PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1.2 Manfaat Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri,
maupun bagi profesi kesehatan lain, diantaranya:
1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose
keperawatan.
2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan
3
Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks.
b. Palpasi
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan menggunakan sense
of touch,Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan
perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau
tangan. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk
mengumpulkan data, misalnya metode palpasi ini dapat digunakan untuk
mendeteksi suhu tubuh (temperatur), adanya getaran, pergerakan, bentuk,
kosistensi dan ukuran.
c. Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan
bunyi getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari
bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau
tangan pada permukaan tubuh. Perjalanan getaran/ gelombang suara
tergantung oleh kepadatan media yang dilalui. Derajat bunyi disebut dengan
resonansi. Karakter bunyi yang dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran,
bentuk, dan kepadatan struktur di bawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu
4
semakin banyak jaringan, semakin lemah hantarannya dan udara/ gas paling
resonan.
d. Auskultasi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah: bunyi jantung, suara nafas, dan
bising usus.
Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
1) Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.
2) Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.
3) Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara
4) Kualitas yaitu warna nada/ variasi suara.
5
Bila dijumpai kelainan kulit leher, lanjutkan dengan memeriksa lokasi yang
lain di tubuh sekaligus.
2. Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui
rabaan. Pada kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus dapat
diraba dengan menengadahkan kepala klien. Lakukan palpasi kelenjar tiroid
perlobus dan kaji ukuran, nodul tinggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri
pada saat di palpasi. Pada saat melakukan pemeriksaan, klien duduk atau
berdiri samasaja namun untuk menghindari kelelahan klien sebaiknya posisi
duduk.Untuk hasil yang lebih baik, dalam melakukan palpasi pemeriksa
berada dibelakang klien dengan posisi kedua ibu jari perawat dibagian
belakang leher dan keempat jari-jari lain ada diatas kelenjar tiroid
3. Auskultasi
Mendengarkan bunyit ertentu dengan bantuan stetoskop dapat
menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh.Auskultasi pada daerah
leher, diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi bruit. Bruit adalah bunyi
yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Dalam
keadaan normal, bunyi ini tidak terdengar. Dapat diidentifikasi bila terjadi
peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak peningkatan
aktivitas kelenjar tiroid.
6
2. Palpasi
Pemeriksaan fisik secara palpasi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan
untuk mengetahui apakah ada kelainan yang dialami kllien yang ada
kaitannya dengan penyakit pada gangguan kelenjar adrenal tersebut.
a) Penyakit Addison
a. Nadi cepat dan lemah
b. Nyeri abdomen
c. Turgor kulit
b) Cushing Sindrom
a. Kulit tipis, rapuh dan mudah luka
b. Atropi payudara
c. Klitoris yang membesar
7
2. Palpasi
Teknik palpasi pada perut ini terbagi atas 2 :
A. Palpasi Ringan
a. Palpasi ringan abdomen diatas setiap kuadran. Hindari area yang
ebelumnya sebagai titik bermasalah.
b. Letakkan tangan secara ringan diatas abdomen dengan jari-jari ekstensi dan
berhimpitan. Tempatkan tangan klien dengan ringan diatas tangan
pemeriksa untuk mengurangi sensasi geli
c. Jari-jari telapak tangan sedikit menekan perut sedalam 21 cm.
d. Palpasi untuk mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal, atau adanya
massa
e. Selama palpasi, observasi wajah klien untuk mengetahui tanda
ketidaknyamanan.
f. Jika ditemukan adanya keluhan nyeri, uji adanya nyeri lepas: tekan dalam
kemudian lepas dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri timbul
dengan melepaskan tangan.
B. Palpasi Dalam
a. Gunakan metode bimanual
b. Tekan dinding abdomen sekitar 4 - 5 cm
c. Catat adanya massa dan struktur organ dibawahnya. Jika terdapat massa,
catat ukuran, lokasi, mobilitas, kontur, dan kekakuan
3. Auskultasi
Untuk mendengarkanbising usus meningkat.
a. Hangatkan bagian diafragma dan bell stetoskop
b. Letakkan sisi diafragma stetoskop tadi diatas kuadran kanan bawah pada area
sekum.
c. Berikan tekanan yang sangat ringan. Minta klien agar tidak berbicara
d. Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi dan karakternya.
8
e. Jika bising usus tidak mudah didengar, lanjutkan pemeriksaan sistematis,
dengarkan setiap kuadran abdomen
f. Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada, hiperaktif atau hipoaktif
g. Letakkan bagian bell/sungkup stetoskop diatas aorta, arteri renalis, arteri
iliaka dan arteri femoral.
9
B. Inspeksi persendian
a. Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian
b. Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan, gerakan,
bengkak dan nodul
c. Kaji rentang gerak persendian (Range of motion, ROM)
2.3 Pemeriksaan penunjang pada system endokrin
2.3.1 Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Hipofise
a. Foto tengkorak (kranium)
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau
juga atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun
pendidikan kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.
b. Foto tulang (osteo)
Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme
akan dijumpai ukuran tulang yang bertambah besar dari ukuran maupun
panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-tulang perifer yang
bertambah ukurannya ke samping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada,
pendidikan kesehatan diperlukan.
c. CT scan otak
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise
atau hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara
khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam tidak bergerak
selama prosedur.
Pemeriksaan darah dan urine
a. Kadar Growth Hormon
Nilai normal 10 p.g ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi
dibulan-bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen
adalah darah vena lebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.
10
b. Kadar Tiroid Stimulating Hormon (Tsh)
Nilai normal 6-10 1.1.g/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah
gangguan tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5
cc. Tanpa persiapan secara khusus.
b. T3 dan T4 Serum
Persiapan fisik secara khusus tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah
darah vena sebanyak 5-10 cc.
a) Nilai normal pada orang dewasa: Jodium bebas: 0,1-0,6 mg/dl T3: 0,2-0,3
mg/dl Ta: 6-12 mg/dl
b) Nilai normal pada bayi/anak: T3: 180-240 mg/dl
Up take T3 Resin
Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau tiroid
binding globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas
11
meningkat. Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme dan menurun pada
hipotiroidisme. Dibutuhkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc. Klien puasa
selama 6 8 jam.
Nilai normal pada: Dewasa: 25-35% uptake oleh resin Anak: Pada umumnya
tidak ada Protein Bound Iodine (PBI)
d. Scanning Tyroid
Dapat digunakan beberapa teknik antara lain:
a) Radio Iodine Scanning. Digunakan untuk menentukan apakah nodul
tiroid tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin (berfungsi
atau tidak berfungsi). Nodul panas menyebabkan hipersekresi jarang
bersifat ganas. Sedangkan nodul dingin (20%) adalah ganas.
12
b) Up take Iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium
dari plasma. Nilai normal 10 s/d 30% dalam 24 jam.
2.3.3 Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Paratiroid
a. Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine, sehingga
dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan
menggunakan Reagens Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak terdapat
endapan maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan
sedikit one white cloud) menunjukkan kadar kalsium darah normal (6 ml/d1).
b. Percobaan Ellwort-Howard
Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh
parathormon.
Cara Pemeriksaan
Klien disuntik dengan paratharmon melalui intravena kemudian urine
di-tampung dan diukur kadar pospornya. Pada hipoparatiroid, diuresis pospor
bisa mencapai 5-6 x nilai normal.
d. Pemeriksaan radiologi
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada
hipotiroid, dapat dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas
13
tulang bisa normal atau meningkat. Pada hipertiroid, tulang meni-pis, terbentuk
kista dalam tulang serta tuberculae pada tulang.
14
Pemeriksaan Elektrolit Serum (Na, K , CI), dengan nilai normal:
Natrium: 310-335 mg (13,6-14 meq/liter) Kalium: 14-20 mg% (3,5-5,0
meq/liter) Chlorida: 350-375 mg% (100-106 meq/liter)
Stimulasi Test
Dimaksudkan untuk mengevaluasi dan menedeteksi hipofungsi
adrenal. Dapat dilakukan terhadap kortisol dengan pemberian ACTH.
Stimulasi terhadap aldosteron dengan pemberian sodium.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik
akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan
seperti test neurologi.
Pemeriksaan fisik pada kelenjar tiroid dapat dilakukan dengan teknik inspeksi,
palpasi, dan auskultasi.
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
http://waodesittiekajumriani.blogspot.com/2014/01/pemeriksaan-fisik-kelenjar-
endokrin_4691.html
https://fahruddinkurdi.wordpress.com/2014/04/15/pemeriksaan-penunjang-pada-
gangguan-sistem-endokrin/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_endokrin
17