PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari hipotiroidisme
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari hipotiroidisme
3. Untuk mengetahui etiologi dari hipotiroidisme
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari hipotiroidisme
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari hipotiroidisme
6. Untuk mengetahui komplikasi dari hipotiroidisme
7. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada
hipotiroidisme
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Klasifikasi
Hipotiroid dibagi menjadi 3 tipe:
Hipotiroid primer : kerusakan pada kelenjar tiroid
Hipotiroid sekunder: akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis
Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus
3
2.3 Etiologi
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu
1. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis
hormone yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat
anti tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit
inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.
2. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak
memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid
stimulating hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu mal
fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh
resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
3. Hipotiroid tertier/ pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk
memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat
distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan
dengan suatu tumor/ lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus.Ada dua
bentuk utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Goiter
endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini mengalah
pada goiter belt dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air
yang berkurang dan iodine.
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan
oleh :
Kelainan genetic yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang
salah .
Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen ( agen produksi goiter
yang menghambat produksi T4 ) seperti kobis, kacang, kedelai , buah
persik, bayam, kacang polong, Strowbery, dan lobak. Semuanya
mengandung goitogenik glikosida
Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas ( Propylthiracil )
thocarbomen, ( Aminothiazole, tolbutamid ).
4
2.4 Patofisiologi
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone
tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari
hormone tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha
untuk kompendasi dari kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini, goiter
merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari
kelenjar terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari
TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4
darah rendah. Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di
leher dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara
lambat dan menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh
mengarah pada kondisi achlorhydria (pennurunan produksi asam lambung),
penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan
suatu penurunan produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone
tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil
kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi
mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner. Akumulasi proteoglikan
hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan abdominal
sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien
dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan
eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan
asam folat.
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau
gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid
diatur sebagai berikut :
1. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang
merangsang hipofisis anterior.
2. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone =
TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.
5
3. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan
Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan
yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf,
metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja
daripada hormon-hormon lain.
Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT
yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak
adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang
rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena.
tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroid yang
disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT,
TSH, dan TRH.
6
Neurologik
1. Letargi dan mental menjadi lambat
2. Aliran darah otak menurun
3. Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang,
penurunan reflek tendon)
4. Ataksia (serebelum terkena)
5. Gangguan saraf ( carfal tunnel)
6. Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
Kardiorespiratorik
1. Bradikardi, disritmia, hipotensi
2. Curah jantung menurun, gagal jantung
3. Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
4. Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T
mendatar/inverse
5. Penyakit jantung iskemic
Hipotensilasi
Efusi pleural
Dispnea
Gastrointestinal
1. Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
2. Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
3. Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
Renalis
1. Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
2. Retensi air (volume plasma berkurang)
3. Hipokalsemia
Hematologi
1. Anemia normokrom normositik
2. Anemia mikrositik/makrositik
3. Gangguan koagulasi ringan
7
Sistem endokrin
1. Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa
menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan
hiperprolaktemi
2. Gangguan fertilitas
3. Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap
insulin akibat hipoglikemi
4. Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
5. Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
6. Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku
maniak
7. Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti bulan (moon
face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas
terhadap opioid, haluaran urin menurun, lemah, ekspresi wajah kosong dan
lemah. (Stevenson, J. C& Chahal, P, 1993: 52-53)
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang serius dari hipotiroidisme adalah koma miksedema dan
kematian, efusi pericardial dan pleura, megakolon dengan paralitik ileus dan
kejang. Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang di tandai
oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia
tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi dan penurunan kesadaran
hingga koma.
Penyakit yang sering muncul akibat hipotiroidisme adalah :
1. Penyakit Hashimoto
Disebut tiroiditis autoimun, terjadi akibat autoantobodi yang merusak jaringan
tiroid. Ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan
TRH akibat umpan balik negatif yang minimal.
2. Gondok Endemic
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-sel
tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap
semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai
kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
8
3. Karsinoma Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat
penekan TSH atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan
tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan proliferasi dan hiperplasia sel
tiroid.
2.7 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pasien hipotiroidisme
didapatkan hasil sebagai berikut:
1. T3 dan T4 serum rendah
2. TSH meningkat pada hipotiroid primer
3. TSH rendah pada hipotiroid sekunder
Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar
Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat
4. Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus
5. Peningkatan kolesterol
6. Pembesaran jantung pada sinar X dada
7. EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS&
gelombang T datar atau inversi
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPOTIROIDISME
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku Bangsa :
Alamat :
No. Reg :
Tgl. Mrs :
Diagnosa Medis :
A. Secondary Survey
1. Anamnesa
1.1 Keluhan Utama : sesak nafas, sulit menelan, pembengkakan pada leher,
pasien nampak gelisah, tidak mau makan
1.2 Riwayat Penyakit Sekarang
rasa capek, intoleransi terhadap dingin, kulit terasa kering, bicara
lamban, demensia, dispnea, suara serak, sulit menelan, gangguan haid:
menorrhagia dan amenore,rambut rontok dan menipis, kulit tebal karena
penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan sub cutan, pasien sering
mengeluh dingin walaupun dalam keadaan hangat.
1.3 Riwayat Penyakit Dahulu
10
Hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi perlahan selama berbulan-
bulan, sehingga pada awalnya pasien atau keluarganya tidak menyadari, bahkan
menganggapnya sebagai efek penuaan
1.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama atau tidak.
1.5 Riwayat Kesehatan Lingkungan
B. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda Tanda Vital
Suhu : 36C
Berat Badan : 70 kg
Tinggi Badan : 165 cm
Tekanan Darah : 110/70
Nadi : 75 x/mnt
HR : x/mnt
B. Keadaan umum pasien : pasien tampak lemas
C. Pemeriksaan Per Sistem
Anamnesa
Pasien mengeluh sesak nafas
a. Sistem Pernapasan
Hidung
Inspeksi : ada nafas cuping hidung, ada secret.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab, sianosis (+), perdarahan (-),
Sinus paranasalis
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Leher
11
Inspeksi : simetris kanan kiri, JVP tidak meningkat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
Limfe
Faring
Inspeksi : tidak ada odem
Area dada
Inspeksi : pola nafas tidak efektif
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : di dapatkan bunyi pekak
Auskultasi : suara nafas Ronchi
c. Persyarafan
Anamnesa
Pemeriksaan nervus
Nervus I olfaktorius (pembau)
12
Klien tidak bisa membedakan aroma saat diberi kopi dan minyak kayu
putih.
Nervus II opticus (penglihatan)
Bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.
Nervus III oculomotorius
Tidak oedem pada kelopak mata
Nervus IV toklearis
Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil
13
Pemeriksaan rangsangan selaput otak
Kaku kuduk normal
Tingkat kesadaran
GCS: 6 (E1V2M3)
d. Perkemihan dan eliminasi uri
Laki-laki
Genetalia eksterna
Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Kandung kemih
Inspeksi : tidak ada benjolan, dan ada pembesaran
Palpasi : tidak nyeri tekan,
Ginjal :
Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi : ada nyeri tekan.
Perkusi : tidak ada nyeri ketok.
e. Sistem pencernaan eliminasi alvi
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat, gigi tidak ada plak dan karies. Tidak ada
pembesaran kelenjar karotis. Tidak ada lesi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,
Lidah
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada tremor dan lesi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan odem.
Abdomen
Inspeksi : ada pembesaran abdomen, tidak ada luka bekas operasi.
Palpasi : abdomen teraba keras dan tegang
Perkusi : tidak ada acietes.
f. Sistem muskuloskeletel dan integumen.
Anamnesa
Ada nyeri otot
14
Ada kelemahan ekstremitas / sendi, reflek biseps +/+, triseps +/+, patela -
/-
Kulit : kering, pecah-pecah, menebal dan bersisik, CRT< 2 detik,
turgor kulit , tidak ada nekrotik, suhu 36 0C akal hangat, turgor kulit baik.
3 3
Kekuatan otot
4 4
15
Inspeksi :-
Palpasi :-
i. Persepsi sensori
Anamnesa
Ada penurunan tajam penglihatan, mata kabur, tinnitus (berdenging),
penurunan pendengaran.
Mata
Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warana iris hitam, lensa
normal jernih, sklera putih,
Palpasi : tidak ada nyeri dan ada pembengkakan kelopak mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri saat palpasi fosa
kanina
Perkusi : tidak ada reaksi hebat pada regio frontalis, sinus frontalis dan
fosa kanina
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien yaitu : Kadar T3 15pg/dl, dan
kadar T4 20g/dl.
2. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH
dapat menurun atau normal) : Kadar TSHpada pasien tersebut
yaitu <0,005IU/ml,
Hasil yang biasa ditemui pada pasien dengan hipotiroidisme
a. TSH menigkat pada pada hipotiroid primer
b. TSH rendah pada hipotiroid sekunder
c. T3 dan T4 serum rendah
d. Peningkatan kolestrol
e. Pembesaran jantung pada sinar X dada
f. EKG sinus bradikardi
16
3.2 Analisa Data Pasien
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makan
Kehilangan rambut berlebihan
DEFINING
CHARACTERI Kurang makanan
17
3.3 Intervensi
Inisial Pasien :
Nama Mhs : -
Tanggal : -
Diagnosa Keperawatan : ketidakseimbangan nutisi kuang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik
NIC NOC
18
dan lebihnya
asupan nutrisi
bisa diketahui
sejak awal.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di
akibatkan oleh kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat
mengakibatkan kretinisme.Hipotiroid dibagi menjadi 3 tipe:
(1) Hipotiroid primer: kerusakan pada kelenjar tiroid
(2) Hipotiroid sekunder: akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis
(3) Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus
4.2 Saran
Peran perawat dalam penanganan hipotiroidisme dan mencegah terjadinya
hipotiroidisme adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan
keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian hipotiroidisme.
20
DAFTAR PUSTAKA
21