Pengertian Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk
jamak dari kata khulk. Khulk di dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, tingkah laku
atau tabiat. Di dalam Dairatul Maarif dikatakan:
Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia
sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa
perkataan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela
sesuai dengan pembinaannya.
Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini
berarti bahwa kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya disebut akhlak.
Contohnya, bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak
dermawan.
Di dalam Ensiklopedia Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak,
kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap
jiwa yang benar terhadap Tuhannya dan terhadap sesama manusia.
Jadi, pada hakikatnya Khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah sesuatu kondisi atau sifat
yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai
macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan
pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut
pandangan syariat dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia sebaliknya
apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.
Al-Khulk disebut sebagai kondisi atau sifat yang telah meresap dan terpatri dalam jiwa,
karena seandainya ada seseorang yang mendermakan hartanya keadaan yang jarang sekali
untuk suatu hajat dan secara tiba-tiba, maka bukanlah orang yang demikian ini disebut orang
yang dermawan sebagai pantulan dari kepribadiannya.
2. Pengertian Etika
Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat kebiasaan. Dalam
pelajaran filsafat, etika merupakan bagian daripadanya. Di dalam Ensiklopedia Pendidikan
diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk.
Kecuali etika mempelajari nilai-nilai, ia merupakan juga pengetahuan tentang nilai-nilai itu
sendiri. Di dalam Kamus Istilah Pendidikan dan Umum dikatakan bahwa etika adalah bagian
dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk).
Etika sebagai salah satu cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia
untuk menentukan nilai perbuatan tersebut, baik atau buruk, maka ukuran untuk menentukan
nilai itu adalah akal pikiran. Atau dengan kata lain, dengan akallah orang dapat
menentukannya baik atau buruk karena akal yang memutuskan . Dalam hubungan ini Dr. H.
Hamzah Yaqub menyimpulkan/merumuskan: Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran.
Abuddin Nata melihat ada empat segi yang dapat digunakan untuk mengetahui etika ini,
yakni melihat dari segi obyek pembahasannya, sumbernya, fungsinya dan terakhir dilihat dari
segi sifatnya.
Kalau dilihat dari segi pembahasan menurutnya, etika berupaya membahas perbuatan yang
dilakukan oleh manusia. Sedangkan bila dilihat dari segi sumbernya, maka etika bersumber
pada akal pikiran atau filsafat.
Sementara itu bila dilihat dari segi fungsinya maka etika berfungsi sebagai penilai,
penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu
ia berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia.
Karena ia sebuah konseptor, hasil produk pemikiran karena itu dilihat dari segi sifatnya ia
dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman dan keadaan humanistis.
3. Pengertian Kesusilaan
Di dalam bahasa Indonesia untuk membahas buruk-baik tingkah laku manusia juga
sering digunakan istilah kesusilaan.
Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Susila berasal
dari bahasa sansekerta, yaitu su dan sila. Berarti baik, bagus dan sila berarti dasar,
prinsip, peraturan hidup atau norma.
Pada dasarnya kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, mengarahkan,
memandu, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma dan nilai-
nilai yang berlaku dalam masyarakat juga menggambarkan orang yang selalu menerapkan
nilai-nilai yang dipandang baik. Ini sama halnya dengan moral.
Norma ini didasarkan pada hati nurani atau akhlak manusia. Kesusilaan adalah norma yang
hidup dalam masyarakat yang dianggap sebagai peraturan dan dijadikan pedoman dalam
bertingkah laku. Norma kesusilaan dipatuhi oleh seseorang agar terbentuk akhlak pribadi
yang mulia. Pelanggaran atas norma moral ada sanksinya yang bersumber dari dalam diri
pribadi. Jika ia melanggar, ia merasa menyesal dan merasa bersalah.
Norma kesusilaan bersifat umum dan universal, dapat diterima oleh seluruh umat
manusia. Sanksi bagi pelanggarnya, yaitu rasa bersalah dan penyesalan mendalam bagi
pelanggarnya. Contoh norma kesusilaan, antara lain:
a. jujur dalam perkataan dan perbuatan
b. menghormati sesama manusia
c. membantu orang lain yang membutuhkan
d. tidak mengganggu orang lain
e. mengembalikan hutang.
5. Pengertian Kesopanan
Menurut Bahasa, kesopanan adalah adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang
baik, tata karma, perbuatan itu dapat dianggap melanggar orang Timur. Norma sopan
santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok itu.
Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang dianggap sebagai norma kesopanan
berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu.
Contoh-contoh norma kesopanan ialah:
1. Menghormati orang yang lebih tua.
2. Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan.
3. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan sombong.
4. Tidak meludah di sembarang tempat.
5. tidak menyela pembicaraan.
Norma kesopanan sangat penting untuk diterapkan, terutama dalam bermasyarakat,
karena norma ini sangat erat kaitannya terhadap masyarakat. Sekali saja ada pelanggaran
terhadap norma kesopanan, pelanggar akan mendapat sanki dari masyarakat, misalnya
cemoohan. kesopanan merupakan tuntutan dalam hidup bersama. Ada norma yang harus
dipenuhi supaya diterima secara sosial.
6. Perbedaan dan Persamaan serta Keterkaiatan Akhlak, Etika, moral, Kesusilaan dan
Kesopanan
Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa akhlak, etika, moral,
kesusilaan dan kesopanan sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan
yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-
sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan
tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya. Objek dari akhlak, etika, moral,
kesusilaan dan kesopanan yaitu perbuatan manusia, ukurannya yaitu baik dan buruk .
Sedangkan perbedaan antara akhlak dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan dapat kita
lihat pada sifat dan kawasan pembahasannya, di mana etika lebih bersifat teoritis dan
memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila lebih bersifat
praktis, yang ukurannya adalah bentuk perbuatan. Serta sumber yang dijadikan patokan untuk
menentukan baik dan buruk pun berbeda, di mana akhlak berdasarkan pada al-Quran dan al-
Sunnah, etika berdasarkan akal pikiran, sedangkan moral, kesusilaan dan kesopanan
berdasarkan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat.
Hubungan antara akhlak dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan ini bisa kita
lihat dari segi fungsi dan perannya, yakni sama-sama menentukan hukum atau nilai dari suatu
perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk ditentukan baik dan buruknya, benar dan
salahnya sehingga dengan ini akan tercipta masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan
tenteram serta sejahtera lahir dan batin.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa antara akhlak dengan etika, moral,
kesusilaan dan kesopanan mempunyai kaitan yang sangat erat, di mana wahyu, akal dan adat
adalah sebuah teori perpaduan untuk menentukan suatu ketentuan, nilai. Terlebih lagi akal
dan adat dapat digunakan untuk menjabarkan wahyu itu sendiri. Rasulullah Saw bersabda,
sebagaimana dikutip oleh Harun Nasution, yang dikutip ulang oleh Abuddin Nata, yaitu :
Artinya: Agama itu adalah penggunaan akal, tidak ada agama bagi orang yang tidak
berakal.
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.( Q.S. al-Nahl : 78)
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu
penglihatan, pendengaran dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara
mengisinya dengan ajaran dan pendidikan. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan luqmanul
Hakim kepada anaknya sebagai terlihat pada ayat berikut yang artinya :
Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. Dan kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah
kembalimu.(QS. Luqman : 13-14)
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada dua, yaitu
faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa sianak sejak
lahir, dan factor dari luar yang dalm ini adalh kedua orang tua dirumah, guru di sekolah, dan
tokoh-tokoh serta pemimpin dimasyarakat. Melelui kerja sama yang baik antara tiga lembaga
pendidikan tersebut, maka aspek kognitif ( pengetahuan), efektif (penghayatan), psikomotorik
(pengamalan) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak. Inilah yang selanjutnya
dikenal dengan istilah manusia seutuhnya.
Dari pemaparan di atas dapat ditarik garis besar tentang faktor faktor yang mempengaruhi
pembentukan akhlaq secara umum, yaitu:
1. Manusia
2. Insting (Naluri)
Setiap kelakuan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri (instink).
Naluri merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir, jadi merupakan suatu pembawaan
asli. Dalam bahasa Arab disebut garizah atau fithrah dan dalam bahasa inggris disebut
instinct.
Dalam hubungan ini, ahli-ahli psikologi menerangkan pelbagai naluri (instink) yang ada pada
manusia yang menjadi pendorong tingkah lakunya, diantaranya :
a. Naluri makan (nutritive instinct) : bahwa begitu manusia lahir telah membawa suatu
hasrat makan tanpa didorong oleh orang lain. Buktinya begitu bayi lahir, begitu mencari tetek
ibunya pada waktu itu juga dapat mengisap air susu tanpa diajari lagi.
b. Naluri berjodoh (seksual instinct) : laki-laki menginginkan wanita dan wanita ingin
berjodoh dengan laki-laki. Dalam Al-Quran diterangkan yang artinya:
Manusia itu diberi hasrat atau keinginan, misalnya kepada wanita, anak-anak dan
kekayaan yang melimpah-limpah. (Q.S. Ali-Imran :
14)
c. Naluri Keibu bapakan (paternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan
sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya. Jika seorang ibu tahan menderita dalam
mengasuh bayinya, kelakuannya itu didorong oleh naluri tersebut.
d. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari
gangguan dan tantangan. Jika seseorang diserang musuhnya, maka dia akan membela diri.
e. Naluri Ber-Tuhan : Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya yang mengatur
dan memberikan rahmat kepadanya. Naluri ini disalurkan dalam hidup beragama.
3. Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir
berpendapat: perbutan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah
melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan. Sebagai contoh :
a. Merokok adalah suatu kelakuan yang pada waktu pertama dilakukan tidaklah merupakan
suatu kesenangan, malahan kadang-kadang menimbulkan pusing. Karena perbuatan tersebut
diulang dan terus diulang akhirnya menjadilah kebiasaan yang menyenangkan.
b. Bangun tengah malam mengerjakan shalat tahajjud, berat bagi orang yang tidak biasa.
Tetapi jika hal it uterus diulangi akhirnya akan menjadi mudah dan terus menjadi kebiasaan
yang menyenangkan.
4. Wirotsah (keturunan)
Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan).
Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak
itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya. Manusia mendapatkan warisan
fisik dan mental, mulai dari sifat-sifat umum sampai kepada sifat-sifat khusus yang dapat
dikemukakan sebagai berikut :
a. Manusia yang berasal dari satu keturunan dimana-mana membawa dari pokok-pokoknya
beberapa sifat dan pembawaan yang bersamaan, misalnya bentuk badan, perasaan, akal, dan
pemikiran.
b. Dari sifat-sifat manusia yang umum menurunkan sifat-sifat khas kemanusiaan kepada
keturunannya, maka kita dapati pula adanya rumpun, bangsa dan suku sebagai cabang dan
ranting dari asal manusia tadi.
5. Lingkungan
Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau suatu masyarakat adalah
lingkungan (milieu). Milieu adalah suatu yang melingkungi suatau yang hidup, misalnya
tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara dan lingkungan pergaulan manusia.
1) Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan
tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat
yang dibawa oleh seseorang. Jika kondisi alamnya jelek, maka hal itu merupakan perintang
dalam mematangkan bakat seseorang, sehingga hanya mampu berbuat menurut kondisi yang
ada. Sebaliknya jika kondisi alam itu baik, maka kemungkinan seseorang akan dapat berbuat
lebih mudah dalam menyalurkan persediaan yang dibawanya lahir dan turut menentukan.
Orang yang tinggal digunung-gunung dan dihutan-hutan, akan hidup sebagai pemburu atau
petani yang berpindah-pindah, sedang tingkat kehidupan ekonomi dan kebudayaannya
terbelakan, dibandingkan dengan mereka yang hidup dikota-kota.
2) Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus
bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan
tingkah laku. Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak
anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan
yang diberikan oleh guru-guru disekolah.
Pembagian Akhlak
Segala sesuatu yang ada di dunia ini jika kita perhatikan, maka akan jelas bahwa semuanya
ini berpasang-pasangan.
Ada siang dan malam, ada hujan dan panas, ada laki-laki dan perempuan, ada ahklak
mahmudah dan mazmumah dan sebagainya.
1. akhlak mahmudah
2. akhlak mazmumah
ahklak mazmumah adalah akhlak yang buruk atau tercela, contoh akhlak mazmumah adalah:
Ria adalah beramal baik dan bermaksud ingin memperoleh pujian orang lain. Sedangkan
sumah, adalah berbuat atau berkata agar didengar orang lain sehingga namanya jadi terkenal.
Malas adalah enggan atau tidak mau melakukan sesuatu, dan Tamak( serakah) adalah terlalu
bernafsu untuk memiliki sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri.
4. Dendam dan Iri hati
Dendam adalah keinginan untuk membalas kejahatan yang dilakukan orang lain atas dirinya.
Dan Iri hati adalah perasaan tidak senang apabila melihat orang lain mendapat kesenangan.
Fitnah adalah berita bohong atau desas- desus tentang seseorang dengan maksud yang tidak
baik. Sedangkan penipuan adalah perkataan atau perbuatan tidak jujur dengan maksud
menyesatkan seseorang dan mencari untung dari perbuatannya tersebut.
Bohong adalah dusta, berarti tidak sesuaidengan keadaan yang sebenarnya., sedangkan
Khianat adalah perbuatan tidak setia terhadap pihak lain.
Bakhil adalah perasaan tidak rela memberikan sesuatu kepada orang lain atau untuk
kepentingan agama. Dan Takut miskin adalah rasa cemas akan menderita hidupnya karena
kekurangan harta.
1.Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok
risalah Islam.
3.akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan sesorang nanti pada hari kiamat
5.Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada allah
SWT.Lihat nash tentang shalat puasa dan haji
6.Nabi Muhammad SAW selalu berdoaagar Allah SWT membaikan akhlak beliau.
7.di dalam al-Quran banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak.
Yang dimaksud karakteristik akhlak islam adalah ciri-ciri khusus yang ada dalam akhlak
islam. ciri-ciri khusus ini yang membedakan dengan akhlak wadliiyah atau akhlak yang
diciptakan oleh manusia, atau hasil consensus manusia dalam menentukan baik dan buruknya
perbuatan, yang disebut moral.
Akhlak nabi Muhammad saw adalah akhlak islam, karena ia bersumber pada al-Quran yang
datang dari Allah swt. Al-quran sendiri diyakini memiliki kebenaran mutlak, tidak ada
keraguan sedikitpun di dalamnya, berlaku sepanjang masa dan untuk semua manusia. Oleh
karena itu akhlak islam memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
Tetap, langeng, dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya bersifat tetap,
tidak berubah oleh perubahan waktu, tempat dan perubahan kehidupan manusia.
Kewajiban yang harus dipatuhi (al-ilzamul mustajab), yaitu kebaikan yang terkandung di
dalamnya merupakan hukum yang harus dilaksanakan, sehingga ada sanksi hukum tertentu
bagi orang-orang yang tidak melaksanakan.
Pengawasan yang menyeluruh (ar-raqabah al-muhithah), yaitu allah yang memiliki sifat
maha mengetahui seluruh isi alam semesta, dan apa yang dilahirkan dan disembunyikan oleh
manusia, maka perbuatan manusia selalu diawasi dan dimintai pertanggungjawaban atas apa
yang dilakukan. Tidak ada sekecil dzarrah-pun yang lepas dari pengawasan Allah SWT.
Berpijak dari lima ciri-ciri akhlak Islam di atas, Ahmad Azhar basyir merinci kembali melalui
lima dengan istilah: (1) Akhlak rabbani; (2) Akhlak manusiawi; (3) Akhlak universal; (4)
Akhlak keseimbangan; dan (5) Akhlak realistic.
Akhlak rabbani (al-Akhlaq al-Rabbaniyyah), yaitu akhlak dalam Islam itu bersumber kepada
wahyu Allah yang termaktub di dalam al-quran dan as-sunnah al-nabawuyah. Dalam al-
quran dijelaskan bahwa tujuan para rasul allah ialah mewujudkan masyarakat yang ber-
Ketuhanan (rabaniyah), yaitu masyarakat yang para anggotanya dijiwa oleh semangat
mencapai ridha allah, melalui perbuatan baik bagi sesamanya dan kepada seluruh makhluk.
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan
kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: Hendaklah kamu menjadi penyembah-
penyembahku bukan penyembah Allah. Akan tetapi (dia berkata): Hendaklah kamu
menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya. (QS Ali Imron (3): 79)
Makna rabbaniyah itu sendiri sama dengan berkeimanan dan berketakwaan atau lebih
sederhana dapat dikatakan beriman dan bertakwa. Oleh karena iman dan takwa adalah
fondasi dari ajaran Islam bagi kehidupan manusia, maka akhlak rabbaniyah itu adalah akhlak
yang bernilai bagi perwujudan dari iman maupuntakwa. Perwujudan ini dalam bentuk
sikap,pandangan hidup dan perbuatan nyata yang sesuai dengan nilai-nilai rabbanuyah.
Ciri Rabbani dalam akhlak Islam bukanlah moral yang tradisional dan situasional,
tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai mutlak. Akhlak Rabbani mampu
menghindari kekacauan nilai moralitas dalam kehidupan manusia.
Al Quran mengajarkan, Inilah jalan-Ku yang lurus, hendaklah kamu mengikutinya, jangn
kamu ikuti jalan-jalan lain, sehingga kamu bercerai berai dari jalan-Nya. Demikian yang
diperintahkan kepadamu, agar kamu bertaqwa. (Q.S. Al Anam: 153)
Akhlak manusiawi (al-akhlaq al-Insaniyyah), yaitu bahwa ajaran akhlak islam selalu sejalan
dan memenuhi kebutuhan fitrah manusia. Salah satu fitrah manusia adalah memihak kepada
kebaikan dan kebenaran, walaupun sering pemihakanya itu bertentangan dengan lingkungan
dan hasrat nafsunya. Kalau ada seseorang yang mengikuti hawa nafsunya saja, dan memihak
kepada kebenaran semu, hasil rekayasa tangan dan otak jahil manusia, sesungguhnya ini
bertentangan dengan hati nuraninya yang memihak kepada kebenaran hakiki. Fitrah yang
dibawa manusia sejak lahir tidak dapat dilawan, ditolak, dan direkayasa, ia akan selalu
membawa kepada ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki. Dimanapun orang berbuat
maksiat, akan selalu dihantui rasa bersalah, berdosa, dan tidak pernah tenteram. Hal ini
karena bertentangan dengan fitrah kebenaran yang ada di dalam dirinya sendiri.
Akhlak Islam selalu menuntun untuk berbuat yang baik, memihak kepada kebenaran, dan
media untuk menca[ai kebahagiaan yang hakik. Akhlak islam benar-benar menjaga dan
memlihara keberadaan manusia sebagai makhluk yang terhormat, terpuji sesuai dengan
fitrahnya.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS ar-Rum(3):
30).
Akhlak universal (Al-Akhlaq al-syamilah), maksudnya adalah bahwa akhlak Islam itu
bersifat universal dan sempurna, siapapun yang melaksanakan akhlak islam dijamin akan
selamat. Contohnya al-Quran menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi
oleh setiap orang, yakni :
1. Menyekutukan Allah,
2. Durhaka kepada kedua orang tanpa alasan yang sah,
3. Membunuh anak karena takut miskin,
4. Berbuat keji baik secara terbuka maupun tersembunyi,
5. Membunuh orang tanpa alasan yang sah,
6. Makan harta anak yatim,
7. Mengurangi takaran dan timbangan,
8. Membebani orang lain dengan kewajiban melampaui kekuatannya,
9. Persaksian tidak adil,
10. Mengkhianati janji dengan Allah (Qs, al-Anam, 6:151-152).
Orang-orang yang non islam sekalipun kalau melaksanakan akhlak Islam, mislanya tidak
berjudi, berzina, selalu berkata sopan, lemah lembut, tidak menyakiti hati orang lain, senang
membantu orang lain yang terkena musibah, sabar, dan selalu berterima kasih atas rezki yng
didapat dengan cara yang halal dan lain sebagianya, yang masuk dalam kelompok akhlak
mahmudah, dijamin hidupnya akan bahagia di dunia ini. Inilah universalisme akhlak islam
yang berlaku untuk semua orang dan bangsa di seluruh dunia, tanpa membedakan etnis, ras
dan suku.
Akhlak Islam itu telah sempurna, sebagaiman kesempurnaan ajaran Islam itu sendiri. Hal ini
dapat dilihat bahwa Islam tidak hanya mengajarkan bagaimana bersikap dan berperilaku
kepada allah, melaiknkan juga mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan
manusia dengan alam sekitarnya. Apabila hubungan segitiga, yakni kepada Allah, sesama
manusia dan alam telah terjalin dengan baik, maka dijamin terciptanya kehidupan yang
harmonis, bahagia, dan damai, baik secara spiritual maupun material.
Manusia memilki naluriyah hewaniyah dan naluriyah ruhaniyah malaikah. Dua naluri
tersebut harus dibimbing oleh akhlak islam su[aya tetap berada dalam keseimbangan.
Naluriyah hewaniyah tidak dapat dipisahkan dari jasad manusia, melainkan harus diarahkan
untuk disalutkan sesuai dengan prosedur dan aturan-aturan dalam Islam. manusia adalah
makhluk yang berakal, bermartabat dan terhormat, kalau terus berada dan mengembangkan
fitrah religiusitasnya. Namun manusia dapat meluncur ke tingkat yang paling rendah, hina
dina bagaikan hewan, kalau tidak dapat menjaga fitrah bahkan melawanfitrah tersebut,
dengan selalu berbuat nista. Akhlak Islam menjaga manusia agar selalu berada pada tingkat
kemanusiaan dan menuntun kepada kebahagiaan yang seimbang antara dunia dan akhirat. QS
Al-baqarah(2): 201.
Untuk itulah akhlak Islam mengajarkan untuk menghargai dan menghormati orang lain,
melakukan kerja sama atau saling kenal mengenal, kontak komunikasi dengan suku dan
bangsa lain. Adalah kesombongan kalau ada orang yang mengatakan bahwa ia mampu hidup
dengan dirinya sendiri, tidak membutuhkan jasa orang lain. Ia tidak sadar, bahwa pakaian,
kaca mata, sepatu, topi, ikat pinggang yang menempel setiap saat di tubuhnya, dan makanan,
minuman, buah-buahan yang disantap setiap hari adalah bagian dan hasil jasa orang lain.
Tiap orang tidak akan mampu menyediakan kebutuhan hidup dengan tangannya sendiri.
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.(QS Al-Maidah (5):3).
Selain itu, akhlak islam juga realistis adalah bahwa allah tidak akan memberi beban
kesanggipan kepada manusia di luar kemampuanya. Allah tidak egois dan memaksa kepada
manusia, justru allah melihat kenyataan yang ada. Kalau memang manusia tidak sanggup
melaksanakan perintah-perintah sesuai dengan aturan dan ketetapan yang telah ditetapkan
secara rinci, manusia diberi kebebasan untuk mengambil keringanan (rukhsah) yang telah
diberikan. Misalkan manusia boleh marah kepada orang lain yang berbuat tidak baik
kepadanya, namun apabila memaafkan itu lebih baik. Perbuatan memberi maaf baik diminta
ataupun tidak diminta adalah perbuatan yang mulia. Manusia sesungguhnya memilki
kemampuan untuk memaafkan orang lain, karena Allah telah mengukur kemampuan yang
dimiliki oleh manusia.
Adapun ruang lingkup akhlaq menurut Abdullah Draz ada lima bagian yaitu :
Akhlaq pribadi terdiri dari Yang diperintahkan, yang dilarang, yang dibolehkan dan
Akhlaq dalam keadaan darurat
Akhlaq berkeluarga terdiri dari Kewajiban timbal balik antara orang dengan anak,
kewajiban sumai dengan istri dan kewajiban terhadap karib kerabat.
Akhlaq bermasyarakat terdiri dari Yang dilarang yang iperintahkan dan Kaedah-
kaedah adab.
Akhlaq bernegara terdiri dari Hubungan antara pimpinan dan rakyat dan hubungan
luar negeri.
Akhlaq beragama yaitu kewajiban terhadap Allah SWT.
Berangkat dari sistematika di atas, sedikit modifikasi, maka penulis membagi pembahasan
akhlaq menjadi :
Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangat
penting dalam kehidupan, seperti terlihat dalam beberapa poin berikut ini :
Rasulullah SAW. Menempatkan penyempurnaan akhlaq, yang mulia sebagai misi pokok
Risalah Islam, sebagai sabdanya :Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq
yang mulia. (HR. Baihaqi). Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam,
sehingga Rasulullah pernah mendefinisikan agam dengan akhlaq yang baik, sebagaimana
sabda beliau.Terjemahannya :
Ya Rasulullah, apakah agama itu ? beliau menjawab : agama itu adalah akhlak yang baik.
Akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat.
Rasulullah SAW. Menjadikan baik buruknya akhlaw seseorang sebagau ukuran kualitasnya.
Islam menjadikan akhlaw baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.Nabi
Muhammad SAW. Selalu berdoa agar Allah SWT. Membaikkan akhlaq beliau.
Sesuatu yang tidak baik, tidak seperti seharusnya, tidak sempurna dalam kualitas, di
bawah standart, kurang dalam nilai dan tidak mencukupi.
Sesuatu yang keji, jahat, tidak bermoral dan tidak menyenangkan
Adalah segala sesuatu yang tercela, karena melanggar norma-norma atau aturan-
aturan menurut yang ditetapkan oleh syara (agama).
Banyak orang yang berselisih pendapat untuk menilai suatu perbuatan, ada yang melihatnya
baik dan ada yang melihatnya buruk. Dipandang baik oleh suatu masyarakat atau bangsa
dipandang buruk yang lain. Dipandang baik pada waktu ini dinilai buruk pada waktu yang
lain.
Selanjutnya dalam menetapkan nilai perbuatan manusia, selain memperhatikan nilai yang
mendasarinya, kriteria lain yang harus diperhatikan adalah cara melakukan perbuatan itu.
Meskipun seseorang mempunyai niat baik, tetapi lakukan dengan cara yang salah, dia dinilai
tercela karena salah melakukannya, bukan tercela karena niatnya. Kadang-kadang tercelanya
manusia itu dapat berpangkal dari keyakinan yang salah, bukan karena niatnya.
Tingkah laku manusia dapat diketahui bahwa element-element pokok yang perlu diperhatikan
padanya adalah :
Kehendak (Karsa), yakni sesuatu yang mendorong yang ada di dalam jiwa manusia.
Manifestasi dari kehendak, yaitu cara dalam merealisir kehendak tersebut. Barangkali
hal ini dapat disamakan dengan ungkapan karya, yakni perbuatan dalam mewujudkan
karsa tadi. Kalau karsa dan karya menjadi satu, maka bisa dipastikan adanya aktivitas
yang tidak kecil artinya.
Selanjutnya untuk menialai baik buruknya niat dan cara seseorang dalam melakukan
perbuatannya haruslah berdasarkan ajaran Islam sebagaimana firman Allah SWT. Dalam QS.
An-Nisa (4) : Terjemahannya :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taati Rasul-Nya dan oramg-orang yang
memegang kekuasaan diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan perndapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebi utama
bagi kamu dan lebih baik akibatnya.
Tujuan Akhlak
3. menyempurnakan keimanan