans| 6 | fonts occarnaceetagencop —} sala at aa} alata a al que rk ptt ARF [a3] 334]i00|>36] 9 [a8|50[5[3 [67 [sa 26 [9 [a6 [50 [roa Pacrtyrakefaget fast 2 1411 hal ef stalast 7 Te Taotaetazl 9 | 2 ae ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK DENGAN MODEL HOUSE OF RISK (HOR) HGR °eneelompokan agen Risiko Prioritas dengan Perhitungan Pareto JURNAL Dalam penanganan risiko, tidak semua agen risiko mendapatkan sebuah penanganan, MANAJEMEN Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dari sisi biaya yang dikeluarkan dalam proses INDONESIA enanganan serta tingkat dampak yang ditimbulkan dianggap terlalu kecil, Dengan demkian Voli2-No.1_‘tdaksemua agen rsiko ditangani oleh perusahaan, kecuali agen risiko yang dianggap prioritas. Aprll2012 Penentuan kategori agen risiko prioritas dilakukan dengan menggunakan hukum Pareto atau dikenal dengan hukum 80:20. Aplikasi hukum Pareto pada risiko ialsh bahwa 80% kerugian Perusahaan diakibatkan oleh 20% risiko yang krusial. Dengan memfokuskan 20% risiko yang krusial maka dampak risiko perusahaan sebesar 80% dapat teratasi. Penentuan kategori agen risiko prioritas dapat dilihat pada tabel 7 dan diagram 1 rernwennaccs | 4% | veringhat | ane | Kamut | 4 | 96 Kamusti | sce rece Ad 1 228 228 23.05 23.05 a [2 | | 3a | uss [3a aw [3 | 1s | 450 | woo | ass aa [4 [i | ss | toa | sser | Prins arf 5 |» | 62 oa 3 a [| 6 [| ® | 70 39 [ai Al0 7 87, 8i7 88 82.61 au | * | | # 346 _s807 as [9 [| 0 | 90 303 | ota aa [| _@ [2% | 95 2a | 98 i use| 9535 Al4 12 16 959 1.62 96.97 Sih AS 13 Is 974 152 98.49 ss as | « [9 98 [oot 94 a ps | 3 986 03 982 ap_| 6 [3 989 05 100 Pareto Agen Risto RantalPasck Ad A2 AI6A3 A7 AG ALOALLAISA12 Al Al4 48 SSAARP A % Kumunatif ARP JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Perhitungan ETD Aksi Mitigasi Risiko Perhitungan ETD dalam aksi mitigasi risiko bertujuan untuk mengetahui tingkat prioritas aksi mitigasi risiko rantai pasok yang akan diterapkan oleh perusahaan. Perhitungan ETD merupakan tindak lanjut dari hasil perhitungan ARP. Aksi mitigasirisiko difokuskan kepada agen risiko yang termasuk ke dalam kategori prioritas. Proses selanjutnya yaitu perhitungan tingkat efektivitas (TEk) yang menunjukkan tingkat efektivitas dalam proses penerapan aksi mitigasi risiko. Perhitungan TEk melibatkan beberapa elemen yaitu tingkat keterhubungan antara agen risiko dengan aksi mitigasi (Ejk), tingkat kesulitan dalam penerapan mitigasi risiko (Di), serta nilai ARP agen risiko, Perhitungan TEk dapat dilihat pada lampiran 2 House Of Risk (HOR) Fase 2 dengan menggunakan rumus berikut: TE, = ) ARP|E, Sebagai contoh perhitungan TEk PA3 yaitu TE1= ((9x94)+(1x82)}=928. Setelah nilai TEk diperoleh langkah selanjutnya yaitu Proses perhitungan nilal Effectiveness To Difficultly Ratio {ETD) yang menggambarkan tingkat kesulitan dalam penerapan aksi mitigasi risiko dalam Perusahaan. Perhitungan nilai ETD menggunakan rumus seperti berikut: ETD, =TE, /D, Sebagai contoh, nilai ETD PA diperoleh melalui perhitungan berikut: ETD (PA3): 928/3=309, Melalui hasil diskusi dan analisis dengan responden terdapat beberapa aksi mitigasi risiko serta hasil perhitungan ETD yang mungkin dilakukan oleh perusahaan yang dapat pada tabel 8 Kode ‘Aksi Mitigast Peringkat | TE, | D, | ETD PA3 | Penundaan pembayaran gaji pekerja 1 928 3 3093 PAT _ | Pengalihan risiko berupa asuransi 2 376 2 288 PA2 | Penambahan jumlah tenaga Kerja 3 ts | 4 282 PAd _ | Standarisasi checklist pekeriaan 4 738 3 246 PAG |Penerapan sanksi tambahan bagi. a a a pekerja PAS [Pemilihan jalur altematit pengi- | eotnl me Ae rman PAT _ | Sosialisasi berkelanjutan dan penera- a " pan program CSR perusahaan ik 22 ea [eee eee PAS [Pengaturan vlang jadwal proyek 3 376 | 4 1a Berdasarkan tabel tersebut, terdapat delapan aksi mitigasi isiko yang mungkin dilakukan oleh PT XXX. Penerapan aksi mitigasirisiko dimulai dari nilai ETO tertinggi hingga nilai ETD terendah. Hal ini dikarenakan rilai ETD tinggi lebih mudah diterapkan dalam perusahaan dlibandingkan dengan rilai ETD rendah. Hasil perhitungan ETD pada tabel 8 merupakan hasil output dari HOR fase 2 yang dapat dilthat pada tabel berikut ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK DENGAN MODEL HOUSE OF RISK (HOR) JURNAL MANAJEMEN INDONESIA, Vol. 12-No.1 April 2012 ‘abel 8 Perhitungan Nila Teedan ETD ‘si Mitga’ Risto JURNAL MANAJEMEN INDONESIA. Vol. 12-No. 1 April 2012 Tabels HOR fase 2 Preventive Action (PAK) Agzrezate Risk Agent (Aj) risk poten- par [Paz [pas [pas [pas |rac |pa7 [as | "* AS 5 28 a 4 14 AB nee Pilisteri cy A6 4 o4 a 4 3| 9 Alo 5 2 Al6 a 8 Total effectiveness of action (Tk) 576| 1128 | 928|_738| sto] asa | 729] 576 Degree of difficulty preforming action 2] 4] 3} a} a] 5] at 4 Effectiveness to di ficulty ratio(ETD) | 288] 282] 309] 246] 203) 228] 182] 144 Rank of priority 2] al i] al 6 i] 8 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisisrisiko rantai pasok dengan model HOR dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagei berikut: 1) Hasil identifikasi risiko menggunakan model HOR teridentifikasi 17 kejadian risiko yang mungkin terjadi selama proses rantai pasok. Kejadian risiko tersebut terdiri atas satu kejadian risiko pada tahap persiapan, enam kejadian ristko pada tahap pengadaan, enam risiko pada tahap pembuatan dan empat kejadian risiko pada tahap pengiriman, 2) Selain identifikasi kejadian risiko, terdapat 16 agen risiko yang mampu memicutimbulnya suatu kejadian risiko, dimana tujuh dari seluruh agen risiko yang teridentifikasi termasuk ke dalam kategori agen risiko prioritas. Kategori prioritas menunjukkan bahwa ketujuh agen risiko tersebut memilik andil 82.61 persen dari seluruh dampak risiko yang mungkin dialami perusahaan, sehingga memeriukan penanganan yang serius. 3) Terdapat delapan aksi mitigasi isiko yang mungkin dilakukan perusahaan dalam menangani agen risiko kategori prioritas dengan tingkat kesulitan penerapan yang berbeda-beda. Penerapan mitigasi risiko rantai pasok didasarkan atas nilai ETD tertinggi hingga terendah secara berurutan yaitu: Penundaan pembayaran gaji pekerja (PA3), Pengalihan risiko berupa asuransi (PA1), Penambahan jumlah tenaga kerja (PA2), Standarisasl checklist pekerjaan (PA4), Penerapan sanksi tambahan bagi pekerja (PA6), Pemilihan jalur alternatif, pengiriman (PAS), Sosialisasi berkelanjutan dan penerapan program CSR perusahaan (PA7), Pengaturan ulang jadwal proyek (PA8) JURNAL MANAJEMEN INDONESIA. REFERENSI Christopher, M, (2005) Logistics and Supply Chain Management, Third Edition, London: Prentice Hall Dewi, D.S. and Geraldin, LH. (2007) Manojemen Risiko dan Aksi Mitigasi untuk Menciptakan Rantai Posok yang Robust. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Teknik Sipil : 53-64 Fahmi, |. (2010) Manajemen Risiko Teori, Kasus dan Solusi. Bandung: Alfabeta. Gupta, N.S. and Valarmathi, 8. (2008) Tota! Quality Management, Second Edition. New Delhi: Mc Grow-Hill Han, $.B. and Ebrahimpour, M. (2001) A Conceptual QFD Planning model. International Journal of Quality & Reliability Management, Vol.18 No 8, p 796-812, Heizer, J. and Render, B. (2005) Operation Management. Edisi ketujuh Jakarta: Salemba Em- pat Kasser, J. (1995) Applying Total Quality Management to System Engineering. London: Artech House Boston. Kuncoro, M. (2008). Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Edisi 3 Jakarta: Erlangga Pujawan, I.N. and Geraldin, LH, (2009) House Of Risk: A Model for Proactive Supply Chain Risk Management. Business Process Management Journal, Vol. 15 No. 6, p 953-967. Quaddus, IM. and Wee H.M. (2009) Supply Chain Risk Management (SCRM): A Case Study on the Automotive and Electronic Industries in Brazil. Supply Chain Management: An Inter- national Journal, Vol 14 No. 4, p 247-252. Sekaran, U. (2006). Research Methods for Business, Book 1, fourth edition, New York, John Wiley & Sons, Inc. Sekaran, U. (2006). Research Methods for Business, Book 2, fourth edition, New York, John Wiley & Sons, Inc. ‘Sugiyono (2008) Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Tanjung, H. dan Ma’arif, S. (2003). Manojemen Operasi jakarta:Grasindo. Tay, KM. and Lim C.P (2006) Fuzzy FIVEA With a Guided Rules Reduction System for Prioritiza- tion of Failures. Emerald. Vol. 23 No. 8 1047-1086 International Journal of Quality & Reliability Management. Tugiman, H. (2008) Manojemen Risiko Organisasi Jurnal Manajemen indonesia, Vol 9 No.1 36-63. \Vanany, |. and Zailani,S. (2009) Supply Chain Risk Management: Literature Review and Future Research, IG! Global. Journal of information Systems and Supply Chain Management 16-33. Zikmund (2010) Business Research Methods. Eight edition Canada: South-Western. ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK DENGAN MODEL HOUSE OF RISK (HOR) JURNAL MANAJEMEN INDONESIA Vol. 12-No. 1 April 2012

Anda mungkin juga menyukai