Anda di halaman 1dari 11

2.2.

Antiseptik

2.2.1. Definisi

Antiseptik berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari 2 kata yaitu Anti yang berarti melawan

dan Septikos yang berarti penyebab kebusukan. Antiseptik merupakan zat antimikroba yang

dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup untuk mengurangi

kemungkinan infeksi dan penyebab kebusukan. Zat ini dapat menghancurkan mikroorganisme

yang bermuatan kuman penyakit tanpa membahayakan jaringan tubuh. Antiseptik merupakan

substansi kimia yang dipakai pada kulit atau selaput lendir untuk mencegah pertumbuhan

mikroorganisme dengan menghalangi atau merusakannya. Beberapa jenis antiseptk merupakan

germisida yang mampu membunuh mikroba, dan ada pula yang hanya mencegah atau menunda

pertumbuhan mikroba tersebut.

2.2.2. Manfaat Antiseptik

Dalam kehidupan sehari-hari, antiseptic sering digunakan misalnya untuk membersihkan

tangan, membersihkan luka, persiapan permukaan kulit sebelum injeksi atau prosedur bedah, dan

masih banyak manfaat lainnya.

2.2.3. Sifat Antiseptik

Antiseptik yang ideal harus memiliki sifat-sifat antara lain, antiseptik harus memiliki

spectrum yang luas dari aktivitas, harus dapat menghancurkan mikroba dalam jangka praktis

waktu, harus aktif dalam kehadiran materi organik, harus melakukan kontak yang efektif dan

menjadi dibasahi, harus aktif dalam pH apapun, harus stabil, harus memiliki kehidupan rak

panjang, harus cepat, harus memiliki daya tembus yang tinggi, tidak beracun, non alergi, non
iritasif, non korosif, tidak memiliki aroma yang menyengat, tidak meninggalkan residu non-

volatile atau noda, dan tidak mahal dan tersedia dengan mudah.

2.3. Desinfektan

2.3.1. Definisi

Desinfektan merupakan suatu zat yang mencegah infeksi dengan menghancurkan

mikroorganisme patogen. Istilah ini digunakan pada benda-benda mati. Desinfeksi merupakan

tindakan membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik,

hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalan membunuh mikroorganisme

patogen. Desinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini

dinamakan antiseptik. Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat

tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses

desinfeksi.

2.3.2. Kriteria Desinfektan

Desinfektan dikatakan ideal bila memenuhi 10 kriteria dibawah ini, antara lain:

1. Bekerja dengan cepat dan menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar.

2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperature dan kelembaban.

3. Tidak toksik pada hewan dan manusia

4. Tidak bersifat korosif.

5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda

6. Tidak berbau atau baunya disenangi

7. Bersifat biodegradable/ mudah diurai

8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis

10. Aktivitas berspektrum luas.

2.3.3. Variabel dalam Desinfektan

a. Konsentrasi (Kadar)

Konsentrasi yang digunakan akan bergantung pada bahan yang akan didesinfeksi dan

pada mikroorganisme yang akan dihancurkan.

b. Waktu.

Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variable.

c. Suhu.

Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi kimia

d. Keadaan medium sekeliling

pH medium dan adanya benda asing sangat mempengaruhi proses desinfeksi.

2.3.4. Penggolongan Antiseptik dan Desinfektan

2.3.4.1. Golongan Fenol

Yang termasuk dalam antiseptik golongan fenol ialah : fenol, timol, resorsinol, dan

heksaklorofen.

a. Fenol.

Fenol merupakan zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga daya antiseptik

dinyatakan dalam koefesien fenol. Obat ini bukan antiseptik yang kuat. Banyak

obat lain yang mempunyai daya antiseptik yang kuat. dalam kadar 0,01 % - 1 %,

fenol bersifat bakteriostatik. Larutan 1,6% bersifat baketrisid, yang dapat

mengadakan koagulasi protein. Ikatan fenol dengan protein mudah lepas,


sehingga fenol dapat mempenetrasi ke dalam kulit utuh. Larutan 1.3% bersifat

fungisid, berguna untuk sterilisasi alat kedokteran.

b. Timol

Obat ini mempunyai koefisien fenol 30, berisfat bakterisid, antermintik dan

fungisid, terutama efektif untuk infeksi jamur. Sediaan timol terdapat dalam

bentuk tingtur (larutan dalam alkohol) 1% dan salep 10%.

c. Resorsinol

Sifat obat ini mirip fenol, berefek bakterisd dan fungisid. Di klinik digunakan

untuk mengobati infeksi jamur di kulit, eksim, psoriasis dan dermatitis seboroik.

Resorsinol bersifat keratolitik dan iritasi ringan.

d. Heksaklorofen.

Merupakan senyawa bisfenol yang mengandung klor. Heksaklorofen dalam kadar

rendah dapat mengganggu transport electron kuman dan menghambat enzim

terikat pada membran. Konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan pecahnya

membran kuman. Heksaklorofen lebih aktif terhadap kuman Gram positif

dibandingkan terhdapa kuman Gram negatif, efek bakteriostatiknya lebih tinggi,

tetapi dibutuhkan waktu kontak yang cukup dan hampir tidak efektif terhadap

spora.

2.3.4.2. Golongan Alkohol

a. Etanol 70%

Memiliki potensi antiseptik yang optimal. Bila kadar alkohol dtinggikan akan

menybabkan prepitasi protein dan tidak efektif sebagai antiseptik, karena spora
tidak dimatikan. Alkohol meningkatkan aktivitas antiseptik lain misalnya

khlorheksidin, yodium, yodofor, heksaklorofen bila diberikan kombinasi.

b. Glikol

Digunakan untuk membunuh kuman penyebab penyakit yang ditularkan melalui

udara (desinfektan udara). Bakteri ditularkan melalui udara dalam titik-titik air

yang halus, uap glikol akan larut dalam titik-titik air dan mematikan bakteri

tersebut.

2.3.4.3. Golongan Aldehid.

a. Formaldehid

Larutan formalin 1 % dapat bersifat bakterisid, tetapi perlu kontak yang lama.

Formaldehid efektif terhadap kuman, jamur, bakteri dan virus, tetapi kerjanya

lambat. Kadar 8% digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran dan sterilisasi

sputum pasien tuberkulosis. Foramlin digunakan untuk pengawetan mayat dan

untuk spesimen penelitian. Sifat merusak jaringan formaldehid dapat

menyebabkan efek toksik lokal dan menimbulkan reaksi alergi. Kontak berulang

dapat menyebabkan dermatitis eksematoid.

2.3.4.4. Golongan Halogen

a. Chlorhexidine.

Suatu bisbiguanid yang mempunyai aktivitas antiseptik yang cukup kuat. Obat ini

merupakan salah satu antiseptik pada operasi terutamanya banyak digunakan di

kedokteran gigi. Obat ini bersifat bakteriostatik untuk kuman Gram-positif

maupun Gram-negatif yang resisten. Chlorhexidine kumur digunakan untuk


mengobati kelainan gingivitis. Chlorhexidine gluconate yang sering diresepkan

oleh dokter gigi sebagai pilihan obat kumur untuk pasien. Namun pemakaian

Chlorhexidine gluconate dalam jangka waktu yang lama tidak disarankan oleh

karena Chlorhexidine gluconate memiliki efek samping seperti, munculnya noda

pada gigi, mulut dan mukosa setelah 2 minggu pemakaian, selain itu dapat

menimbulkan iritasi pada mukosa, rongga mulut terasa kering, sensasi terbakar,

dan perubahan persepsi rasa. Dalam satu kasus pernah dilaporkan bahwa

Chlorhexidine dapat menyebabkan suatu reaksi alergi pada kulit, yaitu urtikaria.

Reaksi ini muncul pada pasien setelah berkumur dengan Chlorhexidine.

b. Yodium

Merupakan suatu zat yang bersifat bakteriostatik non selektif. Sediaan yang

mengandung zat ini ialah yodium tingtur dan lugol. Yodium tingtur berwarna

coklat, dapat menyebabkan iritasi, vesikulasi kulit, kadang-kadang kulit dapat

mengelupas. Bila terjadi intoksisitas, akan timbul iritasi salurann cerna, kolik,

muntah, diare, syok dan kematian. Di klinik, yodium digunakan untuk desinfeksi

kulit pada pembedahan.

c. Povidon yodium.

Merupakan suatu iodofor suatu kompleks yodium dengan polivinil pirolidon. Di

klinik, obat ini digunakan sebagai pengganti merkurokrom dan yodium tingtur

karena tidak iritatif. Yodium yang banyak digunakan sebagai antiseptik

berspektrum luas tersedia sebagai obat topikal, seperti salep, obat kumur, pencuci

tangan sebelum operasi yang dapat mengurangi populasi bakteri sampai 85%,

efektif untuk satu jam dan populasi kembali normal setelah 8 jam.
d. Yudoform.

Zat ini bila berkontak dengan tubuh akan melepaskan yodium secara berangsur-

angsur dan yodium inilah yang diharapkan bersifat bakterisid. Bukti manfaat obat

ini tidak ada, obat ini hampir sudah tidak digunakan lagi.

2.3.4.5. Golongan peroksidan

a. Larutan H2O2

Larutan ini dengan kadar 3% yang bersentuhan dengan tubuh, terutama pada

jaringan yang terluka atau mukosa akan melepaskan O2 disebabkan adanya enzim

katalase dalam sel. H2O2 juga berguna sebagai bahan pencuci luka dan obat

kumur.

b. Kalium permanganate.

Berupa kristal ungu, mudah larut dalam air. Dalam larutan encer merupakan

peroksidan. Penglepasan O2 terjadi bila bersentuhan dengan zat organik.

Inaktivasi menyebabkan perubahan warna larutan ungu menjadi biru. Zat ini

bekerja sebagai iritan, deodorant, astringen. Di klinik digunakan sebagai kompres

luka dan segala macam infeksi kulit, sebagai antidotum pada intoksikasi bahan-

bahan yang mudah teroksidasi, irigasi kandung kemih yang infeksi, dan pencuci

perineum pasca persalinan.

c. Kalium perborat.

Zat yang berbentuk kristal putih dan tidak berbau. Dalam keadaan kering stabil.

Larutan dalam air, mudah terurai dan melepaskan O2. Dalam klinik dipakai

sebagai obat kumur pada stomatitis, glositis, dan gingivitis. Larutan 2%

digunakan untuk berkumur. Setelah itu obat harus dibuang, tidak boleh ditelan.
d. Kalium perklorat.

Zat ini juga dipakai sebagai obat kumur, terdapat dalam gargarisme khan, juga

tidak boleh ditelan.

2.3.4.6. Logam berat dan garamnya.

a. Sublimat

Zat ini dipakai untuk mensterilkan alat kedokteran dan tangan sebelum operasi.

Sublimat menimbulkan iritasi pada jaringan luka dan bersifat bakterisid terhadap

kuman yang tidak membentuk spora.

b. Senyawa Hg organik

Contoh obat ini ialah larutan 2% merkurokrom (merbromin). Obat ini sedikit

mengiritasi kulit yang luka dan mukosa. Masa kerja dan mula kerja antiseptik ini

lama. Intoksikasi terjadi karena ion Hg, sebagai antiseptik kulit, obat ini sudah

digantikan oleh povidon yodium.

c. Garam perak.

Larutan encer garam ini digunakan sebagai astringen dan antiseptik. Larutan

pekat bersifat korosif dan dapat menimbulkan intoksikasi. Perak nitrit berbentuk

kristal putih, mudah larut dalam air, warna perak nitric akan berubah apabila

terkena sinar matahari, karena itu harus disimpan dalam botol inaktinis. Larutan

pekat digunakan untuk menghilangkan kutil dan mata ikan.

2.3.4.7. Zat warna

Zat warna organik sintetik atau yang disebut coal tar dyes dipakai sebagai antiseptik,
kemoterapi terhadap protozoa dan sebagai perangsang penyembuhan luka. Zat warna

juga berguna untuk diagnostik.

2.3.5. Mekanisme Antiseptik dan Desinfektan dalam Membunuh Mikroorganisme

Antiseptik memiliki mekanisme dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan

mikroorganisme, antara lain :

a. Penginaktifan enzim tertentu

Merupakan mekanisme umum dari senyawa antiseptika, seperti turunan aldehid, etilen

oksida. Aldehida dan etilen oksida bekerja dengan mengalkilasi secara langsung gugus

nukelofil seperti gugus-gugus amino, karboksil, hidroksil, fenol dan tiol dari protein sel

bakteri.

b. Denaturasi protein

Turunan alkohol, turunan fenol bekerja sebagai antiseptik dengan cara denaturasi dan

koagulasi protein sel bakteri. Senyawa alkohol dapat menimbulkan denaturasi protein sel

bakteri dan proses tersebut memerlukan air. Hal ini ditunjang oleh fakta bahwa alkohol

absolute, yang tidak mengandung air, mempunyai aktivitas antibakteri jauh lebih rendah

dibandingkan dengan alkohol yang mengandung air. Selain itu turunan alkohol juga

menghambat sistem fosforilasi dan efeknya terlihat jelas pada mitokondria, yaitu pada

hubungan substrat-nikotinamid adenine nukleotida (NAD). Turunan fenol berinteraksi

dengan sel bakteri melalui proses absorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar

rendah terbentuk kompleks protein- fenol dengan ikatan yang lemah dan segera

mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel menyebabkan presipitasi serta
denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel

membran mengalami lisis.

c. Mengubah permeabilitas

Turunan fenol dapat merubah permeabilitas membran sel bakteri, sehingga menimbulkan

kebocoran konstituen sel yang esensial dan mengakibatkan bakteri mengalami kematian.

d. Interkalasi ke dalam AND

Beberapa zat warna, seperti turunan trifenilmetan dan akridin, bekerja sebagai antibakteri

dengan mengikat secara kuat asam nukleat, menghambat sintesis AND dan menyebabkan

perubahan kerangka mutasi pada sintesis protein. Turunan trifenil metan seperti gentian

violet adalah kation aktif, depat berkompetisi dengan ikatan hidrogen membentuk

kompleks yang tak terionisasi dengan gugus bermuatan negatif dari konstituen sel, terjadi

pemblokiran proses biologis yang penting untuk kepentingan bakteri sehingga bakteri

mengalami kematian.

e. Pembentukan kelat

Beberapa turunan fenol seperti heksaklorofen dan oksikuinolin, dapat membentuk kelat

dengan ion Fe dan Cu, kemudian bentuk kelat tersebut dialihkan ke dalam sel bakteri.

kadar yang tinggi dari ion-ion logam di dalam sel menyebabkan gangguan fungsi-fungsi

enzim sehingga mikroorganisme mengalami kematian.


DAFTAR PUSTAKA

Prameswari, N., Desinfektan dan Antiseptik, Makalah, 2014, Surabaya.

Khumaedullah, Ajijul, Kuswonto, E., Apriyanti, S., Makalah Desinfektan dan Antiseptik, 2009,

Cirebon.

Anda mungkin juga menyukai