Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN PRAKTIK

KLINIS

RUMAH SAKIT H.A. ZAKY DJUNAID KOTA PEKALONGAN

JL.PELITA II BUARAN KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017

TELP.(0285) 436325 FAX.(0285) 436326

e-mail : rs.zakydjunaid@gmail.com
DAFTAR ISI

Stroke Non Hemoragik ...... 1

Hernia Inguinalis ... 4

Febris Typhoid ... 6

Section Sesaria Dengan CPD ... 8

Diare Akut ... 10


STROKE NON HEMORAGIK

A. PENGERTIAN
Defisit neurologis fokal (atau global) yang terjadi mendadak,
berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor vaskuler.

B. DIAGNOSA
1. Anamnesis
a. Kelemahan atau kelumpuhan salah satu sisi, wajah, lengan dan
tungkai (hemiparesis, hemiplegi).
b. Gangguan sensorik pada salah satu sisi, wajah, lengan dan tungkai
(hemihipestesi, hemianesthesi).
c. Gangguan bicara (disartria).
d. Gangguan berbahasa (afasia)
e. Gejala neurologik lainnya seperti jalan sempoyongan (ataksia), rasa
berputar (vertigo), kesulitan menelan (disfagia), melihat ganda
(diplopia), penyempitan lapang penglihatan (hemianopsia, kwadran
anopsia)

2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan tanda vital : pernafasan, nadi, suhu, tekanan darah
harus diukur kanan dan kiri.
b. Pemeriksaan jantung paru
c. Pemeriksaan bruitkarotis dan subklavia
d. Pemeriksaan abdomen
e. Pemeriksaan ekstremitas
f. Pemeriksaan neurologis
1) Kesadaran : tingkat kesadaran diukur dengan menggunakan
Glassgow Coma Scale (GCS).
2) Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, tanda laseque, kernig
dan brudzinski.
3) Saraf kranialis : terutama Nn. VII, XII, IX/X dan saraf kranialis
lainnya.
4) Motorik : kekuatan tonus, refleks fisiologis, refleks patologis
5) Sensorik
6) Tanda serebelar : dismetria, disdiadokokinesia, ataksi,
nistagmus
7) Pemeriksaan fungsi luhur, terutama fungsi kognitif (bahasa,
memori, dll)

1
8) Pada pasien dengan kesadaran menurun perlu dilakukan
pemeriksaan refleks batang otak :
a) Pola pernafasan : Cheyne stokes, hiperventilasi
neurogenik sentral, apneustik, ataksia.
b) Refleks cahaya (pupil)
c) Refleks kornea
d) Refleks muntah
e) Refleks okulo sefalik (dolls eyes phenomenon)

C. DIAGNOSIS BANDING
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
2. Stroke hemoragik

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan pendukung yang diperlukan dalam penatalaksanaan stroke
akut di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut
1. Pemeriksaan standar :
a. CT scan kepala (atau MRI)
b. EKG (Elektrokardiografi)
c. Kadar gula darah
d. Elektrolit serum
e. Tes faal ginjal
f. Darah lengkap
g. Faal hemostasis
2. Pemeriksaan lain (sesuai indikasi) :
a. Foto toraks
b. Tes faal hati
c. Saturasi oksigen, analisis gas darah
d. Toksikologi
e. Kadar alkohol dalam darah
f. Pungsi lumbal (pada perdarahan subaraknoid)
g. TCD (Transcranial Doppler)
h. EEG (Elektro-ensedalografi)

E. TERAPI
1. Non farmakologi :
a. Menjaga jalan nafas agar tetap adekuat
b. Memberikan oksigen bila diperlukan

2
c. Memposisikan badan dan kepala lebih tinggi (head-and-trunk up) 20
30 derajat
d. Memantau irama jantung
2. Farmakologi :
a. Memasang cairan infus salin normal atau ringer laktat (500 ml/12
jam)
b. Mengukur kadar gula darah (finger stick)
c. Memberikan Dekstrose 50% 25 gram intravena (bila hipoglikemia
berat)
d. Menilai perkembangan gejala stroke selama perjalanan ke rumah
sakit layanan sekunder

F. KONSELING DAN EDUKASI


1. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya agar tidak terjadi
kekambuhan atau serangan stroke ulang.
2. Jika terjadi serangan stroke ulang, harus segera mendapat pertolongan
segera.
3. Mengawasi agar pasien teratur minum obat
4. Membantu pasien menghindari faktor resiko

G. KOMPLIKASI
Komplikasi stroke yang harus diwaspadai karena dapat
mengakibatkan kematian dan kecacatan adalah komplikasi medis, antara
lain komplikasi pada jantung paru (pneumonia), perdarahan saluran cerna,
infeksi saluran kemih, dekubitus, trombosis vena dalam dan sepsis.
Sedangkan komplikasi neurologis terutama adalah edema otak dan
peningkatan tekanan intrakranial, kejang serta transformasi perdarahan pada
infark.
Pada umumnya, angka kematian dan kecacatan semakin tinggi jika
pasien datang terlambat (melewati therapeutic window) dan tidak ditangani
dengan cepat dan tepat di Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas yang
lengkap.

H. PROGNOSIS
Penanganan yang lambat berakibat angka kecacatan dan kematian tinggi.

3
HERNIA INGUINALIS

A. PENGERTIAN
Benjolan di daerah inguinal dan dinding depan abdomen yang
masih bisa dimasukkan kedalam cavum abdomen,Kadang benjolan tidak
bisa dimasukkan ke cavum abdomen disertai tanda- tanda obstruksi seperti
muntah,tidak bisa BAB, serta nyeri.

B. BATASAN
1. Penonjolan abnormal dari jaringan atau organ intra abdominal (sebagian
atau seluruhnya) melalui lubang atau defek dinding abdomen.
2. Hernia inguinalis lateralis (inderekta) keluar melalui anulus internus
menuju ke kanalis inguinalis-anulus eksternus dan keluar ke dalam
kantong zakar.

C. PATOFISIOLOGI
1. Hernia inguimnalis inderekta sebagian mempunyai dasar kongenital
karena penonjolan dari prosesus vaginalis peritonei.
2. Hernia inguinalis direkta dan hernia fermonalis merupakan hernia
didapat (acquisita).
3. Hernia fermoralis lebih banyak dijumpai pada wanita karena perubahan
fisik dan biokemis yang terjadi waktu hamil.
4. Setiap kondisi yang menyebabkan kenaikan tekanan intra abdominal
memegang peranan untuk timbulnya dan membesarnya hernia.

D. GEJALA KLINIS
1. Benjolan daerah inguinal yang timbul bila penderita berdiri atau
mengejan dan dapat masuk kembali bila penderita berbaring.
2. Sebagian besar tidak memberikan keluhan.
3. Bila isi hernia tidak dapat masuk kembali disebut hernia irreponibel.
4. Bila terjadi penjepitan isi hernia oleh anulus dan timbul gangguan
pasase isi dan atau gangguan vekularisasi disebut hernia inkaserata.

E. INDIKASI BANDING
1. Hidrokel testis
2. Tumor testis
3. Orchitis
4. Tarsio testis

4
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk faktor penentu terjadinya
hernia RO- thorak : COPD-USG : adalah BPH

G. KOMPLIKASI OPERASI
1. Perdarahan
2. Infeksi luka operasi
3. Cedera usus
4. Cedera kantong kemih
5. Cedera vesdeferen
6. Cedera testis,atropi testis
7. Cereda saraf intra inguinal

H. PERAWATAN PASCA OPERASI


Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan
komplikasi berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi.

I. Follow- up
Pasien disarankan tidak berolah raga atau mengangkat benda berat
selama 6-8 minggu untuk mencegah kekembuhan.

5
FEBRIS TYPHOID

A. PENGERTIAN
Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman
salmonela thypi atau salmonela partatyphy

B. DIAGNOSA
1. Anamnesis : demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu
demam menetap atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama
sore / malam hari, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,
obstipasi atau diare.
2. Pemeriksaan fisik : febris, lidah kotor, hepatomegali, splenomegali, nyeri
abdomen.
3. Laboratorium : dapat ditemukan lekopeni,lekositosis atau lekosit normal
: limfopenia, peningkatan LED, anemia ringan, trombositopenia,
gangguan fungsi hati. Kultur darah positif atau peningkatan titer uji Widal
> 4 kaloo lipat setelah satu minggu memastikan diagnosa, Kultur darah
negatif tidak menyingkirkan diagnosis.

C. DIAGNOSIS BANDING
1. Infeksi virus
2. Malaria

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah perifer lengkap
2. Tes fungsi hati
3. Serologi
4. Kultur darah (biakan empedu)

E. TERAPI
1. Non farmakologi : tirah baring, makan lunak rendah serat
2. Farmakologi :
a. Simtomatis
b. Antimikroba, pilihan utama : kloramfenikol 4x500mg sampai 7 hari
bebas demam. Alternatif lain :
1) Tiamfenikol 4x500 mg
2) Kotrimoksazol 2x2 tab
3) Ampisillin dan amoksisillin 50-150 mg/kg BB

6
3. Kasus toksik tifoid (demam tifoid disertai gangguan kesadaran denagan
atau tanpa kelainan neurologis lainnya dan hasil pemeriksaan cairan
otak masih dalam batas normal) langsung diberikan kombinasi
kloramfenikol 4x500 mg dengan ampisillin x 1gr deksametason 3x 500
mg

F. KOMPLIKASI
1. Intestinal : perdarahan intestinal, perforasi usus, ileus paralitik,
pankreatitis.
2. Ekstra-intestinal : Kardiovaskular, hematologik, hepatobilier,
osteomilitis, artithis.

G. PROGNOSIS
1. Baik bila tertangani dengan tepat
2. Bila penyakit berat, pengobatan terlambat atau ada komplikasi berat
prognosis meragukan/ buruk

7
SECTIO SESARIA DENGAN CPD

A. PENGERTIAN ( Definisi)
Adalah prosedur operatif untuk mengeluarkan bayi melalui insisi
dinding abdomen dan uterus.

B. ANAMNESIS
Adanya kontraindikasi untuk mengeluarkan bayi secara pervaginam.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan keadaan umum, vital sign, untuk mengetahui ada tidaknya
tanda- tanda infeksi antara lain dengan mengukur suhu ibunya,ada
tidaknya takikardi ibu.
2. Pemeriksaaan abdomen yaitu Leopold
Untuk menentukan posisi janin dan pemeriksaan tinggi fundus uteri
untuk menentukan usia kehamilan dan taksiran berat janin,memeriksa
adanya kontraksi rahim dan menghitung jumlah kontraksi dalam 10
menit dan juga menghitung denyut jantung janin,menilai ada tidaknya
takikardi janin.
3. Pemeriksaan Genekologi
Vagina Toucher : menilai tanda - tanda persalinan dan mengevaluasi
kemajuan persalinan, yaitu menilai pembukaan dan pendataran
serviks,penurunan kepala,kulit ketuban, air ketuban, dan adanya sarung
lendir darah.

D. KRITERIA DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan abdomen
4. Pemeriksaan genekologi

E. DIAGNOSIS
Diagnosis yang memerlukan tindakan operasi section caesaria baik
emergency atau elektif.

F. DIAGNOSIS BANDING
1. Dalam persalinan
2. Belum dalam persalinan

8
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium lengkap seperti lab darah lengkap, Gol.
Darah, HbSAg, GDS, Urine rutin lengkap atau pemeriksaan air ketuban
dengan tes LEA atau dengan leukosit darah > 15.000/mm
2. Penentuan cairan ketuban dapat di lakukan dengan tes lakmus merah
menjadi biru. Pemeriksaan ultrasonografi untuk membantu dalam
menentukan jumlah cairan ketuban dan usia kehamilan dan kelainan
janin

H. TERAPI
1. Informed consent
2. Pasien ditidurkan di meja operasi dalam stadium anestesi
3. Dilakukan insisi pada dinding abdomen,kemudian diperdalam lapis demi
lapis sampai dengan peritonium parietable
4. Dilakukan identifikasi dan eksplorasi
5. Dilakukan insisis pada uterus, kemudian insisi diperdalam dan
diperlebar sampai dengan kulit ketuban
6. Bayi dilahirkan,dilakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat,bayi
diserahkan kedokter anak
7. Plasenta dilahirkan, evalusi perdarahan jika terdapat perdarahan
8. Dilakukan penjahitan uterus,dilakukan penjahitan dinding abdomen lapis
demi lapis
9. Luka operasi dibersihakan dan ditutup dengan kassa penutup
10. Operasi selesai

I. EDUKASI
1. Adanya resiko operasi : perdarahan, trauma usus / organ abdomen.
Pengangkatan rahim /histerektomi.emboli,kematian di meja operasi
2. Adanya resiko post partum yaitu adanya perdarahan,luka operasi

J. PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad sanationam : dubia ad bonam
3. Ad fungsionam : dubia ad bonam

9
DIARE AKUT

A. PENGERTIAN (DEFINISI)
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 xsehari, dengan / tanpa
darah dan atau disertai lendir dalam tinja.

B. ANAMNESIS
1. Defekasi lebih dari 3x sehari
2. Diare encer,tanpa/disertai darah dan lendir
3. Mual, Muntah
4. Perut kembung
5. Berat badan turun

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Suhu badan meningkat
2. Cengeng,gelisah
3. UUB cekung
4. Mata cowong dan air mata berkurang
5. Bising usus meningkat
6. Turgor kulit menurun
7. Kembung

D. KRITERIA DIAGNOSA
1. Kriteria anamnesa
2. Pemeriksaan fisik

E. DIAGNOSIS
1. Diare tanpa dehidrasi
2. Diare dehidrasi ringan (rasa haus dan oliguria ringan)
3. Diare dehidrasi sedang (no 2 + turgor kulit turun,UUB cekung, mata
cekung)
4. Diare dehidrasi berat (no 3 + somnolen,sopor,koma dan pernapasan
kusmaul ,renjatan)

F. DIAGNOSA BANDING
Diare kronik

10
G. PEMERIKASAN PENUNJANG
1. Darah lengkap
2. Elektrolit
3. Feses lengkap

H. TERAPI
TANPA DEHIDRASI

I. EDUKASI
1. Penjelasan perjalanan penyakit
2. Penjelasan perawatan di rumah

J. PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad bonam / malam
2. Ad sanationam : dubia ad bonam /malam
3. Ad fumgsionam : dubia ad bonam /malam

11

Anda mungkin juga menyukai