PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu sistem terpenting yang terus menerus melakukan
tugas dan kegiatan dan tidak pernah melalaikan tugas-nya adalah
sistem kekebalan tubuh atau biasa kita sebut dengan sistem imun.
Sistem ini melindungi tubuh sepanjang waktu dari semua jenis
penyerang yang berpotensi menimbulkan penyakit pada tubuh kita. Ia
bekerja bagi tubuh bagaikan pasukan tempur yang mempunyai
persenjataan lengkap. Setiap sistem, organ, atau kelompok sel di
dalam tubuh mewakili keseluruhan di dalam suatu pembagian kerja
yang sempurna. Setiap kegagalan dalam sistem akan menghancurkan
tatanan ini. Sistem imun sangat diperlukan bagi tubuh kita.
System imun diperlukan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Berbagai komponen system imun bekerja sama dalam sebuah respon
imun. Apabila seseorang secara imunologis terpapar pertama kali
dengan antigen kemudian terpapar lagi dengan antigen yang sama,
maka akan timbul respon imun sekunder yang lebih efektif. Reaksi
tersebut dapat berlebihan dan menjurus ke kerusakan individu
mempunyai respon imun yang menyimpang. Kelainan yang disebabkan
oleh
respon
imun
tersebut
disebut
hipersensitivitas.
Oleh karena itu, untuk dapat lebih memahami tentang sistem
imun ini dan berbagai komponen penyusun yang ada di dalamnya,
maka kami membuat makalah ini, makalah yang akan menambah
pengetahuan kita tentang peranan sistem imun dalam tubuh manusia
yang mempunyai peranan penting dalam sistem mempertahankan
kesehatan dan daya tahan tubuh seseorang.
B. RUMUSAN MASALAH
I.
II.
III.
TUGAS IMUNOLOGI
C. MANFAAT
Manfaat yang dapat diperoleh dalam makalah ini adalah Sebagai
sumber informasi yang sangat berguna dalam menambah
pengetahuan dan wawasan ( aspek teoritis ).
BAB II
PEMBAHASAN
Sel-sel yang terlibat dalam system imun berasal dari sumsum tulang.
Beberapa komponen sistem imun menyelesaikan seluruh proses
diferensiasinya di dalam sumsum tulang sedangkan sebagian yang lain
menyelesaikan diferensiasinya setelah keluar dari sumsum tulang. Semua sel
yang membentuk komponen darah berasal dari sumsum tulang, termasuk di
dalamnya adalah darah merah yang mengangkut oksigen, platelet yang
membantu pembekuan darah pada jaringan yang luka, dan sel darah putih
yang terlibat dalam sistem imun. Semua komponen sel tersebut berasal dari
prekursor yang sama, yakni hematopoietic stem cells (HSC) dalam sumsum
tulang. Karena HSC memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua
tipe sel darah maka sering disebut pluripoten hematopoietic stem cells.
3
TUGAS IMUNOLOGI
II.
Fagosit polimorfonuklier
fagosit polimorfonuklier atau polimorf atau granulosit dibentuk
dalam sumsum tulang dengan kecepatan 8 juta / menit dan hidup
selama 2 3 hari, sedangkan monosit/makrofag dapat hidup untuk
beberapa bulan sampai tahun. Di dalam sitoplasma sel granulosit
terdapat granula dalam jumlah yang banyak pada pengecatan
dengan gimsa ataupun yang lain. Di samping itu sel granulosit
memiliki bermacam-macam bentuk inti, sehingga sering disebut
polymorphonuclear leukocytes. Ada tiga macam granulosit, yaitu,
neutrofil, eosinofil, dan basofil. Ketiganya memiliki waktu hidup yang
relatif pendek. Jumlah sel-sel granulosit akan meningkat selama ada
reaksi sistem imun. Sel-sel tersebut akan segera mengadakan
migrasi ke daerah infeksi atau daerah yang mengalami inflamasi.
4
TUGAS IMUNOLOGI
Neutrofil
Neutrofil merupakan 70 % dari jumlah leukosit dalam
sirkulasi. Biasanya hanya berada dalam sirkulasi kurang dari 48
jam sebelum bermigrasi. Butir butir azurofilik primer (lisosom)
mengandung
hidrolase
asam,
mieloperoksidase
dan
neuraminidase (lisozim), sedangkan butir butir sekunder atau
spesifik mengandung laktoferin dan lisozim. Neurotropil
mempunyai reseptor untuk fraksi Fc antibody dan komplemen
yang diaktifkan. Mikroorganisme yang di simpan dalam vakuol
yang disebut fagosom.
Eosinofil
Eusinofil merupakan 2 -5 % dari sel darah putih orang
sehat tanpa alergi. Seperti neutrofil, eusinofil juga berfungsi
sebahgai fagosit. Eusinofil dapat juga dirangsang untuk
degranulasi seperti halnya pada sel mastosit dan basofil.
Eusinofil mengandung berbagai granul seperti major bbasic
protein (MBP), eosinophil cationic protein (ECP), eosinophil
derived neurotoksin (EDN), dan eosinophil peroxidase (EPO)
yang bersifat toksik dan dapat menghancurkan sel sasaran bila
dilepas.
5
TUGAS IMUNOLOGI
C. Sel Mediator
I.
Basofil dan mastosit
Jumlah sel basofil yang ditemukan dalam sirkulasi darah sangat
sedikit, yaitu kurang dari 0,5 % seluruh sel darah putih. Sel basofil
diduga berfungsi sebagai sel fagosit, tetapi yang jelas sel tersebut
berfungsi sebagai sel mediator. Mastosit adalah sel yang dalam
struktur, fungsi dan proliferasinya serupa dengan basofil. Lain
halnya dengan basofil, sel mastosit hanya ditemukan dalam
kebanyakan jaringan yang berhubungan dengan pembuluh darah.
Baik sel mastosit maupun sel basofil melepaskan bahan bahan
yang mempunyai aktifitas biologic, antara lain meningkatkan
permeabilitas vaskuler dan respon inflamasi serta mengerutkan otot
polos bronkus.
Butir-butir di dalam kedua sel tersebut mengandung histamine,
heparin, slow reacting substance A (SRS-A) dan eosinophile
chemotactic factor (ECF). Degranulasi disebabkan antara lain akibat
terjadinya suatu ikatan antigen dan IgE. Peningkatan IgE ditemukan
pada reaksi alergi. Dilain pihak peningkatan kadar IgE sering
dihubungkan dengan imunitas terhadap parasit.
Basofil dan maltosit yang diaktifkan melepas berbagai mediator
serta sitokin. Maltosit mempunyai reseptor untuk IgE dan karenanya
dapat diaktifkan oleh allergen yang spesifik. Disamping melalui
mekanisme IgE, maltosit dapat pula diaktifkan dan melepas
mediator-mediatornya atas berbagai pengaruh.
Ada dua macam sel maltosit yaitu terbanyak sel maltosit
jaringan dan sel maltosit mukosa. Yang pertama ditemukan sekitar
pembuluh darah dan mengandung sejumlah histamine dan heparin.
Pembentukannya dicegah oleh kromoglikat. Yang kedua ditemukan
di saluran cerna dan nafas. Proliferasinya dipengaruhi IL-3 dan IL-4
dan ditingkatkan pada infeksi parasit.
II.
Trombosit
Peranan terombosit yang diketahui adalah hemostatis melalui
pembentukan agregasi di dinding paskuler yang rusak. Jumlah
terombosit yang menurun akan disertai dengan pendarahan.
Sebetulnya terombosit mempunyai peranan penting pula pada
implamasi. Terombosit merupakan sel darah dengan jumlah
terbanyak dalam sirkulasi setelah sel darah merah. Jumlah
trombosit berbanding leokosit adalah sekitar 20-50 berbanding
satu.
7
TUGAS IMUNOLOGI
imun.
Sel-sel
tersebut
dapat
mngenal
benda
asing
dan
dan
surface
marker
tersebut
dapat
digunakan
untuk
Untuk
membentuk
antibodi,
kebanyakan
antigen
dependen harus dikenal terlebih dahulu baik oleh sel T maupun oleh
sel B . Sel Th juga berpengaruh atas sel Tc dalam mengenal sel yang
terinfeksi virus dan jaringan cngok allogeneic. Istilah sel T inducer
dipakai untuk menunjukan aktivitas sel Th dalam megaktifkan sel
suset T lainnya. Sel Th juga melepas limfokin yang mngaktifkan
makofag sehingga dapat menghancurkan patogen yang di makan nya
10
TUGAS IMUNOLOGI
yang
dipresentasikan
di
permukaan
sel
APC
yang
c.
perbedaan
antara
kedua
sel
tersebut
belum
dapat
ditunjukkan.
d. Sel Tc ( cytotoxic )
Sel Tc adalah limfosit kecil berasal dari sel asal dalam sumsum tulang.
Sel tersebut matang dalam timus untuk mendapat reseptor spesifik
terhadap fragmen anigen. Kebanyakan sel Tc adalah CD8+ dan hanya
mengenal antigen yang berhubugan dengan MHC kelas 1. Fungsi
utamanya adalah mengeliminir sel yang terinfektir virus. Sel Tc akan
juga menghancurkan sel ganas dan sel histoinkompatibel seperti
penolakan pada transplantasi. Dalam keadaan tertenu dapat juga
menghacrkan sel yang terinfektir bakteri.
11
TUGAS IMUNOLOGI
B. Sel B
Pada unggas sel B berkembang dalam bursa fabricius yang timbul dari
epitel kloaka. Pada manusia belum didapatkan hal yang analog dengan
bursa tersebut dan pematangan terjadi di sumsum tulang atau ditempat
yang belum diketahui. Setelah matang, sel B bergerak ke alat-alat seperti
limpa, kelenjar limfe dan tonsil.
Sel B termuda ditemukan dalam hati fetus dan sumsum tulang dan
belum mempunyai imunoglobulin permukaan/petanda. Mula-mula dibentuk
IgM dalam sitoplasma yang dapat digunakan sebagai ciri dari pre-B cell.
Dalam stadium selanjutnya, IgM tersebut di drong ke arah membran sel dn
kemudian dijadikan reseptor monomerik permukaan sIgM. Sekarang sel
dapat mengenal antigen dan sel B muda ini tidak menimbukan ekspansi
dan diferensiasi lebih lanjut. Dalam perkembangan selanjutnya, dibentuk
IgD yang kemudian juga didorong ke arah membran sel. Sel yang sudah
memiliki reseptor IgM dan IgD dianggap matang. Kebanyakan sel B yang
matang dan belum diaktifkan meninggalkan sumsum tulang.
12
TUGAS IMUNOLOGI
rosette seperti diatas dengan menggunakan sel darah merah biri-biri yang
dilapisi dengan C3.
4. Reseptor Epstein Barr Virus ( EBV )
Virus Epstein Barr Virus ( EBV ) dapat diikat sel B melalui reseptor
spesifik ( RC3d ). Infeksi EBV sering menimbulkan replikasi sel B yang stabil
dan terus menerus .
5. Presentasi antigen dan MHC
Seperti halnya dengan makrofag, sel B memiliki antigen MHC kelas II
yang diperlukan untuk merangsang sel T . Sel B dapat mengikat antigen
melalui antibodi pada permukaannya dan mempresntasikannya ke sel T
dalam hubungannya dengan MHC kelas II. Disini sel B berfungsi sebagai
APC.
C. Seleksi klon (clonal selection )
Klon adalah segolongan sel yang berasal dari satu sel dan karenanya
genetik identik. Selama perkembangannya dalam jaringan limfoid primer,
sel B dan sel T memperoleh reseptor permukaan spesifik untuk satu antigen
yang akan memberikan kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen
tersebut. Untuk sel T, reseptor tersebut akan menetap selama sel hidup,
tetapi imunoglobulin permukaan sel B dapat berubah oleh mutasi somayik.
Hal tersebut terlihat dari modifikasi produksi imunoglobulin bila sel terpapar
dengan antigen spesifik. Bila berikatan dengan antigen spesifik , sel akan
berproliferasi, berdiferensiasi dan menjadi sel efektor yang matang .
Limfosit yang dibentuk memiliki reseptor yang unik yang dapat
mengenal epitop khusus. Mengingat begitu banyaknya jumlah dan jenis
antigen, jumlah limfosit reaktif terhadap antigen tertentu tidaklah sel-sel
yang genetikidentik ( = klon ) . Fenomen tersebut disebut clonal selection.
Sel-sel dengan reseptor yang tidak mengenal antigen akan dibiarkan
sampai suatu saat berpapasan dengan antigen yang spesifik sebagai sel
memori .
Sel memori merupakan sel B dan sel T yang pernah dirangsang antigen
dan hidup lama. IgG ditemukan pada permukaan sel memori B yang
berfungsi sebagai reseptor antigen yang menunjukan afinitas yang lebih
14
TUGAS IMUNOLOGI
besar di banding dengan IgD dan IgM . Sel memori T memiliki molekul
CD45RO dan menunjukan peningkatan molekul LFA-3 dan VLA-4.
Bila sel-sel virgin yang belum dirangsang antign, bertemu dengan
antigen melalui sel asesori (APC) , maka sel tersebut yang sedang berada
dalam keadaan istirahat akan berproliferasi dan menjadi matang sebagai
sel efektor. Sebagian sel virgin beserta sel memori tersebut disebar
keseluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi darah dan limfe sehingga dapat
memantau jaringan tubuh terhadap serangan mikroorganisme .
Akibat rangsangan antigen spesifik, sel-sel virgin berproliferasi dan
berdiferensiasi menjadi salah satu sel tersebut di bawah ini :
1. sel efektor ( misalnya sel T dengan fungsi sitotoksik atau fungsi lain,
atau sel plasma yang melepaskan antibodi yang terbentuk dari sel B
yang matang ).
2. Sel memori .
Proliferasi sel efektor dan sel memori tersebut diatas disebut respons
primer. Bila sel memori dirangsang ulang oleh antigen yang sama, maka sel
tersebut akan berproliferasi lebih cepat yang disebut respons sekunder,
yaitu sebagian sel akan berkembang menjadi sel efektor. sedang sebagian
sel lainnya tetap berkembang sebagai sel memori .
Akhirnya, sel B berkembang menjadi sel plasma. Sel plasma jarang
terlihat dalam sirkulasi ( kurang dari 0,2% seluruh jumlah leukosit ) dan
biasanya terbatas pada organ limfoid sekunder dan jaringan . Imunoglobulin
yang dibentuk sel plasma dapat ditemukan dalam sitoplasma dan
permukaan sel dengan teknik imunofluoresen.
Biasanya sel B akan dirangsang menjadi sel plasma yang membentuk
antibodi atas pengaruh antign yang sel T dependen. Tetapi sel B dapat pula
membentuk antibodi atas pengaruh antigen yang sel T independen.
Sel Dendritik.
Sel dendritik (DC) mempunyai tugas untuk menelan antigen dan
mempresentasikan kembali antigen yang telah disederhanakan ke
permukaan sel. Presentasi antigen yang telah sederhana pada permukaan
sel dendritik sangat penting maknanya, karena dengan itu sel-sel limfosit
bisa mengenal dan selanjutnya reaksi sistem imun secara bertahap akan
dilaksanakan. Pada perkembangan awal, sel
15
TUGAS IMUNOLOGI
16
TUGAS IMUNOLOGI
Eosinofil dan basofil direkrut pada daerah imflamasi karena alergi dan
berfungsi sebagai pertahanan melawan parasit. Sel dendritik yang belum
masak berjalan dari darah memasuki jaringan periferal, pada jaringan
tersebut sel dendritik mencerna antigen. Ketika menemukan patogen sel
dendritik masak dan memasuki jaringan limfoid. Pada jaringan limfoid inilah
sel dendritik mengaktivasi sel T yang spesifik untuk suatu antigen. Monosit
sebelum mengalami pemasakan juga bersirkulasi dalam darah. Selanjutnya
monosit memasuki jaringan dan berdiferensiasi menjadi makrofag. Makrofag
merupakan sel fagosit utama yang terlibat pada sitem imunitas innate. Sel
mast merupakan sel yang prekursornya berada pada sumsum tulang, namun
seluruh proses pemasakannya terjadi pada jaringan. Sel mast sangat
berhubungan dengan peristiwa alergi
Sel Mast.
Perkembangan sel mast ini sampai sekarang belum bisa dijelaskan. Sel mast
sebagian besar menempati jaringan di sekitar pembuluh darah kapiler.
Peranan utama sel mast sejauh ini diketahui berhubungan dengan respon
alergi dan dipercaya mampu member perlindungan terhadap patogen pada
permukaan jaringan mukosa.
mast:IgE juga terjadi pada paparan pollen yang mempunyai antigen dengan
bentuk yang sama dengan antigen parasit.
Progenitor Limfoid.
Progenitor limfoid pada akhirnya berkembang menjadi sel-sel limfosit.
Limfosit dibagi menjadi dua golongan penting, yaitu limfosit B dan limfosit T,
yang selanjutnya lebih dikenal sebagai sel B dan sel T. Sel T dibagi menjadi
dua kelas, kelas pertama disebut sel T sitotoksik (cytotoxic T cell), yang
memiliki peranan membunuh sel-sel yang terinfeksi virus. Sel T sitotoksik ini
mengekspresikan molekul permukaan CD8. CD8 sendiri merupakan protein
yang
mempunyai
kompetensi
berikatan
dengan
molekul
major
hystocompatibility complex (MHC) kelas I. Kelas kedua disebut sel T helper,
yang berfungsi membantu aktivitas sel B dan makrofag. Sel T helper
mempunyai cirri mengekspresikan molekul CD4 pada permukaan sel. CD4 ini
mempunyai kompetensi berikatan dengan molekul MHC kelas II. Limfosit
tidak memiliki fungsi jika tidak ada antigen yang masuk. Adanya antigen
yang masuk akan meyebabkan terjadinya proliferasi dan akan menunjukkan
fungsi yang spesifik bagi antigen tertentu. Setiap satu limfosit masak akan
membawa satu macam reseptor antigen. Oleh karena itu jika antigen
misalnya berupa bakteri, mengekspresikan bermacam-macam molekul pada
permukaannya, maka akan ditanggapi oleh bermacam-macam klon limfosit
sesuai dengan macam molekul yang ditampilkan oleh bakteri itu. Hal ini
membawa kesan bahwa sesungguhnya dalam tubuh kita telah tersedia
jutaan klon yang bertanggung jawab untuk menanggapi antigen yang masuk
sewaktu-waktu. Hanya klon yang terstimuli oleh antigen yang mengalami
aktivasi dan berproliferasi. Reseptor antigen sel B (B-cell antigen receptor,
BCR) merupakan bentuk antibodi yang terikat pada membran sel. Antibodi
yang disekresikan oleh sel B sesungguhnya merupakan reseptor antigen, dan
setiap satu sel B hanya mensekresikan satu macam antibodi. Antibodi
berupa molekul imunoglobulin dan sering disingkat dengan Ig. Reseptor
antigen sel T sangat berbeda dengan reseptor antigen sel B. Reseptor
antigen sel T telah terspesifikasi untuk mendeteksi protein asing atau
patogen yang telah masuk ke dalam sel host. Patogen dapat masuk ke dalam
sel host baik melalui proses fagositosis maupun adanya kemampuan
patogen tersebut melakukan penetrasi dan menginfeksi sel host. Sel limfoid
ke tiga yang diketahui punya peranan sebagai imunitas innate adalah sel
19
TUGAS IMUNOLOGI
natural killer. Sel ini tidak memiliki reseptor yang spesifik sebagaimana sel B
dan sel T. Sel natural killer memiliki kemampuan mengenali dan membunuh
sel abnormal seperti sel-sel tumor dan sel yang telah terinfeksi virus dengan
cara mendeteksi perubahan level MHC yang akan dibahas pada bab lain. Sel
NK ini pada prinsipnya merupakan sel yang terlibat pada sistem imunitas
innate karena sel ini tidak mempunyai spesifikasi terhadap antigen. Sel NK
sangat penting peranannya untuk mendeteksi sel terinfeksi virus yang tidak
terdeteksi oleh sel T CD8. Pada umumnya sel yang terinfeksi virus
kehilangan atau terjadi penurunan ekspresi molekul MHC pada permukaan
sel, sehingga kemampuan mempresentasikan antigen asing semakin kecil.
Rendahnya presentasi antigen asing inilah yang menyebabkan sel yang
terinfeksi virus sebagian lolos dari penyergapan yang dilakukan sel T
sitotoksik.
20
TUGAS IMUNOLOGI
Gambar 9. Sel myeloid pada sistem imunitas innate dan adaptif. Sel
yang berasal dari jalur myeloid menunjukkan berbagai macam fungsi pada
respon imun. Makrofag dan neutrofil pada dasarnya merupakan sel fagosit
yang menelan patogen dan menghancurkannya di dalam vesikel. Hal ini
merupakan fungsi makrofag baik pada imunitas innate maupun imunitas
adaptif. Sel dendritik bertindak sebagai sel fagosit sewaktu belum masak dan
dapat menelan patogen. Setelah masak fungsinya terbatas sebagai antigenpresenting cell (APC), yaitu mempresentasikan antigen asing kepada sel T
yang spesifik untuk antigen itu. Dari peristiwa inilah respon imunitas adaptif
dimulai. Makrofag juga dapat bertindak sebagai APC terhadap sel T dan
sekaligus mengaktifkannya. Sel myeloid lain dapat bertindak sebagai sel
sekretor yang melepaskan isinya yang berupa granula jika teraktivasi karena
21
TUGAS IMUNOLOGI
22
TUGAS IMUNOLOGI