Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

SEL SEL IMUNOKOMPETEN

2.1 ASAL SEL-SEL SISTEM IMUN

Sel-sel sistem imun berasal dari sel prekursor (induk) yang pleuripoten
dalam sumsum tulang yang kemudian berdiferensiasi menjadi sel premieloid,
sel limfosit (T dan B) dan sel pre-monosit yang berdiferensiasi menjadi sel
monosit-makrofag.(Baratawidjaya, Rengganis, 2014)

Semua sel darah berasal dari sel induk hematopoietik yang


berdiferensiasi menjadi jenis sel-sel yang lain. Untuk setiap populasi ada
pembaharuan sel yang mempertahankan jumlahnya. Pada manusia
hematopoiesis, pembentukan dan perkembangan sel darah putih mulai dalam
yolk sac selama beberapa minggu perkembangan janin. Sel induk ini
berdiferensiasi menjadi sel eritroid primitif yang mengandung hemoglobin
yolk sac.(Baratawidjaya, Rengganis, 2014)

Pada janin usia 3 bulan, sel induk hematopoetik telah bermigrasi dari
yolk sac ke hati janin dan selanjutnya mengkolonisasi limpa. Kedua organ
tersebut mempunyai oeran utama dalam hematopoiesis ada usia janin 3-7
bulan. Sesudah itu diferensiasi sel induk dalam hematopoiesis dalam hati atau
limpa.(Baratawidjaya, Rengganis, 2014)

2.2 SISTEM FAGOSIT MAKROFAG

A. Fagosit mononuklear
Sistem fagosit mononuklear terdiri atas monosit dalam sirkulasi dan
makrofag dalam jaringan.(Baratawidjaya, Rengganis, 2014)
1. Monosit
Selama hematopoiesis dalam sumsum tulang, sel progenitor
granulosit/monosit berdiferensiasi menjadi premonosit yang
meninggalkan sumsum tulang dan masuk dalam sirkulasi untuk
selanjutnya berdiferensiasi menjadi monosit matang dan berperan
berbagai fungsi. Monosit adalah fagosit yang didistriubsi secara luas di
organ limfoid dan organ lainnya. (Baratawidjaya, Rengganis, 2014)
Monosit berperan sebagai APC, mengenal, menyerang mikroba dan sel
kanker dan juga memproduksi sitokin, mengerahkan pertahanan
sebagai respon terhadap infeksi. (Baratawidjaya, Rengganis, 2014)
2. Makrofag
Monosit yang seterusnya hidup dalam jaringan sebagai makrofag
residen (fixed macrophage), berbentuk khusus yang tergantung dari
jaringan yang ditempati dan dinamai sesuai dengan lokasi jaringan
sebagai berikut :(Baratawidjaya, Rengganis, 2014)
1. Usus : Makrofag intestinal
2. Kulit : sel dendritik atau sel langerhans
3. Paru : makrofag alveolar sel langhans
4. Jaringan ikat : histiosit
5. Hati : sel Kuppfer
6. Ginjal : sel mesangial
7. Otak : sel mikroglia
8. Tulang : osteoklas

Makrofag diaktifkan oleh berbagai rangsangan, dapat menangkap,


memakan dan mencerna antigen eksogen, seluruh mikroorganisme,
partikel tidak larut dan bahan endogen seperti sel penjamu yang
cedera atau mati.(Baratawidjaya, Rengganis, 2014)

Fagositosis atau partikel antigen atau kontak dengan reseptor sering


merupakan awal aktivasi. Aktivasi makrofag selanjutnya dapat dipacu
oleh sitokin yang dilepas sel Th dan oleh mediator respon inflamasi.
Makrofag peritoneal bebas dalam cairan peritoneum.(Baratawidjaya,
Rengganis, 2014)
Gambar 1. Tahapan fagositosis mikroba oleh sel fagosit . Mikroba yang masuk ke
dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel fagosit kemudian
membran sel fagosit akan mengelilingi mikroba yang terikat tadi dan
pada akhirnya mikroba akan dicerna di dalam fagosom. Di dalam sel
fagosit terjadi fusi antara fagosom dan lisosom membentuk
fagolisosom. Sel fagosit menghasilkan ROS, NO dan enzim lisosomal
dalam fagolisosom sehingga menyebabkan mikroba mati. (Abbas et
al., 2014).

Makrofag dapat hidup lama, mempunyai beberapa granul dan melepas beberapa
bahan antar lain : (Baratawidjaya, Rengganis, 2014)

1. Lisosom
Lisosom adalah organel sitoplasma yang memiliki membran dan
mengandung enzim hidrolitik multipel seperti ribonuklease,
deoksiribonuklease, fosfatase, glikosidase, kolagenase, arilsilfatasa dan
katespin. Enzim-enzim tersebut dapat keluar dari fagosom sel
2. Endosom
Endosom adalah vesikel intraselluler berukuran 0,1-0,2 m yang
diproduksi melalui endositosis. Protein ekstraseluler dimakan dan
selanjutnya diproses menjadi antigen. Endosom memiliki pH asam dan
mengandung enzim proteolitik yang memecah protein menjadi peptida dan
selanjutnya diikat MHC-II.
3. Mitokondria

Mitokondria adalah organel sitoplasma yang diperlukan dalam


metabolisme sel pada sel eukariositik aerobik, tempat terjadinya respirasi,
transpor elektron, fosforilaseoksidatif dan reaksi siklus asam sitrat.
Mitokondria memiliki DNA dan ribosom.

Makrofag yang teraktivasi adalah makrofag yang memiliki kemampuan


membunuh mikroba yang lebih berkembang dibanding makrofag yang tidak aktif
(Coligan et al., 2010).

Makrofag diaktivasi oleh berbagai rangsangan misalnya LPS


(Lipopolisakarida) yang dihasilkan bakteri, IFN- yang diproduksi oleh sel NK
dan aktivasi TLR (Toll-like Receptor) oleh ligan PAMPs (Pathogen Associated
Molecular Patterns) (Baratawidjaja & Rengganis, 2014; Coligan et al., 2010).
Makrofag yang aktif dapat menangkap, memakan dan mencerna antigen eksogen,
seluruh mikroba, partikel tidak larut dan bahan endogen seperti sel pejamu yang
cedera atau mati karena makrofag akan menghasilkan NO, TNF dan IL-12
(Coligan et al., 2010).

B. Reseptor imunitas nonspesifik


Reseptor imunitas nonspesifik berfungsi untuk menemukan mikroba penyebab
infeksi.(Baratawidjaya, Rengganis, 2014)
1. Molekul larut
Imunitas nonspesifik menggunakan sejumlah molekul larut yang
ditemukan dalam darah dan cairan jaringan atau molekul tidak larut yang
diikat pada membran makrofag, neutrofildan sel dendritik. Reseptor
tersebut berupa PRR. Ikatan dengan reseptor memicu jalur sinyal cepat
untuk fagositosis atau menjadikan mikroba sebagai sasaran untuk
dihancurkan dengan bantuan komplemen. Molekul larut tertentu
diproduksi ditempat terjadi infeksi dan bekerja lokal.
Beberapa contoh reseptor larut :
a. Laktoferin adalah protein yang mengikat besi berkompetisi dengan
patogen yang memerlukan besi dalam metabolisme esensialnya.
b. CRP mengikat polisakarida C yang merupakan komponen bakteri dan
jamur serta mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik
c. MBL mengikat dinding sel bakteri polisakarida dan mengaktifkan
komplemen melalui jalur lektin.
d. SAP mengikat LPS dinding sel bakteri dan berperan sebagai reseptor
utnuk fagosit.
2. Reseptor tak larut
Monosit dan makrofag mengekspresikan reseptor yang mengenal sejumlah
struktur yang ditemukan dalam spesies mikroba untuk menemukan
mikroba penyebab infeksi.(Baratawidjaja & Rengganis, 2014)
a. Toll-like receptor
TLR didiga merupakan reseptor terpenting. Dewasa ini diketahui ada 9
jenis TLR, terutama mengenal sejumlah besar patogen yang
berhubungan dengan PAMP seperti yang ditemukan pada sejumlah
besar kompone patogen virus, bakteri, jamur bahkan protozoa seperti
DNA, LPS bakteri gram negatif, lipoprotein dan polisakarida zimosan
jamur. TLR terutama ditemukan pada makrofag, sel dendriktik,
neutrofilik, eosinofil, sel epitel dan keratinosit. Aktivasi TLR
terbanyak memacu mediator berperan dalam program pengalihan sel
Th kearah respon Th1 nonatopik.
b. Scavenger receptor
Merupakan molekul pengenal yang diekspresikan pada makrofag dan
banyak jenis del dendritik, yang semula diartikan sebagai reseptor
yang berperan pada endositosis partikel lipoprotein dengan densitas
rendah yang diasetilasi tetapi juga diketahui dapat membantu makrofag
untuk mengikat berbagai bakteri gram negarif dan gram positif,
fagositosis dan pencernaan serta dalam apoptosis sel penjamu.
c. Nucleotide-binding oligomerization domain
NOD adalah reseptor yang berperan dalam imunitas nonspesifik yang
sitosolik. Dua anggota famili NOD adalah NOD 1 dan NOD 2 yang
sitosolik dan mengenal produk dari peptidoglikan bakteri.
d. FcR
Merupakan struktur permukaan bebrapa jenis limfosit, makrofag dan
mungkin juga sel mast yang dapat mengikat regio Fc imunoglobulin.
FcR untuk IgG adalah FcR dan untuk IgE adalah FcR. Reseptor
untuk IgM, IgD dan IgA masih belum banyak diketahui.
C. Proses fagositosis
Penghancuran mikroorganisme atau antigen terjadi dalam beberapa tingkat
yaitu kemotaksis, menangkap, memakan, fagositosis, memusnahkan dan
mencerna (Baratawidjaja & Rengganis, 2014).
Fagositosis merupakan proses ingesti partikel yang dilakukan oleh sel
fagosit. MAF (Macrophage Activating Factor) adalah kemoatraktan untuk
makrofag (Bellanti, 1985). Fagositosis yang efektif pada invasi dini antigen
dapat mencegah terjadinya infeksi. Sel fagosit juga berinteraksi dengan
komplemen dan sistem imun spesifik. Aktivitas fagositosis makrofag dapat
ditentukan dengan menghitung indeks dan kapasitas
fagositosisnya.(Baratawidjaja & Rengganis, 2014)

2.3 FAGOSIT POLIMORFONUKLEAR

Fagosit polimorfonuklear atau polimorf atau granulosit dibentuk dalam


sumsum tulang dengan kecepatan 8 juta/menit dan hidup selama 2-3 hari,
sedang monosit/makrofag dapat hidup untuk beberapa bulan sampai tahun.
Granulosit merupakan sekitar 60-70% dari seluruh jumlah sel darah putih
normal dan dapat keluar dari pembuluh darah.(Baratawidjaya, Rengganis,
2014)

Granulosit dibagi menurut pewarnaan histologik menjadi neutrofil,


eosinofil dan basofil. Sel-sel tersebut bersama dengan antibodi dan sel
komplemen berperan pada inflamasi akut. Fungsi utama neutrofil adalah
fagositosis. Jumlah polimorf yang menurun sering disertai dengan
meningkatnya kerentanan terhadap infeksi. Berbagai ciri dan molekul
permukaan ditemukan pada granulosit seperti neutrofil, eosinofil dan basofil.
(Baratawidjaya, Rengganis, 2014)

A. Neutrofil
Neutrofil Kdang disebut soldier of the body karena merupakan sel
pertama yang dikerahkan ketempat bakteri masuk dan berkembang dalam
tubuh. Neutrofil merupakan sebagain besar dari leukosit dalam sirkulasi.
Biasanya hanya berada dalam sirkulasi kurang dari 7-10 jam sebelum
bermigrasi ke jaringan dan hidup selama beberapa hari dalam jaringan.
Neutrofil dapat mengenal patogen secara langsung. Ikatan dengan patogen
dan fagositosis dapat meningkat bila antibodi atau komplemen yang
berfungsi sebagai opsinin diikatnya. Tanpa bantuan antibodi spesifik,
komplemen dalam serum dapat mengendapkan fragmen protein
dipermukaan patogen sehingga memudahkan untuk diikat oleh
neutrofildan fagositosis. Neutrofil menghancurkan mikroba melalui jalur
oksigen independen (lisozim, laktoferin, ROI, enzim proteolitik, katepsin
G dan protein kationik) dan oksigen dependen.
B. Eosinofil
Eosinofil merupakan 2-5% dari sel darah putih orang sehat tanpa alergi.
Seperti neutrofil, eosinofil juga dapat berfungsi sebagai fagosit. Eosinofil
dapat pula dirangsang untuk degranulasi seperti halnya dengan sel mast
dan basofil serta melepas mediator. Eosinofil juga berperan pada imunitas
parasit. Fungsi utama eosinofil adalah melawan infeksi parasit dan dapat
juga memakan kompleks antigen antibodi.

2.4 BASOFIL DAN SEL MAST

Jumlah sel basofil yang ditemukakn dalam sirkulasi darah sangat sedikit
yaitu, <0,5% dari seluruh sel darah putih. Basofil diduga juga dapat berfungsi
sebagai fagosit tetapi yang jelas sel tersebut melepas mediator inflamasi. Sel
mast adalah sel yang dalan struktur, fungsi dan proliferasinya serupa dengan
basofil. Bedanya adalah sel mast hanya ditemukan dalam jaringan yang
berhubungan dengan pembuh darah dan basofil dalam darah.(Baratawidjaya,
Rengganis, 2014)

Baik sel mast maupun basofil melepas bahan-bahan yang mempunyai


aktivitas biologik antara lain, meningkatkan permeabilitas vaskular, respon
inflamasi dan mengerutkan otot polos bronkus. Granul-granul di dalam kedua
sel tersebut mengandung histamin, heparin, leukotrin dan eosinophile
Chemotactic Factor (ECF). Degranulasi dipicu antar lain oleh ikatan antara
antigen dan IgE pada permukaan sel. Peningkatan IgE ditemukan pada reaksi
dan penyakit alergi. Peningkatan kadar IgE sering dihubungkan dengan
imunitas terhadap parasit.(Baratawidjaya, Rengganis, 2014)

Basofil dan sel mast yang diaktifkan juga melepas berbagai sitokin. Sel
mast emiliki reseptor untuk IgE dan karenanya dapat diaktifkan oleh alergen
yang spesifik. Selain pada reaksi alergi, sel mast juga berperan dalam
pertahanan penjamu, imunitas terhadap parasit dalam usus dan invasi bakteri.
Jumlahnya menurun pada sindrom imunodefisiensi. (Baratawidjaya,
Rengganis, 2014)

Ada dua macam sel mast, yaitu terbanyak sel mast jaringan dan mukosa.
Yang pertama ditemukan sekitar pembuluh darah dan mengandung sejumlah
histaminda heparin. Pelepasan mediator tersebut dihambat kromoglikat yang
mencegah influks kalsium ke dalam sel. Sel mast golongan kedua ditemukan
pada saluran cerna dan nafas. Proliferasinya dipacu IL-3 dan IL-4 dan
ditingkatkan pada infeksi parasit. Kecuali melalui mekanisme Ige, sel mast
dapat pula diaktifkan dan melepas mediator atas pengaruh PAF, C3a, C5a,
PGF2, fosfolipase, kimotripsin dan sengatan serangga. Bahan seperti
adrenalin, simultan, PGE1, PGE2 dan ketotifen menghambat degranulasi
sedang berbagai faktor nonimun seperti latihan jasmani, tekanan, trauma,
panas dan dingin dapat pula mengaktifkan dan degranulasi sel
mast.(Baratawidjaya, Rengganis, 2014)
Mediator-mediator yang dilepas basofil dan sel mast
1. Mediator preformed
Amine : histamin, serotonin
Protease netral : tirptase, protease kemotriptik
Proteoglikan : heparin. Konrdroitin sulfat
Hidrolase asam : -heksosaminidase, -glukoronidase
Faktor kemotaktik
2. Newly generated
Produk asam arakidonat
Leukotrin : LTC4, LTD4, LTE4
Produk siklooksigenase (PGD2)
PAF
3. Sitokin (faktor pertumbuhan dan regulator)
IL-1, IL-3, IL-4, Il-5, IL-6
Faktor inflamasi (TGF-, TNF-)
IFN-
GM-CSF

2.5 SEL NK, SEL NULL, SEL K

Limfosit terdiri atas sel B, sel T (Th, Tc/CTL, Tr) dan sel NK. Yang
akhir adalah golongan limfosit ketiga sesudah sel T dan sel B. Jumlahnya
sekitar 5-15% dari limfosit dalam sirkulasi dan 45% dari limfosit dalam
jaringan. Sel NK berkembang dari sel asal progenitor yang sama dari sel B
dan sel T, namun bukan sel progenitor sel B dan sel T. Istilah NK berasal dari
kemampuannya yang dapat membunuh berbagai sel tanpa bantuan tambahan
untuk aktivasinya.(Baratawidjaya, Rengganis, 2014)

NK tidak memiliki petanda sel B, sel T atau imunoglobulin permukaan.


Sel NK juga bermigrasi ke organ limfoid perifer seperti limfa dan kelenjar
getah bening meskipun hanya merupakan sebagian kecil dari sel T. Disemua
bagian tubuh, sel null hanya hidup 5-6 hari. Ciri-cirinya memiliki banyak
sekali sitoplasma (limfosit Tdan B hanya sedikit mengandung sitoplasma),
granula sitoplasma azurofilik, pseudopodia, berkembang menjadi sel limfosit
dengan granul besar. Oleh karena itu sel NK sering pula disebut LGL. Sel NK
merupakan sumber IFN- yang mengaktifkan makrofag dan berfungsi dalam
imunitas non spesifik terhadap virus dan sel tumor.(Baratawidjaya,
Rengganis, 2014)

Sel Nkmengandung perforin atau sitolisin, sejenis C9 yang dapat


membuat lubang-lubang kecil (perforasi) pada membran sel sasaran.
Membran sel NK mengandung protein (prolaktin) yang mengikat perforin,
mencegah insersi dan polimerasi dalam membran sehingga sel NK sendiri
dapat terhindar dari efek perforin. Perforin/sitolisis dilepas setelah terjadi
kontak dan menimbulkan influks ion abnormal dan kebocoran metabolit
esensial dari sitoplasma.(Baratawidjaya, Rengganis, 2014)

Sel NK juga mengandung dan melepas granul-granul berisikan TNF-


dan protease serin yang sering disebut granzim, contohnya fragmentin yang
merupakan protein sitotoksik. Sitotoksisitas serupa diekspresikan oleh sel
CTL/Tc yang juga mengandung perforin.(Baratawidjaya, Rengganis, 2014)

Sel NK mengenal dan membunuh sel terinfeksi atau sel yang


menunjukkan transformasi ganas, tetapi tidak membunuh sel sendiri yang
normal oleh karena dapat membedakan sel sendiri dari sel yang potensial
berbahaya. Hal tersebut dimungkinkan oleh reseptornya berupa reseptor
inhibitor dan reseptor aktivasi.(Baratawidjaya, Rengganis, 2014)

2.6.Sel Dendritik
Sel dendritik (SD) atau APC berasal dari sel asal dalam sumsum tulang
atau dari prekursor monosit dalam darah atau dari monosit sendiri.
Alternatif prekursor SD adalah dalam timus yang dapat menjadi SD, sel T
dan sel NK. Sd ditemukan dalam jumlah < 0,1% dalalm darah. SD
berfungsi sebagai APC yang berperan pada awal pengenalan protein asing,
mengawali respon imunitas selular dan humoral. Sel dendritik berfungsi
dalam mengenal antigen, mengikat, mengolah dan menginterpretasikan
antigen sel T atau sel B. (Baratawidjaya, Rengganis, 2014)
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K., Lichtman, A.H., & Pillai, S., 2014, Basic Immunology, Fourth
Edition, Elsevier, Saunders, Philadelphia.

Baratawidjaja KG, Rengganis Iris, 2014. Imunology Dasar, Edisi 11, badan
penerbit FKUI, Jakarta.

Coligan, J.E., Bierer, B.E., Margulies, D.H., Shevach, E.M., & Strober, W., 2010,
Current Protocol in Immunology, Supplement 1, 91, 2-3, John Wiley &
Sons, Inc., Baltimore.

Anda mungkin juga menyukai