Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN PANCASILA

PERLUNYA PENDIDIKAN PANCASILA

Maksud dan Tujuan


1. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan manusia dan pemerintah dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia agar dapat mewujudkan kelangsungan hidup dan kehidupan
generasi penerus selaku warga masyarakat, warga bangsa dan warga suatu negara, yang pada
gilirannya diharapkan mampu mengantisipasi hari depan yang senantiasa berubah, baik dilihat dari
dinamika budaya, bangsa, negara maupun hubungan internasionalnya (UU 20 Tahun 2003).
2. Tujuan pendidikan Pancasila:
a. membentuk moral peserta didik sehingga memiliki moral Pancasila,
b. para peserta didik agar mampu memahami dan melaksanakan jiwa Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara,
c. para peserta didik agar mampu menguasai pengetahuan serta memahami beragam masalah
dengan berlandaskan pada Pancasila,
d. memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma Pancasila agar mampu
menanggapi setiap perubahan yang terjadi.

Dasar hukum
1. UUD 1945
2. Tap MPR XXVII/MPRS/1960
a. XXVII/MPRS/1960: Pancasila dan Manifesto Politik menjadi pelajaran di perguruan rendah
sampai dengan perguruan tinggi; tujuan pendidikan adalah membentuk manusia pancasilais
sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh Pembukaan dan Batang
Tubuh UUD 1945.
b. IV/MPR/1973: isi kurikulum di semua tingkat pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai
dengan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta harus berisikan pendidikan moral Pancasila
dan unsur-unsur yang cukup untuk meneruskan jiwa dan nilai-nilai Pancasila kepada generasi
penerus.
c. II/MPR/1998
3. UU 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas: isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan,
wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, serta Bahasa Indonesia.

Implementasi Pendidikan Pancasila


1. Penyelenggaraan pendidikan Pancasila dapat menggunakan berbagai jenis model, diantaranya
model pembelajaran yang berbasis kompetensi dengan pendekatan pembelajaran siswa aktif
(student active learning) dan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).
2. Model evaluasi pendidikan Pancasila harus dapat memformulasikan sistem penilaian sikap,
personaliti, dan perilaku dari para peserta didik, atau dikenal dengan istilah metode penilaian soft
skill.
3. Metode penilaian soft skill diperlukan mengingat target pencapaian hasil pendidikan Pancasila yaitu
perubahan perilaku positif peserta didik yang mencerminkan pribadi Pancasila.

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH

Kutai
1. Bukti berakhirnya masa prasejarah di bumi Nusantara dibuktikan dengan ditemukannya tujuh
Yupa (pilar batu) pada tahun 400 M. Prasasti Yupa tersebut bertuliskan huruf Pallawa dan
menggunakan bahasa Sansekerta. Dari prasasti yupa tersebut, dapat diketahui bahwa kerajaan
Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia.
2. Raja tersohor Kutai adalah Mulawarman. Ia adalah anak raja Aswawarman dan cucu Kudungga.
Menurut prasasti, Raja Mulawarman pernah mengadakan upacara sedekah 20.000 ekor lembu dan
menyelenggarakan korban emas untuk para Brahmana. Aspek-aspek sosial, politik, dan religi dalam
kerajaan telah dipraktikkan oleh masyarakat.
Sriwijaya
1. Kerajaan Sriwijaya muncul pada abad VII Masehi di Sumatera sebagai kerajaan bercorak maritim
dengan kekuasaan kelautan yang meliputi Selat Sunda (686 M) dan Selat Malaka (775 M). Kerajaan
Sriwijaya merupakan kerajaan besar dan menjadi pusat budaya dan pendidikan yang disegani di
Asia Tenggara hingga Asia Selatan.
2. Urusan bisnis dilakukan dengan cara mempersatukan pedagang dan pegawai kerajaan. Persatuan
ini disebut dengan Tuha An Vatakvurah yang berfungsi sebagai pengawas dan pengumpul
sebagaimana halnya koperasi.
3. Agama Budha dikembangkan oleh kerajaan Sriwijaya sehingga kerajaan itu menjadi pusat studi
agama Budha dan pusat perkembangan bahasa Sanskerta.

Majapahit
1. Kerajaan Majapahit didirikan oeh Raden Wijaya dari sebuah hutan Terik atas pemberian Prabu
Jayakatwang. Raja Jayakatwang adalah penguasa Singasari setelah gugurnya raja Sri Kertanegara.
2. Raden Wijaya naik tahta pada tahun 1293 dan memerintah sampai tahun 1309 selanjutnya diganti
oleh putranya yang bernama Jayanegara. Pemerintahan Jayanegara lemah dan tidak baik sehingga
banyak terjadi pemberontakan seperti Ranggalawe, Semi, Kuti, Sora, Nambi, Lembu Sora, Gajah
Demung dan sebagainya.
3. Pada tahun 1328 Jayanegara meninggal dan diganti oleh adik perempuan yang bernama Tri Buana
Tungga Dewi. Gajah Mada diangkat menjadi mahapatih. Tri Buana Tungga Dewi memerintah cukup
lama sebelum akhirnya mengundukan diri dan digantikan oleh putranya yang bernama Hayam
Wuruk.
4. Kerajaan Majapahit mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan
patihnya Gajah Mada. Ada dua agama besar yang hidup dengan rukun dan damai, yaitu Hindu dan
Budha.
5. Istilah Pancasila muncul pada buku yang ditulis oleh Mpu Prapanca yang berjudul
Negarakertagama, sedangkan istilah Bhineka Tunggal Ika terdapat pada buku Sutasoma yang
ditulis oleh Mpu Tantular yang secara lengkap berbunyi Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Mangrua yang artinya walau berbeda, namun satu jua adanya sebab tak ada agama yang memiliki
Tuhan yang berbeda.
6. Pada permulaan abad XV kerajaan Majapahit mulai pudar kekuasaannya. Terjadi kekacauan
internal seperti perselisihan dan perang saudara yang menyebabkan runtuhnya kekuasaan
Majapahit yang ditandai dengan Sirna ilang Kertaning Bumi.

Masa Penjajahan (Spanyol & Portugis)


1. Pada abad ke XVI, bangsa Eropa seperti Portugis dan Spanyol mulai berdatangan ke Nusantara
untuk mencari rempah-rempah. Bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang masuk ke
Nusantara dengan tujuan pertama untuk berdagang. Akan tetapi, sedikit demi sedikit bangsa Eropa
mulai meningkatkan peran dan kekuasaan dengan dikuasainya Selat Malaka pada tahun 1511.
2. Dikuasainya selat Malaka pada tahun 1511 oleh Portugis menyebabkan tidak lancarnya
perdagangan di Indonesia. Sistem perdagangan monopoli diterapkan oleh Portugis dalam berniaga
dan sistem ini merugikan para pedagang. Perlawanan terhadap Portugis oleh rakyat terjadi di
beberapa tempat seperti di Demak, Aceh, dan Ternate.
3. Pada tahun 1511, Pati Unus dari Demak menyerang Malaka. Serangan Pati Unus gagal karena
persenjataan Portugis lebih modern.
4. Sultan Iskandar Muda dari Aceh memimpin rakyat Aceh untuk mengusir Portugis dari semenanjung
Malaka dan untuk mempertahankan kedaulatan Aceh. Pada tahun 1629, armada Aceh menyerang
Malaka tetapi gagal.
5. Rakyat Ternate melawan Portugis di bawah pimpinan Sultan Hairun kemudian dilanjutkan oleh
Sultan Baabullah. Kekalahan ada di pihak Portugis dan diusirlah Portugis dari Ternate.

Masa Penjajahan (Belanda)


1. Bangsa Belanda datang pada akhir abad XVI. Belanda mendirikan perkumpulan dagang yang diberi
nama Verinigde Oost Indische Compagnie atau disingkat VOC. Rakyat mulai mengadakan
perlawanan atas tindakan-tindakan VOC yang melakukan praktik-praktik pemaksaan.
2. Tentara Mataram di bawah pimpinan Sultan Agung menyerang VOC di Batavia pada tahun 1628,
namun gagal. Tahun berikutnya tentara Mataram kembali menyerang lagi untuk kedua kalinya
namun tetap gagal. Setelah Sultan Agung mangkat, selang beberapa saat, kerajaan Mataram
menjadi kekuasaan VOC.
3. Perlawanan rakyat terhadap penjajahan Belanda terjadi dimana-mana seperti Pattimura di Maluku,
Baharuddin di Palembang, Imam Bonjol di Minangkabau, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah,
Teuku Tjik Di Tiro dan Teuku Umar di Aceh, Anak Agung Made di Lombok, Sisingamangaraja di
Sumatera Utara, dll.
4. Pada tahun 1830-1870, Belanda menerapkan sistem Tanam Paksa, yaitu sistem monopoli dengan
cara memaksakan kewajiban terhadap rakyat. Cara ini menyebabkan rakyat semakin berat
penderitaannya.

Masa Pergerakan Kemerdekaan


1. Gerakan perjuangan di Asia: Tahun 1898 dipimpin oleh Jose Rizal, Philipina melakukan
perlawanan. Tahun 1905, Jepang mengalami kemenangan atas Rusia. Di Indonesia sendiri
kesadaran kebangkitan bangsa terjadi pada tahun 1908 dengan didirikannya organisasi Boedi
Oetomo yang dipelopori oleh Dokter Wahidin Sudirohusodo dan didirikan bersama-sama dengan
Sutama, Suradji dan Gunawan Mangunkusumo. Organisasi Boedi Oetomo merupakan awal gerakan
nasional dalam mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan serta kesadaran akan
kemerdekaan dan kekuatan sendiri.
2. Kongres pertama Boedi Oetomo di Yogyakarta melahirkan keputusan bahwa Boedhi Oetomo tidak
mengikuti kegiatan politik melainkan kegiatan utamanya adalah pendidikan dan kebudayaan dan
bergerak di Jawa dan Madura.
3. Sarekat Dagang Islam (SDI) didirikan pada tahun 1911 diprakarsai oleh Kyai Haji Samanhudi. SDI
didirikan untuk memajukan perdagangan Indonesia yang beranggotakan para pedagang Islam.
Kongres SDI diadakan di Surabaya dengan ketua umumnya adalah HOS Tjokroaminoto. Saat itu
SDI diubah menjadi Sarikat Islam (SI). Sarekat Islam yang awalnya bukan partai politik pada tahun
1930 berubah menjadi partai politik dengan nama Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) dengan H.
Agus Salim sebagai ketuanya.
4. Indische Partij didirikan tahun 1913 dan dipimpin oleh Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo, dan
Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Partai ini berusaha mempersatukan para kaum
Belanda-Indo yang tidak puas dengan pemerintah Belanda. Partai ini sangat radikal sehingga tidak
disukai Belanda dan karena itulah keberadaan partai ini tidak berlangsung lama karena para
pemimpinnya dibuang ke luar negeri pada tahun 1913.
5. Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan pada tahun 1927 oleh Soekarno, Sartono,
Ciptomangunkusumo, dan tokoh-tokoh lainnya. Perjuangan mulai memfokuskan diri pada kesatuan
nasional dengan tujuan Indonesia merdeka. Karena tujuan itulah maka golongan angkatan muda
turut mendukung dan tampillah tokoh-tokoh muda seperti Mohammad Yamin, Wongsonegoro,
Kuncoro Purbopranoto, dan tokoh-tokoh lain. Rintisan itu kemudian diikuti oleh adanya Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Lagu Indonesia Raya dikumandangkan untuk pertama kali.
PNI akhirnya dibubarkan dan diganti dengan Partindo (Partai Indonesia) pada tahun 1931.
6. Kongres Pemuda I diselenggarakan pada tanggal 30 April s.d. 2 Mei 1926 di Jakarta. Selanjutnya,
diselenggarakan Kongres Pemuda II di Jakarta pada tanggal 26-28 Oktober 1928.
7. Terdesaknya Jepang dari peperangan melawan Sekutu membuatnya berbaik hati kepada bangsa
Indonesia. Jepang menjanjikan akan memberikan kemerdekaan dan diperkenalkan propaganda 3A,
yaitu Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Cahaya Asia. Semboyan tidak
berlangsung lama dan mulai digantikan dengan kegiatan penindasan terhadap rakyat sehingga
muncul perlawanan terhadap penjajahan Jepang, seperti di Aceh yang dipimpin oleh Tengku Abdul
Jalil, di Sukamanah yang dipimpin oleh Kyai H Zaenal, dan di Blitar yang dipimpin oleh Supriyadi

Perumusan Pancasila
1. Pada tanggal 29 April 1945, bangsa Indonesia dijanjikan kembali untuk diberikan kemerdekaan.
Untuk merealisasikan janji tersebut, dibentuklah Badan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Pelantikan para anggota BPUPKI dilakasanakan pada tanggal 2 Mei 1945.
2. BPUPKI membentuk kepanitiaan kerja yang bertugas merumuskan Rancangan Pembukaan Undang-
undang Dasar (UUD). Selain itu, terdapat pula panitia ekonomi dan keuangan serta panitia pembela
tanah air.
3. Sidang BPUPKI pertama dilaksanakan selama empat hari pada tanggal 29 Mei s.d. 1 Juni 1945.
Beberapa tokoh berpidato mengusulkan konsep dasar negara.
4. Konsep tentang dasar negara yang diusulkan oleh Mr. Muh Yamin adalah: peri kebangsaan, peri
kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.
5. Menurut Prof. Dr. Soepomo. bahan masukan perumusan dasar negara terdiri dari: kebangsaan
Indonesia, internasionalisme atau peri kemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial,
dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
6. Ir.Soekarno menyampaikan dasar falsafah negara yang berisikan lima sila, yaitu kebangsaan
Indonesia, internasionalisme atau peri kemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial,
dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kelima prinsip dasar tersebut diberi nama Pancasila.
7. Pada tanggal 14 Juli 1945, Ir. Soekarno melaporkan hasil kerja Panitia Perancang UUD, yaitu
pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan undang-undang dasar dan undang-undang dasar
(batang tubuh). BPUPKI menerima hasil laporan tersebut sehingga pada tanggal 7 Agustus 1945,
BPUPKI dibubarkan dan dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
8. Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama dengan keputusan:
a. mengesahkan Undang-undang Dasar 1945;
b. memilih Presiden dan Wakil Presiden pertama;
c. menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai badan musyawarah
darurat.

SISTEM KETATANEGARAAN

Pengertian, Kedudukan, Makna, Pokok Pikiran UUD 1945


1. Pancasila merupakan norma dasar materil Negara Indonesia, semua peraturan yang ada di suatu
negara isinya tidak boleh bertentangan dengan isi norma dasar. Nilai Pancasila dimuat dalam
Pembukaan UUD 1945, maka Pembukaan UUD 1945 berlaku sebagai staat fundamental norm.
2. UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis dan konstitusi. Dengan demikian, UUD 1945
merupakan sumber hukum. Setiap produk hukum harus berlandaskan dan bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi. Adapun UUD berkedudukan sebagai hukum tertinggi.
3. Pembukaan UUD 1945 mempunyai nilai-nilai yang universal dan lestari. Universal berarti nilai-nilai
Pancasila juga dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa lain, sedangkan lestari berarti mampu
menampung dinamika masyarakat dan akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara
4. Prinsip-prinsip kenegaraan dapat dilihat pada pembukaan UUD 1945.
a. Alinea I menyatakan latar belakang berdirinya negara dan bangsa, yaitu kemerdekaan menjadi
hak kodrati semua bangsa dan penjajahan harus dihilangkan. Alinea I menunjukkan pula
kesungguhan dan ketangguhan bangsa untuk berjuang menghapus segala bentuk penjajahan di
muka bumi. Pendirian ini yang menjadi landasan pokok bagi politik luar negeri Indonesia.
b. Alinea II menyatakan bagaimana bangsa memperjuangkan kemerdekaan, yaitu sebagai hasil
perjuangan sendiri dan bukan merupakan hadiah. Alinea II menunjukkan pula nilai-nilai yang
dikehendaki dan diharapkan oleh para pejuang kemerdekaan, yaitu merdeka, bersatu, berdaulat,
adil, dan makmur.
c. Alinea III memberi gambaran bahwa bangsa Indonesia mengakui kebesaran Tuhan YME karena
kemerdekaan diperoleh sebagai rahmat dari Tuhan. Hal ini menjadi motivasi spiritual bangsa.
d. Alinea IV memberikan uraian bahwa terbentuknya negara karena adanya rakyat Indonesia,
pemerintahan, serta wilayah dan dasar filosofis Negara, yaitu Pancasila.
5. Tujuan negara: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa; melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6. Bentuk negara: Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
7. Pokok pikiran UUD 1945:
a. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasar atas persatuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini
berarti negara Indonesia adalah negara persatuan.
b. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Hal ini berarti setiap warga
negara Indonesia berhak sama untuk menikmati keadilan sosial dan mempunyai kewajiban yang
sama untuk mewujudkan keadilan sosial.
c. Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.
Hal ini berarti sistem negara harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas
permusyawaratan/perwakilan.
d. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. Hal ini berarti UUD harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain
para penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanuiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

Pancasila dan Implementasinya


1. Pokok sila pertama:
a. sifat-sifat dan keadaan-keadaan negara harus sesuai dengan hakikat Tuhan;
b. tidak boleh ada pertentangan dalam masalah Ketuhanan, tidak boleh hidup paham ateis atau
sikap anti agama, tidak boleh ada paksaan agama;
c. bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam triprakara, yaitu Pancasila negara, Pancasila adat-
kebudayaan, dan Pancasila religius;
d. tertib negara dan tertib hukum yang mengambil nilai-nilai dari hukum Tuhan;
e. adanya Tuhan merupakan kenyataan objektif.
2. Pokok sila kedua:
a. sifat-sifat dan keadaan-keadaan negara harus sesuai dengan hakikat manusia;
b. hakikat manusia adalah mono-pluralis, majemuk tunggal, bhinneka tunggal;
c. terkandung cita-cita kemanusiaan yang lengkap dan sempurna, bermartabat luhur dan tinggi;
3. Pokok sila ketiga:
a. wilayah yang terbentang dari Sabang sampai Merauke harus merupakan satu kesatuan yang
bulat dan utuh, tidak dapat dipisah-pisahkan atau dipecah atau dibagi;
b. persatuan bangsa Indonesia harus dipelihara, dijaga, dan ditumbuhkembangkan terus menerus
karena kemajemukan bangsa Indonesia;
c. persatuan dalam hal bahasa, yaitu bahasa Indonesia;
4. Pokok sila keempat:
a. kerakyatan mengandung arti bahwa segala apa yang dikerjakan oleh penyelenggaran negara
adalah demi dan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat;
b. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD;
c. demokrasi (politik) harus dilaksanakan melalui permusyawaratan/perwakilan;
d. demokrasi sosial berarti adanya persamaan dalam lapangan kemasyarakatan dan ekonomi;
e. negara kita adalah negara demokrasi;
5. Pokok sila kelima:
a. sifat-sifat dan keadaan-keadaan negara sesuai dengan hakikat adil;
b. keadilan sosial terkait dengan hubungan pergaulan hidup dan hubungan keadilan di antara
sesama manusia, hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan dengan diri sendiri;
c. kesatuan kodrat sifat perseorangan dan sifat kodrat makhluk sosial dalam keseimbangan yang
dinamis.
6. Syarat-syarat untuk implementasi Pancasila:
a. adanya daya pendorong lahir batin untuk melaksanakan Pancasila;
b. ketaatan melaksanakan Pancasila;
c. kesadaran untuk melaksanakan Pancasila.

Amandemen UUD 1945 dan Kelembagaan Negara


1. Amandemen pertama dilakukan pada tahun 1999, kedua tahun 2000, ketiga tahun 2001, dan
keempat tahun 2002.
2. Struktur kelembagaan negara sebelum amandemen terdiri dari MPR sebagai lembaga tertinggi,
kemudian dibawahnya terdapat MA, BPK, DPR, Presiden, dan DPA.
3. Amandemen UUD 1945 menghasilkan beberapa perubahan, diantaranya:
a. mengubah kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara menjadi lembaga tinggi negara;
b. menegaskan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum;
c. menegaskan tentang syarat calon Presiden dan pemilihan secara langsung Presiden dan Wakil
Presiden;
d. menegaskan mekanisme pemberhentian Presiden/Wakil Presiden pada masa jabatannya;
e. dimunculkannya lembaga Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial;
f. kewenangan DPR bertambah dengan kekuasaan membentuk undang-undang;
g. DPA menjadi hilang dan sebagai gantinya disebut dengan dewan pertimbangan yang dibentuk
oleh Presiden dan statusnya di bawah Presiden dengan tugas memebrikan nasihat dan
pertimbangan kepada Presiden;
h. Kekuasaan kehaikan dipegang oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah
Konstitusi yang masing-masing memiliki tugas yang berbeda.
4. Struktur kelembagaan negara setelah amandemen UUD terdiri dari UUD 1945 sebagai kelembagaan
tertinggi dan dibawahnya terdapat BPK< DPR, MPR, Presiden, dan kekuasaan kehakiman.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Filsafat dan Sistem


1. Filsafat berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu kata philein yang artinya cinta dan
sophos yang bermakna kebijaksanaan, apabila digabungkan menjadi cinta kebijaksanaan.
Kebijaksanaan sendiri artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Sehingga
filsafat dapat diartikan sebagai keinginan atau hasrat yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan
kebenaran sejati.
2. Dalam pengertian umum, filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup, prinsip hidup, atau
suatu tata nilai.
a. Filsafat sebagai pandangan hidup merupakan pandangan dasar tentang manusia dengan segala
aspek kehidupannya.
b. Filsafat dalam arti prinsip hidup lebih spesifik pada bagaimana seseorang menghadapi suatu
permasalahan atau prinsip dasar dalam menghadapi suatu permasalahan dalam bidang tertentu.
c. Fisafat sebagai tata nilai lebih mengacu kepada produk sekelompok masyarakat seperti filsafat
Jawa, Minang, dan sebagainya.
3. Dalam pengertian sebagai ilmu, ilmu filsafat adalah suatu ilmu yang membahas atau menyelidiki
objek kajian secara mendalam sampai diperoleh esensi (hakikat) untuk memperoleh kebenaran.
4. Filsafat sebagai ilmu memiliki beberapa cabang pokok:.
a. Etafisika, membahas tentang hal-hal dibalik segala sesuatu yang fisis, yang meliputi bidang
ontologi (tentang yang ada), kosmologi (tentang alam), dan antropologi (tentang manusia).
b. Epistemologi, membahas tentang hakikat pengetahuan, kebenaran pengetahuan, sumber
pengetahuan, teori kebenaran, dan sifat kebenaran pengetahuan.
c. Metodologi, berkaitan dengan metode-metode yang digunakan dalam ilmu pengetahuan.
d. Logika, berkaitan dengan penalaran atau pengjuan validitas suatu pernyataan.
e. Aksiologi, berkaitan dengan masalah nilai, yang meliputi etika dan estetika.
5. Ciri-ciri pemikiran filsafati: kritis, radikal, runtut, rasional, spekulatif, komprehensif, sistematis,
mendasar.
6. Sistem dimaknai sebagai suatu kesatuan dari bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
tergantung satu sama lain, dan masing-masing bagian itu melakukan fungsinya sendiri namun
membentuk satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan tertentu.
7. Sistem pada umunya memiliki karakteristik:
a. suatu kesatuan dari bagian,
b. bagian-bagian itu memiliki fungsinya sendiri,
c. bagian-bagian itu saling bergantung satu sama lain dan saling berhubungan,
d. seluruhnya digunakan untuk mencapai tujuan, dan
e. terjadi pada satu llingkungan yang kompleks.

Pancasila sebagai Sistem Filsafat


1. Sifat kefilsafatan Pancasila terwujud dalam rumusan abstrak dari kelima sila dari Pancasila yang
kata-kata intinya adalah Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan.
2. Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan atas dasar inti multak dari tata kehidupan manusia
dalam menghadapi diri sendiri, sesama, dan Tuhan.
3. Pancasila sudah memenuhi syarat sebagai pemikiran filsafat karena memuat ajaran yang mendasar,
menyeluruh, dan sistematis tentang manusia dan segala aspek kehidupannya.
4. Sila-sila dalam Pancasila merupakan sebuah sistem. Pancasila terdiri dari sila-sila yang setiap sila
merupakan fungsi sendiri sendiri, namun secara kesuluruhan merupakan satu kesatuan yang
saling melengkapi. Setiap sila dalam Pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan terlepas dari
Pancasila.
5. Dari sudut pandang ontologi, Pancasila mengajarkan bahwa segala sesuatu ini mempunyai hakikat
atau esensi.
6. Landasan epistemologi Pancasila dapat diturunkan dari pandangan tentang manusia. Sumber
pengetahuan dalam Pancasila tidak hanya akal saja tetapi juga indera. Pancasila juga mengakui
kebenaran yang datangnya dari Tuhan.
7. Sebagai landasan aksiologis, Pancasila tidak hanya mengandung nilai material, tetapi juga
mengandung nilai non material yang bersifat lebih langgeng. Nilai-nilai Pancasila termasuk nilai
rohaniah yang mengakui nilai material dan nilai vital.

Pancasila sebagai Asas Moral


1. Moral adalah ajaran yang sudah menjadi kebiasaan umum tentang sikap, kata-kata,
perbuatan/tingkah laku, akhlak, budi pekeri, dan kesusilaan.
2. Pancasila merupakan suatu kesatuan asas-asas moral. Pancasila merupakan moral umum dari
bangsa Indonesia. Moral Pancasila sendiri diartikan sebagai pedoman atau petunjuk hidup pribadi
manusia Indonesia, bangsa Indonesia, maupun negara Indonesia, dan dijadikan asas dari segala
kegiatan kenegaraan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum.
3. Pancasila sebagai moral individual:
a. Sila pertama mewajibkan kita untuk mengakui dan memuliakan Tuhan Yang Maha Esa;
b. Sila kedua mewajibkan kita untuk mengakui dan memperlakukan semua dan setiap orang sama
tanpa membedakan bangsa, keturunan, warna kulit, jenis kelamin, dan sebagainya sebagai
sesama manusia yang memiliki martabat mulia serta memiliki hak dan kewajiban asasi;
c. Sila ketiga mewajibkan kita untuk menjunjung tinggi dan mencintai tanah air, bangsa, dan
negara;
d. Sila keempat mewajibkan kita untuk ikut serta dalam kehidupan politik dan pemerintahan
negara;
e. Sila kelima mewajibkan kita untuk memberikan sumbangsih demi terwujudnya kesejahteraan
umum atau kesejahteraan lahir batin selengkap mungkin bagi seluruh rakyat.

Anda mungkin juga menyukai