Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit AutoImune adalah penyakit dimana sistem kekebalan yang terbentuk
salah mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau organ tubuh manusia justru
dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibodi. Jadi adanya penyakit
autoimmune tidak memberikan dampak peningkatan ketahanan tubuh dalam melawan
suatu penyakit, tetapi justru terjadi kerusakan tubuh akibat kekebalan yang terbentuk.
Jika tubuh dihadapkan sesuatu yang asing maka tubuh memerlukan ketahanan
berupa respon immun untuk melawan substansi tersebut dalam upaya melindungi dirinya
sendiri dari kondisi yang potensial menyebabkan penyakit. Untuk melakukana hal
tersebut secara efektif maka diperlukan kemampuan untuk mengenali dirinya sendiri
sehingga dapat memberikan respon pada kondisi asing atau bukan dirinya sendiri. Pada
penyakit autoimmune terjadi karena kegagalan untuk mengenali beberapa bagian dari
dirinya.
Salah satu penyakit autoimune adalah SLE, Karakteristik primer peyakit ini berupa
kelemahan, nyeri sendi, dan munculnya ruam-ruam pada kulit. Lupus eritematosus sistemik
melibatkan hampir semua organ, namun paling sering mengenai kulit, sendi, darah, dan ginjal.
Di Indonesia jumlah penderita lupus terus meningkat. Tahun 2006 angka penderita lupus
mencapai 20.000 orang (YLI)

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi sistemik lupus eritmatasus?
2. Apa etiologi dari sistemik lupus eritmatasus?
3. Bagaimana patofisiologi sistemik lupus eritmatasus?
4. Apa saja manifestasi klinik, serta pencegahan sistemik lupus eritmatasus?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik untuk sistemik lupus eritmatasus?
6. Bagaimana penatalaksanaan untuk sistemik lupus eritmatasus?
7. Bagaimana konsep keperawatan sistemik lupus eritmatasus?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui defenisi sistemik lupus eritmatasus
2. Untuk mengetahui etiologi dari sistemik lupus eritmatasus
3. Untuk mengetahui patofisiologi sistemik lupus eritmatasus
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik, serta pecegahan sistemik lupus eritmatasus
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk sistemik lupus eritmatasus
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk sistemik lupus eritmatasus
7. Untuk mengetahui konsep keperawatan sistemik lupus eritmatasus

2
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI

Penyakit lupus adalah penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun, artinya
tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri, seperti
ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Antibodi seharusnya ditujukan
untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk ke dalam tubuh.

Lupus adalah penyakit yang disebabkan sistem imun menyerang sel-sel jaringan organ
tubuh yang sehat. sistem imun yang terbentuk berlebihan. kelainan ini dikenal dengan
autoimunitas. pada kasus satu penyakit ini bisa membuat kulit seperti ruam merah yang
rasanya terbakar (lupus DLE). pada kasus lain ketika sistem imun yang berlebihan itu
menyerang persendian dapat menyebabkan kelumpuhan (lupus SLE). SLE (Sistemics lupus
erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan
perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi
disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoimun dalam.

B. ETIOLOGI

Hingga kini faktor yang merangsangkan sistem pertahanan diri untuk menjadi tidak
normal belum diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman virus, sinaran ultraviolet,
dan obat-obatan tertentu memainkan peranan. Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus
(SLE) ini lebih kerap ditemui di kalangan kaum wanita. Ini menunjukkan bahwa hormon
yang terdapat pada wanita mempunyai peranan besar, walau bagaimanapun perkaitan antara
Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) dan hormon wanita saat ini masih dalam kajian.

Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit keturunan.


Walau bagaimanapun, mewarisi gabungan gen tertentu meningkatkan lagi risiko seseorang
itu mengidap penyakit Sistemik Lupus Erythematosus.

3
Klasifikasi
Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu:
1. Discoid Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit Lupus yang
menyerang kulit.
2. Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di dalam tubuh,
seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak, dan system saraf. Selanjutnya kita
singkat dengan SLE (Systemics Lupus Erythematosus).
3. Drug-Induced, penyakit Lupus yang timbul setelah penggunaan obat tertentu. Gejala-
gejalanya biasanya menghilang setelah pemakaian obat dihentikan.

C. PREVALENSI

Prevalensi lupus di berbagai negara sangat bervariasi. Prevalensi pada berbagai populasi
yang berbeda-beda. Dari berbagai sumber diadapatkan data antara lain :

a. Prevalensi penyakit lupus adalah 0,06 % dari populasi umum . ( Kirsch,et all)
b. Di Amerika Serikat, insiden penyakit lupus adalah 14.6 50.8 kasus/100.000 orang
sedangkan prevalensinya 24- 100/100.000 orang. The Lupus Foundation of America
c. ( LFA ) memperkirakan sekitar 1,5 juta penduduk Amerika Serikat menderita penyakit
lupus dengan berbagai tipe terutama wanita. Orang Amerika keturunan Afrika, Hispanik,
orang Amerika asli dan orang Asia memiliki resiko besar untuk menderita penyakit lupus.
d. Prevalensi penyakit lupus di Swedia adalah 36/100.000 orang
e. Di Inggris prevalensinya hampir sama dengan orang Asia 40/100.000
f. Di negara Eropa prevalensi lupus 20/100.000 orang
g. Penyakit lupus lebih sering menyerang pada usia 15 40 tahun tetapi semua umur bisa
saja terkena, penyakit lupus lebih sering menyerang pada wanita daripada pria ( 9 : 1 )
sedangkan pada anak-anak meningkat 10 : 1.
h. Pada wanita Eropa umur 15 -24 tahun prevalensinya 1/700 orang wanita
i. Pada wanita Amerika-Afrika umur 15 24 tahun prevalensinya 1/245 orang wanita

j. Yang menarik perhatian adalah penyakit lupus jarang ditemukan di Afrika. Ada 2
kemungkinan penyebabanya yaitu :

4
a. Faktor resiko lingkungan lebih banyak di Amerika Serikat dan Eropa
dibandingkan di Afrika
b. Campuran dari gen keturunan Afrika dengan orang Eropa menghasilkan gen-
gen yang meningkatkan kerentanan terhadap penyakit lupus ini.
k. Di Indonesia jumlah penderita lupus terus meningkat. Tahun 2003 angka penderita lupus
mencapai 10.000 orang. Data dari Yayasan Lupus Indonesia mencatat, di Indonesia
terdapat 10.000 odapus (orang dengan penyakit lupus).
l. Terdapat juga tendensi familiaR. Faktor ekonomi dan geografi tidak mempengaruhi
distribusi penyakit.

D. PATOFISIOLOGI

Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan


peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh wanita
penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari,
luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid,
klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah
alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pada SLE,
peningkatan produksi autoimun diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang
abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi
akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus
tersebut berulang kembali.

E. MANIFESTASI KLINIS

1. Rasa nyeri dan kekakuan pada sendi yang kemudian dikuti dengan bengkak.
2. Nyeri otot.
3. Kelelahan luar biasa.
4. Bercak bercak pada kulit terutama pada daerah sekitar hidung dan muka
5. Anemia atau masalah pada ginjal.

5
6. Nyeri pada dada pada saat bernafas dalam.
7. Penderita lebih sensitif terhadap sinar matahari atau UV
8. Rambut rontok.
9. adanya antibodi antinuklear.
10. Selain itu, gejala atau tanda lainnya yang sering ditemukan antara lain penurunan berat
badan, demam, dan kelainan tulang seperti pada arthritis.
11. kelainan imunologik, yaitu ditemukan adanya sel LE positif atau anti DNA positif.
12. Anoreksia
13. Sesak
14. Gelisah

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang terdapat pada
hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga juga bisa ditemukan pada penyakit
lain. Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear, harus dilakukan juga pemeriksaan
untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini
hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita lupus memiliki antibodi ini.
Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar komplemen (protein yang berperan dalam
sistem kekebalan) dan untuk menemukan antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan
untuk memperkirakan aktivitas dan lamanya penyakit.
2. Ruam kulit atau lesi yang khas
3. Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis.
4. Pemeriksaan dada dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya gesekan pleura atau
jantung.
5. Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein lebih dari 0,5 mg/hari.
6. Hitung jenis darah menunjukkan adanya penurunan beberapa jenis sel darah.
7. Biopsi ginjal.
8. Pemeriksaan saraf.

6
G. PENATALAKSANAAN

Sampai sekarang SLE memang belum di sembuhkan secara sempurna.Meskipun


demikian, pengobatan yang tepat dapat menekan gejala klinis dan komplikasi yang mungkin
terjadi. Program pengobatan yang tepat bersifat sngat individual tergantung gambaran klinis
dan perjalanan penyakitnya. Pada umumnya, penderita SLE yang tidak mengancam nyawa
dan tidak berhubung dengan kerusakan organ vital dapat di terapi secara konservatif.
Bila penyakit ini mengancam nyawa dan mengenai organ organ vital, maka
dipertimbangkan pemberian terapi Agresif. Terapi konsevatif maupun agresif sama sama
menggunakan terapi obat yang digunakan secara tunggal ataupun kombinasi. Terapi
konservatif biasanya menggunakan anti implamasi onstreoid (indometasin, prednisolon)
dosis rendah dan anti malaria (klorokuin).
antibiotika bila akan menjalani operasi gigi, saluran kencing atau tindakan bedah
lainya. Salah satu bagian dari pengobatan SLE yang tidak boleh terlupakan adalah
memberikan penjelasan kepada penderita Terapi Agresif menggunakan kortikosteroid dosis
tinggi dan imunosupresif (Azatioprin, siklofoshamid) selain itu, penderita SLE perlu di
ingatkan untuk selalu menggunakan krim pelindung sinar matahari, baju lengan panjang,
topi atau payung bila akan bekerja dibawah sinar matahari karena penderita sangat sensitif
terhadap sinar matahari. Infeksi juga lebih mudah terjadi pada penderita SLE sehinga
penderita dianjurkan mendapat terapi pencegah dengan mengenai penyakit yang dideritanya,
sehingga penderita dapat bersikap positif terhadap terapi yang akan dijalaninya.

H. KOMPLIKASI

Penyakit lupus yang berat dapat berdampak kerusakan organ tubuh antara lain:

1. Ginjal (nefritis lupus) dengan akibat gagal ginjal.


2. Jantung dengan akibat radang selaput jantung (perikarditis) dan penyakit jantung iskemik.
3. Paru yaitu radang selaput paru (pleuritis) dan radang paru (pneumonia).
4. Sistem saraf dan kejiwaan berupa kejang, lumpuh, stroke, depresi dan psikosis
5. Mata, antara lain: katarak
6. Pada ibu hamil dapat terjadi keguguran, lahir prematur dan lupus neonatal

7
7. Kelainan sistem darah berupa anemia, kurang sel darah putih (lekopenia) dan kurang sel
pembekuan darah (trombositopenia).

I. PENCEGAHAN

Mencegah penyakit lupus bisa dilakukan dengan cara :

1. Menghindari stres dan menerapkan pola hidup sehat


2. Mengurangi kontak langsung berlebihan dengan sinar matahari
3. Stop / berhenti merokok
4. Berolah-raga teratur
5. Melakukan diet nutrisi

Untuk mencegah kambuhnya SLE, penderita Lupus disarankan melakukan hal-hal sebagai
berikut:

1. Menghindari stress dan trauma fisik. Stress dapat mencetuskan SLE pada pasien yang
sudah memiliki kecenderungan akan penyakit ini.
2. Menghindari merokok
3. Menghindari perubahan cuaca karena akan mempengaruhi proses inflamasi.
4. Melakukan istirahat yang cukup. Kelelahan dan aktivitas fisik yang berlebih bisa memicu
kambuhnya SLE.
5. Menghindari infeksi. Pasien SLE cenderung mudah mendapat infeksi, dan kadang-
kadang penyakit ini kambuh setelah infeksi.
6. Menghindari paparan sinar matahari, khususnya pukul 09.00-15.00 karena pasien SLE
cenderung sensitive terhadap sinar ultraviolet. Kulit yang terkena sinar matahari dapat
menimbulkan kelainan kulit seperti timbulnya bercak kemerahan yang menonjol/
menebal.
7. Menghindari obat-obatan yang mengandung hormon estrogen, seperti pil KB/
kontrasepsi.

8
9
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala
sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku,
anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
2. Kulit Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
3. Kardiovaskuler Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan
vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan
bawah atau sisi lateral tanga.
4. Sistem Muskuloskeletal Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak,
rasa kaku pada pagi hari.
5. Sistem integumen Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau
palatum durum.
6. Sistem pernafasan Pleuritis atau efusi pleura.
7. Sistem vaskuler Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan
bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
8. Sistem Renal Edema dan hematuria.
9. Sistem saraf Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, kornea
ataupun manifestasi SSP lainnya.

10

Anda mungkin juga menyukai