Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memahami dan mengenal berbagai aspek manajemen kurikulum merupakan
salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh serorang guru. Selain tugas guru
yang mengajar, tugas lainnya ialah melaksanakan pengajaran yang telah disusun
dalam kurikulum sehingga kegiatan belajar dan mengajar dapat berjalan sesuai
rencana dan target yang akan diperoleh.

Manajemen kurikulum yang bagian dari manajemen pendidikan merupakan


salah satu aspek penting dalam bidang pendidikan karena berhubungan dengan
penyampaian ilmu pengetahuan dimasa lampau yang akan disampaikan kepada
peserta didik. Manajemen kurikulum terdapat pada setiap jenjang pelajaran yaitu
mulai dari taman bermain hingga perguruan tinggi, akan tetapi pada makalah ini akan
disampaikan mulai dari SMP hingga SMA.

Dalam manajemen kurikulum juga dititikberatkan kepada kelancaran


pembinaan situasi belajar mengajar. Guru yang profesional akan menggunakan
pedoman sesuai dari kurikulum yang berlaku agar penyampaian pembinaan ilmu
pengetahuan dapat disampaikan dengan tahap-tahap yang telah disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen kurikulum?
2. Apa saja ruang lingkup manajemen kurikulum?
3. Bagaimana prinsip dan fungsi manajemen kurikulum?
4. Apa saja komponen-komponen manajemen kurikulum?
5. Apasaja kurikulum yang pernah di terapkan di Indonesia?
6. Bagaimana hasil observasi manajem kurikulum di beberapa sekolah di
Yogyakarta?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian manajemen kurikulum.
2. Mengetahui apa saja ruang lingkup kurikulum.
3. Mengetahui prinsip dan fungsi manajemen kurikulum.
4. Mengetahui komponen-komponen dalam manajemen kurikulum.
5. Mengetahui sejarah kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia.
6. Mengerti hasil observasi manajemen kurikulum di beberapa sekolah di
Yogyakarta.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk


memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha
meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar. Dalam pelaksanaannya, manajemen
kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Oleh karena itu otonomi
yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum
secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam
visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijaksanaan
nasional yang telah ditetapkan.
Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam manajemen kurikulum yang
mana agar masyarakat dapat memahami, membantu, dan mengontrol implementasi
kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif juga
mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum,
menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum,
mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum baik kepada masyarakat
maupun pada pemerintah.
Pengembangan kurikulum tidak hanya digunakan oleh penyusun kurikulum
(makro) atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum ideal,
akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para
pelaksana kurikulum (mikro) yaitu para guru, kepala sekolah, pengawas pendidikan
dan pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan, sebagai
bahan untuk dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan terhadap implementasi
kurikulum.1
B. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum

Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan


penilaian kegiatan kurikulum. Pada tingkat sekolah kegiatan kurikulum lebih
mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional
(standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah
yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang
integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan.

1
Asep Sudarsyah dan Diding Nurdin, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 190.

2
C. Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum

1. Prinsip-prinsip Manajemen kurikulum


a) Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan
kurikulum merupakan aspek yang harus di pertimbangkan agar
peserta didik mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan.
b) Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus
berasaskan pada demokrasi yang menempatkan pengelola,
pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam
melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab untuk
mencapai tujuan kurikulum.
c) Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan diperlukan
adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
d) Efektifitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan pada manajemen
kurikulum, hal ini harus diperhatikan untuk memberikan hasil
yang berguna dengan biaya, tenaga dan waktu yang relatif singkat.
e) Mengarahkan dan memperkuat visi, misi dan tujuan yang
ditetapkan dalam kurikulum.2

2. Fungsi Manajemen kurikulum


a) Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum,
pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat
ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
b) Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatam pada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal melalui kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler.
c) Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitarpeserta
didik.
d) Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
e) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar.
f) Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu
mengembangkan kurikulum.

D. Komponen-Komponen Manajemen Kurikulum


Kerikulum merupakan suatu system yang memiliki komponen-komponen
tertentu. Komponen-komponen tersebut diantaranya :

2
Asep Sudarsyah dan Diding Nurdin, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 192..

3
TUJUAN

EVALUASI ISI

METODE

1. Komponen Tujuan
a) Tujuan Pendidikan Nasional (TP N) adalah sumber dan pedoman
dalam usaha penyelenggaraan pendidikan yang dirumuskan dalam
pancasila dan UU NO. 20 Tahun 2003, bab 2 pasal 3 yaitu
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang
beriman, yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3
b) Tujuan Instusional (TI) adalah kualifikasi yang harus dimiliki oleh
setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan
program di suatu lembaga tertentu, misalnya standar kompetensi
pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan jenjang pendidikan
tinggi.
c) Tujuan Kurikuler (TK) adalah kualifikasi yang harus dimiliki oleh
anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi
tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.
d) Tujuam Pembelajaran (TP) adalah kemampuan yang harus dimiliki
oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam
bidang studi tertentu dalam sekali pertemuan.
2. Komponen Isi / Materi Pembelajaran
Pada komponen isi kurikulum lebih banyak menitik beratkan pada
pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam kegiatan
proses pembelajaran. Isi kurikulum hendaknya memuat semua aspek yang
berhubungan dengan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap atau
perilaku), dan psikomotorik (keterampilan atau skill) yang terdapat pada

3
Asep Sudarsyah dan Diding Nurdin, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 193-
195.

4
isi setiap mata pelajaran yang disampaikan dalam kegiatan proses
pembelajaran. Isi kurikulum dan kegiatan pembelajaran diarahkan untuk
mencapai tujuan dari semua aspek tersebut.

3. Komponen Metode
Komponen metode ini berkaitan dengan strategi yang harus dilakukan
dalam rangka pencapaian tujun. Metode yang tepat adalah metode yang
sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang akan dicapai dalam setiap
pokok bahasan. Dalam posisi ini guru hendaknya tidak menerapkan satu
metode saja, tetapi guru dapat menerapkan berbagai metode agar proses
pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan dan mencapai sasaran
yang direncanakan. Dengan demikian, rancangan yang sudah disusun
dapat diterapkan secara optimal.4

4. Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir.
Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Merujuk pada pendapat tersebut, maka dalam konteks pengembangan
kurikulum, evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pengembangan kurikulum itu sendiri. Melalului evaluasi, dapat ditentukan
nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan
apakah suatu kurikulum dapat dipertahankan atau tidak, bagian-bagian
mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk
melihat evektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi
dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan
telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik
dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.

Keempat komponen tersebut satu sama lain saling berkaitan sebagai suatu
system yang saling mendukung dalam proses pencapaian tujuan. Agar proses belajar
mengajar berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka langkah-langkah
dalam pelaksanaan kurikulum disekolah perlu diperhatikan. Tahapan pelaksanaan
kurikulum di sekolah melalui empat tahap yaitu:

1. Tahap Perencanaan
GBPP merupakan produk dari perencanaan kurikulum yang dijadikan
panduan bagi penyelenggara pendidikan di tingkat sekolah. Pada tingkat
sekolah perencanaan kurikulum dimulai dari kajian terhadap GBPP yang
dirinci ke dalam rencana-rencana pembelajaran. Pada tahap ini kurikulum

4
Asep Sudarsyah dan Diding Nurdin, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 196.

5
dijabarkan sampai menjadi rencana pengajaran (RP)5. Untuk itu perlu
dilakukan tahapan sebagai berikut:
a) Menjabarkan GBPP menjadi Analisis Mata Pelajaran (AMP).
b) Memiliki kalander akademik. Berdasarkan kalender pendidikan
dari Dinas Pendidikan, sekolah harus menghitung hari kerja
efektif dan jam pelajaran efektif untuk setiap mata pelajaran,
memperhitungkan hari libur, hari untuk ulangan, dan hari-hari
tidak efektif.
c) Menyusun program tahunan (prota). Dalam mengisi prota yang
penting adalah membandingkan jumlah jam efektif dengan
alokasi waktu tatap muka dalam format AMP.
d) Menyusun program catur wulan (proca). Dalam mengisi proca
yang paling pokok diperhatikan yaitu pada proca sudah harus
semakin jelas bagaimana pokok bahasan dalam satu catur
wulan harus diselesaikan, termasuk kapan akan diajarkan, baik
melalui program tatap muka ataupun pekerjaan rumah.
e) Program satuan pembelajaran (PSP). Dalam menyusun PSP
guru sudah memasukkan secara jelas kegiatan untuk setiap sub
pokok bahasan, termasuk bagaimana tes formatif dilakukan
untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran.
f) Rencana pengajaran (RP). RP merupakan rincian PSP untuk
satu kali tatap muka. Yang penting pada RP harus terdapat
catatan kemajuan siswa setelah mengikuti pelajaran. Catatan
tersebut dipakai sebagai dasar melaksanakan RP selanjutnya.
Mengingat pentingnya AMP, Prota, Proca, PSP dan RP sebagai panduan
kegiatan belajar mengajar, maka kepala sekolah perlu memberikan perhatian, bantuan
dalam penyusunannya termasuk memeriksa hasilnya. Kepala sekolah tidak hanya
sekedar menandatangani apa yang telah disusun oleh guru, tetapi juga memantau
sejak proses penyusunan, membetulkan yang keliru dan memberi bantuan jika guru
mengalami kesulitan. Penyusunan perencanaan pembelajaran akan lebih
komprehensif apabila dilakukan bersama beberapa orang guru bidang studi sejenis
dalam MGMP.

2. Tahap pengorganisasian dan koordinasi.


Pada tahap ini kepala sekolah berkewajiban untuk mengatur dan
mengelola penyusunan kalender akademik, jadwal pelajaran, tugas dan
kewajiban guru, serta program kegiatan sekolah. Pada tahap ini hal-hal
yang perlu diperhatikan oleh kepala sekolah adalah sebagai berikut:
a) Kalender akademik disusun berdasarkan rencana program
kegiatan yang akan berlangsung disekolah selama satu tahun ke
depan.6

5
Muchlas Samadi,dkk, Manajemen Sekolah: panduan praktis pengelolaan sekolah (Yogyakarta:
Adicita Karya Nusantara, 2011), hlm.68-69.

6
b) Penyusunan jadwal pelajaran didasarkan pada kewajiban
mengajar guru 5 hari per minggu.
c) Pengaturan tugas dan kewajiban guru dilandasi oleh
kebersamaan, keadilan, dan tidak menimbulkan permasalahan.
d) Program kegiatan sekolah disusun berdasarkan kebutuhan nyata
untuk meningkatkan, mengembangkan, dan memajukan
sekolah.

3. Tahap pelaksanaan
Tugas utama kepala sekolah dalam melakukan supervise dengan tujuan
untuk membantu guru menemukan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi.
Dengan cara itu guru akan merasa didampingi pimpinan sehingga akan
meningkatkan semangat kerjanya.

4. Tahap evaluasi atau pengendalian.


Pada tahap ini paling tidak ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Kepala sekolah perlu mengingatkan kepada guru bahwa
evaluasi memiliki tujuan ganda, yaitu untuk mengetahui
ketercapaian tujuan pembelajaran khusus (TPK) dan
mengetahui kesulitan siswa.
b) Hasil evaluasi harus benar- benar dimanfaatkan guru untuk
memperbaiki tujuan pembelajaran. Untuk itu kepala sekolah
harus selalu mengingatkan guru jika siswa belum menguasai
bahan ajar yang esensial perlu dilakukan perbaikan.7

E. SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA


Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional
telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, 1999, 2004, 2006 dan 2013.

1.KURIKULUM RENCANA PELAJARAN (1947-1968)


Kurikulum yang digunakan di Indonesia pra kemerdekaan dipengaruhi
oleh tatanan sosial politik Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda,
setidaknya ada tiga sistem pendidikan dan pengajaran yang berkembang saat
itu. Pertama, sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan perantren. Kedua,
sistem pendidikan Belanda. Sistem pendidikan belanda pun bersifat
diskriminatif. Susunan persekolahan zaman kolinial adalah sebagai berikut
(Sanjaya, 2007:207):

6
Suharsini Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta :Aditya Media, 2008),
hlm.136-137.
7
Muchlas Samadi,dkk, Manajemen Sekolah: panduan praktis pengelolaan sekolah (Yogyakarta:
Adicita Karya Nusantara, 2011), hlm.71.

7
a) Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi
menggunakan pengantar bahasa daerah, namanya Sekolah Desa 3
tahun.
b) Untuk orang timur asing disediakan sekolah seperti Sekolah Cina 5
tahun dengan pengantar bahasa Cina, Hollandch Chinese School
(HCS) yang berbahasa Belanda selama 7 tahun.
c) Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekolah rendah sampai
perguruan tinggi, yaitu Eropese Legere School 7 tahun, sekolah
lanjutan HBS 3 dan 5 tahun Lyceum 6 tahun, Maddelbare
Meisjeschool 5 tahun, Recht Hoge School 5 tahun, Sekolah kedokteran
tinggi 8,5 tahun, dan kedokteran gigi 5 tahun.
Tiga tahun setelah Indonesia merdeka pemerintah membuat
kurikulum Rencana Pelajaran. Tahun 1947. Kurikulum ini bertahan
sampai tahun 1968 saat pemerintahan beralih pada masa orde baru.
a) Rencana pelajaran 1947
Kurikulum ini lebih populer disebut dalam bahasa
belanda leer plan, artinya rencana pelajaran, ketimbang
curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi
pendidikannya lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan
Belanda ke kepentingan nasional.8
Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih
dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan
sebagai development conformism lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-
sekolah pada 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:
1) Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya
2) Garis-garis besar pengajaran (GBP)
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam
arti kognitif, namun yang diutamakan pendidikan watak atau perilaku
(value , attitude), meliputi :
1) Kesadaran bernegara dan bermasyarakat;
2) Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-
hari
3) Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
Fokus pelajarannya pada pengembangan Pancawardhana, yaitu :
1) Daya cipta, 4) Karya,
2) Rasa, 5) Moral.

8
Oemar, Hamalik, Pengembangan Kurikulum, Dasar-dasar dan Pengembangannya
(Bandung: Mandar Maju, 1990),hlm.90

8
3) Karsa,
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi.
1) Moral 4) Keprigelan (keterampilan)
2) Kecerdasan 5) Jasmaniah.
3) Emosional/artistik

b. Rencana Pelajaran Terurai 1952


Ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran
harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari.
Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu sekolah
khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas
masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan,
dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang
SMP, bisa langsung bekerja.
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1954 yakni untuk
jenjang Sekolah Rakyat (SD) menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah
sebagai berikut
1) Bahasa Indonesia 9) Menulis
2) Bahasa Daerah 10) Seni Suara
3) Berhitung 11) Pekerjaan Tangan
4) Ilmu Alam 12) Pekerjaan kepurtian
5) Ilmu Hayat 13) Gerak Badan
6) Ilmu Bumi 14) Kebersihan dan kesehatan
7) Sejarah 15) Didikan budi pekerti
8) Menggambar 16) Pendidikan agama

c. Kurikulum Rencana Pendidikan 1964


Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik
untuk pembekalan pada jenjang SD. Kurikulum 1964 juga menitik
beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral,
yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana. Pada saat itu
pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak.
Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana
(Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong
terpimpin. Selain itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari
krida. Maksudnya, pada hari Sabtu, siswa diberi kebebasan berlatih
kegiatan di bidang kebudayaan, kesenian, olahraga, dan permainan,
sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk

9
manusia pancasialis yang sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti
pada ketetapan MPRS No II tanun 1960.
Kurikulum 1964 bersifat separate subject curriculum, yang
memisahkan mata pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi
(Pancawardhana). Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1964
adalah:
1) Pengembangan Moral
a) Pendidikan kemasyarakatan
b) Pendidikan agama/budi pekerti
2) Perkembangan kecerdasan
a) Bahasa Daerah
b) Bahasa Indonesia
c) Berhitung
d) Pengetahuan Alamiah
3) Pengembangan emosional atau Artistik
Pendidikan kesenian
4) Pengembangan keprigelan
Pendidikan keprigelan
5) Pengembangan jasmani
Pendidikan jasmani/Kesehatan

d. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 memiliki perubahan struktur kurikulum
pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kurikulum 1968 bertujuan agar pendidikan ditekankan pada
upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat
jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral,
budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada
kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi
pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Kurikulum 1968 disebut sebagai kurikulum bulat.
Karena kurikulum ini hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja.
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja
yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya
materi pelajaran pada tingkat bawah mempunyai korelasi dengan
kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada kurikulum ini
dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila,

10
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya
9, yakni:
1) Pembinaan Jiwa Pancasila
a) Pendidikan agama
b) Pendidikan kewarganegaraan
c) Bahasa Indonesia
d) Bahasa Daerah
e) Pendidikan olahraga
2) Pengembangan pengetahuan dasar
a) Berhitung
b) IPA
c) Pendidikan kesenian
d) Pendidikan kesejahteraan keluarga
3) Pembinaan kecakapan khusus
Pendidikan kejuruan

2.KURIKULUM BERORIENTASI PENCAPAIAN TUJUAN (1975-


1994)
Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang
bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan
mudah digabungkan dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari
pendidikan klasik, perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu.
fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu pngetahuan,
tehnologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang baru.
Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau
materi pelajaran sebanyak-banyaknya. Kurikulum subjek akademik tidak
berarti terus tetap hanya menekankan materi yang disampaikan, dalam sejarah
perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar
yang dilakukan peserta didik.
a) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan
prinsip-prinsip di antaranya sebagai berikut.
1) Berorientasi pada tujuan. Pemerintah merumuskan tujuan-
tujuan yang harus dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal
dengan khirarki tujuan pendidikan.
2) Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap
pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada
tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
3) Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya
dan waktu.
4) Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal
dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
5) Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan
kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill).

11
Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori Behaviorisme,
yakni memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh
lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah dan
guru.
Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan Moral Pancasila
3. Bahasa Indonesia
4. IPS
5. Matematika
6. IPA
7. Olah raga dan kesehatan
8. Kesenian
9. Keterampilan khusus
b) Kurikulum 1984
Sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam
GBHN 1983 menyiratkan keputusan politik yang menghendaki
perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984, karena
sudah dianggap tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat
dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi .
Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh
pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa
dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus
benar-benar fungsional dan efektif.
2. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui
cara belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan
pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional
dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
3. Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan
spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam
pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan
materi pelajaran.
4. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan
latihan. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media
digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang
dipelajarinya.
5. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan
siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat
kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah
dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret,

12
semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan
induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan.
6. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan
proses adalah pendekatan belajar-mengajar yang memberi
tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan
memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan
perolehannya.
Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai
berikut.
1) Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti.
Kurikulum 1984 memiliki enam belas mata pelajaran
inti.
2) Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan
jurusan masing-masing.
3) Perubahan program jurusan. Kalau semula pada
Kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan di SMA, yaitu IPA,
IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984 jurusan
dinyatakan dalam program A dan B. Program A terdiri
dari.
a. A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
b. A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
c. A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
d. A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan
Budaya.
e. B, penekanan keterampilan kejuruan. Tetapi
mengingat program B memerlukan sarana
sekolah yang cukup maka program ini untuk
sementara ditiadakan.
4) Pentahapan waktu pelaksanaan
Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari
kelas I SMA berturut tahun berikutnya di kelas yang
lebih tinggi.

3. KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN KTSP (2004/ 2006)

Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1994)


berimpilkasi pada penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam
penguasaan keterampilan (skill). Sehingga lulusan pendidikan kita tidak
memiliki kemampuan yang memadai terutama yang bersifat aplikatif,
sehingga diperlukan kurikulum yang berorientasi pada penguasaan kompetensi
secara holistik.
Penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan peserta didik
yangdimaksudkan itu telah diamanatkan dalam kebijakan-kebijakan
nasional sebagai berikut:

13
1) Perubahan keempat UUD 1945 Pasal31 tentang Pendidikan.
2) Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004.
3) Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
4) Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah
5) Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan
Pemerintah dan Daerah sebagai Daerah Otonom, yang antara
lain menyatakan pusat berkewenangan dalam menentukan: kompetensi
siswa, kurikulum dan materi pokok, penilaian nasional, dan kalender
pendidikan.
Atas dasar itulah maka Indonesia memilih untuk
memberlakukan Kurikulum KBK sebagai pedoman penyelenggaraan
pendidikan serta penyempurnaannya dalam bentuk Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
a) KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)
Kurikulum 2004 lebih populer dengan sebutan KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi). Lahir sebagai respon dari tuntutan
reformasi diantaranya UU No 2 1999 tentang pemerintahan daerah,
UU No 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, dam Tap MPR No
IV/MPR/1999 tentang arah kebijakan pendidikan nasional.
KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses
pembelajaran dipandang merupakan wilayah otoritas guru, yang
terpenting pada tingkatan tertentu peserta didik mencapai kompetensi
yang diharapkan.
Kompetensi mengandung beberapa aspek, yaitu knowledge,
understanding, skill, value, attitude, dan interest. Dengan
mengembangkan aspek-aspek ini diharapkan siswa memahami,
mengusai, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari materi-materi
yang telah dipelajarinya.
Adapun kompentensi sendiri diklasifikasikan menjadi:
kompetensi lulusan (dimilik setelah lulus), kompetensi standar
(dimiliki setelah mempelajari satu mata pelajaran), kompetensi dasar
(dimiliki setelah menyelesaikan satu topik/konsep), kompetensi
akademik (pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan
persoalan), kompetensi okupasional (kesiapan dan kemampuan
beradaptasi dengan dunia kerja), kompetensi kultural (adaptasi
terhadap lingkungan dan budaya masyarakat Indonesia), dan
kompetensi temporal (memanfaatkan kemampuan dasar yang dimiliki
siswa
Secara umum kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak. Sedangkan Kurkikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang

14
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai pebelajar, penilaian,
kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan
dalam pengembangan kurikulum sekolah.
Beberapa keunggulan KBK dibandingkan kurikulum 1994 adalah:
a) KBK yang dikedepankan Penguasaan materi Hasil dan
kompetenasi Paradigma pembelajaran versi UNESCO: learning
to know,learning to do, learning to live together, dan learning
to be.
b) Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa
dalam proses pembelajaran, silabus menjadi kewenagan guru.
c) Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu 32 jam perminggu,
tetapi jumlah mata pelajaran belum bisa dikurangi.
d) Metode pembelajaran Keterampilan proses dengan melahirkan
metode pembelajaran PAKEM dan CTL,
e) Sistem penilaian Lebih menitik beratkan pada aspek kognitif,
penilaian memadukan keseimbangan kognitif, psikomotorik,
dan afektif, dengan penekanan penilaian berbasis kelas.
f) KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil
belajar (KHB), penilaian berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar
mengajar (KBM), dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah
(PKBS).

b) KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan
di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008
dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana
yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006,
serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan
SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan

15
tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:
1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum,
2) Beban belajar,
3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan
di tingkat satuan pendidikan, dan
4) Kalender pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi
kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam
peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah
memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain,
pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam
arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen
Pendidikan Nasional. Dengan demikian diharapkan KTSP yang
disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi
lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
Tujuan diadakannya KTSP
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan
inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola
dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan
bersama.
c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan
tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

4. KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk
dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan,
konten dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang
didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.
Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk
kurikulum satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana
tertulis (dokumen) dan kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam
dimensi sebagai rencana tertulis, kurikulum harus mengembangkan SKL

16
menjadi konten kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa lalu,
kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.9
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menjadi:
a. Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah.
b. Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri.
c. Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi
merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang
dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi
hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan
kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi
dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang
dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
F. Hasil Observasi
Hasil Wawancara Manajemen Kurikulum di SMAN 2 Sleman
Terdapat dua kurikulum yang dipakai oleh SMAN 2 Sleman yaitu
kurikulum 2006 dan kurikulum 2013. Kurikulum 2006 dipakai oleh siswa
kelas XI dan XII, sedangkan kelas X menggunakan kurikulum 2013.
Penggunaan kurikulum 2006 kelas X dimulai sejak tahun pelajaran 2016/2017.
Sebelumnya, kurikulum 2013 pernah dipakai tiga tahun yang lalu, akan tetapi
dicabut kembali oleh pemerintah setelah penggunaan satu semester.
Perubahan kurikulum yang terjadi dikonversi dari kurikulum
sebelumnya menjadi kurikulum yang terbaru sesuai dengan aturan pemerintah.
Konversi yang terjadi 3 tahun lalu tersebut terdapat laporan hasil belajar dari
kurikulum 2013 ke kurikulum 2006, tetapi materinya tidak sama tetapi sesuai
dengan aturan yang berlaku.
Menurut waka kurikulum SMAN 2 Sleman, sebagai pelaksana harus
melaksanakan apa yang telah diatur dalam peraturan pemerintah. Semua
kurikulum yang ada adalah baik, tetapi hanya saja pada pelaksanaan terdapat
kendala seperti peralatan (sarana dan prasarana), sumber daya manusia, dan
peserta didik.
Peserta didik wajib untuk mengikuti kurikulum yang berlaku
disekolah, karena kurikulum tersebut merupakan peraturan pemerintah.
Sebagai sekolah yang ditunjuk untuk melaksanakan kurikulum 2013 harus
melaksanakan kurikulum tersebut.
9
Oemar, Hamalik, Pengembangan Kurikulum, Dasar-dasar dan Pengembangannya (Bandung:
Mandar Maju, 1990),hlm.90

17
Kurikulum 2013 mengarahkan siswa untuk kreatif sehingga segala
sesuatu bermuara ke peserta didik, sedangkan kurikulum 2006 umumnya
masih dominan terhadap guru dalam pengajaran tetapi tetap ada beberapa yang
dominan siswa. Kurikulum 2013 jika diterapkan dengan baik dan benar
menurut waka kurikulum SMAN 2 Sleman bagus, tetapi tetap ada kendala
dilapangan saat pelaksanaannya. Kendala terbesar yaitu terdapat pada guru
sebagai pelaksana saat di kelas.Untuk menjalankan kurikulum 2013, masih
diberikan bimbingan kepada guru-guru dari MGMP, guru pembimbing,
termasuk ada IHT.
Semua kurikulum adalah baik karena telah dirancang sedemikan rupa.
Kelemahan pada setiap kurikulum tergantung pada pengelolaan di dekolah itu
sendiri dalam pelaksanaannya. Perancang kurikulum pun terkadang belum
sesuai dengan kondisi lapangan yang sebenarnya misal kelas A dengan metode
X cocok sedangan kelas B dengan metode yang sama belum tentu cocok
atau jam pertama dengan metode X cocok tetapi jam kedua belum tentu
cocok sehingga kembali pada kreatifitas guru terhadap penyesuaian kondisi di
dalam kelas.
SMAN 2 Sleman selalu siap apabila suatu saat nanti ada perubahan
aturan kembali dari pemerintah. Misalnya literasi dan pramuka wajib 3 tahun.
Saat perubahan kurikulum, awal saat terjadi perubahan masih canggung
karena butuh penyesuaian. Setelah penyesuaian, saat ini yang telah berjalan
beberapa bulan mulai terbiasa dengan perubahan tersebut. Misalnya pada
lintas minat IIS, awal perubahan tidak masuk akal karena adanya mata
pelajaran kimia, tetapi bisa dijawab beberapa tahun kemudian ketika akan
melakukan ujian masuk perguruan tinggi yang melalui IPC. Pemilihan tersebut
juga dibatasi oleh kelas yang tersedia dan kuota di dalam kelas tersebut. Teori
yang digunakan adalah siswa bebas memilih akan tetapi, dilapangan pemilihan
tidak merata maka akan sulit dalam pembagian waktu yang dilakukan oleh
guru sehingga guru akan kekurangan jam mengajar atau bisa kelebihan jam
mengajar.
Kenyamanan penggunaan kurikulum tergantung pada tiap pengajar
masing-masing. Menurut waka kurikulum, semua kurikulum sama saja karena
kebetulan beliau sudah pernah menggunakan kurikulum mulai dari kurikulum
1975 hingga kini kurikulum 2013 dan merasa nyaman walaupun berubah-
ubah. Aturan apapun yang berlaku jika pelaksanannya merasa nyaman, maka
aturan tersebut tidak akan mempersulitnya dan sebaliknya. Namun, bedanya
sekarang guru harus lebih kreatif seperti penggunaan laptop didalam kelas
untuk mencari materi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Sumber materi dari buku yang standar kurikulum 2006 masih dapat
digunakan selama materinya masih sama.Sarana dan prasarana seperti buku
dan internet di sekolah tersebut bisa dikatakan cukup, namun kembali ke
kebutuhan karena kebutuhan adalah relatif setiap orang. Buku yang masuk
berasal dari pemerintah maupun dari luar.

18
Jam pelajaran yang berubah pada beberapa mata pelajaran sehingga
ada guru yang kekurangan dan kelebihan jam mengajar. Misalnya pelajaran B.
Inggirs, pada kurikulum 2006 4 jam seminggu tetapi kurikulum 2013 2 jam
seminggu.Berita-berita di media yang banyak menggambarkan bahwa
kurikulum 2013 momok yang menakutkan adalah salah. Hal tersebut
tergantung pada pelaksanannya. Biasanya untuk pelaksana yang tidak update
teknologi cenderung kontra dalam perubahan kurikulum, sedangkan siswa
yang malas untuk aktif saat belajar juga cenderung kontra karena diminta
mencari materi tambahan baru diluar. Orang tua yang telah paham dengan
tujuan kurikulum 2013 maka setuju dengan kurikulum tersebut. Sekolah juga
melakukan sosialisasi baik ke siswa maupun wali murid setiap tahun. Orang
tua juga belum tahu pendidikan secara baik karena hanya beberapa persen
yang mengetahu dan lainnya ikut-ikutan asalkan putra-putrinya sekolah.
Guru yang belum bisa mengikuti IT juga tidak dipaksaka untuk bisa
asalkan dapat menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dengan baik.
Akan tetapi, diklat yang berisi pelatihan kepada setiap guru juga tetap
dilaksanakan hanya saja sulit karena para guru yang telah dilatih, dan tidak
menggunakan hasil pelatihannya dengan baik akan lupa kembali.

Hasil wawancara Manajemen Kurikulum di SMP N 4 Sleman


Di SMP N 4 Sleman menggunakan dua kurikulum, yaitu kurikulum
2006 yang diterapkan untuk kelas 8 dan kelas 9, lalu kurikulum 2013 yang
diterapkan untuk kelas 7. Mulai menggunakan dua kurikulum ini sejak tahun
pelajaran 2016/2017.
Menurut bapak Trismanto selaku wakil kepala sekolah SMP N 4
Sleman, kurikulum selayaknya memang harus diperbarui untuk selalu
mengikuti perkembangan zaman sehingga bisa bersaing dimanapun dan
kapanpun dalam hal ilmu pengetahuan, jadi tidak masalah jika kurikulum
selalu berubah- ubah, karena seluruh warga SMP N 4 Sleman siap
melaksanakan apa yang sudah diatur dalam dunia pendidikan.
Sumberdaya manusia yaitu guru di SMP 4 Sleman juga sangat
berkualitas, jadi mau kurikulum apa saja yang harus diterapkan, bisa di
jalankan dengan baik asalkan semua pihak mau ikut berperan dalam
mencapai kemajuan. Pada kurikulum 2013 itu guru hanya sebagai fasilitator
sedangkan siswa yang berperan aktif. Untuk tanggapan dari orang tua siswa
mengenai perubahan kurikulum itu tidak berpengaruh negatif tetapi malah
mendukung kurikulum apa saja yang diterapkan oleh sekolah itu. Ketika
waktu pertama pernggatian kurikulum baik guru maupun siswa merasa belum
nyaman menjalankan kurikulum baru tetapi seiring berjalannya waktu karena
sudah terbiasa sehinga guru maupun siswa sudah merasa nyaman.
Dengan perubahan kurikulum dari 2006 ke 2013 ini, banyak guru yang
kekurangan jam mengajar, karena mata pelajaran di kurikulum 2006 tidak
sama dengan mata pelajaran di kurikulum 2013 seperti tidak ad lagi mata
pelajaran TIK dan Kesenian.Untuk menjalankan kurikulum 2013, masih

19
diberikan bimbingan kepada guru-guru dari MGMP, guru pembimbing,
termasuk ada IHT.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk
memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada
usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar.
2. Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian kegiatan kurikulum.
3. Komponen-Komponen Manajemen Kurikulum meliputi
tujuan,metode,isi,dan evaluasi.
4. Tahapan pelaksanaan kurikulum di sekolah melalui empat tahap yaitu:
tahap perencanaan, tahap koordinasi, tahap pelaksanaan, dan tahap
pengendalian
5. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu:
a. Kurikulum Rencana Pelajaran (1947-1968)
1) Rencana Pelajaran 1947
2) Rencana Pelajaran Terurai 1952
3) Kurikulum Rencana Pendidikan 1964
4) Kurikulum 1968
b. Kurikulum berorientasi pencapaian tujuan (1975-1994)
1) Kurikulum 1975
2) Kurikulum 1984
c. Kurikulum berbasis kompetensi (2004/2006)
1) Kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
2) Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
d. Kurikulum 2013
6. Pihak pelaksana baik SMP dan SMA hasil observasi siap menerima
perubahan-perubahan yang bersifat positif dan telah diatur dalam
peraturaan. Perubahan kurikulum sebenarnya bagi pihak pelaksana
tidak membebankan, akan tetapi pada saat awal akan terasa canggung
tetapi setelah beradaptasi akan terbiasa. Kesulitan yang dialami saat
perubahan biasanya terjadi pada sarana pendukung dan kemampuan
telaah setiap guru.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini, dan Lia Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta :


PT.Aditya Media.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat


satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-undang


Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 1990. Pengembangan Kurikulum, Dasar-dasar dan


Pengembangannya. Bandung: Mandar Maju

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta:


Depdiknas

Samadi, Muchlas,dkk. 2011. Manajemen Sekolah: panduan praktis pengelolaan


sekolah . Yogyakarta: PT.Adicita Karya Nusantara.

Sudarsyah, Asep, dan Diding Nurdin. 2011. Manajemen Pendidikan. Bandung:


PT.Alfabeta.

Suryosubroto, B, Drs. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka


Cipta.

22

Anda mungkin juga menyukai