Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jati (Tectona grandis, Linn) pada mulanya merupakan tanaman hutan
yang tidak sengaja ditanam dan tumbuh liar di dalam hutan bersama jenis
tanaman lainnya. Di alam, tanaman jati tumbuh sebagai tanaman campuran,
serta tumbuh di daerah yang mempunyai perbedaan musim basah dan kering
yang jelas.
Jati merupakan tanaman asli (endemic) di sebagian besar Jasirah India,
Myanmar, Thailand Bagian Barat, Indo Cina, sebagian Pulau Jawa serta
beberapa pulau kecil lainnya di Indonesia seperti Muna (Sulawesi Tenggara). Di
luar daerah tersebut tanaman jati merupakan tanaman asing atau tanaman
eksotik/pendatang.
Penduduk Indonesia sudah mengenal tanaman jati ini sejak lama.
Perkembangan hutan jati di Indonesia dalam sejarahnya dikaitkan dengan
perkembangan civilization atau sipilisasi budaya masyarakat dan pemerintah
kerajaan Hindhu. Di Indonesia tanaman jati mengalami proses naturalisasi di
Pulau Jawa dan berkembang sampai ke Kangean, Muna (Sulawesi Tenggara),
Sumba (Nusa Tenggara) dan Bali selanjutnya menyebar ke beberapa pulau
lainnya. Namun pada umumnya hutan jati di Indonesia yang paling luas
dikembangkan di Pulau Jawa. Pada masa penjajahan Belanda, penanaman jati
secara besar-besaran dilakukan di sebagian besar wilayah Jawa Tengah dan
Jawa Timur (Tini dan Amri, 2002).
Seiring dengan perjalanan waktu dan kebutuhan manusia akan bahan baku
kayu yang selalu meningkat, ketersediaan tanaman jati yang tumbuh secara
alami jumlahnya semakin menurun. Akibatnya persediaan bahan baku berupa
kayu jati yang semula melimpah di hutan menjadi terbatas. Hal ini
menyebabkan tanaman jati mulai banyak dibudidayakan. Belakangan ini,

1
2

banyak yang mengusahakan penanaman jati secara intensif, bahkan di luar


daerah yang selama ini dikenal sebagai daerah sentra jati .
Di Indonesia pengembangan tanaman jati di luar daerah sentra jati sangat
memungkinkan untuk dilakukan. Hal ini disebabkan banyak daerah yang
memiliki kondisi tanah dan iklim yang cocok untuk tanaman jati. Meskipun
demikian, penyebaran tanaman jati ini banyak menemui masalah karena sulitnya
untuk mendapatkan bibit jati yang bermutu baik dan dalam jumlah yang
memadahi (Tini dan Amri,2002)

B. Permasalahan
Bibit jati yang bermutu tinggi diantaranya dipengaruhi oleh jenis yang
tersedia dan teknik pembibitan. Teknik pebibitan antara lain meliputi penyiapan
media tumbuh. Media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan bibit jati adalah
media yang memiliki sifat fisik yang baik dan mampu menyediakan nutrisi bagi
bibit selama di pembibitan. Petani jati pada umumnya kurang dapat memahami
hal ini, masih mengerjakan apa adanya dan kurang mencermati cara penyiapan
media tanam yang lebih baik bagi pertumbuhan bibit jati. Oleh sebab itu penulis
mencoba mengadakan penelitian untuk mengetahui komposisi media tanan dan
konsentrasi PPC Supermes yang paling tepat bagi pertumbuhan bibit jati.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
komposisi media tanam dan konsentrasi PPC terhadap pertumbuhan bibit jati.

D. Hipotesis
Perlakuan komposisi media tanam yang berbeda-beda dan konsentrasi
PPC yang berbeda pula, akan memberi pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan bibit jati.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Taksonomi Tanaman Jati


Tanaman jati merupakan tanaman asli (endemic) disebagian besar di India,
Myanmar, Thailand bagian arat, Indo Cina, sebagian Jawa serta pulau kecil
lainnya di Indonesia seperti Muna (Sulawesi Tengara). Di luar daerah tersebut
tanaman jati merupakan tanaman asing atau tanaman eksotik (pendatang) (Nia
Tini dan Amri, 2002)
Tanaman jati ini dalam bahasa jerman dikenal dengan nama Teck
(teacbaun) sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal nama teak. Dalam sistem
klasifikasi tanaman jati mempunyai penggolongan sebagai berikut :
Devisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae (biji berada di dalam buah)
Sub Kelas : Dicotyledoneae (berbiji dua)
Ordo : Verbenalis
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Spicies : Tectona grandis, Linn F
Selain Tectona grandis famili verberaceae juga memiliki 2 species lain
yang seperti jati Indonesia yaitu T. hamiltoniana wall yang tumbuh di daerah
kering Myanmar dan T. philippinensis Beath dan Hooker yang tumbuh dihutan
Batangas dan Mindoro, Filipina. Dari ketiga jenis Tectona tersebut yang
mempunyai kualias yang baik yaitu Tectona grandis (Sumarna, 2001).

B. Ciri Morfologi
Secara morfologi tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar
30-45 m. Kulit kayu berwarna kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas.
Pangkal batang berakar dan bercabang sekitar empat. Daun berbentuk opposite
(bentuk jantung membulat dengan ujung meruncing), berukuran panjang 20-50

3
4

cm dan lebar 15-40 cm, permukaannya berbulu. Daun muda (petiola) berwarna
hijau kecoklatan sedangkan daun tua berwarna hijau tua keabu-abuan (Sumarna,
2001)
Bunga jati bersifat majemuk yang terbentuk dalam malai bunga yang
tumbuh di ujung atau tepi cabang. Panjang malai antara 60-90 cm dan lebar
antara 10-30 cm. Bunga jantan (benang sari) dan bunga betina (putik berada
dalam satu bunga). Bunga berwarna putih berukuran 4-5 mm (lebar) dan panjang
6-8mm (Sumarna, 2001)
Kelopak bunga (calyc) berjumlah 5-7 dan berukuran 3-5 mm. Mahkota
bunga (corolla) tersusun melingkar berukuran sekitar 10 mm tangkai putik
(stamen) berjumlah 5-6 buah dengan filamen berukuran 3 mm, antera memanjang
berukuran 1-5 mm, ovarium membulat berukuran sekitar 2 mm. Bunga yang
terbuahi akan menghasilkan buah yang berukuran 1-1,5 cm (Sumarna, 2001).

C. Sifat-sifat umum Tanaman Jati


Sifat-sifat tanaman jati menurut Nia Tini dan Khairul Amri (2002)
a. Jati banyak tumbuh ditanah datar dan berbukit rendah dengan ketinggian 600
m diatas permukaan laut
b. Bunga jati akan mulai terlihat saat musim hujan, munculnya bunga ini
tergantung dari msuim tempat jati itu tumbuh
c. Buah jati merupakan lanjutan dari bunga, pada umumnya buah jati berisi 1-2
biji yang sempurna sehingga secara normal setiap buah jati diharapkan
menghasilkan minimum satu anakan jati baru

D. Syarat Tumbuh
1. Tanah
Jenis tanah yang dibutuhkan untuk syarat tumbuh tanaman jati adalah
tanah yang mempunyai pH optimal, gembur dan banyak kandungan bahan
organik
a. pH Optimal
5

pH optimal untuk tanaman jati adalah 6,0. Tanah masam (pH kurang dari
5,6) kurang bagus untuk tanaman jati karena pada tanah yang masam
mikrooganisme yang ada dalam tanah tidak dapat bekerja secara optimal
dan menyebabkan tanaman layu
b. Struktur Tanah
Tanaman jati akan tumbuh lebih baik pada lahan yang liat berpasir dan
berlempung
c. Kandungan bahan organik
Kandungan bahan organik selain menyediakan zat hara juga berfungsi
menggemburkan tanah. Tanah yang kaya bahan organik berwarna coklat
kehitaman.
2. Iklim
a. Curah hujan
Tanaman Jati memerlukan curah hujan < 1500 mm/th bila daerahnya
sering turun hujan. Sedangkan kelembaban ideal untuk tanaman jati
adalah 80%.
b. Sinar Matahari
Tanaman jati memerlukan penyinaran matahari selama pertumbuhannya.
Lokasi penanaman jati harus diusahakan di daerah yang terbuka.
Kekurangan sinar matahari akan menyebabkan pertumbuhan bibit jati
kurang baik.
c. Suhu
Menurut Sumarna (2001) suhu optimal yang diperlukan jati 32-42 derajat
celcius, sehingga tanaman jati tersebut dapat menghasilkan kualitas yang
baik
d. Air
Air mutlak diperlukan oleh semua tanaman karena berfungsi sebagai zat
pelarut, zat pembawa unsur hara ke dalam tanaman serta sebagai proses
fotosintesis
e. Lokasi
Lokasi yang dibutuhkan untuk pembibitan adalah :
6

a. Strategis
Lokasi yang strategis artinya dekat dengan sumber air dan jalannya
mudah dilalui
b. Aman
Lokasi yang aman artinya bebas dari hama dan penyakit

E. Pemupukan
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara
baik makro maupun mikro. Unsur hara makro artinya unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar di antaranya N,P,K Ca, Mg dan S,
sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah
sedikit antara lain Fe, Mn, Zn, Cl, Cr, Co (Setyamidjaja, 1986).
Pemberian pupuk pada tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil
yang berkualitas tinggi. Nitrogen merupakan zat hara utama bagi tanaman karena
merupakan penyusun protein dan asam nukleat. Upaya pemupukan jelas mampu
membantu penyediaan unsur hara (Syarief, 1984).
Pemupukan selain dapat meningkatkan produksi juga mempunyai fungsi
terhadap perlindungan tanah yaitu dapat mempertahankan keseimbangan zat-zat
hara dalam tanah, sehingga tanah tetap subur. Pemupukan juga berguna untuk
meningkatkan dan memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah serta
meningkatkan daya ikat tanah terhadap air. Pemupukan akan menjadi efektif
apabila dilaksanakan dengan pemilihan cara, konsentrasi, jenis dan saat
pemberian pupuk yang tepat sesuai dengan kondisi tanaman. Oleh karena itu
dalam rangka mendukung tercapainya pemupukan yang efektif perlu dicoba
dengan pemakaian pupuk N,P pada pertumbuhan dan hasil utamanya tanaman
jati. (Syarief, 1984)

F. Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang didapat dari kotoran padat dan cair
ternak. Kotoran ini dapat bercampur dengan sisa-sisa makanan, jerami alas
kandang, dapat juga merupakan kotoran itu saja.
7

Adapun mutu dari pupuk kandang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Makanan dari ternak, makin baik susunan makanannya baik pula nilai pupuk
kandangnya.
b. Jenis hewan, misalnya pupuk dari hewan sapi perah akan berbeda dan lebih
baik dari pada sapi pekerja untuk membajak.
c. Banyak dan macamnya alas kandang yang tercampur, misalnya alas dari daun
leguminose akan lebih baik dari pada jerami.
d. Cara dan lamanya menyimpan, misalnya pupuk yang disimpan tidak terlalu
lama dan disimpan dalam kandang yang beratap akan lebih baik daripada
pupuk yang dibiarkan ditempat yang terbuka (Anonim, 1987)

G. Pupuk Pelengkap Cair (PPC)


Pada umumnya pupuk diberikan dengan ditaburkan atau dibenamkan
dalam tanah. Namun pupuk pelengkap cair dapat diberikan dengan disemprotkan
pada daun tanaman. Pemupukan lewat daun merupakan penambah dan
penyempurnaan pemberian pupuk melalui akar/tanah, terutama pada keadaan-
keadaan tertentu, misalnya adanya penghambatan daya serap akar terhadap
unsur-unsur hara tersebut oleh partikel-partikel tanah atau tanah dalam keadaan
kurang air (Anonim, 1987)
Menurut produsennya, PPC Supermes adalah suatu pupuk organic yang
mempunyai efektivitas tinggi dihasilkan dari penemuan terbaru yang diperoleh
dari pengalaman yang diamati dengan cermat secara ilmiah dengan formula yang
disusun dengan menggunakan bahan-bahan yang berasal dari tanaman-tanaman
tropis dan unsur-unsur organik lainnya. Supermes dirancang secara ampuh untuk
mempercepat dan menaikkan mutu tanaman dari segi-segi pertumbuhan,
pembuangan dan pembuahannya.
1. Mengandung N : 20%; P2O5 : 3%; K2O : 3%; Fe : 0,05%; Ca :
0,14%; Mn : 0,01%; Cu : 0,01%; Zn : 0,02% dan unsur-unsur botanik
lainnya dari 17 jenis elemen-elemen yang terdapat dalam tanaman.
2. Mempercepat pertumbuhan, pembuangan dan pembuahan tanaman,
serta meningkatkan hasil/produksi mencapai 30-100%
8

3. Menggairahkan pertumbuhan jasad-jasad mikroorganisme dalam


tanah mempercepat proses pembentukan humus dan memperbaiki struktur
tanah.
4. Memperkuat tubuh dan perkembangan tanaman, sehingga
memperkuat daya tahannya terhadap serangan penyakit-penyakit dan
membantu pemilihan tanman dari pengaruh penyakit-penyakit tanaman.
5. Sama sekali tidak berbahaya bagi manusia dan hewan
Cara-cara penggunaannya :
1. Kemasan dikocok terlebih dahulu dengan baik sebelum dipakai
2. Konsentrasi campurannya dengan air tergantung dari jenis/macam tumbuhan
yang diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Tumbuhan berbatang keras/tanaman tahunan, 10 cc supermes dengan
7 liter air bersih (1:700)
b. Tumbuhan berbatang lunak/tanman semusim, 10 cc Supermes dengan
10 liter air bersih (1:1000)
c. Sayur-sayuran, bunga-bungaan dan tanaman hias, 10 cc supermes
dengan 15 liter air bersih (1:1500).
9

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu


Lokasi penelitian terletak di Desa Srebegan, Kecamatan Ceper,
Kabupaten Klaten, dengan ketinggian tempat 136 meter dpl, pada jenis tanah
Regosol.
Adapun penelitian dan penulisan Imiah tentang pengaruh komposisi,
media tanam dan konsentrasi PPC terhadap pertumbuhan bibit jati dilaksanakan
mulai tanggal 1 April 2005 30 Oktober 2005.

B. Bahan dan Alat


1. Bahan yang digunakan :
- Benih jati - Jerami
- Polybag - PPC Supermes
- Tanah - Bambu
- Pupuk Kandang Sapi - Tali Rafia
- Pasir - Papan nama
2. Alat yang digunakan :
- Cangkul - Ember
- Parang - Gembor
- Gergaji - Takaran
- Gunting - Hand sprayer
- Meteran - Timbangan analit
- Jangka sorong - alat tulis, dll

C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode percobaan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan perlakuan dua faktor dan diulang tiga kali.
Adapun dua faktor tersebut adalah :

9
11
10

1. Faktor I : Komposisi media tanam yang terdiri :


K1 = Tanah + pupuk kandang sapi = 1 : 1
K2 = Tanah + pupuk kandang sapi = 2 : 1
K3 = Tanah + pupuk kandang sapi = 3 : 1
2. Faktor II : Konsentrasi PPC Supermes yang terdiri :
S0 = 0 cc / liter air
S1 = 1 cc / liter air
S2 = 1,5 cc / liter air
S3 = 2 cc / liter air
Sehingga diperoleh 12 kombinasi yang masing-masing diulang 3 kali, adapun
kombinasi perlakuannya adalah sebagai berikut :
K1S0 = Tanah + Pupuk kandang sapi = 1 : 1 dan konsentrasi PPC Supermes 0 cc/l
K1S1 = Tanah + Pupuk kandang sapi = 1 : 1 dan konsentrasi PPC Supermes 1 cc/l
K1S2 = Tanah + Pupuk kandang sapi =1 : 1 dan konsentrasi PPC Supermes 1,5 cc/l
K1S3 = Tanah + Pupuk kandang sapi = 1 : 1 dan konsentrasi PPC Supermes 2 cc/l
K2S0 = Tanah + pupuk kandang sapi = 2 : 1 dan konsentrasi PPC Supermes 0 cc/l
K2S1 = Tanah + pupuk kandang sapi = 2 : 1 dan konsentrasi PPC Supermes 1 cc/l
K2S2 = Tanah + pupuk kandang sapi = 2 : 1 dan konsentrasi PPC Supermes 1,5 cc/l
K2S3 = Tanah + pupuk kandang sapi = 2 : 1 dan konsentrasi PPC Supermes 2 cc/l
K3S0 = Tanah + pupuk kandang sapi = 3 : 1 dan konsentrasi PPC Supermes 0 cc/l
K3S1 = Tanah + pupuk kandang sapi = 3 : 1 dan konsentrasi PPC Supermes 1 cc/l
K3S2 = Tanah + pupuk kandang sapi = 3 : 1 dan konsentrasi PPC Supermes 1,5 cc/l
K3S3 = Tanah + pupuk kandang sapi = 3 : 1 dan konsentrasi PPC Supermes 2 cc/l

D. Pelaksanaan Penelitian
1. Pembuatan Bedeng Tabur (Media Semai)
Bahan yang digunakan untuk pembuatan bedeng tabur adalah dengan
menggunakan pasir yang telah disaring (diayak).
2. Perlakuan Benih Jati
11

Untuk memperpendek masa dormansi atau mempercepat proses


perkecambahan, maka benih jati sebelum disemaikan perlu mendapat
perlakuan khusus, yaitu :
- Benih dikeringkan (dijemur) di bawah sinar matahari selama + 3 hari
- Selanjutnya benih jati dikemas dalam karung dan direndam dalam air
mengalir selama 3 hari 3 malam, kemudian diangkat dan benih ditiriskan
selama 1 x 24 jam
3. Penyemaian / Penaburan Benih
Setelah benih mendapat perlakuan, kemudian disemai/diletakkan dalam
bedeng tabur dengan posisi bekas tangkai berada di bagian bawah, dengan
jarak 2 x 2 cm. Selanjutnya benih ditutup dengan pasir setebal + 2 cm,
kemudian disiram dengan air secukupnya sampai merata dan ditutup dengan
jerami
4. Pemeliharaan Bedeng Tabur
a. Penyiraman (Pengairan)
Penyiraman dilakukan satu hari sekali (pagi hari) atau dua kali sehari (pagi
dan sore hari) apabila kondisi bedeng tabur terlihat kering dengan
menggunakan gembor.
b. Pembersihan Gulma (Penyiangan)
Pembersihan gulma atau rumput liar dilakukan agar tidak mengganggu
perkecambahan benih.
5. Pembuatan Media Tanam (Media Sapih)
Pembuatan media tanam dilaksanakan sebelum benih jati yang disemai
(ditabur) mulai tumbuh
Bahan yang digunakan terdiri dari : tanah dan pupuk kandang sapi, kemudian
dicampur atau diaduk sampai rata dan selanjutnya dimasukkan kedalam
polybag sampai penuh.
Adapun pembuatan komposisi media tanam terdiri dari 3 macam, yaitu :
- Tanah + Pupuk kandang sapi = 1 : 1
- Tanah + Pupuk kandang sapi = 2 : 1
- Tanah + Pupuk kandang sapi = 3 : 1
12

6. Penyapihan Kecambah (Over Spin)


Penyapihan (pemindahan) kecambah dari bedeng tabur ke dalam media tanam
dilakukan setelah tumbuh daun dua helai.
Dalam pelaksanaan pencabutan/pemindahan kecambah dibantu dengan
menggunakan solet yang terbuat dari bambu, agar akar kecambah tidak rusak.
Waktu penyapihan dilaksanakan pada sore hari pukul 15.00 Wib
7. Pemeliharaan Bibit
a. Penyiraman (Pengairan)
Penyiraman dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore hari) dengan
menggunakan gembor.
b. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan gulma atau rumput liar. Hal
ini dilakukan karena gulma merupakan pesaing dalam memperoleh
unsur hara, cahaya dan air serta dapat berfungsi sebagai inang hama dan
penyakit.
c. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah bibit berumur 30 hari di dalam media
tanam (media sapih), sebanyak 3 kali dengan interval waktu 7 hari
sekali, dengan cara disemprotkan pada daun.
Pupuk yang digunakan adalah PPC Supermes dengan konsentrasi sesuai
perlakuan

E. Pengamatan Pada Petak Percobaan


Pengamatan ditujukan terhadap obyek percobaan, yaitu mengamati tanaman
(bibit) yang ada pada setiap polybag.
Parameter yang diamati meliputi :
1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman.
Pengukuran ini dilakukan setiap 15 hari sekali, mulai tanaman umur 15 hari
setelah penyapihan sampai akhir penelitian.
13

2. Diameter Batang (cm)


Diameter batang diukur pada ketinggian 10 cm dari pangkal batang. Kegiatan
ini dilakukan pada akhir penelitian.
3. Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung mulai tanaman umur 15 hari setelah penyapihan sampai
akhir penelitian. Kegiatan ini dilakukan setiap 15 hari sekali
4. Luas Daun (cm2)
Pengukuran ini dilakukan dengan cara mengambil daun yangterletak pada
urutan kedua dari atas (pucuk), kemudian diukur luasnya. Kegiatan ini
dilakukan pada akhir penelitian.
5. Panjang Akar (cm)
Pengukuran ini dilakukan dengan cara melepas polybag, kemudian tanah
dihilangkan/dicuci dengan air secara hati-hati agar akar tidak sampai putus,
selanjutnya panjang akar diukur mulai dari pangkal akar sampai ujung akar
terpanjang. Kegiatan ini dilakukan pada akhir penelitian.
6. Berat Akar Segar (gram)
Berat akar segar ditimbang dengan cara membersihkan media yang menempel
pada akar secara hati-hati agar akar tidak sampai putus, kemudian bagian akar
dipisahkan dan ditimbang. Kegiatan ini dilakukan pada akhir penelitian.
7. Berat Bagian Atas Tanaman Segar (gram)
Berat bagian atas tanaman segar ditimbang pada akhir penelitian.

F. Analisis Data
Data diolah secara statistik dengan menggunakan sidik ragam pada jenjang
nyata 5% dan 1%, kemudian pengujian data-data hasil perlakuan dilakukan
dengan uji Duncan pada jenjang nyata 5%.
14

Anda mungkin juga menyukai