1
Sarjana Program Studi Kedokteran,Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
2
Departemen Ilmu Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
3
Departemen Biologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Tel. 56942061 (Hunting), Fax. 5631731, Jakarta 11510
E-mail : tu.fk@ukrida.ac.id
Abstrak
Selain dari umur dan jenis kelamin, masih ada beberapa factor intrinsic yang
mempengaruhi nilai ROM (range of motion). Salah satu factornnya adalah obesitas. Obesitas
dapat menyebabkan keterbatasan ROM disebabkan oleh akumulasi lemak berlebih di sekitar
persendian yang mengakibatkan hambatan mekanis dalam pergerakan sendi. Walaupun
prevalensi obesitas di dunia sudah banyak, tapi penelitian tentang bagaimana obesitas
mempengaruhi kemampuan fisik manusia belum banyak dilakukan. Sebagai upaya dalam
mengatasi ini, penelitian ini akan membahas hubungan obesitas dengan keterbatasan ROM
sendi lutut dan korelasi antar IMT dengan ROM sendi lutut pada lansia di Kebaktian Manula
Padmadika Vihara Padumuttara Tangerang. Subjek penelitian ini adalah 114 manula. Data
berat badan, tinggi badan, dan nilai ROM sendi lutut diperoleh dengan pengukuran secara
langsung. Uji statistik yang digunakan yaitu uji Chi-square dan uji kendall dengan software
SPSS. Hubungan antara obesitas dengan keterbatasan ROM sendi lutut adalah 0.012 (p <
0.05) yang artiya terdapat hubungan anatara obesitas dengan ROM sendi lutut pada lansia di
Kebaktian Manula Padmadika Vihara Padumuttara Tangerang. Terdapat korelasi negatif
antara nilai IMT dengan nilai ROM pada sendi lutut (p= 0.000)
Aside from age and gender, there may be multiple intrinsic factors that affect joint
RoM. One such factor is obesity, which is characterised by excess fat in the human body.
Obesity is expected to reduce joint RoM as the adipose tissues around body joints would
likely interpose and obstruct inter-segmental rotations. Despite the prevalence of obesity, how
obesity affects human physical capabilities is not well documented. As an effort toward
addressing this, the current study investigated the relationship of obesity with the limitations
of the knee joint ROM and the correlation with BMI values with knee joint ROM values in
elderly at Kebaktian Manula Padmadika Vihara Padumuttara Tangerang based on data
collected from 114 elderly. Data weight, height, and knee joint ROM values obtained by
direct measurement.The statistical test used is the Chi-square test and Kendall test with SPSS
software. Relationship between obesity and knee joint ROM limitation is 0.012 (p<0.05)
which means there is a relationship between obesity and knee joint ROM limitation in elderly
at Kebaktian Manula Padmadika Vihara Padumuttara Tangerang. There is a negative
correlation between BMI values with the value of the ROM of the knee joint (p= 0.000)
Pendahuluan
Obesitas kini tidak lagi dianggap sebagai masalah kesehatan di negara industri saja,
tetapi juga telah merepotkan negara berkembang. Prevalensi obesitas di seluruh dunia selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Dibandingkan antara tahun 1976-1980 dengan tahun 1999-
2000 terdapat peningkatan prevalensi overweight dari 46% menjadi 64,5%. Demikian hal ini
dengan prevalensi obesitas yang meningkat dua kali lipat menjadi 30,5%. World Health
Organization (WHO) pada tahun 2003 mencatat bahwa sekitar satu milyar penduduk dunia
mengalami overweight dan sedikitnya 300 juta menderita obesitas secara klinis. WHO juga
memprediksikan bahwa pada tahun 2015, 2,3 milyar orang dewasa akan mengalami
overweight dan 700 juta yang mengalami obesitas. Di indonesia, perhitungan prevalensi
obesitas masih bersifat sporadis. Di Jakarta, prevalensi obesitas di kalangan usia 2-5 tahun
terpatri pada angka 16,1% , yang berusia 16-22 tahun dengan angka kejadian 3,98%.
Sebagian orang di negara miskin kebetulan memperoleh kesempatan menjadi makmur,
kemudian berusaha tampil serupa dengan para majikan di negara maju. Namun, celakanya,
mereka bukan hanya menjadi pengguna produk hasil teknologi, tetapi juga meniru gaya hidup
yang tidak sehat. dampaknya terasa, mulai dari kebiasaan makan yang buruk hingga
ketidakaktifan fisik. Tidak ada satu pun negara di dunia yang kebal terhadap pengaruh yang
sangat infeksius ini. Secara garis besar, obesitas merupakan dampak ketidakimbangan
energi: asupan jauh melampaui keluaran energi dalam jangka waktu tertentu. Banyak sekali
faktor yang menunjang kelebihan ini. Namun dapat disederhanakan menjadi dua hal yaitu
terlalu banyak makan dibarengi terlalu sedikit bergerak, contohnya saja di daerah perkotaan,
terutama di negara yang mulai berkembang, anak-anak, wanita dan orang tua enggan berjalan
ke luar rumah sendirian, terutama pada malam hari, karena takut ditodong. Jumlah
perumahan yang meningkat pesat menyebabkan anak-anak sulit mencari tempat bermain,
singkatnya, olah raga yang kini berkurang, sementara nafsu memakan santapan, terutama
pangan yang berkadar lemak tinggi, justru meningkat. Semua ini berujung pada obesitas.
Sendi dengan Range of Motion (ROM) terbatas memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mengalami cedera.
ROM sendi merupakan hasil pengukuran gerakan yang mungkin dilakukan oleh sendi
tubuh. Obesitas dapat mengurangi nilai ROM sehingga membatasi berbagai gerakan sendi
yang dapat mengakibatkan keterbatasan berjalan. Pengaruh obesitas pada penurunan ROM
sendi lutut kemungkinan diakibatkan oleh akumulasi lemak berlebihan antar segmen sendi
yang dapat mengakibatkan hambatan mekanis dalam pergerakan sendi. Selain itu, penderita
obesitas cenderung lebih banyak duduk dan memiliki aktivitas fisik yang rendah, sehingga
kekuatan ototnya pun rendah. Hal ini menyebabkan gangguan keseimbangan yang ikut
mempengaruhi keterbatasan berjalan.
Dalam tubuh manusia, sendi lutut merupakan sendi paling besar dan paling kompleks
dengan tugas utama sebagai penopang berat badan. Dibandingkan dengan sendi pada ibu jari
dan bahu, sendi lutut merupakan sendi dengan ROM yang lebih terbatas. Prevalensi obesitas
yang terus meningkat setiap tahunnya bahkan pada anak dan remaja tentu akan turut
mempengaruhi kondisi kesehatannya pada masa mendatang. Pada penelitian sebelumnya
telah dibuktikan bahwa obesitas meningkatkan resiko keterbatasan berjalan seiring dengan
rendahnya nilai ROM pada subjek dewasa dan remaja. Akan tetapi tidak banyak penelitian
terkait pada subjek lansia. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah obesitas
berhubungan dengan ROM sendi lutut pada lansia di Kebaktian Manula Padmadika Vihara
Padumuttara Tangerang.
Tujuan Penelitian
Diketahuinya hubungan antara obesitas dengan ROM (.ROM (Range of Motion) sendi
lutut pada lansia di Kebaktian Manula Padmadika Vihara Padumuttara Tangerang
Metodologi Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah semua lansia (usia 60 tahun) di Kebaktian
manula Padmadika Vihara Padumuttara. Teknik sampling yang dipakai adalah teknik total
sampling yaitu dengan pengambilan semua sampel. 1,2 Pada penelitain ini yang akan diteliti
umat Kebaktian Manula Padmadika Vihara Padumuttara Tangerang sebanyak 180 orang lalu
data yang sudah didapat diseleksi sesuai kriteria eksklusi dan kriteria inklusi untuk dianalisis.
Cara Kerja
Kaji Etik
Penelitian ini dinyatakan telah lulus kaji etik dengan nomor 73/SLKE-
IM/UKKW/FK/KE/1/2017 dari Komisi Etik Penelitian Medis dan Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Hasil Penelitian
Tabel 1 Distribusi Obesitas dan Tidak Obesias terhadap ROM Sendi Lutut
obesitas ROM sendi lutut TOTAL
Normal terbatas
Ya 41 11 52
Tidak 35 27 62
TOTAL 76 38 114
Tabel 1 memperlihatkan distribusi obesitas dan tidak obesitas terhadap ROM sendi lutut
pada114 responden. Pada penelitian ini didapatkan 52 responden obesitas dan 62 tidak
obesitas. Pada 52 responden obesitas tersebut terdapat 41 responden dengan nilai ROM sendi
lutut yang dapat dikategorikan normal, dan terdapat 11 responden dengan nilai ROM sendi
lutut yang dapat dikategorikan terbatas. Sementara itu, pada 62 responden tidak obesitas
terdapat 35 responden dengan nilai ROM sendi lutut normal serta 27 responden dengan nilai
ROM sendi lutut terbatas
Tabel 2 Hubungan Antara Obesitas dengan ROM (Range of Motion) Sendi Lutut pada Lansia
Pada analisis hubungan ini peneliti memakai chi square test yang hasilnya dapat dilihat pada
tabel 4.2. Hasil uji hipotesis dengan chi square tersebut didapatkan p=0.012 berarti p<0.05
yang artinya hipotesis (Ho) ditolak. Pengertian dari Ho ditolak berarti terdapat hubungan
antara obesitas dengan ROM sendi lutut pada lansia di Kebaktian Manula Padmadika Vihara
Padumuttara Tangerang.
Tabel 3 Korelasi IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan Nilai ROM (Range of Motion) Sendi Lutut pada Lansia
Peneliti menggunakan kendall test untuk analisis korelasi ini yang hasilnya dapat dilihat pada
tabel 4.3. Pada uji ini peneliti memakai hasil pemeriksaan IMT dan ROM fleksi sendi lutut,
peneliti tidak memakai hasil pemeriksaan ekstensi ROM sendi lutut dikarenakan setelah data
dieksklusi, semua hasil nya sama yaitu 0 (nol) sementara hasil pemeriksaan ROM fleksi sendi
lutut bervariasi. Hasil uji korelasi didapatkan p=0.000 berarti p<0.05 yang artinya terdapat
korelasi IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan nilai ROM (Range of Motion) sendi lutut pada
lansia di Kebaktian Manula Padmadika Vihara Padumuttara Tangerang. Pada correlation
coefficient didapatkan -0.254 berarti terdapat korelasi negative yang artinya semakin tinggi
nilai IMT, maka akan semakin kecil nilai ROM sendi lutut.
Pembahasan
Hasil penelitian hubungan antara obesitas dengan ROM sendi lutut pada lansia yang
dilaksanakan di Vihara Padumuttara ini didapatkan adanya hubungan antara kedua variable
tersebut dengan nilai p=0.012. Hubungan antara kedua variabel tersebut menunjukkan bahwa
seseorang dengan jumlah lemak tubuh yang tinggi (obesitas) akan cenderung memiliki ROM
sendi lutut yang terbatas. Obesitas dapat mempengaruhi ROM sendi lutut disebabkan karena
akumulasi lemak yang berlebihan di sekitar persendian yang dapat mengakibatkan hambatan
mekanis dalam pergerakan sendi, selain itu, secara mekanis visceral fat juga dapat menurunkan
ROM sendi lutut. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Stenholm dengan judul Obesity as a Risk Factor for Walking Limitation in Older Finnish
Men and Women yang menunjukkan bahwa penderita obesitas memiliki resiko lebih besar
untuk mengalami keterbatasan/gangguan berjalan terutama pada lansia.3,4 Beban berat badan
dipindahkan ke sendi lutut 3-6 kali lipat dari berat badan ketika berjalan dan jika proporsi berat
badan lebih dari tinggi badan (obesitas), kerja sendi pun akan semakin berat. Pada keadaan
normal, gaya berat badan ditopang melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-
otot paha bagian sentral sendi lutut. Sedangkan pada keadaan obesitas, resultan tersebut akan
bergeser ke medial sehingga beban yang diterima sendi lutut di bagian medial berlebihan, hal
ini yang menyebabkan ketidakseimbangan dan menyebabkan ausnya tulang rawan serta
keterbatasan nilai ROM sendi lutut terutama pada lansia.
Hasil uji korelasi IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan nilai ROM (Range of Motion)
sendi lutut pada lansia dengan kendall test pada penelitian ini didapatkan p=0.000 yang artinya
terdapat korelasi antara kedua variable tersebut. Correlation coefficient pada uji korelasi
tersebut didapatkan -0.254 yang berarti terdapat korelasi negative, artinya, semakin tinggi nilai
IMT, maka akan semakin kecil nilai ROM sendi lutut. Hasil korelasi tersebut sama dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Anthony N. Galanos, Carl F. Pieper, Joan C. Cornoni-
Huntley, Connie W. Bales, dan Gerda G. Fillenbaum dengan judul Nutrition and Function: Is
There a Relationship Between Body Mass Index and the Functional Capabilities of
Community-Dwelling Elderly.5,6 Penelitian tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi IMT
pada lansia maka akan semakin kecil nilai ROM sendi lututnya. Kemampuan fungsional yang
dinilai pada penelitian tersebut adalah kemampuan berjalan dan melakukan aktivitas sehari-
hari pada lansia. Semakin tinggi IMT, maka akan semakin banyak terjadi keterbatasan
kemampuan fungsional salah satunya adalah keterbatasan berjalan.
Keterbatasan penelitian
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai ROM adalah usia, jenis kelamin,
aktivitas, obesitas, penyakit sistemik sendi, penyakit neurologi, trauma. Akan tetapi pada
penelitian ini yang hanya saya teliti adalah hubungan obesitas dengan ROM sendi lutut. Faktor
lain seperti osteoarthritis dapat mempengaruhi hasil penelitian tapi tidak dimasukkan ke dalam
kriteria eksklusi dan inklusi karena osteoarthritis adalah degenerative sendi yang pada
umumnya diderita oleh lansia walaupun hanya 10% pria dan 18% wanita diantaranya yang
memperlihatkan gejala klinis OA, dan sekitar 10% mengalami disabilitas karena OA nya
Factor umur merupakan factor utama yang menyebabkan osteoarthritis dikarenakan proses
degenerative.5,6 Osteoarthritis juga tidak dapat dinilai/diketahui langsung melalui
anamnesis/pemeriksaan fisik terutama jika gejala tidak terlihat. Sehingga, factor tersebut dapat
memberikan dampak bias pada hasil penelitian
Kesimpulan
Daftar Pustaka
3. Stenholm, Sari. Obesity as a Risk Factor for Walking Limitation in Older Finnish
Men and Women. Dissertation, Finland : University of Jyvskyl; 2007.
4. Taylor, E.D., Theim, K.R., Mirch, M.C., Ghorbani, S., Tanofsky-Kraff, M., Adler-
Wailes, D.C., Brady, S., Reynolds, J.C., Calis, K.A., Yanovsky, J.A. 2006.
Orthopedic Complication of Overweight in Children and Adolelescents. Journal of the
American Academy of Pediatrics. 177(6):2167-74.
5. Galanos AN, Pieper CF, Cornoni-Huntley JC, Bales CW, Fillenbaum GG. Nutrition
and Function: Is There a Relationship Between Body Mass Index and the Functional
Capabilities of Community-dwelling Elderly? J Am Geriatr Soc. 2007; 42: 368373.
6. Arnold CM, Gyurcsik NC. Risk factors for falls in older adults with lower extremity
arthritis: a conceptual framework of current knowledge and future directions.
Physiother Can. 2012 Jan;64(3):30214