OLEH :
KELOMPOK III
RIFKY PEBRIANZAH
CHRISTIN HONGA
INDAH SARI WALINGALO
Mar. 30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,
bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan.
Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium
tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan
seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium
tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan
seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4 0,5
milimikron. Kuman ini berspora termasuk golongan Gram positif dan hidupnya anaerob.
Spora dewasa mempunyai bagian yang ber bentuk bulat yang letaknya di ujung, penabuh
genderang (drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin
ini (tetanospasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat.
Toksin mi labil pada pemaanasan, pada suhu 650C akan hancur dalam 5 menit. Di
samping itu dikenai pula tetanolisin yang bersifat hemolisis, yang perannya kurang berarti
dalam proses penyakit.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini adalah Apakah yang
dimaksud dengan Tetanus dan Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Tetanus?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan malah ini adalah:
2
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS
Mar. 30
3
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS
Mar. 30
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tetanus
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium
tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot
seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi
sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari
teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot
tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum,
melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis
pernapasan.
B. Etiologi Tetanus
Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang
berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang
bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot
dan saraf perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang
didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.
Faktor predisposisi
1. Umur tua atau anak-anak
2. Luka yang dalam dan kotor
3. Belum terimunisasi
C. Patofisiologi Tetanus
1. Luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng, pisau,
cangkul dan lain-lain.
2. Luka karena kecelakaan kerja (kena parang0, kecelakaan lalu lintas.
3. Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.
4
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS
Mar. 30
5
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS
Mar. 30
epistotonus, tungkai dalam ekstrensi lengan kaku dan tangan mengapal biasanya
kesadaran tetap baik. Serangan timbul proksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara,
cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi otot
sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur
collumna vertebralis (pada anak). Kadang dijumpai demam yang ringan dan biasanya
pada stadium akhir
b. Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi urine, fraktur
vertebralis (pada anak-anak), demam ringan dengan stadium akhir. Pada saat
kejang suhu dapat naik 2-4 derakat celsius dari normal, diaphoresis, takikardia
dan sulit menelan.
1. Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang
2. Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L, peninggian tekanan otak, deteksi
kuman sulit
3. Pemeriksaan ECG dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler
G. Komplikasi pada Tetanus
1. Bronkopneumoni
H. Prognosa
Sangat buruk bila ada OMP (Otitis Media Purulenta), luka pada kulit kepala. Tetanus
memiliki angka kematian sampai 50%. Kematian biasanya terjadi pada penderita yang
sangat muda, sangat tua dan pemakai obat suntik. Jika gejalanya memburuk dengan
segera atau jika pengobatan tertunda, maka prognosisnya buruk.
6
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS
Mar. 30
a. Umum
7
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS
Mar. 30
b. Pembedahan
1. Pengkajian Keperawatan
1) Pengkajian
1. Identitas pasien :
8
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS
Mar. 30
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tanjung Satu
Ibu
Nama : Amelia BT
Usia : 38 Tahun
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tanjung Satu
9
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS
Mar. 30
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum
pada trakea dan spame otot pernafasan.
b. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme
otot-otot pernafasan.
c. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin
(bakterimia)
d. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot
pengunyah
e. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang
f. Risiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake
yang kurang dan oliguria
g. Hubungan interpersonal terganggu berhubungan dengan kesulitan bicara
h. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi lemah
dan sering kejang
i. Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit tetanus dan
penanggulangannya berhbungan dengan kurangnya informasi.
j. Kurangnya kebutuhan istirahat berhubungan dengan seringnya kejang
3. Intervensi Keperawatan
Kriteria :
10
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS
Mar. 30
e. Hasil pemeriksaan laboratorium darah Analisa Gas Darah dalam batas normal
(pH= 7,35-7,45 ; PCO2 = 35-45 mmHg, PO2 = 80-100 mmHg)
No Intervensi Rasional
1 Bebaskan jalan nafas dengan mengatur Secara anatomi posisi kepala ekstensi
posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga
pernafasan sehingga proses respiransi tetap
berjalan lancar dengan menyingkirkan
pembuntuan jalan nafas.
2 Pemeriksaan fisik dengan cara Ronchi menunjukkan adanya gangguan
auskultasi mendengarkan suara nafas pernafasan akibat atas cairan atau sekret yang
(adakah ronchi) tiap 2-4 jam sekali menutupi sebagian dari saluran pernafasan
sehingga perlu dikeluarkan untuk
mengoptimalkan jalan nafas.
3 Bersihkan mulut dan saluran nafas dari Suction merupakan tindakan bantuan untuk
sekret dan lendir dengan melakukan mengeluarkan sekret, sehingga mempermudah
suction proses respirasi
4 Oksigenasi Pemberian oksigen secara adequat dapat
mensuplai dan memberikan cadangan oksigen,
sehingga mencegah terjadinya hipoksia.
5 Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya
gangguan nafas disertai dengan kerja jantung
yang menurun timbul takikardia dan capilary
refill time yang memanjang/lama.
6 Observasi timbulnya gagal nafas. Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi
diperlukan intervensi yang kritis dengan
menggunakan alat bantu pernafasan (mekanical
ventilation)
7 Kolaborasi dalam pemberian obat Obat mukolitik dapat mengencerkan sekret
pengencer sekresi(mukolitik) yang kental sehingga mempermudah
pengeluaran dan memcegah kekentalan
11
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS
Mar. 30
12
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS
Mar. 30
Kriteria : 36-37oC, hasil lab sel darah putih (leukosit) antara 5.000-10.000/mm3
NO Intervensi Rasional
1 Atur suhu lingkungan yang nyaman. Iklim lingkungan dapat mempengaruhi kondisi
dan suhu tubuh individu sebagai suatu proses
adaptasi melalui proses evaporasi dan konveksi.
2 Pantau suhu tubuh tiap 2 jam Identifikasi perkembangan gejala-gajala ke arah
syok exhaution
3 Berikan hidrasi atau minum ysng cukup Cairan-cairan membantu menyegarkan badan
adequat dan merupakan kompresi badan dari dalam
4 Lakukan tindakan teknik aseptik dan Perawatan lukan mengeleminasi kemungkinan
antiseptik pada perawatan luka. toksin yang masih berada disekitar luka.
.
5 Berikan kompres dingin bila tidak terjadi Kompres dingin merupakan salah satu cara
ekternal rangsangan kejang. untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara
proses konduksi.
6 Laksanakan program pengobatan Obat-obat antibakterial dapat mempunyai
antibiotik dan antipieretik spektrum lluas untuk mengobati bakteeerria
gram positif atau bakteria gram negatif.
Antipieretik bekerja sebagai proses
termoregulasi untuk mengantisipasi panas.
7 Kolaboratif dalam pemeriksaan lab Hasil pemeriksaan leukosit yang meningkat
leukosit. lebih dari 10.000 /mm3 mengindikasikan
adanya infeksi dan atau untuk mengikuti
perkembangan pengobatan yang diprogramkan
13
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS
Mar. 30
Kriteria :
a. BB optimal
b. Intake adekuat
c. Hasil pemeriksaan albumin 3,5-5 mg %
14
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS
Mar. 30
kriteria
No Intervensi Rasional
15
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS
Mar. 30
kriteria:
1 Kaji intake dan out put setiap 24 jam Memberikan informasi tentang status cairan
/volume sirkulasi dan kebutuhan
penggantian
16
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS
Mar. 30
4. Implementasi Keperawatan
Melakukan apa yang harus di lakukan pada saat itu sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Dan mencatat setiap tidakan yang dilakukan pada pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Mengevaluasi semua tindakan yang telah diberikan pada pasien. Jika dengan
tindakan yang diberikan pasien mengalami perubahan menjadi lebih baik. Maka
tindakan dapat dihentikan. Jika sebaliknya keadaan pasien menjadi lebih buruk,
kemungkinan besar tindakan harus mengalami perubahan atau perbaikan.
17
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TETANUS