Anda di halaman 1dari 8

PERCOBAAN II

MENGAMATI MORFOLOGI DAN SKELETON PADA KODOK (Bufo sp)


DAN KATAK (Rana sp)

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui moroflogi katak (Rana sp) dan kodok
(Bufo sp)
2. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan katak (Rana sp) dan kodok
(Bufo sp) berdasarkan tulang vertebrate

B. Dasar Teori
Amphibi adalah definisi bagi sekelompok hewan yang semasa hidupnya di
darat dan di air. Amphibi yang hidup di dunia terdiri dari tiga Ordo yang
pertama adalah Caudata atau Salamander, Cecilia atau Gymnopiona dan
Anura. Anura terdiri dari katak dan kodok yang memiliki jumlah ordo yang
cukup banyak, dengan jumlah spesies 5.208 spesies. Katak dan kodok memiliki
perbedaan, dimana katak mudah dikenal dari tubuhnya yang khas dengang
memiliki empat kaki, leher yang tidak jelas, mata cenderung besar, permukaan
kulit licin dan berlendir. Sedangkan kodok tekstur kulit kasar dan berbenjol
yang diliputi bintil-bintil berduri, tangan dan kaki cenderung lebih pendek
dibandingkan dengan kaki katak lebih panjang. Katak seperti hewan lainnya
memiliki kisaran kebutuhan akan faktor-faktor lingkungan yang spesifik setiap
jenisnya. Keberadaan jenis-jenis katak yang umum dijumpai pada habitat yang
terganggu merupakan indikasi awal bahwa suatu habitat mulai mengalami
gangguan (Winata, 2015:1)
Pada umumnya orang membedakan kodok anggota ordo Anura ini dengan
sebutan kodok dan bangkong. Kodok atau katak diberikan untuk menyebut
golongan yang berkulit licin yang biasanya dimakan sedangkan sebutan lain,
dipakai untuk menyebut kelompok yang berkulit kasar mirip orang budukan
yang biasanya beracun (Susanto, 1997:12).
2

Anggota ordo Anura ini dibedakan dengan sebutan kodok dan bangkong.
Kodok atau katak digolongkan pada jenis berkulit licin dan dapat dimakan.
Bangkong digunakan untuk menyebutkan kelompok yang berkulit kasar mirip
orang budukan. Pada umunya jenis kodok ini beracun. Kodok mempunyai dua
jenis habitat, yaitu daratan dan air. Daratan lebih banyak dibutuhkan pada
waktu memasuki stadia percil (kodok muda) hingga dewasa, sedangkan pada
masa berudu atau kecebong lebih banyak memerlukan air sebagai habitatnya
(Susanto, 2003:5).
Sebagai binatang yang berbadan agak unik, pendek, bermata besar dengan
tungkai belakang panjang. Dengan bentuk tungkai belakang yang panjang
memungkinkan kodok mampu berpindah tempat dengan cara melompat yang
khas. Lompatan kodok ini mampu dilakukannya sedemikian jauh sesuai
dengan besar badannya. Semakin kecil badan kodok lompatan yang mampu
mereka lakukan pun semakin jauh. Sebaliknya semakin besar badannya mereka
hanya akan mampu melompat beberapa sentimeter saja. Sebagai perbandingan
adalah kodok besar (Rana catesbiana) yang hanya mampu melompat sejauh 9
kali badannya, sedangkan jenis kodok kecil (Rana oxyrhyncha) yang mampu
melompat sampai 40 kali panjang tubuhnya. Lingkungan hidup kodok yang
tergolong luas tersebut kemungkinan besar dikarenakan kemampuan kodok
untuk menyesuaikan diri. Kemampuan beradaptasi yang tinggi dari kodok lebih
dikarenakan kodok merupkan hewan berdarah dingin (Susanto, 1997:12).
Kodok memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi dengan lingkungan.
Kemampuan tersebut dikarenakan kodok merupakan hewan berdarah dingin
yang suhu tubuhnya akan selalu mengikuti suhu sekelilingnya, baik suhu udara
maupun suhu air tempat hidupnya. Beberapa spesies kodok mampu hidup dan
berkembangbiak pada suhu dibawah 0, sementara spesies lainnya pada suhu
34. Namun, ada beberapa spesies yang sulit bertahan hidup atau
mempertahankan keturunannya bukan karena suhu tidak sesuai tetapi sulit
menerima makanan mati atau tidak bergerak. Kodok-kodok yang terbukti
mampu berkembang biak dengan baik ternyata disebabkan mereka tidak
mempunyai perilaku makan yang istimewa. Kodok biasanya akan menangkao
3

mangsanya dengan lidah dijulurkan. Ciri khas kodok adalah adanya gendang
telinga pada sebelah belakang kedua matanya di sisi kepala. Selaput gendang
telinga ini sangat peka terhadap getaran udara dan berkaitan erat dengan
kemampuan mereka menghasilkan suara (Susanto, 2003:6-7).
Menurut Susanto, (2003:4) klasifikasi dari kodok dengan spesies (Rana
catesbiana) yaitu:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Superordo : Salitenia
Ordo : Anura
Subordo : Displasiocoela
Famili : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : (Rana catesbiana)
Ada beberapa jenis spesies kodok yang berbahaya jika disentuh karena
tubuhnya mengandung racun. Namun, masih banyak spesies yang dapat
disentuh dan dikonsumsi. Sekalipun banyak yang bias dikonsumsi, tidak
semuanya menguntungkan untuk dibudidayakan. Beberapa spesies mempunyai
ukuran tubuh yang relative lebih kecil dan pertumbuhannya lambat sehingga
akan membuang waktu, tenaga dan biaya jika dibudidiayakan. Kodok
tergolong dalam ordo Anura, yaitu golongan amfibi tanpa ekor. Pada ordo ini
tercatat lebih dari 250 genus yang terdiri dari sekitar 2.600 spesies dan tersebar
dialam, baik didaerah beriklim sedang (subtropics) maupun didaerah panas
(tropis) (Susanto, 2003:4).
Menurut Susanto, (2003:7-8) terdapat empat spesies kodok asli Indonesia
yang sering dikonsumsi oleh masyarakat, antara lain sebagai berikut:
1. Kodok hijau (Rana macrodon)
Seluruh tubuhnya berwarna hijau dengan hiasan totol-totol berwarna
cokelat kehijauan. Dalam keadaan jongkok, akan terlihat tubuh bagian
depan lebih tinggi dibanding tubuh bagian belakang paha terlihat lebih
4

panjang. Di alam kodok hijau dapat tumbuh hingga panjang tubuhnya


mencapai 15 cm. Jika dibedah, dagingnya berwarna kekuningan. Kodok
hijau, selain banyak terdapat di sungai juga sering ditemui di sawah-sawah.
2. Kodok sawah (Rana cancrivora)
Sebagian besar kodok jenis ini hidup di sawah-sawah. Ukuran tubuhnya
dapat mencapai 10 cm. Pada punggungnya terdapat bercak-bercak cokelat
tua. Jika jongkok, kodok sawah tampak seperti rata dengan tanah.
Dagingnya berwarna putih.
3. Kodok rawa (Rana limnocharis)
Ukuran tubuhnya hanya mencapai 8 cm. Kodok ini mendapat julukan
kodok totol karena corak tubuh lebih unik dibandingkan dnegan kerabat-
kerabatnya. Bercak-bercak pada kulitnya lebih mencolok dan berukuran
lebih besar disbanding kodok sawah. Warna kulitnya kecoklatan dengan
totol-totol berwarna coklat lebih gelap. Kodok jenis ini hidup, mencari
makan dan berkembang biak di rawa-rawa.
4. Kodok batu (Rana musholini)
Kodok ini banyak dijumpai terutama di daerah Payakumbuh, Sumatera
barat dengan ketinggian 500 meter dari permukaan air laut. Dijuluki kodok
raksasa karena bisa mencapai berat 1,5 kg dan panjang 22 cm. Kodok betina
biasanya lebih besar dibanding kodok jantan. Kepala pipih dan moncong
halus berbentuk segi tiga (triangular). Ujung moncongnya ada yang runcing
da nada pula yang tumpul. Gendang telinga terlihat jelas. Pada kelopak
mata, terlihat bintil-bintil. Kulit punggung halus, demikian juga kulit pada
bagian lain dari tubuhnya.

Gambar 1: Kodok buduk sungai (Phrynoidis aspera)


Sumber: (Yudha, 2013:20)
5

Selain untuk diincar dagingnya sebagai sumber protein hewani yang tinggi
kandungan gizinya dan merupakan salah satu mata dagangan penting, kodok
ternyata mempunyai manfaat yang lain pada kehidupan manusia. Limbah
kodok yang tidak dipakai untuk bahan makanan manusia dapat dipakai untuk
ransum binatang ternak seperti itik dan ayam. Kulit kodok yang sudah terlepas
dari badannya bias diproses menjadi kerupuk kulit kodok yang rasanya
lumayan gurih. Kepala kodok yang sudah terpisah dari badannya pun
sebenarnya masih cukup bermanfaat bagi para ilmuwan. Kelenjar hipofisa yang
terdapat dalam kepala kodok bias dipisah dan dimanfaatkan untuk merangsang
kodok dalam pembuahan buatan. Kodok raksasa dari Sumatera Barat (Rana
musholini) selain diincar daging gurihnya, juga kulitnya bisa diopset sebagai
hiasan rumah dengan harga yang lumayan tinggi. Kulit kodok yang didalamnya
diisi kapas kemudian dilengkapi dengan instrument musih sehingga Nampak
seperti serombongan kodok pajangan sedang berdendang. Selahi hidup kodok
merupakan binatang yang memusuhi serangga sehingga dari sifatnya bias
diambil manfaat seperti berkurangnya populasi nyamuk dan wereng. Karena
fungsinya inilah pemburuan kodok besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan
manusia sering bertubrukan kepentingannya dengan upaya menjaga kelestarian
lingkungan hidup (Susanto, 1997:23-25).

Gambar 2: Berbagai ukuran kodok yang bisa dan biasa dimakan


Sumber: (Susanto, 1997:24)
Katak merupakan salah satu hewan hewan amphibian yang berasal dari
kata Amphi yang berarti rangkap dan bios yang berarti kehidupan, jadi kata
amphibian memiliki makna kehidupan di dua alam. Jadi amphibian berarti
6

hewan yang dapat hidup didarat dan didalam air. Katak merupakan hewan dari
superclass tetrapoda (hewan berkaki empat) dan classic Amphibia, katak
berasal dari ordo Anura (Sugiarto, 2016:13).
Menurut Sugiarto, (2016:13) secara umum, taksnomi Amphibia adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Bufonidae
Genus : Bufo
Subgenus : Rhinella
Species : B. Marinus
Anura (katak) memiliki wilayah penyebaran yang luas seperti pada semua
habitat daratan dan air tawar, pemukiman penduduk, pepohonan, daerah
sepanjang aliran sungai atau air yang mengalir, serta pada hutan primer dan
sekunder. Penyebaran ordo ini yang teridentifikasi mencapai kurang lebih
4.100 jenis katak dan kodok. Penyebaran Ordo Anura (katak) terdapat di
seluruh Indonesia dari Sumatera, Kalimantan, Jawa sampai Papua, jumlahnya
mencapai sekitar 450 jenis (Winata, 2015:1)
Seekor katak yang meloncat dan melayang dari satu daun ke daun yang
lain atau dari cabang pohon yang satu ke cabang pohon yang lain. Ini namanya
katak terbang atau katak pohon. Nama ilmiahnya Rhacopharus. Tinggalnya di
pepohonan, bahkan bertelurpun mereka lakukan di dedaunan pohon (Rahardjo,
2003:21).
Menurut Sugiarto, (2016:14-15) berikut merupakan bagian-bagian tubuh
katak yaitu:
1. Kepala (Caput)
Bagian kepala terdiri dari:
a. Mulut (Rostrum) dengan celah mulut (rima oris)
b. lubang hidung bagian depan (Nares anteriores)
7

c. Mata atau alat penglihatan (Organon visus)


Bagian dari alat penglihatan meliputi:
1) Pelupuk mata atas (Palpebrae superior)
2) Pelupuk mata bawah (Palpebrae inferior)
3) Selaput tipis (Membrane nictitans)
4) Bola mata (Bulbus oculi)
d. Selaput pendengaran (Membrane tympani)
e. Rongga mulut (Cavum oris)
Bagian rongga mulut meliputi:
1) Rahang atas (Maxilla)
2) Rahang bawah (Mandibula)
3) Langit-langit rongga mulut (Palatun)
4) Lidah (Lingua)
2. Anggota gerak bebas (Extremitas liberae)
a. Lengan atas (Brachium)
b. Lengan bawah (Antebrachium)
c. Tangan (Manus) dan jari-jari (Digiti)
3. Anggota gerak belakang (Extremitas posterior)
a. Paha (Femur)
b. Tungkai bawah (Crus)
c. Kaki (Pes atau Pedes)
d. Membran renang

Gambar 3: Bagian-bagian tubuh katak


Sumber: Anura (Sugiarto, 2016:14)
8

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Papan paraffin 1 unit
b. Dissecting set 1 set
c. Sarung tangan 1 pasang
2. Bahan
a. Katak (Rana asp) 1 ekor
b. Kodok (Bufo sp) 1 ekor
c. Alkohol 100%
d. Kapas

D. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Toples diisi dengan alkohol 100%, lalu katak (Rana sp) dan kodok (Bufo sp)
dimasukkan ke dalam toples dan ditutup
3. Toples diguncangkan sebentar, ditunggu katak (Rana sp) dan kodok (Bufo
sp) hingga pingsan
4. Katak (Rana asp) dan kodok (Bufo sp) dikeluarkan dan diletakkan pada
papan bedah
5. Katak (Rana sp) dan kodok (Bufo sp) diamati morfologinya
6. Hasil pengamatan digambar dan diberi keterangan

Anda mungkin juga menyukai