Anda di halaman 1dari 6

[ TINJAUAN PUSTAKA ]

Manifestasi Kelainan Kulit pada HIV/AIDS

Dika Yunisa
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat
menimbulkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Acquired Immuno Deficiency Syndrome merupakan penyakit
yang mengancam seluruh negara di dunia. Lebih dari 42 juta orang hidup dengan HIV dan AIDS. Infeksi oportunistik pada
HIV/AIDS diakibatkan oleh penurunan daya tahan tubuh yang umumnya terjadi bila jumlah CD4 < 200/ml atau dengan
kadar lebih rendah. Salah satu manifestasi penurunan CD4 dapat dilihat pada kulit. Manifestasi dermatologis yang dilihat
pada tiap stadium HIV/AIDS sering menunjukkan jenis yang beragam. Kelainan kulit ini menjadi penyebab morbiditas yang
tinggi, yang memberikan efek kosmetik dan mempengaruhi kualitas hidup pasien HIV/AIDS. Penurunan fungsi sel
langerhans yang terinfeksi HIV menjadi penyebab kelainan pada kulit. Spektrum perubahan kulit pada penyakit AIDS sangat
luas, bervariasi dan unik. Kelainan kulit mengindikasikan bahwa AIDS bersifat progresif karena CD4+ yang menurun secara
mendadak. Kelainan kulit dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan parasit maupun noninfeksi. [J Agromed Unila
2015; 2(4):402-407]

Kata kunci: CD4, HIV/AIDS, infeksi opurtunistik, kulit

Dermatological Manifestation of HIV/AIDS


Abstract
Occupational contact dermatitis (DKAK) is a type of contact dermatitis caused by the contact with the material and tools
Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a virus which attacks human immune system and leading Acquired Immuno
Deficiency Syndrome (AIDS). Acquired Immuno Deficiency Syndrome is global threatening disease. More than 42 million
people live with HIV/AIDS. Opportunistic infections in HIV/AIDS usually occur when CD4 counts <200 / ml or lower levels. One
of manifestation which caused by decreasing CD4 count cell can be seen on the skin. Dermatological manifestation that has
been seen in every stage of HIV/AIDS often presents features. This dermatological manifestation cause high morbidity,
which gives cosmetic effect and affect the quality of life patients with HIV/AIDS. Function decreasing of infected Langerhans
cells with HIV causing the abnormalities on the skin. Spectrum of dermatological manifestation on AIDS is very broad, varied
and unique. Dermatological manifestation indicates that AIDS is progressive because of decreasing CD4+ spontaneously.
Dermatological manifestation can be caused by bacterial infections, fungi, parasite or non-infectious. [J Agromed Unila
2015; 2(4):402-407]

Keywords: CD4, HIV/ADIS, opportunistic infection, skin

Korespondensi: Dika Yunisa | Jl. Tupai Gang Al-Hidayah No.33, Bandar Lampung | HP 085279929694
e-mail: dikadwieka@gmail.com

Pendahuluan Masalah AIDS di Indonesia cukup


Human Immunodeficiency Virus atau mendapat perhatian mengingat Indonesia
Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah negara terbuka, sehingga kemungkinan
(HIV/AIDS) merupakan salah satu penyakit masuknya AIDS adalah cukup besar dan sulit
infeksi virus yang mengancam seluruh negara dihindari. Sampai Maret 2010 tercatat terjadi
di dunia. HIV telah menginfeksi banyak orang 20.564 kasus AIDS dengan 3.936 orang korban
dan menyebabkan kematian pada orang meninggal dunia. Jumlah tersebut semakin
dewasa maupun anak-anak. Lebih dari 42 juta bertambah seiring dengan banyaknya faktor
orang hidup dengan infeksi HIV dan AIDS, yang dan sarana penularan HIV/AIDS.2
kira-kira 70% berada di Afrika dan 20% berada Human Immunodeficiency Virus adalah
di Asia, dan hampir 3 juta orang meninggal sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan
setiap tahun. Kasus baru dari penyakit ini tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS.
terjadi setiap tahun, setengah dari kasus baru Human Immunodeficiency Virus menyerang sel
yang muncul terutama terjadi pada dewasa imun dalam tubuh yang bertugas menangkal
muda, yaitu 15-24 tahun.1 infeksi. Sel imun tersebut terutama limfosit
Dika Yunisa | Manifestasi Kelainan Kulit pada HIV/AIDS

berupa CD4 sebagai sebuah marker atau proteolitik. Kompleks Env diekspresikan
penanda yang berada di permukaan sel limfosit. sebagai suatu struktur trimerik dari tiga pasang
Oleh karena itu orang dengan penyakit gp120/gp41. Kompleks ini membantu proses
HIV/AIDS yang mengalami penurunan daya fusi dari amplop virion dengan membran sel
tahan tubuh dapat mengalami infeksi target. Tahap pertama dari proses ini adalah
oportunistik yang disebabkan oleh organisme terikatnya subunit gp120 terhadap molekul
non patogen.3 CD4, yang menginduksi perubahan
Munculnya infeksi opurtunistik pada konformasional yang merangsang terikatnya
penderita HIV/AIDS diakibatkan karena gp120 sekunder terhadap koreseptor kemokin.
penurunan jumlah limfosit CD4. Individu Ikatan koreseptor menginduksi perubahan
dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 pada gp41 yang menunjukkan suatu region
berkisar antara 1400-1500 sel/μ. Sedangkan hidrofobik, yang dinamakan peptida fusi, yang
pada orang dengan sistem kekebalan yang masuk kedalam membran sel dan membuat
terganggu (misal pada orang yang terinfeksi membran virus berfusi dengan membran sel
HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin target.1
menurun. Infeksi oportunistik umumnya terjadi Setelah virus menyelesaikan siklus
bila jumlah CD4 < 200/ml atau dengan kadar hidupnya dalam sel yang terinfeksi, partikel
lebih rendah. Salah satu manifestasi virus yang bebas dilepaskan dari satu sel yang
penurunan CD4 dapat dilihat pada kelainan terinfeksi dan berikatan dengan sel yang tidak
kulit. Seringkali kulit menjadi organ pertama terinfeksi, kemudian menyebarkan infeksi.
yang dipengaruhi selama perjalanan penyakit Sebagai tambahan, gp120 dan gp41, yang
HIV. Penelitian yang dilakukan Boon KG., pada diekspresikan pada membran plasma sel yang
tahun 2007 mendapatkan, 80-95% pasien HIV terinfeksi sebelum virus dilepas, dapat
mempunyai kelainan kulit, bahkan University memediasi fusi antar sel dengan sel yang tidak
California San Fransisco (UCSF) menyebutkan, terinfeksi yang mengekspresikan CD4 dan
prevalensi kelainan kulit pada pasien HIV/AIDS koreseptor dan kemudian genom HIV bisa
mencapai 100%.4 Kelainan kulit ini menjadi melewati sel secara langsung.1
penyebab morbiditas yang tinggi, yang Reseptor kemokin yang paling penting
memberikan efek kosmetik dan mempengaruhi dan berperan sebagai koreseptor HIV adalah
kualitas hidup pasien HIV/AIDS. CXCR4 dan CCR5. Segera setelah virion HIV
masuk kedalam sel, enzim yang berada
Isi didalam kompleks nukleoprotein menjadi aktif
Human Immunodeficiency Virus dan memulai siklus reproduksi virus. Inti
merupakan anggota dari famili lentivirus. Dua nukleoprotein virus menjadi rusak, genom RNA
jenis tipe HIV, yaitu HIV-1 dan HIV-2, telah HIV ditranskripsi menjadi bentuk double-
diidentifikasi. HIV-1 merupakan penyebab stranded DNA (dsDNA) oleh enzim reverse
tersering dari AIDS, namun HIV-2, yang transkriptase dan DNA virus masuk kedalam
berbeda dalam hal struktur gen dan inti. Integrasi virus ini juga masuk kedalam inti
antigenisitasnya, menyebabkan sindrom klinis dan mengkatalisis integrasi DNA virus menjadi
yang serupa.1 genom sel pejamu. DNA HIV yang terintegrasi
Infeksi HIV dimulai ketika amplop ini disebut provirus. Provirus dapat tetap
glikoprotein (Env) dari virus berikatan dengan inaktif selama berbulan-bulan bahkan
CD4 dan koreseptor yang merupakan bagian bertahun-tahun, dengan sedikit atau tidak
dari reseptor kemokin. Partikel virus yang adanya produksi protein atau virion baru, dan
menginisiasi infeksi biasanya berada dalam dengan cara inilah infeksi HIV dapat bersifat
darah, semen, atau cairan tubuh lain dari satu laten.1
individu dan ditularkan kepada individu lain Penyakit HIV dimulai dengan infeksi
melalui hubungan seksual, penggunaan jarum akut, yang hanya dikontrol dengan respon
suntik, atau transplasenta. Envelope atau imun adaptif, dan kemudian berlanjut menjadi
amplop glikoprotein merupakan suatu infeksi progresif kronis dari jaringan limfoid
kompleks yang terdiri dari subunit perifer. Virus masuk melalui epitel mukosa.
transmembran gp41 dan subunit eksternal Urutan kejadian infeksi dapat dibagi menjadi
gp120 yang bersifat nonkovalen. Subunit ini beberapa fase.1
diproduksi oleh prekursor gp160 yang bersifat

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 4 | November 2015 | 403


Dika Yunisa | Manifestasi Kelainan Kulit pada HIV/AIDS

Infeksi akut ditandai dengan adanya infeksi baru menyebabkan penurunan yang
infeksi sel T memori CD4 (yang tajam terhadap jumlah sel T CD4 di jaringan
mengekspresikan CCR5) di jaringan mukosa limfoid dan sirkulasi.1
limfoid, dan kematian sel yang terinfeksi. Walaupun lamanya waktu dari infeksi
Karena jaringan mukosa merupakan reservoir inisial menuju perkembangan penyakit klinis
sel T terbesar dalam tubuh, dan tempat tinggal sangat bermacam – macam, waktu rata – rata
utama dari sel T memori, kehilangan lokal ini untuk pasien yang tidak diobati adalah 10
dicerminkan dengan adanya deplesi limfosit. tahun. Menurut penjelasan di atas, penyakit
Faktanya, dalam 2 minggu setelah infeksi, HIV dengan replikasi virus aktif terus berjalan
kebanyakan sel T CD4 menjadi hancur.1 dan progresif selama periode asimtomatis.
Diperkirakan 50-70% individu dengan infeksi Jangkauan progresifitas penyakit secara
HIV mengalami sindrom klinis akut kira-kira 3-6 langsung dihubungkan dengan level RNA HIV.
minggu setelah infeksi primer. Gejala tersebut Pasien dengan level RNA HIV yang tinggi
antara lain demam, ruam kulit, faringitis, didalam plasma lebih cepat progresifitasnya
mialgia.5 menuju fase simtomatis dibandingkan pasien
Masa transisi dari fase akut ke infeksi dengan kadar RNA HIV yang rendah. Selama
fase kronis. Masa ini ditandai dengan masa asimtomatis dari infeksi HIV, rentang
penyebaran virus (viremia) dan perkembangan rata-rata dari penurunan sel T CD4 adalah
respon imun pejamu. Sel dendritik di epitel 50/µL per tahun. Ketika jumlah sel T CD4 turun
menangkap virus dan bermigrasi kedalam menjadi < 200/µL, keadaan imunodefisiensi
nodus limfatikus. Segera setelah berada di menjadi cukup berat untuk menempatkan
jaringan limfoid, sel dendritik akan melewatkan pasien pada resiko tinggi untuk infeksi
HIV pada sel T CD4 melalui kontak langsung. oportunistik dan neoplasma.5
Dalam hitungan hari setelah paparan pertama Gejala penyakit HIV dapat muncul pada
HIV, replikasi virus dapat terdeteksi di nodus suatu waktu selama perjalanan infeksi HIV.
limfatikus. Replikasi ini dapat menyebabkan Secara umum, spektrum penyakit yang diamati
viremia.1 berubah ketika jumlah sel T CD4 menurun.
Fase kronis, pada tahap ini, nodus Komplikasi HIV yang lebih berat dan
limfatikus dan limpa merupakan tempat HIV mengancam jiwa terjadi pada pasien dengan
bereplikasi dan destruksi sel. Selama periode jumlah sel T CD4 < 200/µL. Diagnosis AIDS
ini, sistem imun tetap dapat mengatur dikatakan pada seseorang dengan infeksi HIV
kebanyakan infeksi oportunistik, dan sedikit dan jumlah sel T CD4 dibawah 200/µL.
atau bahkan tidak ada manifestasi klinis dari Sementara itu, agen penyebab dari infeksi
infeksi HIV. Oleh karena itu, fase dari penyakit sekunder merupakan organisme oportunistik
HIV ini dinamakan periode klinis laten. misalnya P. carinii, mikobakterium atipikal,
Walaupun banyak sel T perifer tidak Cytomegalovirus (CMV) dan organisme lain
menyerang virus, destruksi dari sel T CD4 di yang pada dasarnya tidak menimbulkan
jaringan limfoid meningkat secara bertahap penyakit. Pada keadaan imunokompromis,
selama masa laten, dan jumlah sel T CD4 yang hampir 60% kematian diantara pasien HIV
berada di sirkulasi darah menurun. Lebih dari merupakan efek langsung dari infeksi selain
90% dari 1012 sel T ditemukan di jaringan HIV, dengan P. carinii, Hepatitis Viral, dan
perifer dan mukosa jaringan limfoid, dan infeksi bakteri lain.5
diperkirakan bahwa HIV menyerang hingga 1-2 Spektrum perubahan kulit pada penyakit
x 109 sel T CD4 setiap hari. Pada awal AIDS sangat luas. Kelainan kulit
perjalanan penyakit, tubuh akan terus mengindikasikan bahwa AIDS bersifat progresif
memproduksi sel T CD4 baru dan oleh karena karena CD4+ yang menurun secara mendadak.
itu sel T CD4 dapat diganti hampir secepat sel Berikut adalah informasi variasi kelainan kulit
tersebut dihancurkan. Pada tahap ini, sampai pada pasien AIDS.6 Infeksi oppurtunistik (Other
10% dari sel T CD4 di organ limfoid terinfeksi, Infections Accociated with HIV) menjadi lebih
namun jumlah sel T CD4 yang berada di sering terjadi pada penyakit HIV stadium lanjut
sirkulasi yang terinfeksi mungkin kurang dari yang tidak diobati. Infeksi oportunistik meliputi
0,1% dari total sel T CD4 manusia. Namun, virus, bakteri dan jamur.1,7,8
selama bertahun-tahun, terjadi siklus infeksi Infeksi virus Herpes Simplex Virus (HSV)
virus yang terus-menerus, sel T akan mati, dan muncul dengan gambaran krusta pada bibir,

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 4 | November 2015 | 404


Dika Yunisa | Manifestasi Kelainan Kulit pada HIV/AIDS

muka dan bagian tubuh lainnya. Krusta makula eritematus, plak keratin atau nekrotik,
semakin besar, dalam, dan menimbulkan rasa menyerupai moluskum kontangiosum, pustul,
nyeri. Pada pasien HIV/AIDS infeksi HSV folikulitis, lesi akneiformis, rosacea, psoriasis,
berlangsung lama dan prognosis buruk serta atau ulkus.15
sembuh dalam waktu yang lama.9 Gejala awal Infeksi bakteri yang paling umum terjadi
herpes biasanya diawali dengan panas dan adalah impetigo yang dikarakteristikkan
pedih, blister yang berisi sedikit cairan yang dengan penyebaran lesi dan pustula.10
ruptur dan membentuk kerak di bagian atas Impetigo merupakan infeksi superfisial yang
sebelum penyembuhan. mempunyai dua bentuk klinis, yaitu nonbulosa
Moluskum kontangium adalah infeksi dan bulosa. Lesi di tubuh bisa timbul di bagian
virus benigna. Namun pada pasien manapun. Pada impetigo nonbulosa lesi awal
immunokompromis, luka menyebar dan berupa pustula kecil dan bila pecah akan
menjadi tidak responsif terhadap terjadi eksudasi dan krusta. Pada impetigo
pengobatan.10 Banyak studi secara konsisten bulosa timbul lepuhan–lepuhan besar dan
menunjukkan adanya peningkatan kejadian superfisial. Ketika lepuhan tersebut pecah,
HPV pada pasien HIV. Gambaran klinis adalah terjadi eksudasi dan terbentuk krusta, dan
veruka atau kutil, yaitu neoplasma jinak pada stratum korneum pada bagian tepi lesi
epidermis. Pada daerah punggung tangan dan mengelupas kembali.6
wajah (plane wart) kutil ini kecil, merata pada Folikulitis adalah infeksi pada bagian
bagian atas, dan kemerahan sedangkan di superfisial folikel rambut dengan gambaran
telapak kaki kutil bergerombol (mozaik). Kutil pustula kecil dengan dasar kemerahan pada
kelamin (anogenital wart) atau dikenal dengan bagian tengah folikel. Skabies adalah penyakit
kondiloma akuminata dapat timbul dalam yang disebabkan oleh kutu yang hidup di kulit
vagina, uretra, serviks, vulva, penis, dan anus.11 manusia. Hal ini dapat menyebar melalui seks
Oral Hairy Leukoplakia (OHL) merupakan dan kontak erat. Penyakit ini ditandai dengan
lesi spesifik pada penyakit HIV yang disebabkan tanda-tanda gatal dan ruam di kulit pada
oleh virus Ebstein-Barr. Oral Hairy Leukoplakia bagian genital dan sela - sela jari.10
memberikan gambaran hiperplasia, plak Selulitis sering terjadi pada bagian
epitelial berwarna keputihan pada bagian tungkai, walaupun bisa terdapat pada bagian
lateral lidah, biasanya bilateral tetapi tidak tubuh lain. Daerah yang terkena menjadi
simetris.10 eritem, terasa panas dan bengkak, serta
Candida albicans adalah salah satu terdapat lepuhan-lepuhan pada daerah
infeksi jamur berupa patogen saprofit fakultatif nekrosis.11 Dermatitis seboroik, dermatitis ini
yang secara umum berkolonisasi di traktus sering terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV.
orofaring individu. Pada pasien HIV seropositif, Gambaran klinisnya berupa skuama eritematus
hal ini mungkin menjadi marker yang yang umumnya mengenai wajah, pipi, dahi, alis,
mengindikasikan mekanisme pertahanan hidung dan telinga. Selain itu juga ditandai
10
mukosa yang turun. Infeksi jamur sering dengan eritema iregular, putih atau kuning
terjadi di daerah vagina, aksila, inguinal dan dengan penampilan yang berminyak. Kondisi
mulut. Oral candidiasis thrush muncul dengan penyakit ini biasanya kronis.10
plak putih pada lidah dan permukaan dalam Psoriasis ditegakkan berdasarkan gejala
pipi. Thrush merupakan infeksi orocutaneus klinis dan histopatologi. Lesi kulit yang pertama
tersering pada pasien HIV.12,13 Thrush kali timbul biasanya pada tempat – tempat
umumnya menyebabkan rasa sakit dari mulut yang mudah terkena trauma, antara lain: siku,
atau tenggorokan dan kadang kala disertai rasa lutut, sakrum, kepala dan genitalia. Lesi kulit
sulit menelan.14 Infeksi jamur lain ialah tinea. berupa makula eritematus dengan batas jelas,
Dermatofitosis ini bisa muncul di berbagai tertutup skuama tebal dan transparan yang
tempat seperti kulit (Tinea kapitis), kumis lepas pada bagian tepi dan lekat di bagian
(Tinea barbae), badan (Tinea korporis), kuku tengah. Bisa terjadi kelainan kuku, di mana
(Tinea unguium) dan kaki (Tinea pedis).11 permukaan kuku menjadi keruh, kekuningan
Histoplasmosis adalah infeksi dari dan terdapat cekungan (pitting), menebal dan
Histoplasma capsulatum yang menyerang terdapat sublingual hyperkeratosis sehingga
individu yang lemah sistem imunnya seperti kuku terangkat dari dasarnya.16
pasien AIDS. Kelainan kulit tampak sebagai

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 4 | November 2015 | 405


Dika Yunisa | Manifestasi Kelainan Kulit pada HIV/AIDS

Papular Pruritus Eruption (PPE) adalah fungsi sel langerhans yang terinfeksi HIV
ruam yang paling banyak dilihat pada infeksi menjadi penyebab kelainan pada kulit.
dengan HIV. Penyakit ini adalah bentuk prurigo. Spektrum perubahan kulit pada penyakit AIDS
Antara 18-46% pasien AIDS mempunyai kondisi sangat luas, bervariasi dan unik. Kelainan kulit
ini pada waktu tertentu. Ruam ini sangat gatal mengindikasikan bahwa AIDS bersifat progresif
dan disertai benjolan merah yang simetris. Ini karena CD4+ yang menurun secara mendadak.
juga merupakan tanda HIV yang sudah ke Penyebab kelainan ini bisa karena infeksi,
tahap lanjut di mana jumlah limfosit CD4 noninfeksi maupun proses keganasan. Semakin
kurang dari 200/µL.11 berkurang kadar CD4+ pada tubuh, maka
Folikulitis Eosinofilik merupakan kelainan keparahan kelainan kulit akan semakin
kulit pruritus kronis yang terjadi pada pasien meningkat, bertambah jumlahnya, dan sulit
dengan penyakit HIV lanjut. Secara klinis ditangani.
tampak papula folikulitis kecil berwarna merah
muda sampai merah, edematous (bisa berupa Simpulan
pustula), simetris di atas garis nipple di dada, Manifestasi kelainan kulit yang timbul
lengan proksimal, kepala dan leher. Perubahan pada HIV/AIDS diakibatkan penurunan kadar
sekunder meliputi ekskoriasi, papul ekskoriasi, CD4 pada tubuh dapat berupa infeksi virus
liken simpleks kronis, prurigo nodularis juga bakteri dan jamur maupun kelainan sistem
infeksi S.aureus.16 imun.
Post inflammatory hyperpigmentation
dan hypopigmentation (PIH) merupakan Daftar Pustaka
kelainan yang sering didapatkan setelah akibat 1. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular
kelainan kulit lain dan terapi antiretrovirus. and molecular immunology. Edisi ke-6.
Pengobatan dengan zidovudine (AZT) Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.
menyebabkan hiperpigmentasi terutama pada 2. Hanum SYM. Hubungan kadar CD4 dengan
pasien kulit hitam. Perubahan warna kulit infeksi jamur superfisialis pada penderita
menyebabkan keluhan kosmetik terutama bila HIV di RSUP H. Adam Malik [tesis]. Medan:
terjadi pada wajah, leher, dan ekstremitas atas. USU; 2009.
Jika kelainan kulit berlangsung lama, 3. Febriani N. Pola penyakit saraf pada
perubahan pigmen dapat menetap dan penderita HIV/AIDS di RSUP dr. Kariadi
progresif.7 Semarang [skripsi]. Semarang: Universitas
Kelainan kulit adalah gejala umum pada Diponegoro; 2010.
perjalanan penyakit HIV sebagai akibat dari 4. Goh BK, Chan RK, Sen P, Then CT, Tan HH,
penurunan sistem imun atau berhubungan Wu YJ, et al. Spectrum of skin disorders in
dengan pengobatan antiretrovirus. Penurunan human immunodeficiency virus-infected
fungsi sel langerhans yang terinfeksi HIV patients in singapore and the relationship
menjadi penyebab kelainan pada kulit. to CD4+ lymphocyte counts. International
Penyebab kelainan ini bisa karena infeksi Journal of Dermatology. 2007; 46:695-9.
maupun noninfeksi.7 Kelainan kulit ini sangat 5. Fauci AS, Lane HC. Human
luas, bervariasi, dan unik.6 Semakin berkurang immunodeficiency virus disease: AIDS and
kadar CD4+ pada tubuh, maka keparahan related disorders. Dalam: Kasper, Dennis S,
kelainan kulit akan semakin meningkat, editor. Harrison’s principles of internal
bertambah jumlahnya dan sulit ditangani.8 medicin. Edisi ke-16. USA: Mc Graw Hill;
Secara global, lebih dari 95% penderita HIV 2005.
belum mempunyai akses intervensi 6. Colven R. Generalized cutaneus
pengobatan sehingga banyak manifestasi kulit manifestations of std and hiv infection:
yang berkaitan dengan penyakit HIV menjadi typical presentations, differential
kronis dan progresif.16 diagnosis, and management. Dalam:
Holmes KK, editor. Sexually transmitted
Ringkasan disease. Edisi ke-4. New York: The
Manifestasi kelainan kulit pada HIV McGraw-Hill Companies; 2008.
merupakan gejala umum yang timbul akibat 7. Johnson RA. Cutaneus manifestation of
penurunan sistem imun maupun berhubungan human immunodeficiency virus disease.
dengan pengobatan antiretrovirus. Penurunan Dalam: Wolff K, editor. Fitzpatrick’s

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 4 | November 2015 | 406


Dika Yunisa | Manifestasi Kelainan Kulit pada HIV/AIDS

dermatology in general medicine. Edisi ke- human immunodeficiency virus patients in


7. New York: Mcgraw-Hill; 2008. South India. Int J Dermatol. 2000; 39:192–
8. Dlova N, Mosam A. Cutaneous 5.
manifestations of HIV/AIDS: part 1. African 13. Attili VSS, Singh VP, Sundar S, Gulati AK,
Journal of HIV Medicine. 2004; 5(4):12-17. Varma DK, Rai M. Relationship between
9. Daili SF. Herpes genitalis pada skin diseases and CD4 cell count in a
imunokompromais. Dalam: Daili SF, Makes hospital based cohort of HIV infected
WI, editor. Infeksi virus herpes. Jakarta: adults in North India. J Indian Acad Clin
Balai Penerbit FKUI. 2002; 89-99. Med. 2008; 9:20–5.
10. Acebes LO, Intxaurraga AG. Dermatoses in 14. Kuswadji. Kandidosis. Dalam: Kuswadji,
the AIDS [internet]. Slovenia: ACTA editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.
Dermatovenerologica; 2001 [diakses Jakarta: FKUI; 2013.
tanggal 12 Juni 2015]. Tersedia dari: 15. Laurent FC. New insights into HIV-1-
http://www.acta-apa.org/journals/acta- primary skin disorders. Journal of the
dermatovenerol-apa International AIDS Society. 2011; 14(5): 2-
11. New Zealand Dermatological Society 7.
Incorporated. Skin conditions relating to 16. Murtiastutik D. Kelainan Kulit pada Pasien
HIV infection [internet]. New Zealand: HIV/ AIDS. Dalam: Barakbah J, editor. Buku
NZDCI; 2011 [diakses tanggal 12 Juni 2015]. ajar infeksi menular seksual. Edisi ke-2.
Tersedia dari: http://dermnetnz.org Surabaya: Airlangga University Press; 2008.
12. Kumarasamy N, Solomon S, Madhivanan P,
et al. Dermatologic manifestations among

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 4 | November 2015 | 407

Anda mungkin juga menyukai