DI RUANG 26 STROKE
Oleh :
SRI PURWANTI
2016611077
Disahkan Pada
Hari
Tanggal
Mengetahui
Mahasiswa
Mengetahui Mengetahui
Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi
Mengetahui
Kepala Ruangan
1. Definisi
Perdarahan subarachnoid terjadi sebagai akibat kebocoran nontraumatik atau ruptur aneurisma
kongenital pada circulus anterior cerebralis atau yang lebih jarang akibat arteriovenosa. Gejala
timbul dengan onset mendadak antara lain nyeri kepala hebat, kaku pada leher, dan kehilangan
tiba tiba ke dalam rongga diantara otak dan selaput otak ( rongga subarachnoid ). Perdarahan
subarachnoid merupakan penemuan yang sering pada trauma kepala akibat dari yang paling
sering adalah robeknya pembuluh darah leptomeningeal pada vertex dimana terjadi pergerakan
otak yang besar sebagai dampak , atau pada sedikit kasus, akibat rupturnya pembuluh darah
2. Etiologi
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang cabangnya
Terjadi kebocoran arteri venosa secara nontraumatik pada sirkulasi arteri serebral.
1. Trauma
2. Kelemahan pembuluh darah akibat infeksi, misalnya emboli septik dari endokarditis
5. Gangguan pembuluh darah pada sum- sum tulang belakang dan berbagai jenis tumor
3. Anatomi
pachymeninx atau durameter dan lapisan dalamnya leptomeninx, dibagi menjadi aracnoid dan
piameter.
a. Durameter
Dura kranialis atau pachymeninx atau suatu struktur fibrosa yang kuat dengan suatu
lapisan dalam ( meningeal ) dan lapisan luar ( periosteal ). Kedua lapisan dural yang melapisi
otak umumnya bersatu, kecuali di tempat dimana keduanya berpisah untuk menyediakan ruang
bagi sinus venosus ( sebagian besar sinus venosus terletak diantara lapisan lapisan dural ), dan
tempat dimana lapisan dalam membentuk sekat di antara bagian bagian otak.
b. Arachnoidea
Membrana archnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura dan hanya terpisah
dengannya oleh suatu ruang potensial, yaitu spatium subdural.Ia menutupi spatium
ke piameter oleh trabekulae dan septa septa yang membentuk suatu anyaman padat yang
c. Piameter
Piameter merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis yang menutupi permukaan
otak dan membentang ke dalam sulcus, fissure dan sekitar pembuluh darah di seluruh otak.
Piameter juga membentang ke dalam fissure transversalis di bawah corpus callosum. Di tempat
ini piameter membentuk tela choroideus untuk membentuk pleksus dengan ependim dan
pembuluh darah choroideus untuk membentuk pleksus choroideus dari ventrikel ventrikel ini.
Piameter dan ependim berjalan di atas atap dari ventrikel keempat dan membentuk tela choroidea
di tempat itu.
3. Patofisiologi
Aneurisma merupakan luka yang disebabkan oleh karena tekanan hemodinamik pada
dinding arteri percabangan dan perlekukan.Saccular atau biji aneurisma dispesifikasikan untuk
arteri intracranial kaarena dindingnya kehilangan suatu selaput tipis bagian luar dan mengandung
faktor adventitia yang membantu pembentukan aneurisma.Suatu bagian tambahan yang tidak
dalam arteri karotid bagian dalam dan dari cabang utama bagian anterior pembagi dari lingkaran
wilis
Riwayat stroke
TekananHemodinamik
Kerusakan arterivenosus
4. Tanda dan Gejala
a. Gejala prodromal: nyeri kepala hebat dan perakut, hanya 10 % sementara 90% lainnya
b. Kesadaran sering terganggu, dan sangat bervariasi dari tak sadar sebentar, sedikit delirium
sampai koma.
d. Fundus okuli 10% penderita mengalami edema pupil, beberapaa jam setelah perdarahan.
Sering terdapat perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans
f. Gangguan saraf otonom: demam setelah 24 jam, demam ringan karena rangsangan
mening, dan demam tinggi bila dilihatkan hipotalamus. Bila berat, maka terjadi ulkus peptikum
disertai hematemesis dan melena ( stress ulcer ), dan seringkali disertai peninggian kadar gula
Hal 97 ).
Terapi dan prognosis bergantung pada status klinis penderita. Dengan demikian diperlukan
Tingkat I : asimtomatik.
TingkatII : nyeri kepala hebat tanpa defisit neurologik kecuali paralisis nervus kranialis
TingkatIV : stupor, hemiparesis atau hemiplegia, dan mungkin ada regidits awal dan gangguan
vegetatif.
TingkatV : Koma, regiditas deserebrasi dan kemudian meninggal dunia ( harsono, Buku Ajar
Neurologi Klinis.
5. Komplikasi
Pada beberapa keadaan, gejala awal adalah katastrofik.Pada kasus lain, terutama dengan
penundaan diagnosis, pasien mungkin mengalami perjalanan penyakit yang dipersulit oleh
dihubungkan dengan tingkat mortalitas sebesar 70% dan merupakan komplikasi segera yang
6. PemeriksaanPenunjang
a. CT Scan
pembesaran ventrikel yang berhubungan dengan darah ( densitas tinggi ) dalam ventrikel atau
b. MRI
Hasil tahapan control perdarahan subarachnoid kadang kadang tampak MRI lapisan tipis pada
sinyal rendah.
c. Pungsi lumbal
Untuk konfirmasi diagnosis. Tidak ada kontraindikasi pungsi lumbal selama diyakini tidak ada
Edema paru dan aritmia jantung dapat terlihat dari rontgen dada.Kadang terjadi glikosuria.
7.. Penatalaksanaan
d. Pembedahan untuk memperbaiki dinding arteri yang lemah, bisa mengurangi resiko
e. Sebagian besar ahli bedah menganjurkan untuk melakukan pembedahan dalam waktu 3 hari
setelah timbulnya gejala. Menunda pembedahan sampai 10 hari atau lebih dapat memungkinkan
f. Pasien dengan SAH memerlukan observasi neurologik ketat dalam ruang perawatan
intensif, kontrol tekanan darah dan tatalaksana nyeri sementara menunggu perbaaikan aneurisma
defisit.
g. Pasien pasien harus menerima profilaksis serangan kejang dan bloker kanal kalsium untuk
vasospasme.
subarachnoid meliputi hidrosefalus sebagai akibat obstruksi aliran cairan serebrospinal oleh
bekuaan darah.
k. Jika pasien sadar atau hanya terlihat mengantuk, maka pemeriksaan sumber perdarahan
jepitan ( clipping ) leher aneurisma, atau jika mungkin membungkus ( wropping ) aneurisma
tersebut.
m. Malformasi arteriovenosa yang terjadi tanpa adanya perdarahan, misalnya epilepsi biasanya
1. Konservatif:
a. Bedrest total
b. Pemberian obat-obatan
b. Oksigenasi adekuat
c. Pemberian manitol
d. Penggunaan steroid
f. Bedah neuro
e. Tindakan pendukung
a. Dukung ventilasi
b. Pencegahan kejang
f. Selang nasogastric
2. PrioritasPerawatan:
b. Mencegah komplikasi
rehabilitasi.
3. Tujuan:
e. Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga sebagai
sumber informasi.
4. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
a. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
Kriteria evaluasi : Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda
Rencana tindakan :
Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari pasien dapat
menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan Pa Co2 dan
Cek pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam pemberian tidal
volume.
Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih panjang dari
inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya udara terhadap gangguan
pertukaran gas.
Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat mengeringkan sekresi /
Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit), adanya obstruksi dapat menimbulkan tidak
adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan penyebaran udara yang tidak adekuat.
Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan ventilasi yang
Rencana tindakan :
Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat disebabkan
Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang simetris dan
suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya penumpukan
sputum.
Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak.
Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah hipoksia.
Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru dan
Rencana tindakan :
Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS. Refleks membuka
Reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk menentukan refleks
batang otak.
Kriteria hasil : Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai
RencanaTindakan :
Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan yang aman
dan bersih.
Kriteri evaluasi :
Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
f. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya
sirkulasi perifer
Rencana tindakan :
Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan kemungkinan
Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol.
Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.
Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.
Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan menggunakan
H2O2.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono .dr. DSS, 2007, kapita SelektaNeurologi. Fakultas kedokteran gajah Mada, gajah mada
University Press.Yogyakarta.
. 2008.