Ringkasan Tutorial Skenario 2
Ringkasan Tutorial Skenario 2
Tahapan skill lab ilmu Bahan Dan Teknologi Kedokteran Gigi I mahasiswa
FKG UNEJ kali ini adalah tentang resin akrilik. Mahasiswa dibagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama membuat sendok cetak perorangan rahang atas dengan
bahan resin akrilik self cured. Kelompok kedua membuat basis gigi tiruan rahang atas
dengan bahan resin akrilik heat cured. Sebelum melakukan perkerjaannya kedua
kelompok mahasiswa tersebut masing-masing oleh instruktu lab diminta untuk
menjelaskan tentang perbedaannya, sifat, proses manipulasinya, polimerisasinya,
kelebihan dan kekurangannya, serta indikasinya. Hasil akhir kedua kelompok tidak
boleh ada yang porous, kalau ada yang porous mengapa hal ini bisa terjadi?
Step 1:
1. Skill Lab: Wes eruh dewe
2. Ilmu Bahan dan Teknologi Kedokteran Gigi: iki sisan
3. Resin akrilik: Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi
sebuah rantai polimer yang terdiri dari unit-unit metil metakrilat yang
berulang. Resin akrilik digunakan untuk membuat basis gigi tiruan dalam
proses rehabilitatif, untuk pelat ortodonsi, maupun restorasi crown and bridge
4. Self cured: Dapat berpolymerisasi sendiri pada temperatur ruang).
5. Heat cured: Heat Cured Acrylic (membutuhkan pemasakan pada
pengolahannya untuk membantu proses polimerisasinya).
6. Polimerisasi: polimerisasi adalah reaksi penggabungan molekul-molekul
kecil (monomer) yang membentuk molekul yang besar. Ada dua jenis reaksi
polimerisasi, yaitu : polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.
7. Porous: Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik
yang telah mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas menyebabkan efek
negatif terhadap kekuatan dari resin akrilik.
Step 2:
1. Apakah yang dimaksud dengan resin akrilik?
2. Terbuat dari apa resin akrilik?
3. Bagaimana komposisi resin akrilik?
4. Perbedaannya resin akrilik self cure dan heat cure?
5. Macam-macam akrilik?
6. Sifat resin akrilik?
7. proses manipulasinya akrilik?
8. Proses polimerisasi akrilik?
9. kelebihan dan kekurangan?
10. Indikasi / penggunaan dalam kedokteran gigi?
11. Apa saja syarat resin dalam kedokteran gigi?
12. Mengapa bisa terjadi porus?
Step 3:
jaringan mulut : 1%
5. Fiber : menyerupai serabut-serabut pembuluh darah kecil
5. MACAM-MACAM AKRILIK?
Macam-macam Porosity:
Gasseous Porosity
Pemanasan yang terlalu tinggi dan cepat sehingga sebagian monomer
tidak sempat berpolimerisasi dan menguap membentuk bubbles (bola-bola
uap) sehingga pada bagian resin yang lebih tebal, bubbles terkurung sehingga
terjadi porositas yang terlokalisir. Sedangkan pada bagian yang tipis, panas
cxothermis dapat keluar dan diserap gips sehingga resin ridak meiewati titik
didihnya dan lidak akan membentuk bubbles.(Combe, 1992)
Air yang terkandung didaiam resin sebelum atau selama polirnerisasi
akan merendahkan titik didih monumer sehingga dengan ternperatur biasa
akan terjadi seperti diatas.(Combe, 1992)
Shrinkage Porosity,0X4)
Ketidak-homogenan resin akhlik selama polirnerisasi sehingga bagian
yang mengandung lebih banyak monomer akan menyusut dan membentuk
voids (ruang-ruang hampa udara) dan terjadi porosity yang terlokalisi.
(Combe, 1992)
Polimer-polimer yang berbeda BM, komposisi dan ukuran akan
menyebabkan bagian- bagian yang mcmpunyai partikel-partikel lebih kecil
dulu berpolimerisasi daripada partikel yang lebih besar. Bagian-bagian yang
berpolimerisasi lebih lam bat akan berpindah kebagian yang berpolimerisasi
lebih dulu, sehingga terbentuk voids dengan porosity yang terlokalisir.
(Combe, 1992)
Kurang lamanya pengepresan sebelum penggodokan maupun selama
polimerisasi juga akan menyebabkan diffusi monomer menjadi kurang baik
dan membuat voids dengan porosity internal. Yang ketiga hal diatas akan
menyebabkan kerapuhan pada basis protesa. (Combe, 1992)
B. Sifat Mekanik
Sifat mekanis adalah respons yang terukur, baik elastis maupun plastis, dari
bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan.Sifat mekanis bahan basis
gigitiruan terdiri atas kekuatan tensil, kekuatan impak, fatique, crazing dan
kekerasan.(Combe, 1992)
Kekuatan Tensil
Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa.Kekuatan
tensil resin akrilik yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama
resin akrilik.(Combe, 1992)
Kekuatan Impak
Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 cm kg/cm.Resin
akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigitiruan
akrilik jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar akan terjadi
fraktur.(Combe, 1992)
Fatique
Resin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur akibat
fatique. Fatique merupakan akibat dari pemakaian gigitiruan yang tidak
didesain dengan baik sehingga basis gigitiruan melengkung setiap menerima
tekanan pengunyahan.Kekuatan fatique basis resin akrilik polimerisasi panas
2
adalah 1,5 juta lengkungan sebelum patah dengan beban 2500 lb/in pada
stress maksimum 17 MPa.(Combe, 1992)
Crazing
Crazing merupakan terbentuknya goresan atau keretakan mikro. Crazing
pada resin transparan menimbulkan penampilan berkabut atau tidak terang.
Pada resin berwarna, menimbulkan gambaran putih (Anusavice, 2003).
Crazing kadang-kadang muncul berupa kumpulan retakan pada permukaan
gigitiruan resin akrilik yang dapat melemahkan basis gigitiruan. Retakan-
retakan ini dapat timbul akibat salah satu dari tiga mekanisme berikut.
Pertama, apabila pasien memiliki kebiasaan sering mengeluarkan
gigitiruannya dan membiarkannya kering, siklus penyerapan air yang konstan
diikuti pengeringan sehingga dapat menimbulkan stress tensil pada
permukaan dan mengakibatkan terjadinya crazing. Kedua, penggunaan anasir
gigitiruan porselen juga dapat menyebabkan crazing pada basis di daerah
sekitar leher anasir gigitiruan yang diakibatkan perbedaan koefisien ekspansi
termal antara porselen dan resin akrilik. Ketiga, crazing dapat terjadi selama
perbaikan gigitiruan ketika monomer metil metakrilat berkontak dengan resin
akrilik yang telah mengeras dari potongan yang sedang diperbaiki. Tingkat
crazing ini dapat dikurangi oleh cross-linking agent yang berfungsi mengikat
rantai-rantai polimer.(Combe, 1992)
Kekerasan
Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15
2
kg/mm . Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif
lunak dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik
cenderung menipis. Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan
terutama pasta gigi pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin
akrilik ini bukan suatu masalah besar.(Combe, 1992)
C. Sifat kimia
1. Penyerapan Air
Penyerapan air selalu terjadi pada resin akrilik dengan tingkat yang lebih
besar pada bahan yang lebih kasar.Penyerapan air menyebabkan perubahan
dimensi, meskipun tidak signifikan.Penelitian Cheng Yi-Yung (1994)
menemukan bahwa penambahan berbagai serat pada resin akrilik
menunjukkan perubahan dimensi yang lebih kecil selama perendaman dalam
air.(Combe, 1992)
2. Stabilitas Warna
Yu-lin Lai dkk. (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan
terhadap stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan menemukan
bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah
direndam dalam larutan kopi.Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin
akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas warna yang baik.(Combe, 1992).
D. Sifat biologis
1. Pembentukan Koloni Bakteri
Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan
gigitiruan resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas
permukaan, kekerasan permukaan, dan kekasaran permukaan.Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki
penyerapan air yang rendah, permukaan yang halus, kekerasan permukaan
yang lebih tinggi dibandingkan nilon dan sudut kontak permukaan dengan air
yang cukup besar sehingga apabila diproses dengan baik dan sering
dibersihkan maka perlekatan bakteri tidak akan mudah terjadi.Pembersihan
dan perendaman gigitiruan dalam pembersih kemis secara teratur umumnya
sudah cukup untuk mengurangi masalah perlekatan bakteri.(Combe, 1992)
2. Biokompatibilitas
Secara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat
biokompatibel.Walaupun demikian, beberapa pasien mungkin menunjukkan
reaksi alergi yang disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau benzoic
acid pada basis gigitiruan.Pasien yang tidak alergi juga dapat mengalami
iritasi apabila terdapat jumlah monomer yang tinggi pada basis gigitiruan
yang tidak dikuring dengan baik. Batas maksimal konsentrasi monomer sisa
untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut standar ISO adalah 2,2 %.
(Combe, 1992)
2. Pencampuran
Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan resin
kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan pada
tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga mould.
dengan pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada tahap
selanjutnya setelah dilakukan pengisian pada rongga mould adalah
dilakukannya press dengan pada kuvet. Kekuatan press yang diberikan
pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian sebesar 2200 psi
selamat 5 menit juga. Selama proses press ini biasanya ditemukan flash,
yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini harus dibersihkan dan
dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi mould. Setelah dilakukan
ini tahap berikutnya adalah dilakukannya curing.
6. Curing.
2. Pencampuran
Setelah perbandingan tepat, maka bubuk dan cairan dicampur dalam tempat
yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit hingga mencapai fase dough .
Adonan atau campuran akrilik ini akan mengalami empat fase, yaitu :
a. Sandy stage
Mula mula terbentuk campuran yang menyerupai pasir basah.
b. Sticky stage
Bahan menjadi merekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan.
c. Dough stage
Terbentuknya adonan yang halus, homogen dan konsistensinya tidak
melekat lagi dan mudah diangkat, dimana tahap ini merupakan saat
yang tepat untuk memasukkan adonan ke dalam mold dalam waktu 10
menit.
d. Rubbery stage
Bila adonan dibiarkan terlalu lama , maka akan terbentuk adonan
menyerupai karet dan menjadi kaku (rubbery hard ) sehingga tidak
dapat dimasukkan ke dalam mould (Anusavice ,2003).
3. Pengisian
Sebelum pengisian dinding mould diberi bahan separator untuk mencegah
merembesnya cairan ke bahan mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan
permukaan yang kasar, merekatnya dengan bahan tanam gips dan mencegah air dari
gips masuk ke dalam resin akrilik. (Anusavice ,2003)
Pengisian adonan ke dalam mould harus diperhatikan agar terisi penuh dan
saat dipress terdapat tekanan yang cukup pada mould. Setelah pengisian adonan ke
dalam mould penuh kemudian dilakukan press pertama sebesar 1000 psi ditunggu
selama 5 menit agar mould terisi padat dan kelebihan resin dibuang kemudian
dilakukan press terakhir dengan tekanan 2200 psi ditunggu selama 5 menit .
Selanjutnya kuvet dipasang mur dan dilakukan proses kuring (OBrien dkk, 1985)
4. Kuring
Salah satu tehnik kuring mencakup proses pembuatan bahan tiruan dalam
water bath bertemperatur konstan yaitu 70 C selama 8 jam atau dengan cara
dipanaskan pada suhu 70 C selama 1 jam 30 menit kemudian meningkatkan
temperatur smapai 100 C dipertahankan selama 1 jam (Anusavice, 2003).
Pemanasan pada suhu 100 C penting dilakukan untuk mendapatkan
kekuatan dan derajat polimerisasi resin akrilik yang tinggi dan juga akan mengurangi
sisa monomeryang tertinggal. (Anusavice ,2003)
Kuvet yang didalamnya terdapat mold yang telah diisi resin akrilik
kemudian dipanaskan di dalam water bath .Suhu dan lamanya pemanasan harus
dikontrol. (Anusavice ,2003)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses kuring , yaitu :
a. Bila bahan mengalami kuring yang tidak sempurna , memungkinkan
mengandung monomer sisa tinggi.
b. Kecepatan peningkatan suhu tidak boleh terlalu besar. Monomer
mendidih pada suhu 100,3 C . Resin hendaknya tidak mencapai suhu
ini sewaktu masih terdapat sejumlah bagian monomer yang belum
bereaksi . Reaksi polimerisasi adalah bersifat eksotermis. Maka apabila
sejumlah besar massa akrilik yang belum dikuring tiba tiba
dimasukkan ke dalam air mendidih , suhu resin bisa naik di atas 100,3
C sehingga menyebabkan monomer menguap . Hal ini menyebabkan
gaseous porosity.
Setelah proses kuring, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan .
Pendinginan dilakukan hingga suhu mencapai suhu kamar . Selama
proses ini, harus dihindari pendinginan secara tiba-tiba karena
semalaman pendinginan terdapat perbedaan kontrasksi antara gips dan
akrilik yang menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Bila
pendinginan dilakukan secara perlahan, maka stress diberi kesempatan
keluar akrilik oleh karena plastic deformation. Selanjutnya resin
dikeluarkan dari cetakan dengan hati hati untuk mencegah patahnya
gingiva tiruan, kemudian dilakukan pemolesan resin akrilik (Mc Cabe
JF, 2008)
1. Reaksi Kondensasi
Reaksi yang menghasilkan polimerisasi pertumbuhan bertahap atau
kondensasi berlangsung dalam mekanisme yang sama seperti reaksi kimia antara 2
atau lebih molekul-molekul sederhana. Senyawa untama bereaksi, seringkali dengan
pembentukan produk sampingan seperti air, asam halogen, dan
ammonia.Pembentukan produk sampingan ini adalah alasan mengapa polimerisasi
pertumbuhan bertahap, seringkali disebut polimerisasi kondensasi. (Craig, dkk.,
2004)
2. Reaksi Adisi
Tidak seperti polimerisasi kondensasi, tidak ada perubahan komposisi
selama polimerisasi tambahan/adisi. Makromolekul dibentuk dari unit-unit yang
kecil, atau monomer, tanpa perubahan dalam komposisi, karena monomer dan
polimer memiliki rumus empiris yang sama. Dengan kata lain struktur monomer
diulangi berkali-kali dalam polimer (Anusavice, 2004).
Pada proses polimerisasi polimetil metakrilat terjadi reaksi kimia berupa
reaksi adisi. Reaksi yang terjadi sewaktu polimerisasi polimetil metakrilat
berlangsung dengan tahap sebagai berikut (Umriati, 2000):
a) Aktivasi dan Initiasi
Untuk berlangsungnya polimerisasi dibutuhkan radikal bebas, yaitu
senyawa kimia yang sangat mudah bereaksi karena memiliki electron
ganjil (tidak mempunyai pasangan).Radikal bebas tersebut dibentuk
misalnya, dalam penguraian peroksida, dimana satu molekul benzoil
peroksida dapat membentuk dua radikal bebas.Radikal bebas inilah yang
menggerakkan terjadinya polimerisasi dan disebut inisiator. Sebelum
terjadi inisiasi, inisiatornya perlu diaktifkan dengan penguraian peroksida
baik dengan sinar, ultraviolet, panas atau dengan bahan kimia lain seperti
tertian amina.(Umriati, 2000).
b) Propagasi
Stadium terjadinya reaksi antara radikal bebas dengan monomer dan
mendorong terbentuknaya rantai polimer. Proses yang terjadi pada tahap
ini adalah:
- Radikal bebas bereaksi dengan monomer menjadi radikal bebas
sehingga monomer teraktifkan.
- Monomer teraktifkan dapat bereaksi dengan molekul monomer lain
dan seterusnya menjadi pertumbuhan rantai. (Umriati, 2000).
c) Terminasi
Tahap ini terjadi apabila dua radikal bebas bereaksi membentuk suatu
molekul yang stabil.Pertumbuhan rantai polimer merupakan suatu proses
random yaitu sebagian rantai tumbuh lebih cepat dan sebagian terminasi
sebelum yang lainnya sehingga tidak semua rantai mempunyai panjang
yang sama. Terjadi pergerakan rantai polimer dari rantai yang satu ke
rantai lainnya sewaktu menerima beban stress, sehingga semakin panjang
rantai polimer semakin sedikit monomer sisa pada basis gigi tiruan dan
proses polimerisadi lebih sempurna (Umriati, 2000).
1) Sandy stage
Merupakan tahap pertama saat polimer dan monomer dicampur dan
apabila diamati maka adonan masih seperti pasir, sedikit kasar dan berbutir
2) Stringy stage
Pada tahap ini monomer menyerang permukaan masing-masing butiran
polimer. Beberapa rantai polimer terdispersi dalam monomer cair. Rantai-rantai
polimer ini melepaskan jalinan ikatan sehingga meningkatan kekentalan adukan.
Tahap ini mempunyai ciri yaitu berserat-serat dan lengkat bila ditarik.
3) Dough stage
Saat tahap dough stage jumlah rantai polimer yang memasuki larutan
meningkat. Terjadi larutan monomer dan polimer yang terlarut. Tetapi terdapat
sejumlah polimer yang masih belum terlarut. Waktu yang diperlukan untuk
mencapai dough stage disebut dogging time. Working time terjadi selama
sampai fase dough stage berakhir yaitu selama lebih kurang 3 menit. Bila fase
ini berakhir campuran sudah tidak bisa dimanipulasi. Ciri-ciri lain tahap dough
stage ini yaitu adonan tidak melekat pada pot porselin yang digunakan. (Wataha,
hal: 257-280, 2000)
Setelah dough stage maka berlanjut ke tahap packing. Pada tahap ini
adonan dimasukkan ke dalam cetakan kuvet yang sebelumnya telah diolesi CMS
(Cold Mould Seal). Guna dari CMS ini adalah sebagai isolasi adonan dan sebagai
pelapis mould. CMS yang melapisi permukaan mould ini dapat menutupi
porositas yang ada pada permukaan mould sehingga adonan yang diletakkan
tidak akan masuk pada porus tersebut. Selain itu, CMS juga berfungsi sebagai
separator agar adonan mudah dilepaskan. Setelah itu cetakan dilapisi dengan
plastik dan dilakukan pengepresan Tahap pengepressan kuvet dilakukan
berulangulang sampai bentuk dalam campuran tersebut sesuai dengan cetakan.
Pada pengepresan terakhir, plastik yang ada pada cetakan dilepas, kemudian
dilakukan pengepresan kembali dan dibiarkan dalam suhu kamar tanpa dilakukan
curing seperti pada resin akrilik heat cured. (Wataha, hal: 257-280, 2000)
4) Rubbery stage
Pada tahap rubbery ini, monomer yang ada pada adonan dihabiskan
dengan penguapan dan penembusan lebih jauh ke dalam butir-butir polimer yang
masih tersisa. Ciri-ciri tahap ini adalah adonan akan bersifat seperti karet, yaitu
akan terasa kenyal dan akan terasa memantul bila ditekan atau diregangkan.
5) Stiff stage
Pada tahap stiff ini, adonan akan berubah menjadi keras oleh karena
adanya penguapan monomer bebas. Ciri-ciri tahap ini adalah adonan akan
tampak kering dan memiliki ketahanan (tidak rusak) saat diberi perlakuan
mekanik (ditarik, diregangkan). Setelah mencapai tahap ini maka adonan
dikeluarkan dari kuvet.
a). Kelebihan:
- mudah dilepaskan dari kuvet.
- fleksibilitas lebih tinggi dari tipe1.
- pengerutan volume akhir tergolong rendah karena proses
polimerisasi dari tipe ini tergolong kurang sempurna.
b). Kekurangan:
- elastisitas dari tipe initergolong kurang dari tipe I, kemudian
karena digunakan bahan kimia hal tersebut dapat mengiritasi
jaringan rongga mulut.
- dari segi ekonomis lebih mahal (Combe, 1992).
C. Light Cured Acrylic (Resin Akrilik teraktivasi Cahaya)
a). Kelebihan:
- penyusutan saat polimerisasi rendah.
- hasil akhir manipulasi dapat dibentuk dengan baik.
- resin ini dapat dimanipulasi dengan peralatan sederhana.
b). Kekurangan:
- elastisitas dari resin akrilik ini kecil dan penggunaan sinar UV
pada resin ini dapat merusak jaringan rongga mulut (Combe,
1992).
D. Microwave Cured Acrylic (Resin Akrilik Teraktivasi Kimia)
a). Kelebihan:
- waktu pemanasan yang dibutuhkan sangat singkat.
- perubahan warna kecil.
- sisa monomernya lebih sedikit di karenakan polimerisasinya
lebih sempurna.
b). Kekurangan:
Akrilik digunakan sebagai basis pada gigi tiruan lengkap atau gigi tiruan
sebagian. Bahan resin akrilik sering digunakan pada pembuatan gigi tiruan karena
warna yangmirip dengan gingiva, mudah diproses, dan perubahan dimensi kecil,
harga relatif murah (Combe, 1992).
Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak
aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok
cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan,
baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Selain itu resin digunakan
untuk reline dan perbaikan prostesa, gigi palsu parsial. Resin juga telah digunakan
untuk retainer ortodontik dan perangkat removable gigi , pelindung mulut dari
bruxism, mahkota gigi. (philis, 2003)
Resin akrilik digunakan sebagai bahan restorasi karena memilki kelebihan yaitu
daya alir tinggi, aplikasi mudah setting dengan light-cured selama 10 menit, dan
menghasilkan permukaan yang sangat halus dan mengkilat. Digunakam sebagai
sendok cetak karena dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu sehingga
sering disebut sendok cetak individual. Sebagai alat ortodonsi lepasan karena
dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan plat
akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau permukaan
lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat curing dan cold
curing. Bahan dari cold curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga
pengkerutannya lebih sedikit namun memiliki porositas lebih banyak sehingga
kekuatannya lebih rendah.Sebagai reparasi yaitu bahan yang biasa digunakan
adalah jenis self-cured dan heat-cured. Bias juga digunakan sebagai relining,
Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan. Bahan
yang biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan resin yang
diaktivasi dengan energy panas, sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan
menghasilkan panas yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung
terjadi. Tahap awal dari relining itu membersihkan permukaan yang menghadap
jaringan untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan
relining. Lalu resin yang tepat dimasukkan dan dibentuk dengan teknik molding
tekanan.Dan yang terakhir digunakan untuk rebasing, rebasing adalah mengganti
keseluruhan basis protesa. Bahan yang biasa digunakan adalah sel-cured. Caranya
adalah bahan self-cured dicampur sampai konsistensi encer lalu dimasukkan ke
daerah yang kan direparasi. Polimerisasi yang timbul akan lebih sedikit apabila
polimerisasi dilakukan di bawah tekanan hydrolic hingga sebesar 250 kN/m pada
suhu 40-50oC. (Philips,2003)
1. Biologis : tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, dan tidak mengiritasi
jaringan rongga mulut, tidak boleh larut dalam saliva atau cairan lain yang
dimasukkan ke dalam mulut, dan tidak dapat ditembus cairan mulut.
2. Fisik : memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan gigit atau
pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat terjadi di
dalam rongga mulut. Resin akrilik jugalah harus stabil dimensinya dibawah
semua keadaan, termasuk perubahan termal serta variasi-variasi dalam beban.
3. Estetik : menunjukkan transluensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok
dengan penampilan jaringan mulut yang digantikan, harus dapat diwarnai atau
dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan setelah
pembentukan.
4. Karakteristik penanganan : tidak boleh menghasilkan uap atu debu toksik selama
penanganan dan manipulasi, mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk, dan diproses,
mudah dipoles, dan pada keadaan patah yang tidak disengaja, resin harus dapat
diperbaiki dengan mudah dan efisien.
5. Ekonomis : biaya resin dan penanganannya haruslah rendah, dan proses tersebut
tidak memerlukan peralatan kompleks serta mahal (Phillips, 1996)
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang
telah mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas menyebabkan efek negatif
terhadap kekuatan dari resin akrilik. Dimana resin akrilik ini mudah porus (Combe,
1992).
Macam-macam Porosity:
Gasseous Porosity
Pemanasan yang terlalu tinggi dan cepat sehingga sebagian monomer
tidak sempat berpolimerisasi dan menguap membentuk bubbles (bola-bola
uap) sehingga pada bagian resin yang lebih tebal, bubbles terkurung sehingga
terjadi porositas yang terlokalisir. Sedangkan pada bagian yang tipis, panas
cxothermis dapat keluar dan diserap gips sehingga resin ridak meiewati titik
didihnya dan lidak akan membentuk bubbles.(Combe, 1992)
Air yang terkandung didaiam resin sebelum atau selama polirnerisasi
akan merendahkan titik didih monumer sehingga dengan ternperatur biasa
akan terjadi seperti diatas.(Combe, 1992)
Shrinkage Porosity,0X4)
Ketidak-homogenan resin akhlik selama polirnerisasi sehingga bagian
yang mengandung lebih banyak monomer akan menyusut dan membentuk
voids (ruang-ruang hampa udara) dan terjadi porosity yang terlokalisi.
(Combe, 1992)
Polimer-polimer yang berbeda BM, komposisi dan ukuran akan
menyebabkan bagian- bagian yang mcmpunyai partikel-partikel lebih kecil
dulu berpolimerisasi daripada partikel yang lebih besar. Bagian-bagian yang
berpolimerisasi lebih lam bat akan berpindah kebagian yang berpolimerisasi
lebih dulu, sehingga terbentuk voids dengan porosity yang terlokalisir.
(Combe, 1992)
Kurang lamanya pengepresan sebelum penggodokan maupun selama
polimerisasi juga akan menyebabkan diffusi monomer menjadi kurang baik
dan membuat voids dengan porosity internal. Yang ketiga hal diatas akan
menyebabkan kerapuhan pada basis protesa. (Combe, 1992)
Step IV
MAPPING
Lihat di halaman depan-depan modul IBTKG I, ada kayak pohon topik blablabla.
Kurang lebih kayak gitu.