Anda di halaman 1dari 9

FISIOLOGI DAN KLASIFIKASI SERTA ASPEK MEDIS DAN PENCEGAHAN

KESAKITAN AKIBAT SUHU TINGGI ( ASPEK HYGIENE INDUSTRI )

Untuk membahas fisiologi heat stress dan klasifikasi serta aspek medis dan
pencegahan kesakitan akibat suhu tinggi, diperlukan penjelasan secara rinci seperti
tersebut di bawah ini.

FISIOLOGI HEAT STRESS

Beberapa factor yang mendorong terjadinya Heat Stress

1. Paparan panas proses industry


2. Adanya musim panas
3. Metabolism tubuh yang meningkat
4. Penyatuan kapasitas fisiologi yang berlebihan
5. Mempertahankan daya menyesuaikan diri dengan keadaan panas

Fungsi mempelajari fisiologi Heat Stress


1. Menghitung durasi internal dan eksternal
2. Menghitung intensitas beban panas yang dapat menggulangi tanpa
mempengaruhi system herma regulator.

Factor yang mempengaruhi terjadinya Heat Stress


1. Kondisi fisik yang sehat (physical fitness)
2. Kapasitas kerja
3. Umur
4. Status kesehatan
5. Kebiasaan hidup
6. Tingkat penyusaian diri (acclimatization)

Pengatur suhu tubuh,


Suhu tubuh diatur oleh aliran darah yang berasal dari otot dan jaringan dialirkan
kepermukaan tubuh sebagai pendingin dengan cara :
- Radiasi
- Konveksi
- Evaporasi
Agar normal diusahakan kondisi homeostatis

Suhu Normal
Suhu normal diukur pada posisi suhu rectal dan oral. Suhu dalam tubuh disebut Tc
(Core Temperature).

Pelindung Tubuh
Sebagai lapisan pelindung permukaan tubuh adalah jaringan permukaan yang terdiri
dari: kulit, jaringan subcutan, dan jaringan lain dianggota gerak (ekstrimitas). Suhu
permukaan kulit disebut: Tc (Core Temperature).
Pelindung tubuh merupakan buffer suhu antara pusat panas dan suhu lingkungan
sekitar (suhu ambient). Pada suhu ambient yang normal, menunjukan bahwa Tc
adalah 37C dan Ts adalah 33 34C. dalam keadaan suhu ekstrim dapat mencapai
: 2x Tc dan dalam keadaan dingin menunjukan suhu 10-15C dibawah Tc.

Produksi Panas
Energy diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh dalam keadaan istirahat
maupun keadaan bekerja. Pembakaran yang oksidatif di control oleh proses
enzimatik dengan bahan-bahan berupa karbohidrat, lemak dan protein. Proses
pembakaran tersebut akan menghasilkan gas CO2, air dan nitrogen.
Proses tersebut merupakan dasar dari kalori metri in direct. Panas dan hasil
metabolisme dapat dihitung dengan banyaknya oksigen yang dihisap dalam
keadaan istirahat dengan panas yang keluar sebesar 5 kcal. Secara sederhana
partikel O2 dalam istirahat pada manusia berat 70 kg, permukaan tubuh 1,8 m2
adalah sebanyak 0,31/menit. Ekivalen dengan 1,5 kcal/menit ( 90 kcal/jam). Dalam
keadaan normal pada individu sehat, maksimum oksigen untuk (VO2 max) adalah :
2-4 liter/menit.

Panas Yang Hilang


Dalam keadaan yang normal panas yang dihasilkan dari hasil metabolism conveksi
(C), 50% dengan radiasi (R) dan sisanya 25 % dipakai untul memanaskan udara
pernafasan dan evaporasi. Dengan demikian keseimbangan suhu dapat ditulis
sebagai berikut:
MRCE=O
M = metabolisme rate of body heat production (kcal/jam)
R = Kecepatan radiasi
C = Kecepatan Konveksi
E = Body heat loss by evaporation (kcal/jam)

Pengaturan Suhu Tubuh Oleh Hipotalamus


pengaturan suhu tubuh manusia disentralisir pada dasar otak yang disebut dengan
hipotalamus terutama dibagian anterior mengatur pengeluaran panas.
Perilaku yang subyektif respon dari Heat Stress. Respon Heat stress yang subyektif
berupa:
- Netral
- Hangat tepat pada suhu kulit
- Panas
Rasa tidak nyaman karena panas ( heat discomfort ) merupakan suatu perasaan
yang subyektif terhadap penilaian lingkungan yang tidak nyaman/ panas dan
bergantung pada sensasi serta fisiologi tubuh individu.

BAGAN IX : Model Sistem Pengaturan Suhu dalam Tubuh ( fisiologis ).


Pusat hilangnya panas vasodilator beban panas
( Hyphotalamus ) Peningkatan M
Peningkatan R + C

BF dan SR
Detector
Suhu badan Tc & Ts
kontrol dan

Elemen Umpan Balik

Sistem Kontrol Sistem Effektor Sistem Pasif

Keterangan Bagan :
BFs = Blood Flow to the skin ( 1/m2/orang )
M = Metabolis rate of bodysurface ( kcal/jam )
Tc = Core temperature ( suhu permukaan tubuh )
Ts = Surface temperature ( suhu permukaan tubuh )
SR = Sweat rate ( kg/jam )
R = kecepatan radiasi
C = Kecepatan konveksi

Indicator Ketegangan Panas Heat Srain.

Sweat Rate ( kecepatan produksi keringat )


Total sweat rate merupakan kecepatan sekresi keringat dari semua kelenjar keringat
yang berperan dalam produksi keringat.
Contoh:
Secara maksimum diperkirakan 2 juta kelenjar akrin dapat memproduksi keringat
3 kg/jam. Rata-rata manusia dengan aktifitas normal memproduksi keringat 1-1,5
kg/jam.

Sweat Evaporation ( penguapan Keringat ).


Penguapan 1 g keringat darikulit diperlukan suhu kulit 0,58 kcal.

Heart Rate ( denyut jantung ) sebagi indek ketegangan sirkulasi darah.


Denyut jantung pada suhu 37 C adalah 60-80/menit. Denyut jantung meningkat
dengan naiknya suhu tubuh.

Core Temperature ( suhu dalam tubuh )


Contoh :
Pekerja dengan paparan panas tinggi sekitar tungku akan memproduksi panas
tubuh sebesar 450-600kcal/jam, VO2 max 60-80%, dnyut jantung: 120-130/ menit
dan suhu tubuh: 38,2 C.
Maksimum Tc yang diperoleh adalah 39 C.
Factor yang diperlukan agar toleran terhadap panas ( pencegahan Heat
Stroke )
1) Heat acclimatization ( penyesuaian dengan panas )Pada permulaan bekerja
ditempat panas maka keluhan pertama adalah: badan tersa panas dan suhu
badan meningkat serta jantung merasa detak mengeras. Pada minggu ke 1 dan
2 sudah merasa terbiasa, terus tubuh sudah toleran. Hal ini disebut: Heat
acclimatization.
2) Surface area to Weight Ratio ( rasio luas permukaan tubuh dengan berat
badan )
Orang gemuk rasio luas permukaan tubuh (A) dengan BB (Wt) adalah relative
rendah. Hilangnya panas sebagai fungsi dan Wt, dengan demikian rendahnya
A/Wt. sebagai handicap dan orang gemuk mempunyai resiko yang besar
terhadap terjadinya heat stroke .
3) Umur dan penyakit degenerative
Umur tua ( 40-65 th ) jantung cukup berat dan kurang menguntungkan jika
dibandingkan dengan umur muda.
a) VO2 max ( maximum oksigen uptake ) menurun 20-30% pada umur 30 tahun
dan pada umur 65 tahun kapasitas cardio Sirculator reserve , mulai
menurun.
b) Toleransi terhadap suhu tinggi kurang.
c) Terlambanya keluar keringat dan rendahnya sweat reat , berakibat
penyimpanan panas yang cukup lama didalam tubuh dan perlu waktu untuk
recovery.
Penyakit degenerative ( jantung dan paru ) mengakibatkan terbatasnya
transportasi panas dari dalam tubuh kepermukaan. Orang tersebut toleransinya
rendah terhadap panas.

4) Water balance ( keseimbangan cairan )


Pada orang dengan berat badan 70 kg dan bekerja 8 jam akan mengeluarkan
keringat 6-8 kg. keluarnya keringat tersebut herus diganti dengan minuman air
yang banyak agar tidak dehidrasi. Keluar keringat sebanyak 1 kg (1,4% BB)
masih dapat di toleransi tubuh. Apabila deficit cairan sebanyak 2-4 kg (3-6%
BB), maka tanda-tanda Heat Exhaustion akan tampak. Untuk
mempertahankan volume cairan tubuh, perlu minum setiap setengah jam.
5) Salt balance ( keseimbangan garam )
Garam NaCl yang keluar bersama keringat biasanya baru dapat diganti pada
waktu makan. Pekerja yang bekerja selama 8 jam/shiff akan mengeluarkan
keringat 6-8 kg yang mengandung 1-2 gram garam setiap kg keringat. Pekerja
yang mengalami acclimatisasi akan mengeluarkan garam sedikit lebih banyak
dan minum air tanpa garam akan menyebabkan heat cramps. Pengobatan
kekurangan cairan/garam, dilakukan dengan minum cairan mengurangi NaCl
sesuai kebutuhan. Apabila kekurangan cairan serius di infuse dengan saline.
6) Peminum alcohol
Peminum alcohol mempunyai resiko tinggi terhadap terjadinya heat stroke. Hal
ini disebabkan oleh karena alcohol menekan kerja ADH ( Anti Diaretic Hormon )
menyebabkan dieresis ( banyak kencing ) dan akan menimbulkan dehidrasi.
7) Kondisi Fisik
Kondisi fisik yang fit akan meningkatkan toleransi terhadap panas, hal ini karena
system sirkulasi tubuh cukup baik.
8) Pemeriksaan kesehatan secara periodic
Pemeriksaan yang penting sebelum karyawan terpapar oleh suhu tinggi adalah
denyut nadi dan suhu tubuh. Denyut nadi dibawah 100 x/menit cukup baik untuk
bekerja dilingkungan panas.
Hati-hati terhadap obat yang mempengaruhi toleransi terhadap panas adalah:
- Hipertensi agent
- Diuretic
- Anti depresi
- Amfetamin
- Anti spasmodic
- Sedative
- Transquiliser
- Alcohol

KLASIFIKASI, ASPEK MEDIS DAN PENCEGAHAN KESAKITAN AKIBAT


SUHU TINGGI

Heat Stress dan Heat Hyperpyrexis


1. Gambaran klinis
- Kulit kering dan terasa panas
- Kulit merah sampai sianotik
- Suhu tubuh > 40,5C
- Timbul gejala sentral
Rasa kebingungan
Kesadaran menurun
Kejang
Koma, jika suhu terus meningkat
- Keringat meningkat

2. Factor pemudah (predisposing factor )


- Pekerja tanpa acclimatisasi
- Kondisi tubuh tidak fit
- Berbadan gemuk
- Peminum alcohol
- Keadaan dehidrasi
- Individu yang peka
- Orang tua dengan penyakit kardiovaskuler kronis

3. Kelainan fisiologis yang mendasar


- Kegagalan pusat berkeringat

4. Pengobatan
- Pindahkan ketempat dingin ( ber AC )
- Selimuti dengan selimut basah.
- Obati keadaan shoek.

5. Pencegahan Heat Stress dan Heat Hyperpyrexis


- Skrening medis karyawan
- Seleksi berdasarkan kondisi kesehatan dan kesegaran jasmani
- Acclimatisasi untuk 8-14 hari ( bertahap dalam kondisi suhu tinggi )
- Monitoring pekerja, selama bekerja pada suhu tinggi.

Heat Syncope ( circulatory Hypostasis)


1. Gambaran klinis
- Tidak bisa berdiri tegap
- Mobilitas rendah pada suhu tinggi
2. Factor pemudah (predisposing factor )
- Tidak acclimatisasi
3. Kelainan fisiologis yang mendasar
- Berkumpulnya darah pada pembuluh yang melintas dipermukaan kulit dan
extrimitas bawah.
4. Pengobatan
- Pindah secepatnya ketempat dingin sampai keadaan pulih kembali

5. Pencegahan Heat Syncope


- Acclimatisasi
- Aktifitas bertahap untuk membantu aliran darah kejantung.

Heat Exhaustion ( kekurangan cairan / garam )


1. Gambaran klinis
- Lemah
- Mual
- Sakit kepala
- Rasa mabuk
- Sedikit kencing
- Kulit lembab
- Pucat
- Tekanan darah menurun
- Suhu rectal meningkat
- Konsentrasi garam dalam kencing rendah
- Chloritas kencing < 3 g/I
2. Factor pemudah (predisposing factor )
- Accimatisasi jelek
- Pemberian cairan/garam terlambat
3. Kelainan fisiologis yang mendasar
- Dehidrasi cairan/garam
- Gangguan sirkulasi darah
4. Pengobatan
- Pindahkan ketempat yang sejuk
- Berikan cairan garam per oral ( minuman )
- Infuse salin ( 0,9%)
- Chek vulome urine

5. Pencegahan Heat Exhaustion


- Accimatisasi selama 1-2 minggu
- Tambahkan diet garam selama Accimatisasi
- Selam bekerja harus sering minum air

Heat Cramps

1. Gambaran klinis
- Rasa nyeri selama bekerja ditempat panas ( rasa nyeri pada lengan, kaki dan
perut ).
Nyeri bisa terjadi setelah jam kerja.
2. Factor pemudah (predisposing factor
- Banyak berkeringat selama bekerja
- Banyak minum air tanpa menambah garam.

3. Kelainan fisiologis yang mendasar.


- Dehidrasi, kekurangan air dan garam.
- Sirkulasi volume darah berkurang
- Ketegangan sirkulasi darah dalam tubuh.
4. Pengobatan
- Pindahkan ketempat dingin
- Berikan cairan yang mengandung garam secara per oral/infuse
5. Pencegahan Heat Cramps
- Makan dengan cukup intake garam
- Berikan minuman mengandung garam ( 0,1 % ) pada yang sudah
acclimatisasi

Heat Rast ( miliaria rubra )


1. Gambaran klinis
- Timbul kulit memerah pada sebagian tubuh
- Timbul bintik pada kulit tubuh
2. Factor pemudah (predisposing factor )
- Terpapar pada kelembaban dengan suhu tinggi
- Kulit kering dan tidak berkeringat
3. Kelainan fisiologis yang mendasar
- Tersumbatnya kelenjar keringat
- Terjadi keradangan kelenjar keringat
4. Pengobatan
- Oleskan lotion pada kulit
- Bersihkan kulit agar terhindar infeksi
5. Pencegahan Heat Rast
- Dinginkan kulit dalam ruangan pendingin sebelum terpapar oleh panas.

Anhidrotic Heat Exhaustions ( miliaria profunda )


1. Gambaran klinis
- Kulit tidak nerkeringat walaupun pada suhu tinggi
- Bersamaan demngan timbulnya bintik kecil pada kulit
2. Factor pemudah (predisposing factor )
- Terpapar oleh panas atau sinar matahari selama berminggu/berbulan dengan
sejarah timbulnya kulit merah.
3. Kelainan fisiologis yang mendasar
- Adanya trauma kulit (kulit merah) menyebabkan tertahannya keringat pada
lapisan kulit.
- Mengurangi keringat dengan pendingin akan menimbulkan intoleran
terhadap panas
4. Pengobatan
- Usahakan secara bertahap agar berkeringat
5. Pencegahan miliaria profunda
- Obati kulit yang memerah
- Hindari trauma kulit
- Hindarkan secara periodic dari suhu panas

Heat Fatique Transient


1. Gambaran klinis
- Mundurnya penampilan sensorik
- Mundurnya penampilan mental dalam keadaan suhun tinggi.
2. Factor pemudah (predisposing factor )
- Penampilan kerja menurun pada acclimatisasi
3. Kelainan fisiologis yang mendasar
- Rasa tidak enak
- Ketegangan fisiologis
4. Pengobatan
- Tidak ada pengobatan khusus
5. Pencegahan Heat Fatique Transient
- Acclimatisasi
- Training sebelum bekerja, perihal suhu tinggi.
Heat Fatique Chronic
1. Gambaran klinis
- Kapasitas penampilan berkurang
- Perilaku social yang kurang baik
2. Factor pemudah (predisposing factor)
- Pekerja berasal dari daerah panas mempunyai resiko terutama dari daerah
tropik
3. Kelainan fisiologis yang mendasar
- Stress psikososial penting dalam hubungannya dengan paparan suhu tinggi
- Ketidak seimbangan hormonal
4. Pengobatan
- Obati secara medic
- Hilangkan keluhan
5. Pencegahan Heat Fatique Chronic
- Orientasi perihal kebiasaan dan kondisi musim.

Anda mungkin juga menyukai