TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum buah kelapa sawit jenis Tenera (gambar 2.3) terdiri dari
daging buah, cangkang dan inti sawit. Tebal daging buah dari buah yang cukup
baik atau normal berkisar antara 2 hingga 8 mm sesuai dengan ukuran buahnya.
Panjang buah 2-5 cm, beratnya sampai 30 gram, tebal cangkang 0,5-4 mm
(Mangoensoekarjo, 2003, hlm 98-100).
Gambar 2.4 Instalasi Digester dan Screw Press pada Pabrik Kelapa Sawit
Gambar 2.5 Model mesin screw press (a) dan Worm screw press (b) yang
Digunakan pada Pengolahan Kelapa Sawit
Screw press meliputi dua batang screw (ulir) yang berputar saling
berlawanan. Sawit yang telah dilumatkan akan terdorong dan ditekan oleh cone
pada sisi lainnya, sehingga buah sawit menjadi terperas (Mangoensoekarjo, 2003,
hlm 348). Melalui lubang-lubang press cage minyak dipisahkan dari daging buah
(serabut). Hasil dari proses berupa ampas dan biji yang keluar melalui celah antara
sliding/adjusting cone dan press cage yang selanjutnya masuk ke Cake Bake
Conveyor. Minyak sawit kasar yang masih mengandung kotoran seperti serat-serat
dan air yang selanjutnya akan melewati tahap klarifikasi berupa Sand Trap Tank
untuk memisahkan kotoran dari minyak kasar. Lalu ke Vibrating Screen untuk
memisahkan serat-serat dari minyak kasar tersebut dan selanjutnya dikirim ke
Crude Oil Tank sebagai tangki penampungan minyak kasar. Pada PKS Rambutan
terdapat 4 unit mesin screw press dan yang beroperasi setiap hari hanya 2 unit
mesin, 2 unit lainnya menjadi cadangan dan operasinya bergantian setiap hari.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengempaan ini antara lain:
1. Ampas kempa (press cake) harus merata keluar di sekitar konus
2. Tekanan hidrolik pada kumulator dijaga 30-40 bar.
3. Bila screw press harus berhenti pada waktu yang lama, screw press
harus dikosongkan.
4. Tekanan kempa cone yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kadar
biji dan inti pecah bertambah. Tentunya kerugian inti bertambah.
5. Tekanan kempa cone yang terlalu rendah akan mengakibatkan cake
masih basah.Kerugian (looses) pada ampas dan biji bertambah,
Jumlah Kerusakan
X
Titik kritis
Awal Pe-
makaian Pemakaian Normal Alat rusak
Waktu
Dari gambar 2.6 diatas dapat dilihat bahwa suatu peralataan baru
mempunyai suatu kemungkinan kegagalan atau kerusakan yang tinggi. Hal ini
disebabkan kelalaian pekerja dan atau kerusakan internal komponen dari pabrik
pembuat alat (ini disebut kegagalan produk). Tingkat kerusakan alat akan
menurun setelah pekerja mulai terbiasa menggunakan alat tersebut. Setelah
melewati masa kritis, alat akan semakin sering mengalami gangguan, sehingga
perbaikan akan semakin sering dilakukan, sampai masa pakai (lifetime) alat
tersebut habis. Pada masa ini artinya alat sudah tidak mungkin diperbaiki lagi
(Modul panduan P2K3)
Pada awal periode, kemungkinan terjadinya kerusakan dari peralatan
tersebut menjadi tinggi karena masalah instalasi pemakaian di awal minggu.
Setelah periode ini kemungkinan kegagalan relatif rendah. Setelah peralatan
MAINTENANCE
Pada gambar 2.8. terlihat torsi yang bekerja pada ujung poros bulat padat.
Serat A-B yang semula lurus akan memuntir menjadi heliks A-C karena poros
puntir sebesar . Sehingga deformasi total ( s ) sama dengan D-E. Panjang
deformasi ini adalah busur lingkaran dengan jari-jari r dan berhadapan dengan
sudut radian. panjang diberikan oleh (Shigley, 1984, hal 69):
Tl
= ............................................................ (2.2)
GJ
Dimana :
T : Torsi
l : Panjang
G : Modulus kekakuan
J : Momen Inersia Polar (sudut) dari penampang.
: Sudut puntir untuk batang bulat padat
Dimana :
D : Diameter luar poros berongga
d : Diemeter dalam poros berongga