Anda di halaman 1dari 40

Keluarga Binaan Rotasi II

TUBERKULOSIS PARU

Oleh :
Chris Riyandi Putra 06120123

Ilyan Nasti Januari 1110313037

Melly Anggriani Lubis 1110311016

Pipit Amelia Burhani 1110313071

Preseptor :

dr. Ismania Osnita, M. Kes


dr. Vitri

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS NANGGALO
PADANG
2017

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 1


BAB I
PENDAHULUAN

Tuberkulosis atau TBC adalah suatu infeksi bakteri kronik yang


disebabkanoleh Mycobacterium Tuberculosis, yang berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Pada tahun 1995, diperkirakan ada
9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB di seluruh dunia, atau dapat
dikatakan bahwa bakteri ini telah menginfeksi 1/3 penduduk dunia.
Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB di dunia terjadi
pada negara-negara berkembang. Kematian ini merupakan 25% dari kematian
penyakit yang sebenarnya dapat dilakukan pencegahan. Diperkirakan 95%
penderita TB berada di negara-negara berkembang.
Pada tahun 1993, aktivis kesehatan dunia dikejutkan oleh deklarasi
kedaruratan global dari WHO, karena sebagian besar negara-negara di dunia
tidak berhasil mengendalikan penyakit TB.Hal ini disebabkan oleh rendahnya
angka kesembuhan penderita yang berdampak tingginya penularan.Penyakit ini
kembali menjadi perhatian dengan adanya fenomena ledakan kasus HIV/AIDS
dan kejadian MDR (multidrugs resistance).WHO menyatakan 22 negara dengan
beban TB tertinggi di dunia 50%-nya berasal dari negara-negara Afrika dan Asia
serta Amerika (Brazil).Hampir semua Negara ASEAN masuk dalam kategori 22
negara tersebut kecuali Singapura dan Malaysia.Dari seluruh kasus di dunia, India
menyumbang 30%, China 15%, dan Indonesia 10%.
Di Indonesia, TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama
setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan. Penyakit TB paru, masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil SurveiKesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa Tuberkulosis merupakan penyebab
kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
pernapasan pada semua golongan usia dan nomor 1 dari golongan infeksi. Antara
tahun 1979 - 1982 telah dilakukan survei prevalensi di 15 propinsi dengan
hasil 200-400 penderita tiap 100.000 penduduk.
Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3
penderita terdapat disekitar puskesmas, sepertiga ditemukan di pelayanan

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 2


rumah sakit/klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum
terjangkau unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB
diperkirakan 175.000 per tahun. Penyakit TB menyerang sebagian besar
kelompok usia kerja produktif dan kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi
rendah.
Tingginya prevalensi TB disebabkan karena TB ditularkan melalui udara
(percikan dahak penderita TB). Ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara atau
meludah, mereka memercikkan kuman TB atau basil ke udara. Seseorang dapat
terpapar dengan TB hanya dengan menghirup sejumlah kecil kuman TB.
Penderita TB dengan status TB BTA (Basil Tahan Asam) positif dapat
menularkan sekurang-kurangnya kepada 10-15 orang lain setiap tahunnya.
Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB. Seseorang yang tertular
dengan kuman TB belum tentu menjadi sakit TB. Kuman TB dapat menjadi tidak
aktif (dormant) selama bertahun-tahun dengan membentuk suatu dinding sel
berupa lapisan lilin yang tebal. Bila sistem kekebalan tubuh seseorang menurun,
kemungkinan menjadi sakit TB menjadi lebih besar. Seseorang yang sakit TB
dapat disembuhkan dengan minum obat secara lengkap dan teratur.
Oleh sebab itu kami berharap Program Keluarga Binaan ini dapat
memberikan informasi dan pengobatan yang komprehensif kepada keluarga
binaan kami agar subjek penderita dapat sembuh dari TB dengan pengobatan
lengkap, keluarga yang berkontak erat dapat terhindar dari penyakit TB,dapat
menjalankan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan demi
mencegah penularan penyakit TB.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.1

2.2 Epidemiologi

Indonesia adalah Negara dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia


setelah China dan India. Pada tahun 1998 diperkirakan TB di China, India dan
Indonesia berturut-turut 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000 kasus. Perkiraan
kejadian BTA di sputm yang positif di Indonesia adalah 266.000 tahun 1998.
Berdasarkan survei kesehatan nasional tahun 2001, TB menempati ranking nomor
3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia.3

Penyakit TB menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin, serta


mulai merambah tidak hanya pada golongan social ekonomi rendah saja. Profil
kesehatan Indonesia tahun 2002 menggambarkan persentase penderita TBC
terbesar adalah usia 25-34 tahun (23,67%), diikuti 35-44 tahun (20,46%), 15-24
tahun (18,08%), 45-54 tahun (17,84%), 55-64 tahun (12,32%), lebih dari 65 tahun
(6,68%), dan yang terendah adalah 0-14 tahun (1,31%). Gambaran diseluruh
dunia menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur, dan pada pasien berusia lanjut diteukan bahwa penderita
laki-laki d\lebih banyak daripada wanita. Laporan dari seluruh propinsi di
Indonesia pada tahun 2002 menunujukkan bahwa dari 76.230 penderita TBC BTA
(+) terdapat 43.294 laki-laki (56,79%) dan 32.936 perempuan (43,21%).1

Dari seluruh penderita tersebut, angka kesembuhan hanya mencapai 70.03


% dari 85 % yang ditargetkan. Rendahnya angka kesembuhan disebabkna oleh
beberapa faktor, yaitu penderita (perilaku, karakteristik, social ekonomi), petugas
(perilaku, keterampilan), ketersediaan obat, lingkungan (geografis), PMO
(Pengawas Minum Obat), serta virulensi dan jumlah kuman.1

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 4


2.3 Etiologi
Penyebab penyakit TB adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan
Mycobacterium Bovis.Mycobacterium Tuberculosis berbentuk batang lurus atau
sedikit melengkung, tidak berspora, dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran
lebar 0,3-0,6m dan panjang 1-4m. Dinding Mycobacterium Tuberculosis sangat
kompleks, terdiri dari lapisan lemak, asam mikolat, lilin kompleks, trehalosa
mikolat dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi kuman.
Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri Mycobacterium
Tuberculosis bersifat tahan asam yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan
terhadap upaya penghilangan warna tersebut dengan larutan asam-alkohol.1
Kuman dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Hal
ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant, dan dapat aktif lagi menjadi
tuberkulosis. Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni
dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositosis malah
kemudian disenangi kuman karena banyak mengandung lipid.2
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman ini
lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigen. Dalam hal ini tekanan
oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga
bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.2

Cara penularan tuberkulosis :3


Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 5


Risiko penularan tuberkulosis :3
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.
Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko
penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of
Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko
terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh)
orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.
ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.

Risiko menjadi sakit tuberkulosis :3


Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan
malnutrisi (gizi buruk).
HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB
menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya
tahan tubuh seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi
penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan
menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah
orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat,
dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.

2.4 Klasifikasi Tuberkulosis

Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan kelainan


klinis, radiologis, dan mikrobiologis :3

1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberkulosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam :
a. Tuberkulosis paru tersangka yang diobati. Di sini sputum BTA (-),
tetapi tanda-tanda lain (+).

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 6


b. Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati. Di sini sputum
BTA (-) dan tanda-tanda lain juga meragukan.
Dalam 2-3 bulan, TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah
termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru. Dalam klasifikasi ini perlu
dicantumkan :

a. Status bakteriologi
b. Mikroskopik sputum BTA (langsung)
c. Biakan sputum BTA
d. Status radiologis, kelainan yang relevan untuk tuberkulosis paru
e. Status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti
tuberkulosis.

Pada tahun 1991, WHO membagi TB dalam 4 kategori berdasarkan terapi, yaitu :

1. Kategori I, ditujukan terhadap :


a. Kasus baru dengan sputum (+)
b. Kasus baru dengan bentuk TB berat.
2. Kategori II, ditujukan terhadap :
a. Kasus kambuh
b. Kasus gagal dengan sputum BTA (+)
3. Kategori III, ditujukan terhadap :
a. Kasus BTA (-) dengan kelainan paru yang tidak luas
b. Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.
4. Kategori IV, ditujukan terhadap : TB kronik.

2.5 Patogenesis

1. Tuberkulosis Primer3
Sumber penularan adalah penderita TB BTA (+).Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan
dahak).Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu
kamar selama beberapa jam.Kuman ini akan masuk ke saluran pernapasan dan

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 7


akan mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan
seluruhnya oleh mekanisme imunologis non spesifik, sehingga tidak terjadi respon
imunologis spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya
dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh
kuman,makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian besar
dihancurkan. Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan
akan terus berkembangbiak dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis
makrofag. Selanjutnya kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut yang
dinamakan fokus primer ghon.
Dari fokus primer ghon, kuman TB menyebar melalui saluran
limfemenuju kelenjar limfe regional. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya
inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe yang tekena
(limfadenitis). Gabungan dari fokus primer,limfangitis, dan limfadenitis
dinamakan kompleks primer. Pada saat terbentuk kompeks primer, infeksi primer
TB dinyatakan telah terjadi. Kompleks primer yang telah terbentuk akan
berkembang menjadi :
a. Sembuh dengn tidak menimbulkan cacat sama sekali
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (sarang ghon, garis fibrotik,
perkapuran di hilus)
c. Dapat menyebar dengan cara :
Perkontinuitatum : menyebar kesekitarnya.
Penyebaran secara bronkogen, baik di parubersangkutan maupun
ke paru sebelahnya atau tertelan.
Penyebaran secara limfogen dan hematogen. Penyebaran ini
berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman.
Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi
apabila tidak terdapat imunitas yang tidak adekuat akan
menimbulkan keadaan yang cukup serius seperti tuberkulosis
milier, meningitis tuberkulosis. Penyebaran ini juga dapat
menyebabkan tuberkulosis pada bagian tubuh lain seperti tulang,
ginjal, genitalia, dan sebagainya.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 8


2. Tuberkulosis Post Primer (TB Sekunder)3
Tuberkulosis post primer dapat terjadi melalui :
a. Perluasan langsung lesi primer terutama bila infeksi primer terjadi
pada masa pubertas.
b. Reaktivasi lesi primer yang sudah tenang, terutama karena daya
tahan tubuh menurun.
c. Penyebaran secara hematogen dari fokus primer.
d. Superinfeksi eksogen.

Tuberkulosis post primer dimulai dengan terbentuknya sarang dini, yang


umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior.
Sarang dini ini awalnya berbentuk sarang pneumoni kecil. Tergantung dari
jumlah kuman, virulensinya, dan imunitas penderita, sarang pneumoni
dapat menjadi :
a. Diresorbsi kembali dan sembuh tanpa meningalkan cacat.
b. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses
penyembuhan dengan sebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan
terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran.
Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan membentuk
jaringan keju dan menimbulkan kavitas bila jaringan keju
dibatukkan keluar.
c. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringankeju. Kavitas akan
muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kavitas
awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi
tebal.Kavitas akan menjadi :
Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru.
Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan sembuh,
tetapi mungkin dapat aktif kembali, mencair lagi, dan
menjadi kavitas.
Kavitas akan menjadi bersih dan sembuh yang dinamakan
open healed cavity.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 9


2.6 Manifestasi Klinis
Keluhan yang dirasakan penderita tuberkulosis dapat bermacam-macam
atau tanpa keluhan sama sekali. Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, apabila organ yang terkena adalah
paru maka gejala lokalnya adalah gejala respiratori.3
a. Gejala Respiratori3
Batuk 2 minggu
Gejala ini merupakan yang terbanyak ditemukan. Batuk terjadi
karena iritasi bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada
setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah
penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-
minggu atau berbulan-bulan. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif.
Batuk darah
Batuk darah ini terjadi karena adanya pembuluh darah paru yang
pecah.
Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang telah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul apabila infiltrai
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
b. Gejala sistemik3
Demam
Demam pada kasus tuberkulosis biasanya subfebril. Tapi kadang-
kadang panas dapat mencapai 40-41oC. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya
infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
Malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan turun.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 10


2.7 Diagnosis
a. Anamnesis
Dari anamnesis dapat membantu dalam menegakkan diagnosis. Pada
kasus ringan atau dini, biasanya penderita tidak merasa ada keluhan.
Apabila penyakit berlanjut, barulah penderita merasakan adanya
keluhan seperti batuk lebih dari 2 minggu, batuk berdarah, sesak nafas,
demam, malaise, keringat malam, berat badan turun.
b. Pemeriksaan fisik
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapatkan tergantung luas
kelainan struktur paru. Pada permulaan perkembangan penyakit
umumnya tidak atau sulit sekali menemukan kelainan pada paru.
Kelainan pada paru ditemukan terutama di daerah apeks, dan segmen
posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani
dapat ditemukan antara lain suara nafas bronkial, amforik, suara nafas
melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan
mediastinum.
c. Pemerikasaan bakteriologis
Bahan pemeriksaan
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi dapat berasal dari dahak,
cairan pleura, liquocerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung,
urin, dan jaringan biopsi.

Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari,


yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).Pemeriksaan dahak berfungsi
untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan
menentukan potensi penularan.Pemeriksaan dahak untuk penegakan
diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).
S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa
sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari
kedua.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 11


P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua,
segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri
kepada petugas di UPK.
S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi.
Pemeriksaan Biakan
Peran biakan dan identifikasi M.tuberkulosis pada penanggulangan
TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan
masih peka terhadap OAT yang digunakan. Selama fasilitas
memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman serta bila dibutuhkan
tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi:
1. Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis
2. Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak.
3. Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan
ganda.
Interpretasi hasil pemeriksaan
Apabila setelah dilakukan tiga kali pemeriksaan dahak didapatkan
hasilnya positif atau dua kali positif, satu kali negatif berarti hasilnya
BTA positif. Dari pemeriksaan didapatkan satu kali pemeriksaan
hasilnya positif sedangkan dua pemeriksaan lainnya negatif,
dilakukan pemeriksaan ulang BTA sebanyak 3 kali. Apabila dari
pemeriksaan ulangan didapatkan 1 kali positif, dua kali negatif
berarti hasinya BTA positif, apabila hasil dari ketiga pemeriksaan
ulangan negatif berarti BTA negatif.
d. Pemeriksaan radiologi
Pada pemeriksaan radiologi, dapat dicurigai sebagai lesi aktif TB
apabila didapatkan gambaran :
Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus
atas paru dan segmen superior lobus bawah.
Kavitas, terutama lebih dari satu,dikelilingi oleh bayangan opak,
berawan atau nodular.
Bayangan bercak milier

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 12


Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif :


Fibrotik
Kalsifikasi
Schwarte atau penebalan pleura

Tabel 2.1 Sistem Skoring Gejala dan Pemeriksaan Penunjang TB

2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu:
1. Tahap intensif3
Tahap awal intensif, dengan kegiatan bakterisid yang bertujuan
memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat. Pada tahap ini,
penderita menelan obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 13


terjadinya resistensi terhadap semua OAT, terutama Rifampisin. Bila pengobatan
tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu.

2. Tahap lanjutan3
Tahap lanjutan, dengan melalui kegiatan sterilisasi kuman pada
pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan
konvensional. Pada tahap ini penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama.
Panduan OAT disediakan dalam bentuk paket OAT- KDT &
kombipak dengan tujuan untuk memudahkan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai satu paket untuk satu penderita dalam
satu masa pengobatan.

Panduan OAT4
a. Kategori I (2HRZE/ 4H3R3)

Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:


Pasien baru TB paru BTA (+)
Pasien TB paru BTA (-), foto toraks (+)
Pasien TB ekstra paru

Tabel 2.2

Tabel 2.3

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 14


b. Kategori II (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Tabel 2.4

Tabel 2.5

2.9 TB Resisten (MDR TB)


Menurut konsesus pengendalian TB tahun 2014, Tb resisten obat adalah
keadaan dimana kuman M. TB sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan OAT.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 15


Diagnosis TB resisten Obat

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 16


Pemantauan pengobatan TB MDR

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 17


Timetable komplikasi pada TB

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 18


BAB III
LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Tn. D/ Laki-laki / 35 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Swasta/ Tamat SMA
c. Alamat : Jln. Pagang Raya, Simpang Kalumpang, Siteba.

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


a. Status Perkawinan :Menikah
b. Jumlah Keluarga : orang
c. Status Ekonomi Keluarga :
Berasal dari golongan ekonomi cukup dengan penghasilan perbulan
+Rp.1.500.000,- (memenuhi kebutuhan primer, alat-alat perkakas rumah
tangga cukup memadai, memiliki 2 buah sepeda motor).
d. Kondisi Rumah :
- Rumah semi permanen model panggung berukuran + 8x5 m2,
pekarangan luas, terdiri dari 4 ruangan yang mencakup 1 tempat tidur,
1 ruang keluarga, 1 teras (ruang tamu), 1 dapur (terdiri dari dapur
berlantai semen dan dapur tradisional berlantai tanah tempat memasak
dengan kayu), 1 kamar mandi semi permanen lantai semen, tidak ada
bak mandi, air ditampung dalam tong air.
- Lantai rumah dari kayu, ventilasi udara dan sirkulasi udara bagus,
pencahayaan bagus.
- Listrik ada, 900 watt.
- Sumber air : sumur pompa listrik, sumber air minum berasal galon dari
air kemasan isi ulang.
- Tidak memiliki jamban sendiri (menumpang di rumah mertua).
- Sampah dikumpul dan dibakar.
- Air limbah rumah tangga dialirkan ke belakang rumah.
- Jumlah penghuni 3 orang: pasien, istri, 1 anak.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 19


- Kesan : higiene dan sanitasi kurang.

e. Kondisi Lingkungan Keluarga


- Rumah pasien berjarak 50 meter dari jalan raya, melewat gang kecil,
jarak rumah pasien tetangga terdekat agak jauh (+10 meter),
pekarangan terdiri dari pohon-pohon dan beberapa tanaman, bekas
kolam di depan rumah, area persawahan di belakang rumah. Pasien
memelihara 2 ekor anjing, memiliki kandang anjing berjarak 4 meter
dari rumah. Suasana lingkungan tidak bising. Bukan termasuk area
banjir.

3. Aspek Psikologis di keluarga


- Hubungan didalam keluarga dan lingkungan sekitarnya baik.
- Faktor stres dalam keluarga tidak ada

4. Riwayat Penyakit Dahulu / Penyakit Keluarga


- Pasien sudah didiagnosis TB pada bulan Maret 2016, pasien telah
mengkonsumsi OAT selama 2 bulan. Pada bulan Mei 2016, dilakukan
pemeriksaan sputum, dengan hasil BTA negatif. Pengobatan pasien
terputus karena pasien merasa gejala sakit TBnya sudah berkurang dan
hasil pemeriksaan sputumnya sudah negatif.
- Tidak ada anggota keluarga lainnya yang mengalami batuk- batuk
lama (>2 minggu).

5. Keluhan Utama
Pasien datang untuk berobat TB (injeksi streptomisin) ke Puskesmas
Nanggalo.

6. Riwayat Penyakit Sekarang


- Pasien datang untuk berobat TB (injeksi streptomisin) ke puskesmas
Nanggalo.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 20


- Awalnya pasien mengeluhkan batuk-batuk kering sejak pertengahan
juli 2016. Batuk tidak berdahak. Keluhan disertai ternggorok gatal
serta demam. Demam tinggi dirasakan hampir setiap hari. Keluhan ini
dirasakan selama+ 2 minggu. Setelah itu batuk pasien menjadi
berdahak awalnya warna kekuningan lalu berubah warna menjadi
kehijauan. Pasien hanya meminum obat yang dibeli sendiri (Alpara)
sampai bulan Desember 2016. Namun keluhan batuk dirasakan tidak
membaik.
- Keringat malam ada.
- Pasien merasakan adanya penurunan berat badan, namun pasien tidak
mengetahui berapa kg berat badannya.
- Menjelang akhir bulan Desember, pasien merasa badannya semakin
lemah, nafsu makan sangat kurang, serta batuknya tidak ada perbaikan
serta mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga pasien mencoba
berobat ke puskesmas (22 desember 2016). Di puskesmas dilakukan
pemeriksaan sputum. Seminggu kemudian didapatkan hasil BTA +.
Pada hari yang sama pasien mulai diterapi dengan OAT kategori 2.
- Sesak nafas tidak ada.
- Nyeri dada tidak ada.
- Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama ada, yaitu dengan
teman pasien yang sering berkunjung ke rumah pasien hamper setiap
hari..
- Kebiasaan merokok ada, +1 bungkus/hari sejak SMA, namun sekarang
sudah dikurangi.
- Riwayat sering bergadang pada malam hari ada.
- Pusing berputar dan kurang rasa di ujung bibir dan jari dirasakan sejak
1 minggu setelah memulai terapi OAT kategori 2.
- Gangguan pendengaran dan penglihatan tidak ada.
- Mual tidak ada, muntah tidak ada.
- Warna kulit dan mata kekuningan atau gatal pada kulit tidak ada.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 21


7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 87x/ menit
Nafas : 21x/menit
TD : 120/70 mmHg
Suhu : 37,20C
BB : 45 kg
TB : 157 cm
IMT : 18,2 (Normoweight)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, diameter 2 mm/ 2 mm, refleks cahaya +/+
KGB : tidak ada pembesaran KGB
Leher : JVP 5-2 cmH2O
THT : tidak ada kelainan
Gigi dan Mulut : tidak ada kelainan
Thorax
- Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
- Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit, Distensi (-)
Palpasi : Supel, Hepar/Lien tidak teraba, NT(-), NL (-)
Perkusi : Tympani

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 22


Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas :refilling kapiler baik, reflek fisologis ++/++,


refleks patologis -/-

Pemeriksaan Khusus:
Keseimbangan: Romberg tes dipertajam (+)

8. Laboratorium :
- Telah dilakukan pemeriksaan BTA Sputum (29 Desember 2016)
dengan hasil (+).

Pemeriksaan Anjuran :
- BTA Sputum S-P-S (Sewaktu- Pagi- Sewaktu)pada bulan ketiga
pengobatan
- Pemeriksaan Rapid Tes
- Pemeriksaan MDR TB
- Pemeriksaan Asam Urat

9. Diagnosis Kerja : TB Paru default dalam pengobatan OAT kategori 2

10. Diagnosis Banding: -

11. Manajemen
a. Preventif :
- Jangan buang dahak sembarangan bila batuk, dahak sebaiknya
langsung dibuang ke lubang WC dan segera disiram, serta memakai
masker selama masih batuk untuk mencegah kontak.
- Menutup mulut ketika batuk atau bersin menggunakan tisu atau sapu
tangan.
- Menjaga sirkulasi udara tetap lancar serta menjaga pencahayaan rumah
tetap baik. Antara lain dengan membuka jendela supaya aliran udara
lebih lancar.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 23


- Istirahat cukup dengan tidur sekurangnya 6 jam sehari.
- Menjaga kesehatan dan kebersihan diri dengan menerapkan perilaku
bersih dan sehat (PHBS) seperti mencuci tangan dengan sabun,
menggunakan jamban sehat, berolahraga setiap hari, dan tidak
merokok di dalam rumah.
- Melakukan pemeriksaan Mantoux test pada anak pasien dan
melakukan pemeriksaan sputum SPS pada istri pasien.

b. Promotif :
- Mengedukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menunjuk
seorang yang dipercaya sebagai Pengawas Minum Obat (PMO), dan
peranan PMO dalam memastikan pasien meminum obatnya
(menyukseskan pengobatan pasien),dan mengingatkan pasien untuk
kontrol rutin ke puskesmas, dan mengingatkan jadwal periksa dahak
pada waktu yang ditentukan.
- Meningkatkan daya tahan tubuh dengan diet seimbang dan olah raga
teratur 2-3x/ minggu selama 30 menit.
- Menganjurkan kepada anggota keluarga yang lain untuk turut serta
memeriksakan diri untuk deteksi dini. Pada anak, jika hasil
pemeriksaan TB negatif, maka dianjurkan untuk menggunakan INH
profilaksis untuk mencegah infeksi TB.
- Memberikan pengertian dan pengetahuan pada pasien maupun
keluarga mengenai penyakitnya bahwa penyakit ini merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri.
- Memberikan edukasi pada pasien bahwa penyakitnya menular melalui
droplet dahak sehingga pasien harus berhati-hati saat akan membuang
dahak atau batuk.
- Mengedukasi pasien bahwa pengobatan yang dilakukan tidak boleh
terputus satu hari pun demi kesembuhan pasien.
- Mengedukasi pasien mengenai komplikasi yang mungkin terjadi jika
pasien tidak berobat seperti efusi pleura.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 24


- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pentingnya kontrol secara
teratur, menambah obat TB dan minum obat secara teratur (pengobatan
yang rutin), serta menjelaskan dan mengedukasi kepada pasien jangka
waktu pengobatan yang lama yang membutuhkan kesabaran dalam
berobat dan tetap meneruskan minum obat sampai minimal 8 bulan
walaupun gejala sudah berkurang atau menghilang pada 2-4 bulan
pertama.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga (PMO) tentang efek samping
obat yang mungkin dapat timbul selama pengobatan.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang pentingnya
melakukan tes mantoux kepada anak-anak yang tinggal serumah
dengan pasien, dan memberikan INH profilaks bila tes mantoux nya (-
).
- Menyarankan kepada keluarga yang tinggal serumah dengan pasien
(untuk dewasa), dan belum terinfeksi TB untuk menjaga daya tahan
tubuh dengan istirahat cukup, makan makanan bergizi, dan olahraga
secara teratur.
- Menjelaskan kepada pasien pentingnya pemberantasan TB, sehingga
jika ada keluarga atau tetangga yang batuk > 2 minggu agar
memeriksakan diri ke dokter, Puskesmas atau Rumah Sakit
c. Kuratif :
- OAT Kategori 23KDT (1x3 tab)per oral
- Vitamin B kompleks(3 x 1tab)per oral
d. Rehabilitatif :
- Kontrol teratur ke puskesmas dan rutin minum obat yang didapat dari
Puskesmas.
- Jika ada gejala seperti batuk darah segera kunjungi pusat pelayanan
kesehatan.
- Jika ada gejala efek samping obat seperti kulit dan selaput lendir
menguning, atau gangguan telinga, ataupun penglihatan, segera datang
ke puskesmas atau rumah sakit.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 25


Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Nanggalo

Dokter : Dr. Ilyan, Chris, Pipit, Melly


29 Desember 2016

Resep 1 bulan

R/ OAT Kategori 2 3RHZE tab No. LXXXIV


S1 dd tab 3

R/ Vitamin B kompleks tab No. XXVIII


S 1 dd tab I

R/ Streptomisin vial No XXVIII


Simm

R/ Aquades inj. No. XXVIII


Simm

R/ Spuit 5cc No. XXVIII


Simm

Pro : Tn. D
Umur : 35 tahun
Alamat : Pagang Raya

Pro : Tn. D Umur : 35


tahun
Alamat : Jln. Pagang Raya, Simpang Kalumpang, Siteba

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 26


BAB IV

ANALISIS MASALAH

DATA KELUARGA
A. Identitas individu/keluarga
No Nama Jenis Usia Status Pendidikan Pekerjaan
Kelamin (tahun)
1 Doni Ichwan Laki-laki 35 Menikah SMA Wiraswasta

2 Nova Novita perempuan Menikah SMA IRT


33

3 Rahmat Laki-laki Belum Kelas 1 SD Pelajar


8
menikah

1. Riwayat penyakit individu/keluarga


Status Kesehatan Istri Pasien (Ny. N, 33 tahun, ibu RT)
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Batuk-batuk lama tidak ada
- Demam tidak ada
- Keringat banyak pada malam hari tidak ada
- Penurunan berat badan disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Tidak ada menderita penyakit Diabetes Melitus, Hipertensi, jantung,
dan ginjal.

Pemeriksaan Fisik :
Status Generalis
Keadaan Umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran : CMC
Nadi : 87x/ menit
Nafas : 21x/menit
Suhu : 37,20C
BB : 55 kg
TB : 155cm

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 27


IMT : 22,9 (Normoweight)
TD : 120/70 mmHg
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor, diameter 2 mm/ 2 mm, refleks cahaya
+/+
KGB : tidak ada pembesaran KGB
Leher : JVP 5-2 cmH2O
THT : tidak ada kelainan
Gigi dan Mulut : tidak ada kelainan
Thorax
- Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpas : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
- Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit, Distensi (-)
Palpasi : Supel, Hepar/Lien tidak teraba, NT(-), NL (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas :refilling kapiler baik, reflek fisologis ++/++,
refleks patologis -/-

Status Kesehatan Anak Pasien (An. R, 8 tahun, pelajar)


Riwayat Penyakit Sekarang :
- Batuk-batuk lama tidak ada
- Demam tidak ada

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 28


- Keringat banyak pada malam hari tidak ada
- Penurunan berat badan disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Tidak pernah mengalami kejang dengan atau tanpa demam
sebelumnya.
- Tidak ada kelainan bawaan.

Riwayat Imunisasi
BCG : 0 bulan
Polio : 2,3,4 bulan
DPT 2,3,4 bulan
Hepatitis B : 2,3,4 bulan
Campak : 9 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap.

Riwayat Tumbuh Kembang


Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 12 bulan
Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan dalam batas normal

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : tidak tampak sakit Suhu : 36,50C
Kesadaran : CMC BB : 30 kg
Nadi : 80x/ menit TB : 126 cm
Nafas : 19x/menit Status Gizi : gizi baik
TD : 110/70 mmHg
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor, diameter 2 mm/ 2 mm, refleks cahaya
+/+

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 29


KGB : tidak ada pembesaran KGB
Leher : JVP 5-2 cmH2O
THT : tidak ada kelainan
Gigi dan Mulut : tidak ada kelainan
Thorax
- Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
- Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit, Distensi (-)
Palpasi : Supel, Hepar/Lien tidak teraba, NT(-), NL (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas :refilling kapiler baik, reflek fisologis ++/++,
refleks patologis -/-

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 30


Scoring TB pada anak pasien

Scoring : 3
Perlu dilakukan pemeriksaan lainnya untuk menentukan apakah anak
pasien perlu dibelikan profilaks TB.

2. Riwayat penyakit keturunan


- Riwayat penyakit yang diturunkan di dalam keluarga tidak ada.

3. Akses ke pelayanan kesehatan


- Memiliki kartu BPJS, keluarga ini dapat mengakses layanan kesehatan
baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit. Puskesmas yang terdekat
Nanggalo.

4. Perilaku individu/keluarga
- Perilaku hidup bersih cukup baik.
- Pengelolaan limbah rumah tangga kurang baik.
- Kepala keluarga sekarangtidak merokok lagi.
- Kebiasaan menggunakan NAPZA tidak ada.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 31


B. Menetapkan masalah kesehatan dalam keluarga
- Teman yang sering berkunjung ke rumah dicurigai merupakan kontak
yang menderita TB.
- Pasien tidak memakai masker untuk sehari-hari.
- Begadang (istirahat kurang) pada pasien ada karena tuntutan pekerjaan.
- Ventilasi tidak disertai dengan kawat nyamuk.
- Tidak ada jamban di dalam rumah.
- Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai penyakit TB. Adanya
anggapan yang kurang tepat bahwa TB hanya disebabkan oleh debu yang
terhirup.
- Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai pengobatan penyakit
TB. Adanya anggapan bahwa pasien tidak harus menuntaskan pengobatan
sesuai waktu yang ditentukan misalnya harus melakukan pengobatan
selama 6 bulan untuk kasus TB kategori 1. Pada kasus ini pasien
mempunyai anggapan yang salah bahwa setelah menjalani pengobatan
OAT awal selama 2 bulan pertama, dan hasil sputum BTA (-) maka
pengobatan sudah selesai.
- Motivasi untuk berobat ke puskesmas agak kurang.

C. Rekomendasi Solusi Sesuai dengan Masalah Kesehatan Keluarga Melalui


Pendekatan Komprehensif dan Holistik
1. Faktor Lingkungan
- Kontak dengan penderita batuk-batuk lama.
Solusi :Memberitahu pasien untuk menganjurkan kepada teman pasien
yang dicurigai sebagai penderita TB untuk segera memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan
- Ventilasi tidak disertai dengan kawat nyamuk.
Solusi : anjurkan pemasangan kawat nyamuk atau memakai kelambu.
- Tidak ada jamban di dalam rumah
Solusi :Menganjurkan membuat jamban tersendiri di rumah.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 32


2. Faktor Perilaku Kesehatan
- Pasien tidak memakai masker untuk sehari-hari.
Solusi : Mengedukasi dan menganjurkan memakai masker.
- Begadang (istirahat kurang) pada pasien ada karena tuntutan pekerjaan.
Solusi:
Edukasi pasien tentang pentingnya istirahat yang cukup bagi proses
penyembuhan penyakit.
Hindari begadang.
- Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai penyakit TB. Adanya
anggapan yang kurang tepat bahwa TB hanya disebabkan oleh debu yang
terhirup.
- Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai pengobatan penyakit
TB. Adanya anggapan bahwa pasien tidak harus menuntaskan pengobatan
sesuai waktu yang ditentukan misalnya harus melakukan pengobatan
selama 6 bulan untuk kasus TB kategori 1. Pada kasus ini pasien
mempunyai anggapan yang salah bahwa setelah menjalani pengobatan
OAT awal selama 2 bulan pertama, dan hasil sputum BTA (-) maka
pengobatan sudah selesai.
Solusi:
Edukasi mengenai penyakit TB (perjalanan penyakit, gejala,
pengobatan, komplikasi).

3. Faktor Sosial Ekonomi


- Motivasi untuk berobat ke puskesmas agak kurang karena harus bekerja.
Solusi : Mengedukasi pasien bahwa salah satu kunci keberhasilan dalam
pengobatan TB adalah kontrol atau periksa yang teratur ke puskesmas,
baik ada gejala maupun tidak ada gejala.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 33


Home Visite I Tanggal 21 Februari 2017 pukul 15.00.
Tempat : rumah pasien.

Riwayat penyakit sekarang ;


- Pasien masih mempunyai keluhan batuk, batuk berdahak, dan tidak
disertai darah.
- Nafsu makan kurang.
- Pasien sudah menjalani pengobatan selama 2bulan dan mengkonsumsi
obat secara teratur.
- Keluarga pasien tidak ada yang mengalami sakit seperti ini.
- Pasien ada keluhan pusing berputar dan kurang berasa di bibir dan ujung
jari dengan pengobatan TB selama ini.

Pemeriksaan Fisik Pasien


Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 86 x / menit
Nafas : 19 x / menit
TD : 120/70 mm Hg
Suhu : 37,20C
BB :45kg
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, rh-/-, wh-/-
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 34


Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Romberg tes dipertajam : +

Diagnosis Kerja : TB Paru defaultdalam pengobatan OAT kategori 2


Vertigo (BPPV)
Neuropati Perifer
Rencana pada keluarga ini:
- Memberikan edukasi komprehensif kepada pasien dan keluarga mengenai TB.
- Menganjurkan berobat ke puskesmas untuk keluhan efek samping obat OAT.

Home Visite II Tanggal 28 Februari 2017pukul 15.00.


Tempat : rumah pasien.

Riwayat penyakit sekarang ;


- Keluhan batuk berdahak berkurang.
- Nafsu makan pasien mulai membaik.
- keluhan pusing berputar dan kurang berasa di bibir dan ujung jari masih
ada.
- Pasien belum datang ke puskesmas sesuai yang dianjurkan.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 83 x / menit
Nafas : 22 x / menit
TD : 120/70 mm Hg
Suhu : 36.80C
BB : 45 kg
Paru

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 35


Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, rh-/-, wh -/-
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Diagnosis Kerja : -TB Paru default dalam pengobatan OAT


kategori 2
-Vertigo (BPPV)
- Neuropati perifer

Rencana yang akan dilakukan:


- Edukasi dan motivasi untuk berobat ke puskesmas.
- Edukasi bahwa vertigo dan neuropati perifer dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari.

Home Visite III Tanggal 7Maret2017pukul 13.30.


Tempat : rumah pasien.

Riwayat penyakit sekarang ;


- Keluhan batuk berdahak berkurang.
- Nafsu makan pasien mulai membaik.
- keluhan pusing berputar dan kurang berasa di bibir dan ujung jari masih
ada.
- Ada keluhan merah disertai gatal di perut dan kedua tangan.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 36


- Pasien belum datang ke puskesmas sesuai yang dianjurkan.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 89 x / menit
Nafas : 21 x / menit
TD : 120/70 mm Hg
Suhu : 36.70C
BB : 45 kg
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, rh-/-, wh -/-
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Status dermatologikus:
Lokasi : kedua lengan bagian ventral serta perut.
Distribusi : terlokalisir
Bentuk/susunan: tidak khas/susunan tidak khas
Batas : tidak tegas
Ukuran : milliar
Efloresensi : papul eritem dengan ekskoriasi.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 37


Diagnosis Kerja :
- TB Paru default dalam pengobatanOAT kategori 2
- Vertigo (BPPV)
- Neuropati perifer
- Dermatitis kontak iritan e.c. susp. bahan racun rumput (herbisida)

Rencana pada keluarga ini:


- Menganjurkan untuk berobat ke puskesmas.
- Hindari kontak dengan bahan yang diduga sebagai iritan.

FOLLOW UP tanggal 13 Maret 2017


Tempat : Puskesmas Nanggalo

Subjektif :
- Ada keluhan merah disertai gatal di perut dan kedua tangan.
- Keluhan pusing berputar dan kurang berasa di bibir dan ujung jari masih
ada.
- Pemeriksaan sputum ulang setelah pengobatan OAT selama 2 bulan.

Objektif :
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 86 x / menit
Nafas : 22 x / menit
TD : 120/80 mm Hg
Suhu : 36.70C
BB : 45 kg
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 38


Auskultasi : vesikuler, rh-/-, wh -/-
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Assesment :
- TB Paru default dalam pengobatanOAT kategori 2
- Vertigo (BPPV)
- Neuropati perifer
- Dermatitis kontak iritan e.c. susp. bahan racun rumput (herbisida)

Plan :
- OAT Kategori 2
- Tab cetirizin 1 x 10 mg selama 5 hari
- Salf Hidrokortison 1% satu kali sehari, dioleskan pada kulit yang
kemerahan.
- Istri pasien dianjurkan untuk melakukan tes sputum SPS.

Keluarga Binaan - Tuberkulosis 39


DAFTAR PUSTAKA

1. Raviglion MC, OBrien RJ. Tuberculosis. In: Harrisons Principles of internal


medicine. 15th Edition. USA: McGraw-Hill, 2001.
2. Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis paru. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2007. 988-993
3. Aditama TY, et al. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006
4. Alsagaff H, Mukty A. Tuberkulosis paru. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit
Paru. Jakarta: Airlangga, 2002. 73-108
5. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA, Brooks GF, Butel JS, Ornston LN.
Mikrobiologi Kedokteran, Buku II Edisi I Jakarta: Salemba Medika, 2005.
6. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Program Penanggulangan
Tuberkulosis. http://www.tbcindonesia.or.id [Diakses 16 Februari 2011]
7. WHO. Standar Internasional Penanganan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2006
8. Yunus F. Diagnosis Tuberkulosis. http://www.kalbe.co.id/files/cdk [Diakses 22
Oktober 2009]
9. Permatasari A. Pemberantasan Penyakit TB Paru dan Strategi DOTS.
http://www.Adln.lib.unair.ac.id/go.php.id=jiptunair [Diakses 22 Oktober 2009]

Anda mungkin juga menyukai