Anda di halaman 1dari 151

BAB IV

SEL-SEL SISTEM IMUN


NONSPESIFIK
 Sel-sel sistem imun berasal dari sel prekusor
(induk) yang pleuripoten dalam sumsum tulang

 berdiferensiasi menjadi sel premieloid, sel


limfosit ( T dan B ) dan sel pre-monosit yg
berdiferensiasi menjadi sel monosit- makrofag
Semua sel darah berasal dari sel induk hematopoeitik yg
berdiferensiasi menjadi sel jenis lain.

Pada manusia, hematopoesis, pembentukan dan


perkembangan sel darah putih terjadi pada yolk sac
(selama beberapa minggu perkembangan janin).

Pada janin usia 3 bulan, sel induk hematopoetik


bermigrasi ke hati janin dan selanjutnya mengkolonisasi
limfa.
hati dan limfa mempunyai peran utama dalam
hematopoiesis pd usia janin 3-7 bulan,
sesudah itu diferensiasi terutama terjadi di sumsum
tulang
Gbr. 4.2 Berbagai faktor yang terlibat pada homeostasis hematopoiesis
Hematopoiesis merupakan proses yang
berjalan terus, sel matang diproduksi
dengan kecepatan yang sama dengan
kematiannya.

Sel darah merah hidup 120 hari


Limfosit masa hidupnya: satu hari untuk
neutrofil, sampai 20-30 tahun untuk
beberapa sel T.
Manusia harus memproduksi 3,7 x 1011 sel
darah putih per hari.
Kematian sel yang terprogram adalah esensial
pada mekanisme homeostasis ( apoptosis)

Orang dewasa mempunyai 5 x 1010 neutrofil


dalam sirkulasi. Sel ini hanya hidup 1 hari.
Jumlah sel yg stabil dipertahankan oleh produksi
neutrofil yg tetap
Kematian terprogram jg berperan utk
mempertahankan jml progenitor hematopetik yg
benar utk eritrosit dan leukosit

Apoptosis juga berperan pada proses imun spt


toleransi dan pemusnahan sel oleh sel Tc/ sel
NK
SISTEM FAGOSIT MAKROFAG

Istilah sistem fagosit makrofag, sistem sel


histiosit, sistem retikulo-histiosit dan sistem RES
adalah istilah lama yang merupakan sebutan
kolektif untuk semua sel fagosit yang dapat
hidup lama di seluruh jaringan tubuh.

Sekarang  sistem fagosit makrofag.


 Berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis
tetapi sel utama dalam pertahanan non spesifik:
 Sel mononuklear ( monosit dalam sirkulasi dan makrofag
dalam jaringan )
 Sel polimorfonuklear atau granulosit.

Fungsi: - mengenal dan menangkap antigen


- mengolah dan selanjutnya mempresentasikan
ke sel T
 Monosit dan makrofag berasal dari sel asal hematopoietik
yang sama.

 Granulosit: masa hidup pendek, mengandung granul yang


berisikan enzim hidrolitik dan laktoferin yang
bersifat bakterisidal.
A. FAGOSIT MONONUKLEAR
Terdiri atas monosit (sirkulasi) &
Makrofag (jaringan)
1. Sel Monosit
Selama hematopoesis dlm sutul, sel progenitor
granulosit/monosit berdiferensiasi menjadi premonosit yg
meninggalkan sutul dan masuk ke dlm sirkulasi dan
berdiferensiasi mjd monosit matang .

Monosit adalah fagosit yang didistribusikan scr luas di


organ limfoid dan organ lainnya.
Berperan sbg APC, mengenal, menyerang mikroba dan
sel kanker dan memproduksi sitokin,mengerahkan
pertahanan sbg respon thd infeksi, remodeling dan
perbaikan jaringan
IL-1, IL-6 dan TNF- yang diproduksi monosit:

- menginduksi panas dan produksi protein fase akut di


hati
- Memodulasi produksi seng (Zn) dan tembaga
- Menginduksi produksi hormon kortikotropik adrenal
dalam otak
- Mempengaruhi metabolisme
Darah Jaringan
Neutrofil 10 jam 1 – 2 hari
Eosinofil 2 hari 4 – 10 hari

Monosit/ 1 hari 4 – 12 hari


makrofag s/d bulan
Tabel 6. Lama sel imun nonspesifik dalam darah
Monosit bermigrasi ke tempat tujuan di
berbagai jar untuk berdiferensiasi sbg
makrofag jar spesifik dgn berbagai fungsi

Pematangan fagosit mononuklear terjadi


dlm berbagai tahapan
2. Makrofag

Makrofag yg seterusnya hidup dlm jar sbg


makrofag residen (fixed macrophage),
dinamakan sesuai lokasi:
makrofag intestinal (usus), sel dendritik atau
langerhans ( kulit ),sel kupffer ( hati),
makrofag alveolar dan sel Langhans ( paru),
sel histiosit (jaringan ikat), sel mesangial
(ginjal), sel mikroglia ( otak), osteoklas
(tulang).
 Makrofag diaktifkan oleh berbagai rangsangan,
dpt menangkap, memakan dan mencerna
antigen eksogen, seluruh mikroorganisme,
partikel tidak larut dan bahan endogen seperti
sel pejamu yang cedera/mati)

 Fagositosis atau partikel antigen atau kontak


dengan reseptor sering merupakan awal aktifasi.
 Aktivasi selanjutnya dpt dipicu oleh sitokin yg
dilepas oleh sel Th dan mediator respon
inflamasi
 Menurut fungsinya makrofag terbagi 2 golongan:
 fagosit profesional
 APC

 Makrofag dapat hidup lama, mempunyai


beberapa granul dan melepas berbagai bahan
antara lain lisozim, komplemen, interferon dan
sitokin
 kontribusi pertahanan nonspesifik dan
spesifik
a. Lisosom
Organel sitoplasma yang memiliki membran dan
mengandung enzim hidrolitik multiple seperti
ribonuklease, deoksiribonuklease, fosfatase,
glikosidase, kolegenase, arilsulfatasa dan
katepsin.

b. Endosom
Vesikel intraseluler berukuran 0,1 – 0,2
mikrometer yang diproduksi melalui endositosis.
Protein ekstraseluler dimakan dan selanjutnya
diproses menjadi antigen. pHnya asam dan
mengandung enzim proteolitik yg memecah
protein menjadi peptida dan selanjutnya diikat
MHC-II
c. Mitokondria
• organel sitoplasma yang diperlukan dalam
metabolisme sel pada sel eukariositik aerobik
• tempat terjadinya respirasi.
• transport elektron
• fosforilase oksidatif dan reaksi siklus asam
sitrat.
• memiliki DNA dan ribosom.
B. Reseptor Imunitas Nonspesifik
berfungsi untuk menemukan mikroba penyebab infeksi.

B.1. Molekul larut

 Imunitas nonspesifik menggunakan sejumlah molekul larut


dalam darah dan cairan jaringan atau molekul tidak larut
yang diikat pada membran makrofag, neutrofil dan SD.
 PRR ( Pattern Recognition Receptor ).

 Ikatan dengan reseptor memicu jalur sinyal cepat


untuk fagositosis atau menjadikan mikroba sebagai
sasaran untuk dihancurkan dengan bantuan komplemen.
Molekul larut tertentu diproduksi di tempat
terjadi infeksi (bekerja lokal) .
 molekul larut llainnya diproduksi di tempat
yang jauh dan dibawa ke jaringan sasaran
melalui sirkulasi darah. Contohnya adalah
komplemen, MBL dan CRP, LBP
Contoh reseptor larut ;

Laktoferin adalah protein yang mengikat besi


berkompetisi dengan patogen yang memerlukan
besi dalam metabolisme esensialnya
CRP mengikat polisakarida C yang merupakan
komponen bakteri dan jamur dan mengaktifkan
komplemen melalui jalur klasik
MBL mengikat dinding sel bakteri polisakarida
dan mengaktifkan komplemen melalui jalur lektin
SAP mengikat LPS dinding sel baktreri dan
berperan sebagai reseptor untuk fagosit
2. Reseptor Tidak Larut

Monosit dan makrofag mengekspresikan reseptor


yang mengenal sejumlah struktur yang ditemukan
dalam spesies mikroba untuk menemukan mikroba
penyebab infeksi.
a. Toll-like Receptor

 Reseptor terpenting, dewasa ini diketahui ada 9 jenis TLR

 Terutama mengenal sejumlah besar patogen yang


berhubungan dengan PAMP ( virus, bakteri, jamur,
protozoa) seperti DNA, LPS bakteri negatif-Gram,
lipoprotein dan polisakarida zimosan jamur.

 Terutama ditemukan pada makrofag, SD, neutrofilik,


eosinofil , sel epitel dan keratinosit.

 Aktivasi TLR terbanyak memacu mediator yang berperan


dalam program pengalihan sel Th ke arah respons Th1
nonatopik.
 Aktivasi TLR9 mengaktifkan interaksi dengan CpDNA yang
merupakan dasar untuk mengalihkan respons atopi Th2 ke
respons yang didominasi nonatopi Th1

 Makrofag diaktifkan oleh sinyal dari TLR. Reseptor untuk


endotoksin (LPS) bakteri memberikan sinyal transduksi
melalui TLR dan reseptor IFN-y ( sitokin makrofag
terpenting).
 Sinyal ini mengaktifkan respons imun nonspesifik.
 Merangsang produksi faktor transkripsi protein dan
sejumlah sitokin yang berperan dalam respons imun.
b. Scavenger Receptor

 Molekul pengenal diekspresikan pada makrofag dan


banyak jenis SD
 semula diartikan sebagai reseptor yang berperan
pada endositosis partikel lipoprotein dengan densitas
rendah yang diasetilasi, tetapi kemudian juga
diketahui dapat membantu makrofag untuk mengikat
berbagai bakteri positif-Gram dan negatif Gram,
fagositosis dan pencernaan serta apoptosis sel
pejamu.
Nama Spesifitas Lokasi
Reseptor manosa Struktur manosil/fukosil Makrofag,sel endotel,
Sel dendritik
CD14 LPS Makrofag
Scavenger Reseptor KH atau lipid Makrofag
Toll like receptor LPS, peptidoglikan, APC, sel B, makrofag
glukan, teichoic acid, arabinomanan
arabinomanan

Tabel 4.3 Reseptor Permukaan yang Mengenal Non-self


c.Nucleotide- Binding Oligomerization Domain

 Reseptor yang berperan dalam imunitas nonspesifik yang


sitosolik.

 Dua anggota famili NOD adalah NOD1 dan NOD2 yang


sitosolik dan mengenal produk dari peptidoglikan bakteri.

 Makrofag dapat mengikat patogen tertentu melalui


 PRR dan reseptor lainnya misalnya CD14 yang bekerja
sebagai reseptor untuk LpS bakteri
 Molekul integrin CDllb/CDl8, CDllc/CDl8 mengenal
beberapa mikroba seperti leishmania, bordetela, kandida
dan LPS
 TLR mengenal sejumlah patogen.
Gambar4 .9. Peran Makrofag pada Nitrogen Pertahanan Pejamu
d. FcR
 Struktur permukaan beberapa jenis limfosit, makrofag, sel
mast yang dapat mengikat regio Fc imunoglobulin.
 FcR untuk IgG adalah FcyR dan untuk IgE adalah FcεR.
 Reseptor untuk IgM, IgD dan IgA masih belum banyak
diketahui.
 Neutrofil, eosinofil, fagosit mononuklear, sel B, sel T tertentu
dan sel asesori memiliki FcR untuk IgG pada permukann
selnya.
 FcR ditemukan pada 95% sel T perifer. Sekitar 75% FcR
adalah spesifik untuk IgM dan 20% untuk IgG.
C. PROSES FAGOSITOSIS

 Fagositosis yang efektif pada invasi kuman dini akan dapat


mencegah timbulnya infeksi.

 Sel fagosit berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun


spesifik.

 Tahap penghancuran kuman:


• Kemotaksis  menangkap  memakan  fagositosis 
memusnahkan  mencerna
 Semua fase, kecuali fase 2 (pengenalan dan pengikatan),
memerlukan tenaga dari fagosit, sedang mikroba menempel
pada fagosit terjadi melalui tenaga kimiawi antara reseptor di
permukaan sel dan bakteri atau molekul yang diikatnya
(misalnya komplemen, antibodi).

 Mekanisme fase 5 ( pemusnahan) dapat dibagi menjadi


oksidatif atau nonoksidatif.
 Kemotaksis adalah gerakan fagosit ke tempat infeksi sebagai
respons terhadap berbagai faktor seperti produk
bakteri dan faktor biokimiawi yang dilepas pada
aktivasi komplemen atau jaringan yang rusak /
mati
 Sel polimorfonuklear bergerak cepat dan sudah berada
di tempat infeksi dalam 2-4 jam.

 Monosit bergerak lebih lambat ( 7-8 jam)

 Antibodi seperti halnya dengan komplemen (C3b) dapat


meningkatkan fagositosis (opsonisasi).
 Opsonin adalah molekul besar yang diikat permukaan
mikroba dan dapat dikenal oleh reseptor
permukaan sel sistem fagosit makrofag
(meningkatkan efisiensi fagositosis)
 Contoh opsonin adalah
• IgG  dikenal Fcy-R pada fagosit dan fragmen
komplemen yang dikenal oleh reseptor
komplemen tipe I (CRl-CD35) dan integrin
Mac-l pada leukosit
IgG yg dikenal Fcy-R pada permukaan fagosit
diikat mikroba.
Sinyal dari Fcy-R meningkatkan aktivitas
makrofag untuk fagositosis mikroba yang
diopsonisasi dan menghancurkannva

 Destruksi mikroba intraselular terjadi oleh karena di dalam


sel fagosit, monosit dan polimorfonuklear,terdapat
berbagai bahan antimikrobial seperti:
 lisosom
 hidrogen peroksida (H2O2)
 mieloperoksidase
 Tingkat akhir fagositosis adalah pencernaan protein,
polisakarida,lipid, dan asam nukleat di dalam sel oleh
enzim lisosom.

 Sel polimorfonuklear lebih sering ditemukan pada


inflamasi akut, sedang monosit pada inflamasi kronik.
1. Pencernaan dan Pembentukan Vakuol

 Makrofag dan neutrofil mengekspresikan banyak


reseptor permukaan yang dapat menangkap dan
menelan mikroba.

 Bila partikel sudah ditelan, membran menutup, partikel


digerakkan ke sitoplasma sel dan terbentuk vesikel
intraselular yang mengandung bakteri / bahan lain asal
ekstraselular ( fagosom).
 Dalam sel fagosit ditemukan kantong-kantong yang
berisikan enzim yang disebut lisosom.

 Lisosom bersatu dengan fagosom membentuk


fagolisosom yang memungkinkan terjadinya degradasi
semua bahan yang dimakan makrofag oleh enzim asal
lisosom.
2. Destruksi Intraselular

 Dalam fagolisosom, bahan yang ditelan akan dicerna


enzim dalam granul lisosom.
 Pembunuhan mikroba terjadi melalui proses
 oksigen independen atau

 oksigen dependen.
 Granul neutrofil berisikan
 Enzim hidrolitik.  Arginine-rich basic protein
 Mieloperoksidase.  Fosfatase alkali.
 Lisozim.  Laktoferin

Fungsi:
a) menghancurkan bahan asing terutama melalui enzimnya seperti
enzim hidrolitik.
b) Enzim-enzim tersebut dapat mencerna komponen membran sel
bakteri.
c) Beberapa enzim dapat merusak protein mantel atau envelop
membran virus
 Defensin adalah protein kationik bukan enzim tetapi
peptida dasar mengandung sejumlah besar
arginin dalam bentuk polipeptida
 membunuh mikroba melalui interaksi dengan
membran sel mikroba dengan membentuk lubang-
lubang kecil yang mengeluarkan metabolit esensial
keluar sel.
 Sintase oksida nitrit yang diaktifkan pula, bekerja
sinergistik dengan IFN-y dan TNF.
 Enzim mengikat oksigen dengan guanidin-nitrogen dari l-
arginine, membentuk oksida nitrit yang toksik untuk
parasit,jamur, sel tumor dan beberapa bakteri
Makrofag dpt berdiferensiasi mel jalur yg berbeda utk
fungsi yg berbeda.
Pem mikroskop elektron menunjukkan banyak struktur
lisosom

Fagositosis adalah proses yg memerlukan pengenalan


antigen/mikroba, menelan, mencerna dan degradasi.
Kerusakan dpt tjd dlm salah satu fungsi tsb dab
menghambat eliminasi
3. Fagositosis Oksigen Dependen

 Mikroorganisme dapat dibunuh melalui produk


respiratory burst oleh beberapa metabolit oksigen
mikrobisidal yang dilepas selama fagositosis.

 Respiratory burst adalah proses yang


menghasilkan ROI.
 Bersamaan dengan terbentuknya fagolisosom,
reseptor fagosit yang mengikat mikroba
mengirimkan sinyal yang mengaktifkan beberapa
enzim dalam fagolisosom.
 Oksidase fagosit terbentuk atas pengaruh
mediator inflamasi seperti LTB4 ,PAF dan TNF
atau produk bakteri seperti peptida N-
formilmetionil.
Enzim ini mengubah molekul oksigen menjadi
anion superoksid,radikal bebas dan H2O2
yang merupakan bahan oksidatif poten untuk
mikroba.
Bahan-bahan tersebut disebut ROI yang
sangat toksik untuk bakteri dan jaringan,
tetapi sangat tidak stabil, dipecah dengan
cepat menjadi H2O2, yang akhirnya dipecah
katalase.
 Enzim kedua disebut INOS yang merupakan
katalase dalam konversi arginin menjadi NO
yang juga bersifat bakterisidal.
 Enzim ketiga adalah protease lisosom yang
memecah protein mikroba.
 Semua bahan mikrobisidal yang diproduksi dalam
lisosom dan fagolisosom merusak mikroba, tetapi tidak
merusak fagosit itu sendiri.

 Bila reaksi inflamasi yang terjadi kuat maka enzim yang


sama dapat dilepas ke rongga ekstraselular sehingga
jaringan akan ikut rusak.
 Respons protektif pejamu menjadi berdampak negatif
terhadap jaringan
 Defek dalam sistem sitokrom dapat terjadi dalam
neutrofil penderita penyakit granulomatosa kronis yang
mengurangi produksi anion superoksid dan juga H2O2
 Radikal hidroksil yang diproduksi sangat tidak stabil,
dapat mengoksidasi kebanyakan molekul organik.

 Mieloperoksidase bersama H2O2 menjadikan


peroksidase toksik terhadap molekul permukaan
berbagai mikroba.

 Hipoklorit merupakan produk enzim mieloperoksidase


yang lebih mikrobial dibanding dengan komponen-
komponen lainnya seperti mieloperoksidase, H2O2,
dan halida (ion klorida).
4. Produk yang Dilepas Fagosit
 Berbagai produk yang dilepas fagosit yang
diaktifkan terlihat pada Tabel 4.6.
5. Faktor Lain yang Meningkatkan Fagositosis
 Fagosit memiliki reseptor Fc untuk IgG (Fcy-R) yang dapat
meningkatkan interaksi antar sel dan opsonisasi.
 Isotipe IgG (IgG1 dan IgG3) merupakan opsonin teraktif.
 IgG2,IgG4 dan IgA juga dapat berperan sebagai opsonin,
tetapi kurang efisien.

6. Fagosit Frustrasi
 Bila fagosit menempel pada bahan tertentu (membran
basal) yang tidak dapat dimakan, sel akan melepas enzim
lisosomnya ke luar sel( eksositosis).

Proses tersebut dapat menimbulkan kerusakan seperti


terjadi pada penyakit kompleks imun.
III. FAGOSIT POLIMORFONUKLEAR

Fagosit polimorfonuklear / polimorf / granulosit


 Dibentuk dalam sumsum tulang kecepatan 8 juta/menit dan
hidup selama 2-3 hari (monosit/ makrofag bisa bulan sampai
tahun).

 Granulosit merupakan sekitar 60-70% dari seluruh jumlah


sel darah putih normal dan dapat keluar dari pembuluh
darah.
 Granulosit dibagi menurut pewarnaan histologik:
• neutrofil
• eosinofil
• basofil

 Bersama dengan antibodi dan komplemen berperan pada


inflamasi akut.

 Fungsi utama neutrofil adalah fagositosis

 Jumlah polimorf yang menurun sering disertai dengan


meningkatnya kerentanan terhadap infeksi.
A. Neutrofil
 Soldiers of the Body
 sel pertama yang dikerahkan ke tempat bakteri masuk
 Bagian terbesar dari leukosit dalam sirkulasi.
 Biasanya hanya berada dalam sirkulasi kurang dari 7-10
jam sebelum bermigrasi ke jaringan dan hidup selama
beberapa hari dalam jaringan.
 Butir-butir azurofilik primer (lisosom) mengandung
hidrolase asam, mieloperoksidase dan neutromidase
(lisozim).
 Butir-butir sekunder atau spesifik mengandung laktoferin
dan lisozim.
 Mempunyai reseptor untuk IgG (Fcy-R) dan komplemen.
 Neutrofil dilengkapi dengan berbagai reseptor seperti
TLR 2, TLR 4 sehingga dapat mengenal patogen secara
langsung.
 Ikatan dengan patogen dan fagositosis dapat meningkat
bila antibodi atau komplemen yang berfungsi sebagai
opsonin diikatnya
 Komplemen dalam serum dapat mengendapkan
fragmen protein di permukaan patogen sehingga
memudahkan untuk diikat oleh neutrofil dan fagositosis.
 Neutrofil menghancurkan mikroba melalui jalur oksigen
independen (lisozim, laktoferin, ROI, enzim proteolitik,
katepsin G dan protein kationik) dan oksigen dependen.
Gambar 4.16. Ciri-ciri dan molekul pemukaan granulosit
A. Neutrofil: ditandai oleh sejumlah molekul adhesi, FcR dan reseptor untuk
komplemen. Granul primer atau azurofilik mengandung hidrolase
mieloperoksidase, elastase, katepsin dan lisozim. Granul sekunder atau
spesifik mengandung lisozim kolagenase dan laktoferin
B. Neutrofil: gambaran nukleus ireguler
B. Eosinofil
 2-5% dari sel darah putih orang sehat tanpa alergi.

 Granul seperti MBP, ECP, EDN dan EPO yang bersifat


toksik dan bila dilepas dapat menghancurkan sel sasaran.

 Berperan pada imunitas parasit.

 Reseptornya antara lain untuk IgE : Fcε-RII dengan


afinitas lemah dan Fcε-RI dengan afinitas kuat

 Fungsi utama eosinofil adalah fagositosis dalam infeksi


parasit dan memakan kompleks antigen antibodi.
Gambar 4.16. Ciri-ciri dan molekul pemukaan granulosit
C. Eosinofil: mengekspresikan FcR untuk lgA, lgE dan lgG serta ligan untuk
beberapa molekul adhesi. Granulnya mengandung MBP dan peroksidase
eosinofil.
D. Eosinofil
IV. BASOFIL DAN SEL MAST

 Jumlah < 0,5% dari seluruh sel darah putih.


 Basofil berfungsi sebagai fagosit,melepas mediator
inflamasi.
 Sel mast adalah sel yang dalam struktur, fungsi dan
proliferasinya serupa dengan basofil.
 Bedanya adalah sel mast hanya ditemukan dalam
jaringan yang berhubungan dengan pembuluh darah
dan basofil dalam darah
 Sel mast / basofil melepas bahan-bahan yang
mempunyai aktivitas biologik, antara lain:
 meningkatkan permeabilitas vaskular.
 respons inflamasi.
 mengerutkan otot polos bronkus.

 Granul-granul di dalam kedua sel tersebut mengandung


histamin, heparin, leukotrin (dahulu SRSA) dan ECF.

 Degranulasi dipacu antara lain oleh ikatan antara antigen


dan IgE pada permukaan sel. Peningkatan IgE
ditemukan pada reaksi alergi/infestasi parasit
 Basofil dan sel mast yang diaktifkan juga melepas
berbagai sitokin.

 Sel mast memiliki reseptor untuk IgE (diaktifkan oleh


alergen yang spesifik).

 Selain pada reaksi alergi,sel mast juga berperan dalam


pertahanan pejamu, imunitas terhadap parasit dalam
usus dan invasi bakteri.

 Jumlahnya menurun pada sindrom imunodefisiensi


Gambar 4.16. Ciri-ciri dan molekul pemukaan granulosit
E. Basofil: mengekspresikan FcR untuk lgE dengan afinitas tinggi yang
menimbulkan degranulasi sebagai respons terhadap kompleks yang
mengandung lgE. Granul basofil mengandung histamin protease netral,
heparin, kondroitin sulfat dan TNF-α
F. Basofil
 2 macam sel mast yaitu:
 sel mast jaringan (terbanyak).
ditemukan sekitar pembuluh darah dan mengandung
sejumlah histamin dan heparin.
penglepasan mediator tersebut dihambat kromoglikat
(mencegah influks kalsium ke dalam sel)
 sel mast mukosa.
• ditemukan di saluran cerna dan napas.
• proliferasinya dipacu IL-3 dan lL-4 dan ditingkatkan
pada infeksi parasit
 Sel mast dapat pula diaktifkan dan melepas mediator
atas pengaruh PAF, C3a, C5a, PGF2α, fosfolipase,
kimotripsin dan sengatan serangga.

 Adrenalin, β-stimulan, PGE1,PGE2 dan ketotifen


 menghambat degranulasi.

 Berbagai faktor nonimun seperti latihan jasmani,


tekanan, trauma, panas dan dingin
 mengaktifkan dan degranulasi sel mast
Tabel 4.7. Mediator-mediator yang dilepas basofil dan sel mast

1.Mediator preformed
-Amine : histamin, serotonin
-Protease netral : triptase, protease kemotriptik
-Proteoglikan : heparin, kondroitin sulfat
-Hidrolase asam : β-heksosaminidase, β-glukoronidase
-Faktor kemotaktik

2.Newly generated
-Produk asam arakidonat
-Leukotrien: LTC4, LTD4, LTE4 (dulu SRS-A)
-Produk siklooksigenase (PGD2)
-PAF

3.Sitokin (faktor pertumbuhan & regulatori)


-IL-1, IL-3, IL-4, IL-5, IL-6
-Faktor inflamasi (TGF-β, TNF-α)
-IFN-y
-GM-CSF
V. SEL NK, SEL NULL, SEL K

 Limfosit terdiri atas sel B, sel T (Th, Tc / CTL, Tr) dan sel
NK.
 Golongan limfosit ketiga sesudah sel T dan sel B.
Jumlahnya sekitar 5-15% dari limfosit dalam sirkulasi dan
45% dari limfosit dalam jaringan.
 Sel NK berkembang dari sel asal progenitor yang
sama dari sel B dan sel T, namun bukan sel
progenitor sel B dan sel T.
 Istilah NK berasal dari kemampuannya yang dapat
membunuh berbagai sel tanpa bantuan tambahan untuk
aktivasinya
 Sel NK bermigrasi ke organ limfoid perifer seperti limpa
dan kelenjar getah bening meskipun hanya merupakan
sebagian kecil dari sel T.
 Di semua bagian tubuh,sel null hanya hidup 5-6 hari.
 Ciri-cirinya memiliki banyak sekali sitoplasma (limfosit T
dari B hanya sedikit mengandung sitoplasma), granul
sitoplasma azurofilik, pseudopodia dan nukleus eksentris.
 Bila diaktifkan, berkembang menjadi sel limfosit dengan
granul besar ( sel NK sering pula disebut LGL)
 Sel NK merupakan sumber IFN-γ yang mengaktifkan
makrofag dan berfungsi dalam imunitas nonspesifik
terhadap virus dan sel tumor
Ada 3 tipe sel null yaitu :
1. Stem cell yang tidak berdifferensiasi  matang
sebagai limfosit T atau B
2. Sel dengan IgG labil & afinitas kuat terhadap Fc-R
yang resisten terhadap tripsin
3. LGL  terdiri atas sel NK & sel K  berperan dalam
ADCC
Tabel 4.8. Produk sitotoksik utama yg dilepas sel NK yg
diaktifkan

Produk Efek thdp sel sasaran


Perforin Polimerisasi dlm memb sel,mbtk lubang
shg sitosol keluar & mol toksik dpt msk
kedlm sel
Protease urin Memecah protein dlm membran sel
Nuklease Memecah asam nukleat dlm sel
TNF Menekan sintesa protein & m’timbulkan
produksi radikal bebas toksik
Ligan Fas Menginisiasi apoptosis mll rx dg CD95
protein Fas pd memb sel
sasaran,nuklease dlm sitosol sel diaktifkan
dan membunuh sel
VI. SEL DENDRITIK

 SD atau APC berasal dari sel asal dalam sumsum


tulang atau dari prekursor monosit dalam darah atau
dari monosit sendiri.

 Alternatif prekursor SD adalah dalam timus yang dapat


menjadi SD, sel T dan sel NK.

 SD ditemukan dalam jumlah < 0,1% dalam darah.

 SD menunjukkan membran yg menyerupai dendrit sel


saraf → veiled cell
Gambar 4. 21 Sel dendritik
Gambar atas: ilustrasi sel dendritik
Gambar tengah: SD asal sumsum
tulang yang dibiakkan
(mikroskop cahaya)
Gambar bawah: dengan proyeksi
-proyeksi membran
(scanning ME).
 SD berfungsi sebagai APC yang berperan pada awal
pengenalan protein asing, mengawali respons imunitas selular
dan humoral yang mengaktifkan sel T naif, Th, CTL dan sel B.

 Aktivasi sel Th perlu diatur dengan baik oleh karena respons


terhadap antigen dapat fatal.

 Salah satu pengamanan aktivasi sel Th tersebut adalah


melalui TCR yang hanya mengenal antigen yang
dipresentasikan melalui MHC-II oleh APC seperti makrofag,
sel B dan SD.
 SD merupakan APC paling efektif karena letaknya yang
strategis di tempat-tempat mikroba dan antigen asing
masuk tubuh serta organ-organ yang mungkin
dikolonisasi mikroba.

 SD ditemukan di kulit, epitel hampir semua organ,


kelenjar limfoid sebagai sel interdigit, parakorteks sinus
marginal limfatik aferen

 SD yang merupakan APC profesional terpenting,


mempresentasikan fragmen peptida dengan bantuan
molekul kostimuiator B7 yang secara terus menerus
diekspresikan dalam kadar tinggi dan dapat
mempresentasikannya ke sel T.
Kostimulator atau koreseptor adalah protein permukaan sel
yang meningkatkan sensitivitas reseptor
antigen
terhadap antigen melalui ikatan dengan ligan
yang sesuai dan memfasilitasi aktivasi sinyal.

APC mempresentasikan peptida ke sel T CD4 melalui


MHC-II atau ke sel T CD8 melalui MHC-I.

Molekul CD4 dan CD8 adalah koreseptor sel T yang


mengikat bagian nonpolimorfik dari molekul MHC secara
bersamaan dengan ikatan TCR dan residu polimorfik dan
peptida.
A. Pembagian Sel Dendritik

 Sel dendritik atau APC dapat dibagi menjadi APC


profesional dan nonprofesional

 Selanjutnya SD dapat dibagi menjadi 2 subset yaitu:


1. SD-l yang dapat menginduksi sel Th1.
2. SD-2 yang dapat menginduksi sel Th2.
 SD sel penting dalam pengenalan alergen
 Sel prekursor SD berkembang menjadi SD-l bila lingkungan
kaya dengan IL-12.
 Bila lingkungan kaya dengan produk PG PGF2, prekursor
SD akan menjadi sel SD-2.
 Bila SD-2 berinteraksi dengan prekursor sel Th dalam
lingkungan IL-4, maka Th akan berkembang menjadi Th2.
 Bila SD-1 berinteraksi dengan prekursor sel Th dalam
lingkungan kaya dengan IL-12,maka sel Th1 akan
berkembang dan memproduksi IFN-β
B. Fungsi Sel Dendritik

 Berfungsi dalam pengenalan antigen, mengikat antigen,


mengolah dan mempresentasikan antigen ke sel T atau
sel B.
 APC mengolah antigen melalui 3 jalur yaitu jalur
endogen, eksogen dan jalur silang.
 Jalur endogen diproses oleh kebanyakan sel. Protein
merupakan produk dalam sitosol sel di poliribosom yang
merupakan shunt dengan imunoproteosom untuk
degradasi.
 Peptida yang diproduksi oleh imunoproteosom dijadikan
peptida yang dipresentasikan MHC-I.

 Jalur eksogen menggunakan APC


fagosit. Antigen dimakan APC/fagosit melalui
endositosis atau pinositosis dan dihubungkan ke dalam
endosom dini yang matang menjadi endosom lambat
yang bersatu dengan vesikel yang mengandung protein
MHC-II.
 Pada mekanisme presentasi silang, antigen eksogen
dapat masuk sel melalui endositosis atau pinositosis
dan bereplikasi dalam sitosol.
 Antigen endogen dapat dihubungkan ke dalam sitosol
untuk diproses melalui imunoproteosom.
 Pada jalan alternatif, fragmen peptida pada antigen
eksogen disatukan dengan vesikel yang mengandung
molekul MHC-I yang didaur ulang dan menempatkannya
dalam lekukan untuk mengikat antigen.
 Selanjutnya SD meninggalkan tempatnya di jaringan
perifer, masuk ke dalam darah, sirkulasi limfe dan
bermigrasi ke zona sel T di organ limfoid yang banyak
mengandung sel T naif.
 SD mempresentasikan antigen yang diprosesnya ke sel
T naif tersebut melalui molekul MHC-II.
 Sementara SD meningkatkan ekspresi MHC-II, molekul
kostimulator yang diperlukan untuk mengaktifkan penuh
sel T naif.
C. Sel Dendritik Folikular

 SD folikular tidak dibentuk dalam sumsum tulang dan


mempunyai berbagai fungsi yang berbeda dari SD yang
sudah disebut.
 SD folikular tidak mengekspresikan MHC-II dan
karenanya tidak berfungsi sebagai APC untuk aktivasi
sel Th.
 Nama sel ini berdasarkan lokasinya yang eksklusif
dalam kelenjar limfoid dengan struktur yang
terorganisasl yang disebut folikel dan kaya dengan sel B
The innate immune system
Host defense against viral infections

Cell tissue

Virus-resistant cell

NK

Activation Induction
Interferon
B. FAGOSIT POLIMORFONUKLEAR

– PMN/polimorfonuklear/granulosit  dibentuk
dalam sumsum tulang dengan kecepatan
8 jt/mnt, hidup selama 2-3 hr  60-70% lekosit
– Dibagi menurut pewarnaan histologik:
neutrofil,eosinofil,basofil
– Bersama Ab & komplemen  inflamasi akut
– Fungsi utama neutrofil  fagositosis
– Jumlah PMN menurun  rentan infeksi
1. Netrofil
– 70% jumlah lekosit di sirkulasi, berada < 48 jam
– Butir azurofilik primer (lisosom) mengandung
hidrolase asam, mieloperoksidase & neutromidase
(lisozim). Butir sekunder mengandung laktoferin &
lisozim
– Mempunyai reseptor utk IgG (Fcy-R) dan komplemen
– Ciri & molekul permukaan granulosit (gbr 34)

2. Eosinofil
– 2-5% lekosit orang sehat tanpa alergi
– Dpt dirangsang utk degranulasi spt sel mast & basofil
– Mediator arilsulfatase & histaminase 
menginaktifkan histamin  peredam alergi
– Berfungsi sebagai fagosit, Imunitas parasit,
Gambaran darah tepi
II.BASOFIL DAN SEL MAST

Basofil,sel mast dan trombosit dulu disebut sel mediator, sekarang istilah
tersebut tidak tepat karena berbagai sel sistem imun juga melepas berbagai
mediator

jumlah sel basofil dalam darah sangat sedikit < 0,5% dari lekosit  fungsi
sebagai fagosit dan melepas mediator inflamasi.

Sel mast mirip basofil, bedanya sel mast hanya ditemukan dalam jaringan
yang berhubungan dengan pembuluh darah.

Keduanya punya aktifitas biologi  meningkatkan permeabilitas vascular,


respon inflamasi & mengerutkan otot polos bronkus.
Granul didalamnya mengandung histamin, heparin, leukotrin , dan ECF
Basofil & sel mast yang aktif melepas berbagai sitokin.

Sel mast memiliki reseptor untuk IgE dan karenanya dapat


diaktifkan oleh alergen yang spesifik.

Ada 2 macam sel mast: sel mast jaringan (di pembuluh darah &
mengandung heparin,histamin) dan sel mast mukosa.

Sel mast mukosa ditemukan di saluran cerna & nafas 


proliferasinya dipacu IL-3 & IL-4  ditingkatkan pada infeksi
parasit
Tabel 4.7. Mediator-mediator yang dilepas basofil dan sel mast

1.Mediator preformed
-Amine : histamin, serotonin
-Protease netral : triptase, protease kemotriptik
-Proteoglikan : heparin, kondroitin sulfat
-Hidrolase asam : b-heksosaminidase, b-glukoronidase
-Faktor kemotaktik

2.Newly generated
-Produk asam arakidonat
-Leukotrien: LTC4, LTD4, LTE4 (dulu SRS-A)
-Produk siklooksigenase (PGD2)
-PAF

3.Sitokin (faktor pertumbuhan & regulatori)


-IL-1, IL-3, IL-4, IL-5, IL-6
-Faktor inflamasi (TGF-β, TNF-α)
-IFN-y
-GM-CSF
III. NULL CELL, SEL K DAN SEL NK

Sel null  sel K atau sel populasi ketiga yang merupakan


37 % limfosit dalam sumsum tulang adalah sel yang
menunjukkan morfologi sebagai limfosit, tetapi tidak
memiliki petanda sel B atau sel T atau imunoglobulin
permukaan

Ada 3 tipe sel null yaitu :


1. Stem cell yang tidak berdifferensiasi  matang sebagai
limfosit T atau B
2. Sel dengan IgG labil & afinitas kuat terhadap Fc-R yang
resisten terhadap tripsin
3. LGL  terdiri atas sel NK & sel K  berperan dalam
ADCC
Tabel 11.Produk sitotoksik utama yg dilepas sel NK yg
diaktifkan

Produk Efek thdp sel sasaran


Perforin Polimerisasi dlm memb sel,mbtk lubang
shg sitosol keluar & mol toksik dpt msk
kedlm sel
Protease urin Memecah protein dlm membran sel
Nuklease Memecah asam nukleat dlm sel
TNF Menekan sintesa protein & m’timbulkan
produksi radikal bebas toksik
Ligan Fas Menginisiasi apoptosis mll rx dg CD95
protein Fas pd memb sel
sasaran,nuklease dlm sitosol sel diaktifkan
dan membunuh sel
Tabel 11.Produk sitotoksik utama yg dilepas sel NK yg
diaktifkan

Produk Efek thdp sel sasaran


Perforin Polimerisasi dlm memb sel,mbtk lubang
shg sitosol keluar & mol toksik dpt msk
kedlm sel
Protease urin Memecah protein dlm membran sel
Nuklease Memecah asam nukleat dlm sel
TNF Menekan sintesa protein & m’timbulkan
produksi radikal bebas toksik
Ligan Fas Menginisiasi apoptosis mll rx dg CD95
protein Fas pd memb sel
sasaran,nuklease dlm sitosol sel diaktifkan
dan membunuh sel
Gb 37.Sel NK dpt membunuh sel pejamu yg mengekspresikan protein MHC-I abnormal
Berbagai molekul permukaan penting ditemukan pada
permukaan fagosit sebagai reseptor

Beberapa molekul tersebut berinteraksi dengan sitokin dan


mengaktifkan fagositosis, yang lain meningkatkan adherens
dengan permukaan sel lain.

Adherens & fagositosis Ag dipermudah melalui reseptor


permukaan sel untuk fraksi Fc dari IgG (Fcγ-R) & komplemen
seperti C3b-R

Monosit & makrofag juga mempunyai reseptor u/ interferon,


MIF, MAF dan reseptor untuk mengenali molekul non self spt
reseptor manosa, scavenger reseptor (reseptor bangkai) dan
reseptor Toll-like.
RESEPTOR
INTEGRIN LIGAN FUNGSI
CR1 C4b,C3b Opsonin
CR3 C3b,ICAM-1 Opsonin,adherens dg sel endotel
CR4 C3b,C3dg Seperti CR3
LFA-1 ICAM-1 Interaksi sel

RESEPTOR Fc
Fcy-RI IgG Opsonin (afinitas poten)
Fcy-RII IgG Afinitas sedang
Fcy-RIII IgG Afinitas lemah
Fcα-R IgA Opsonin

Tabel 8. Molekul yg dapat diekspresikan pada membran sel fagosit


Reseptor dan respons fagosit
Menurut fungsinya, makrofag dibagi 2:
a. Sbg fagosit profesional
b. Sbg APC

3.Proses Fagositosis
a. Pencernaan & Pembentukan Vakuol
→ sistem fagolisosom
b. Destruksi intraselular
i. Penghancuran mikro organisme yang oksigen
independen.
Granul neutrofil berisikan berbagai enzim
hidrolitik, mieloperoksidase, lisozim, arginine-
rich basic protein (defensin), alkali fosfatase
dan laktoferin
ii. Penghancuran mikro organisme yang oksigen
dependen.
Produk respiratory burst → ROI ( H2O2 dan INOS)
Fagositosis membunuh mikroba intraselular
c. Produk yg dilepas fagosit (tabel 9)

d. Faktor lain yg meningkatkan fagositosis


- Fagosit memiliki reseptor Fc (Fcγ-R) untuk
IgG yang dapat meningkatkan interaksi antar sel
(opsonisasi)

e. Fagosit frustasi
Fagosit tak dapat menghancurkan sel yang
terinfeksi sehingga sel menghasilkan lisosom.
Tabel 9. Produk yg dilepas makrofag yg diaktifkan

Produk Contoh
Enzim
-Proteinase Kolagenase
-Hidrolase Lisozim
Protein plasma Fibronektin
Fakt koagulasi C1,C2,C3,C4,C5
Metabolit oksigen Hidrogen peroksidase
Anion superoksid
oksida nitrit
Metabolit arakidonat PGE2
leukotrin
Metabolit nukleotida cAMP
Regulasi fungsi sel IL-1,IFN-α
Fungsi makrofag yang diaktifkan
Makrofag tersebut bukan bentuk stadium akhir karena sel
itu masih dapat membelah diri mmbentuk protein dan dapat
bertahan hidup berbulan-bulan

Tahapan-tahapan pematangan fagosit mononuklear


Kompartemen lingkungan mikro :

Http://www.elsevier-health.com/e-books/pdf/54.pdf
Makrofag tersebut bukan bentuk stadium akhir karena
sel itu masih dapat membelah diri mmbentuk protein dan
dapat bertahan hidup berbulan-bulan

Anda mungkin juga menyukai