Anda di halaman 1dari 5

Relativitas Massa

Massa Diam Paling Kecil

Tumbukan elastis oleh Kita mulai dengan meninjau tumbukan Elastis (Lenting, yaitu
pengamat yang berbeda tumbukan yang energi kinetiknya kekal) antara dua partikel A
dan B, yang disaksikan oleh pengamat dalam kerangka acuan S
dan S yang berada dalam gerak relatif uniform. Sifat A dan B identik jika ditentukan
terhadap kerangka acuan tempat partikel itu diam. Kerangka S dan S terorientasi seperti pada
Gambar 1.10, dengan S bergerak dalam arah +x terhadap S dengan kecepatan y.

Sebelum tumbukan, partikel A dalam keadaan diam terhadap kerangka S dan partikel
B terhadap kerangka S. Kemudian pada saat yang sama, A dilempar dalam arah yang +y
dengan kecepata VA, sedangkan B dalam arah y dengan kecepatan VB, dengan

VA = VB (1.10)

Jadi perilaku A seperti terlihat dari S sama besar dengan perilaku B seperti terlihat dari S.
Ketika dua partikel bertumbukan, A memantul dalam arah y dengan kecepatan VA, sedang B
memantul dalam arah +y dengan kecepatan VB. Jika partikel tersebut dilempar dari
kedudukan yang berjarak y, pengamat S menemukan bahwa tumbukannya terjadi pada y=1/2
Y, dan pengamat di S menemukan tumbukan terjadi pada y=1/2 Y. Waktu pulang-pergi T0
untuk A diukur dari kerangka S menjadi

T0 = Y/VA (1.11)

dan waktunya sama untuk B dalam S.

T0 = Y/VB

Pengamat tersebut melihat Jika momentum kekal dalam kerangka S, harus berlaku
selang waktunya berbeda bahwa

mAVA = mBVB (1.12)

dengan mA dan mB menyatakan massa A dan massa B, dan VA dan VB menyatakan


ykecepatang yang diukur dari kerangka S. Dalam kerangka S, VB didapat dari

VB = Y/T (1.13)
Tumbukan terlihat dari
kerangka S :

Tumbukan terlihat dari


kerangka S :

Gambar 1.10. Tumbukan elastis teramati dalam dua kerangka acuan yang berbeda. Bola diawali pada bagian Y,
dimana jaraknya adalah sama dalam kedua kerangka tadi karena S hanya bergerak dalam arah x.

Persyaratan kekekalan momentum


memberi syarat massa harus dengan T menyatakan waktu yang diperlukan B untuk
merupakan kuantitas relatif melakukan pulang pergi seperti diukur dari S. Dalam S,
perjalanan B memerlukan waktu T0, dengan

T0
T=

1
v2
c2
(1.14)

menurut hasil yang lalu. Walaupun pengamat dalam kedua kerangka melihat kejadian yang
sama, mereka melihat perbedaan waktu yang diperlukan partikel yang dilemparkan dari
kerangka lain untuk melakukan tumbukan kemudian kembali ke tempat semula.

Dengan mengganti T dalam persamaan (1.13) dengan besaran yang sama dinyatakan dalam
T0, kita peroleh
Dari pers. (1.11),

Dengan memasukkan pers. ini untuk VA dan VB dalam pers. (1.12) kita lihat momentum
kekal jika dipenuhi

m A=mB 1
v2
c
2
(1.15)

Hipotesisi kita semula adalah A dan B identik bila dalam keadaan diam terhadap pengamat;
perbedaan antara mA dan mB berarti pengukuran massa, seperti itu juga ruang dan waktu,
bergantung dari kecepatan relatif antara pengamat, kejadian apapun yang sedang dia amati.

Supaya kita dapat menentukan rumus massa suatu benda yang terukur ketika benda itu
bergerak dinyatakan dalam m0 yang terukur dalam keadaan diam, kita perlu meninjau contoh
yang serupa dengan VA dan VB sangat kecil. Dalam hal ini, pengamat di S akan melihat B
mendekati A dengan kecepatan v, membuat tumbukan yang luput (karena VB v ), dan
kemudian melanjutkan perjalanannya. Dalam S

Benda bertambah massif ketika


bergerak dibandingkan dengan mA = m0 dan mB = m
keadaan diam.
sehingga,

m0
m=

1
v2
c
2
(1.16)

Massa Relativistik

Massa benda bergerak dengan kecepatan v relatif terhadap pengamat menjadi lebih besar dari

pada massa ketika benda diam terhadap pengamat dengan faktor 1 1


v2
c2
.

Pertambahan massa ini berlaku timbal balik; terhadap pengamat di S , mA = m dan mB =


m0. Diukur dari bumi sebuah roket yang sedang meluncur, lebih pendek dari roket
kembangnya yang diam dibumi, dan massanya menjadi lebih besar. Terhadap orang dalam
roket yang maluncur, roket dibumi kelihatan lebih pendek dan mempunyai massa yang lebih
besar.

Pertambahan massa relativistik hanya penting untuk kelajuan yang mendekati kelajuan
cahaya. Pada kelajuan 1/10 kelajuan cahaya pertambahan massanya 0,5 persen, tetapi
pertambahannya melebihi 100% pada kelajuan 9/10 kelajuan cahaya. Hanya pertikel atomik
seperti elektron, proton dan meson, dan sebagainya yang mempunyai kelajuan ynag cukup
tinggi sehingga efek relativistiknya dapat terukur, dan dalam mempersoalkan partikel-partikel
ini hukum fisika yang biasa tidak bisa dipakai. Menurut sejarahnya, pers. (1.16) ditemukan
oleh Bucherer pada tahun 1908, ia mendapatkan rasio e/m yaitu rasio muatan terhadap massa
untuk elektron lebih kecil untuk elektron berkecepatan tinggi dari pada elektron yang
berkecepatan rendah. Pers. ini juga seperti pers. yang lain, telah dibuktikan melalui banyak
eksperimen sehingga sekarang lebih dikenal dengan rumus dasar dalam fisika.

Soal.

Carila massa elektron (m0 = 9,1 x 103 1 kg) yang berkecepatan 0,99 c. !

Pemecahan.

Disini v/c = 0,99 dan v 2 /c 2 = 0.98, sehingga

m0
9 ,1 x 103 1 kg


31
m= 2 = = 64 x 10 kg
1v 2 10 , 98
c

ini berarti 7 kali lebih besar dari pada massa diam elektron.

Tidak ada benda yang dapat bergerak


secepat atau melebihi kecepatan cahaya.
Ketika v mendekati c,
1v
2
c
2

(1.16) mendekati 0, dan massa m mendekati tak


dalam pers.

berhingga. Jika v = c, m = , dari sini kita dapat


mengambil kesimpulan bahwa v tidak dapat sama dengan c, karena tidak ada benda yang melebihi
kecepatan cahaya. Kelajuan cahaya c dalam relativitas selalu menyatakan harga besaran itu dalam
ruang hampa yaitu 3,00 x 108 m/detik. Dalam semua media material seperti udara, air, atau
gelas, cahaya merambat labih perlahan dari itu, dan partikel atomik dapat bergerak labih
cepat dlam media semacam itu dari pada cahaya. Bila partikel bermuatan bergerak melalui
bahan dengan kelajuan melebihi cahaya dalam bahan itu, sekerucut gelombang cahaya
dipancarkannya yang serupa dengan busur gelombang yang ditimbulkan oleh kapal yang
melintasi air dengan kelajuan lebih cepat dari gelombang air. Gelombang cahaya yang serupa
itu dikenal sebagai radiasi Cerenkov dan dapat dipakai sebagai dasar suatu metode untuk
menetukan kelauan partikel.

Jika momentum linear p didefinisikan sebagai Momentum Relativistik,

m0 v
P = mv =
1v
2
c
2
(1.17)

Hukum kekekalan momentum berlaku dalam relativitas khusus seperti dalam fisika klasik.
Namun, hukum kedua Newton mengenai gerak hanya benar dalam bentuk Hukum Kedua
Relativistik,

F=

t
( mv ) =

t
(
1v
2
c2
) (1.18)

Prsamaan in tidak setara dengan persamaan

v
F = ma = m
t

Bahkan dengan m seperti pada pers. (1.16) karena

v m
(mv) = m +v
t t t

Dan dm/dt tidak nol jika kelajuan benda berubah terhadap waktu. Gaya resultan pada benda
sama dengan laju perubahan momentum terhadap waktu.

Anda mungkin juga menyukai