Kasus IV
Kelompok 9
JAKARTA
PENDAHULUAN
Diskusi modul EMG kasus keempat ini berjudul Seorang Laki-laki yang Tiba-tiba
Kesadarannya Menurun. Diskusi sesi 1 dilaksanakan pada Senin, 25 Maret 2013 pukul 08.00-
09.50 WIB dilanjutkan dengan diskusi sesi 2 yang dilaksanakan pada Selasa, 26 Maret 2013
pukul 10.00-11.50 WIB.
Diskusi sesi 1 dipimpin oleh Roy Andrew Halim Liem dengan Rizqa Azka sebagai
sekretaris. Adapun diskusi sesi 2 diketuai oleh Riza Ernaldy dengan Sally Kartika sebagai
sekretaris. Kedua sesi diskusi tersebut berjalan lancar dengan partisipasi seluruh anggota
kelompok 9. Diskusi sesi pertama dan kedua dibimbing oleh Dr. Yenny, Sp. FK selaku tutor.
Pada kasus tutorial keempat ini, dibahas mengenai seorang laki-laki yang tiba-tiba kesadarannya
menurun.
Diskusi berlangsung secara serius dan para peserta diskusi aktif dalam mengemukakan
pendapatnya masing-masing mengenai kasus diskusi yang dibahas kali ini. Serta tutor pun turut
membantu mengarahkan jalannya diskusi ini. Dalam diskusi dibahas mengenai masalah yang
pasti dan kemungkinan dimiliki pasien beserta mekanisme timbulnya masalah tersebut, analisis
hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, tindakan pengelolaan pasien hingga
prognosis pasien. Hal yang menonjol pada diskusi adalah saat penentuan patofisiologi timbulnya
masalah, tatalaksana yang harus diberikan pada pasien, dan prognosis. Namun, dengan diskusi
lebih lanjut masalah tersebut dapat diselesaikan satu per satu.
BAB II
SKENARIO KASUS
Sesi 1
Tn. Halim, 55 tahun diantar keluarganya ke IGD RS tempat saudara bekerja sebagai
dokter Instalasi Gawat Darurat karena tadi pagi ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri di
tempat tidurnya. Tn. Halim tidak menikah dan tinggal serumah dengan ibunya. Ayahnya
meninggal dunia 3 tahun lalu karena stroke. Menurut keterangan ibunya, Tn. Halim selama ini
jarang berobat ke dokter. Walaupun akhir-akhir ini sering terdengar batuk-batuk.
Tetapi sejak 2-3 minggu terakhir Tn. Halim mengeluh tangannya gatal hingga sering
digaruk-garuk. Akibatnya tangannya menjadi lecet-lecet, 2 hari sebelum ditemukan pingsan, Tn.
Halim pergi ke sebuah klinik 24 jam dan diberi obat glibenklamid, amoxicyclin, amlodipine, dan
salep kulit. Tn. Halim menceritakan kepada ibunya bahwa dokter klinik itu mengatakan bahwa ia
menderita tekanan darah tinggi dan mungkin menderita kencing manis.
Ia dianjurkan jangan banyak makan, terutama gula, garam, dan nasi. Ia pun diberi surat
pengantar untuk melakukan beberapa pemerikasaan laboratorium tetapi hingga hari ini belum
dilakukannya.
Tn. Halim dalam keadaan sporo koma (GCS 7), kulitnya lembab dan dingin
N : 100 x/m BB : 74 kg
Sesi 2
Dari anamnesis lanjutan diketahui bahwa Tn. Halim malam sebelumnya menelan
glibenklamid 4 tablet, amoxycillin 4 tablet, amlodipine 2 tablet.
Saat ditemukan, Tn. Halim dalam keadaan mengorok dan tidak dapat dibangunkan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening leher tidak membesar. Kaku kuduk (-).
Hb : 16 g% Ureum : 40 mg/dL
PEMBAHASAN
A. ANAMNESIS
Umur : 55 tahun
Pekerjaan : -
SESI 1
Riwayat pengobatan
Bagaimana kepatuhan minum obat pada pasien ? berapa kali sehari? Cara minumnya?
Bagaimana pola makannya ? adakah sesuai dengan anjuran dokter atau pasien ada
membatasinya?
SESI 2
B. PEMERIKSAAN FISIK
SESI 1
Status Generalis
Keadaan Umum
Tingkat kesadaran : Soporo Koma (GCS 7) *
Kesan sakit :-
* soporo koma atau koma ringan, pasien tidak dapat dibangunkan dengan rangsang kuat (pada
gangguan SSP, DM tidak terkontrol, uremia, koma hepatikum, keracunan, shock)
Tanda Vital
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Hasil Normal Interpretasi
Suhu 36,3 0C 36,5-37,2 0C Subnormal
Denyut nadi 18x/menit 16-20x/menit Normal
Hipertensi stage I
Tekanan darah 150/80 mmHg 120/80mmHg
menurut JNC 7
Pernafasan 100x/menit 60-100x/menit Nomal (batas atas)
Berat badan 74kg Obesitas menurut
Tinggi badan 168 cm BMI: 18,5-22,9 WHO Asia-Pacific
guideline
Status Lokalis
Kulit : Lembab dan dingin**
Kelenjar tiroid : Tidak membesar (Normal)
Kelenjar getah bening leher : Tidak membesar (Normal)
Kaku kuduk : Negatif (Normal)
Jantung : Tidak ada kelainan (Normal)
Paru : Terdengar ronkhi basah halus di paru kanan atas***
Abdomen : Hepar dan lien tidak teraba (Normal)
**berkeringat bisa akibat perangsangan sitem saraf simpatis dan dingin akibat penurunan
metabolism basal tubuh atau aliran darah, namun tekanan darah pasien tinggi, sehingga
kemungkinan shock bisa disingkirkan.
***ronchi basah adalah suara tambahan pada suara napas yang disebabkan oleh cairan atau
transudate. Ronchi halus berarti terdapat pada lumen bronkus yang kecil.
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hasil
Pemeriksaan Hasil Normal Interpretasi
Pemeriksaan
Hb 16g% 14-18g% Normal
HbA1c 8,5% <6,5% DM tipe 2 menurut
guideline ADA 2011
Leukosit 9.300/mm3 5000-12.000 Normal
Trombosit 212.000/mm3 200.000-400.000 Normal
SGOT 42 u/L 12-38u/L Diatas normal (<3x
normal : peningkatan
ringan)
Mengindikasi adanya
kerusakan hati atau
jantung (Pada sirosis
hati, infark paru)
SGPT 65u/L 7-41u/L Diatas normal.
Mengindikasi adanya
kerusakan hati (pada
fatty liver,
pankreatitis, sirosis
bilier)
Ureum 40mg/dl 10-50mg/dl Normal
Kreatinin 1,2mg/dl 0,6-1,2 mg/dl Normal
GD sewaktu 29 mg/dl 120-200 mg/dl Dibawah normal
(hipoglikemi)
Na 128 meq/l 136-146 meq/L Dibawah normal
K 3,1 meq/l 3,5-5,0 meq/L Dibawah normal
LED 80mm/jam 0-8 mm/jam Diatas normal
D. MASALAH DAN HIPOTESIS
SESI 2
- amoxycilin 4 tablet
(sediaan 500mg, dosis
max 1500mg/hari)
- amlodipine 2 tablet
(sediaan 5mg, dosis max
10mg/hari)
Suspect TBC Terdengar ronkhi basah halus Diabetes Mellitus
di paru kanan atas (predileksi memudahkan kuman M.
TBC di apex paru) tuberculosis untuk tumbuh
Diabetes Mellitus HbA1C 8,5% Kebiasaan makan 2 3 bulan
sebelumnya banyak
mengandung glukosa
Peningkatan enzim hati SGOT: 42 u/L Overdosis obat
SGPT: 65u/L
Hipoglikemi GD sewaktu 29 mg/dl Overdosis obat glibenklamid
Gangguan keseimbangan Na: 128 meg/l Overdosis obat glibenklamid
elektrolit K: 3,1 meg/l Dehidrasi
LED: 80 mm/jam LED diatas normal Adanya suatu perjalanan
penyakit kronis
E. DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien,
kami menetapkan diagnosis pada pasien ini adalah Hipoglikemia et causa overdosis
glibenklamid. Kami merencanakan penatalaksanaan buat pasien ini.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Tn. Halim pada saat pertama kali dibawa ke IGD adalah:
Check ABC
B : Breathing : check apakah pasien masih bernafas atau ada peningkatan irama
C : Circulation : cek nadi dan tekanan darah, apakah pasien mengalami henti
Berikan larutan dextrose 40% sebanyak 3 flash (@25ml) intravena bolus dan pantau
gula darah setiap 30 menit.
jika belum sadar dan gula darah < 100 mg/dl maka ulangi suntik dextrose 40% 50 ml IV.
jika belum sadar ulangi suntikan dextrose 40% 50ml
jika belum sadar dan gula darah 200 mg/dl berikan suntikan hidrokortison 100 mg per 4
jam selama 12 jam atau deksametason 10 mg iv bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan
manitol iv 1,5-2 gr/kgBB setiap 6-8 jam
jika sudah sadar berikan dextrose 10% dengan infus 6 jam per kolf untuk
mempertahankan gula darahnya dan secara perlahan-perlahan diturunkan menjadi 5%
obat-obatan anti diabetik untuk sementara dihentikan terlebih dahulu
untuk hipertensinya dapat diberikan golongan Calsium Channel Blocker (ex: amlodipin)
yang sebelumnya sudah dikonsumsi oleh pasien
luka lecet akibat garukan dapat diberikan antiseptik seperti povidone iodine
pasien dirawat di rumah sakit hingga kondisi pasien stabil dengan gula darah sewaktu
dalam batas normal dan tekanan darah yang normal.
Pemeriksaan tambahan yang dianjurkan pada Tn.Halim adalah
Edukasikan pasien dalam memperhatikan pola makan. Mengurangi makanan yang tinggi
karbohidrat seperti nasi, mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti buah, sayur, roti
gandum. Selain itu, perhatikan obat-obatan yang akan diminum dan dosis nya serta waktu
konsumsi obat tersebut. Menjaga kebersihan tubuh agar tidak terinfeksi kuman penyakit.
G. KOMPLIKASI
1. Kerusakan otak bahkan sampai terjadi kematian (bila terjadi keadaan hipoglikemik
dalam waktu yang lama)
2. Koma
3. Cardiac dysrhythmia
H. PROGNOSIS
Apabila ditangani secara cepat, maka prognosis dari pasien akan baik. Namun apabila
penyebab keadaan hipoglikemi pada pasien ini adalah suatu tumor, maka prognosis pasien
tidaklah baik. Jadi prognosis dapat dilihat juga dari sebab terjadinya keadaan hipoglikemi
ini.
TINJAUAN PUSTAKA
HIPOGLIKEMIA
Definisi
Batas terendah glukosa darah puasa normal ialah 60 mg%, sesuai dengan definisi
tersebut, maka keadaan glukosa dibawahnya disebut hipoglikemia. Pada umumnya gejala-gejala
dari hipoglikemia akan muncul bila kadar glukosa darah lebih rendah dari 45mg %.
Etiologi
a. makan kurang dari diet yang ditentukan
b. kelebihan dosis insulin pada pengidap diabetes mellitus
c. penggunaan sulfonilurea
d. puasa yang dikhususkan disertai olahraga
e. sesudah melahirkan
Beberapa faktor yang memudahkan hipoglikemia pada DM yang mendapatkan
pengobatan insulin atau sulfonilurea adalah pemasukan makanan yang terlambat atau menurun,
kesalahan dosis obat, latihan jasmani, perubahan penyuntikan insulin.
Patofisiologi
Pada saat makan, maka cukup tersedia sumber energi yang akan diserap dari usus.
Kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai makromolekul, karena itu fase ini disebut fase
anabolik. Hormon yang berperan adalah hormon insulin. Enam puluh persen dari glukosa yang
diserap usus dengan pengaruh insulin akan disimpan dihati sebagai glikogen, sebagian lagi akan
disimpan dalam jaringan lemak dan otot sebagai glikogen. Sebagaian dari gukosa akan
mengalami metabolisme aerob maupun anaerob untuk memperoleh energi yang nantinya akan
digunakan diseluruh tubuh.
Pada saat sesudah makan atau puasa 5-6 jam maka glukosa darah akan mulai menurun dan
hormon insulin pun akan berkurang, sementara hormon kontralateral seperti kortisol, epinefrin,
maupun hormon pertumbuhan meningkat. Terjadilah keaadaan sebaliknya (katabolik) yaitu
sintesis glikogen, protein, dan trigliserida berkurang, sementara proses pemecahan zat-zat
tersebut akan meningkat. Pada saat penurunan glukosa maka hormon epinephrin dan glukagon
akan berperan. Kedua hormon ini akan memacu glikogenolisis dan proteolisis di otot dan
lipolisis di jaringan lemak. Dengan demikian tersedia bahan untuk glukoneogenesis dari asam
amino terutama alanin, piruvat, dan gliserol. Selama proses ini berlangsung tidak terjadi
hipoglikemia. Hipoglikemia terjadi karena ketidakmampuan untuk memproduksi glukosa.
Ketidakmamapuan hati memproduksi ini disebabkan karena penuruanan bahan pembentuk
glukosa, penyakit hati atau ketidakseimbangan hormonal.
Mekanisme Kerja
menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan
terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk sel , merangsang granula yang berisi insulin
dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida-C. Kecuali itu
sulfonilurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar. Pada penggunaan jangka panjang atau
pertama). Masa paruhnya sekitar 4 jam, metabolisme di hepar, pada pemberian dosis tunggal
hanya 25% metabolitnya diekskresi melalui urin, sisanya melalui empedu. Dosis awal yang
biasa diberikan adalah 2,5 mg/hari atau lebih kecil, dan dosis pemeliharaan rerata adalah 5-10
mg/hari, yang diberikan sebagai dosis tunggal pada pagi hari; dosis pemeliharaan yang lebih
Kontraindikasi
sediaan ini tidak boleh diberikan pada pasien gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat.
Efek Samping
Insidens efek samping generasi I sekitar 4%. Insidensnya lebih rendah lagi untuk
generasi II. Hipoglikemi, bahkan sampai koma tentu dapat timbul. Reaksi ini lebih sering
terjadi pada pasien usia lanjut dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal, terutama yang
menggunakan sediaan dengan masa kerja panjang. Efek samping lain, reaksi alergi jarang
sekali terjadi, mual, muntah, diare, gejala hematologik, susunan saraf pusat, mata dan
sebagainya. Gangguan saluran cerna ini dapat berkurang dengan mengurangi dosis, menelan
obat bersama makanan atau membagi obat dalam beberapa dosis. Gangguan susunan saraf
pusat berupa vertigo, bingung, ataksia dan sebagainya. Gejala hematologik antara lain
leukopenia dan agranulositosis. Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapat
dosis tepat, tidak makan cukup atau dengan gangguan fungsi hepar dan/atau ginjal.
Kecenderungan hipoglikemi pada orang tua disebabkan oleh mekanisme kompensasi yang
berkurang dan asupan makanan yang cenderung kurang. Selain itu, hipoglikemi tidak mudah
dikenali pada orang tua karena timbul perlahan tanpa tanda akut (akibat tidak ada refleks
Indikasi
Memilih sulfonilurea yang tepat untuk pasien tertentu sangat penting untuk suksesnya
terapi. Yang menentukan bukanlah umur pasien waktu terapi dimulai, tetapi usia pasien
waktu penyakit DM mulai timbul. Pada umumnya hasil baik diperoleh pada pasien yang
diabetesnya mulai timbul pada usia diatas 40 tahun. Sebelum menentukan keharusan
hiperglikemi dengan hanya mengatur diet serta mengurangi berat badan pasien. Pemberian
sulfonilurea dapat diberikan pada pasien dengan DM tipe 2 yang tidak dapat dikontrol hanya
dengan diet dan latihan fisik saja. Selama terapi, pemeriksaan fisik dan laboratorium harus
sulfonilurea.
Antagonis kalsium: misalnya nifedipin kadang-kadang mengganggu toleransi
glukosa.
metabolisme)
Bentuk Sediaan
KESIMPULAN
Kesimpulan pada kasus ini adalah pasien menderita hipoglikemi karena menelan obat
glibenklamid yang terlalu banyak sehingga gula darahnya menjadi sangat rendah, menyebabkan
pasien menjadi tidak sadar. Oleh karena itu, pada pasien-pasien dengan Diabetes Mellitus perlu
diedukasi mengenai cara pemberiannya dan dosisnya sehingga kejadian hipoglikemi tidak
terulang lagi.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Handoko dan Suharto. Insulin, Glukagon dan Antidiabetik Oral. Dalam: Farmakologi
dan Terapi edisi 4, 2004. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Soegondo S. Prinsip Pengobatan Diabetes, Insulin dan Obat Hipoglikemik Oral. Dalam:
Jakarta, 2004
3. Sylvia A.Price, dkk. Patofisiologi. EGC. Jakarta. 2006. ed. 6th. p.1262-3